TINJAUAN PUSTAKA
6
7
2. Klasifikasi
a. Berdasarkan lokasi anatomi penyakit
1) Tuberkulosis paru : tuberkulosis terjadi pada parenkim
(jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena
adanya lesi pada jaringan paru.
2) Tuberkulosis ekstra paru : tuberkulosis yang terjadi di organ
selain paru, misalnya di pleura, kelenjar limfe, abdomen,
saluran kencing, kulit, sendi, selaput otak, dan tulang.
b. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumya
1) Pasien baru : pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya attau sudah menelan OAT
kurang dari 28 hari.
2) Pasien yang pernah diobati TB : pasien yangsebelumnya
pernah menelan obat lebih dari 28 hari
3) Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil
pengobatan TB terakhir, antara lain.
a) Pasien kambuh : pasien yang pernah dinyatakan sembuh
setelah minum obat secara lengkap namun sekarang
didiagnosis TB berdasarkan hasil pemriksaan klinis
maupun bakteriologi
b) Pasien yang diobati kembali setelah gagal : pasien yang
pernah diobati dan dinyatakan gagal pada pengobatan
terakhir
c) Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
d) Lain-lain : pasien TB yang pernah diobati tetapi hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui
c. Berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat
1) Mono resistan (TB MR) : resistan terhadap salah satu jenis
OAT lini pertama saja.
8
2) Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis
OAT lini pertama selain lsoniazid (H) dan Rifampisin (R)
secara bersamaan.
3) Muktidrug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid
(H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan.
4) Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang
sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua
jenis suntikan (kanamisin, kapreomisin, dan amikasin).
5) Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap rifampisin
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang
terdeteksi menggunakan metode genotip (tes cepat) atau
metode fenotip (konvensional).
d. Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
1) Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV):
pasien TB dengan hasil tes HIV positif sebelumnya atau
sedang mendapatkan ART atau hasil tes HIV positif pada saat
diagnosis TB.
2) pasien TB dengan HIV negatif: pasien TB dengan hasil tes
HIV negatif sebelumnya atau hasil tes HIV negatif pada saat
diagnosis TB.
3) Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: pasien TB
tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB
ditetapkan
3. Etiologi
TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
menyerang paru.bakteri ini berbentuk batang yang bersifat tahan
terhadap zat asam sehingga sering disebut bakteri tahan asam (BTA).
Bakteri ini akan bertahan hidup dalam waktu lama di lingkungan yang
9
lembab dan gelap namun akan langsung mati jika terkena sinar
matahari langsung. (Erlien, 2008 p.42)
TBC paru ditularkan dari penderita tuberkulosis itu melalui
droplet nuclei/percik krenik yang yang keluar saat batuk maupun
bersin. Kuman M tuberculosis yang keluar dalam sekali batuk (3000
percikan dahak) sekitar 0-3500 kuman, sedangkan dalam sekali bersin
dapat menghasilkan sekitar 4500-1.000.000 kuman M.tuberculosis.
Dalam udara bebas, partikel infeksi ini dapat bertahan selama 1-2 jam,
tergantung intensitas cahaya matahari yang masuk, ventilasi udara
dalam rumah yang buruk, dan kelembapan (Setiati, 2014 p.865).
Seseorang yang menghirup udara yang mengandung bakteri
tuberkulosis dapat terinfeksi saluran pernapasannya. Selama bakteri
itu masih ada di saluran pernapasan, bakteri itu dapat menyebar ke
organ lainnya. Penyebarannya dapat melalui sistem peredaran darah,
sistem saluran limfe, maupun langsung menyebar ke bagian tubuh
yang lain. Daya penularanya tergantung banyak dan lamanya droplet
yang dihirup serta tingkat kesehatan dan faktor gizi seseorang. (Erlien,
2008 p.42)
b. Batuk/batuk darah
Gejala batuk ini adalah gejala yang sering ditemukan.
Batuk ini terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus. Batuk
muncul setelah penyakit berkembang di jaringan paru yaitu
setelah beberapa minggu atau beberapa bulan peradangan
bermula. Sifat batukawalnya batuk kering (non produktif) lalu
setelah terjadi peradangan menjadi batuk produktif
(berdahak/menghasilkan sputum). Apabila pembuluh darah sudah
pecah, maka batuk akan bercampur dengan darah.
c. Sesak nafas
Sesak nafas tidak dirasakan pada penyakit yang baru
tumbuh. Pada penyakit yang sudah lanjut sesak nafas ini
ditemukan dimana infiltrasi sudah meliputi setengah dari bagian
paru-paru.
d. Nyeri dada
Nyeri dada ini jarang ditemukan. Nyeri dada terjadi
apabila infiltrasi radang sudah ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis. Nyeri dada ini muncul akibat adanya gesekan kedua
pleura pada saat pasien inspirasi/ekspirasi.
e. Malaise
Gejala malaise yang sering ditemukan antara lai anoreksia,
tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri
otot, meriang, keringat malam, dan lain-lain
5. Patofisiologi
Basil tuberkulosis yang terhirup individu yang rentan dapat
menjadi infeksi. Bakteri ini dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli.
Di alveoli, bakteri ini berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Selain
itu, basil tuberkulosis ini juga dipindahkan melalui sistem limfe dan
sistem aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks
serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas).
11
Sarang primer/afek
Mempengaruhi sel point primer (fokus ghon)
Hipertermi
Mual muntah
Risiko transmisi
infeksi
Intake nutrisi kurang
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
6. Cara Penularan
7. Komplikasi
Penyakit tuberkulosis apabila tidak ditangani secara benar dapat
menimbulkan komplikasi. Menurut Setiati (2014, p.871), komplikasi
pada tuberkulosis dibagi menjadi dua, antara lain.
a. Komplikasi dini : pleuritis, empisema, efusi pleura, laringitis,
Poncets arthropaty.
b. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas yang akan menimbulkan
SOPT (syndrom obstruksi pasca tuberkulosis), kerusakan parenkim
yang akan menimbulkan fibrosis paru, amiloidosis, kor pulmonal,
karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), biasanya
terjadi pada TB miller dan kavitas TB.
15
8. Penatalaksanaan
Menurut Zain (2001) dalam Arif Muttaqin (2008, p.79),
penatalaksanaan pada tuberkulosis paru dibagi menjadi tiga bagian
yaitu pencegahan, pengobatan, dan penemuan penderita (active case
finding).
a. Pencegahan tuberkulosis paru
1) Pemeriksaan kontak, pemeriksaan kontak dilakukan pada
orang-orang yang bergaul dengan para penderita tuberkulosis
paru yang BTA nya positif. Pemeriksaan yang dapat dlakukan
antara lain tes tuberkulin, klinis, dan radiologis. Bila tes
tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax
diulangi pada 6 dan 12 bulan yang akan datang. Apabila
hasilnya negatif, vaksin BCG dapat diberikan. Namu, apabila
hasilnya positif artinya telah terjadi konversi hasil tes
tuberkulin yag telah dilakukan dan akan diberikan
kemoprofilaksis.
2) Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan yang dilakukan secara
masal pada kelompok populasi tertentu, misalnya karyawan
rumah sakit/perusahaan, para penghuni rumah tahanan, santri
yang ada di pondok pesantren.
3) Vaksinasi BCG
4) Kemoprofilaksis
5) Komunikasi, innformasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit
tuberkulosis kepada masyarakat dimulai dari tingkat
puskesmas maupun di tingkat rumah sakit yang dilakukan oleh
petugas.
Selain dengan cara diatas, terdapat cara mencegah terjadinya
penularan penyakit tuberkulosis yang dapat dilakukan di rumah
antara lain.
16
9. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya (2013), pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain.
No Jenis pemeriksaan Interpretasi hasil
1 Sputum:
a. Kultur M.tuberkulosis positif pada tahap aktif,
penting untuk menetapkan diagnosa pasti
dan melakukan uji kepekaan terhadap
obat
b. Ziehl-Neelsen BTA positif
2 Tes kulit (PPD, Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
Mantoux, Volimer) lebih) menunjukan infeksi masa lalu dan
adanya antibodi tetapi tidak berarti
menunjukan keaktifan penyakit
3 Foto thorax Dapat menunjukan infiltrasi lesi awal
pada area paru, simpanan kalsium lesi
sembuh primer, efuai cairan, akumulasi
udara, , area cavitas, area fibrosa, dan
penyimpangan struktur mediastinal
4 Histologi atau kultur Hasil positif dapat menunjukkan srangan
jaringan (termasuk ekstrapulmonal
bilasan lambung,
urin, cairan
20
serebrospinal, biopsi
kulit)
5 Biopsi jarum pada Positif untuk granuloma Tuberkulosis,
jaringan paru giant cell menunjukan adanya nekrosis
6 Darah:
a. LED Indikator stabilitas nilogik penderita,
respon terhadap pengobatan, prediksi
tingkat penyembuhan. Sering meningkat
pada proses akut
b. Limfosit Menggambarkan status imunitas
penderita (normal atau supresi)
c. Elektrolit Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi
cairan pada tb paru kronis luas
d. Analisa gas
Hasil bervaiasi tergantung lokasi dan
Darah
beratnya kerusakan
7 Tes faal paru Penurunan kapasitas vital, penurunan
ruang mati, peningkatan rasio udara
residu dn kapasitas paru total, penurunan
saturasi oksigen sebagai akibat dari
infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan
jaringan paru, dan penyakit pleura
3. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2014,p.13), secara
umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut.
a. Fungsi afektif (the affective function)
Fungsi afektif merupakan fungi keluarga yang mengajarkan
anggota keluarga untuk mempersiapkan diri dalam berhubungan
dengan orang lain. Fungsi ini hanya bisa didapat dalam keluarga
bukan dari pihak luar. Komponen yang dibutuhkan dalam fungsi
afektif ini yaitu saling mendukung, menghormati, dan saling asuh.
Dengan cara inilah seorang merasa mendapat perhatian, kasih
sayang, dihormati, kehangatan, dan sebagainya. Dari pengalaman
inilah perkembangan individu dan psikologis keluarga terbentuk.
b. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and
social placement function)
Fungsi keluarga dalam hal ini yaitu mengajarkan anggota
keluarga yang ada terutama anak-anak untuk dapat bersosialisasi
dengan orang lain dan berhubuungan dalam kehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah. Dalam hal ini, anggota keluarga
belajar disiplin, norma-norma, budaya, dan perilau melalui
interaksi dengan anggota keluarganya sendiri.
c. Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Dalam hal ini, sebuah keluarga memiliki fungsi untuk
mempertahankan keturunan dan menjaga kelangsungan
keluarganya.
d. Fungsi ekonomi (the economic function)
Keluarga mempunyai fungsi secara ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarganya dan sebagai
23
c) Blood (B2)
i. Inspeksi : Inspeksi adanya jaringan parut dan keluhan
kelemahan fisik.
ii. Palpasi : denyut nadi perifer melemah
iii. Perkusi : batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru
dengan efusi pleura condong kearah paru yang sehat.
iv. Auskultasi : tekanan darah biasanya normal atau mengalami
peningkatan tetapi jarang ditemukan.bunyi jantung
tambahan biasanya tidak didapatkan.
d) Brain (B3)
Kesadaran biasanya compos mentis, pada pengkajian
objektif klien tampak dengak wajah meringis,merintih.
e) Bladder (B4)
Urin berwarna jingga pekat dan berbau menandakan
fungsi ginjal normal pada penderita TB sebagai eksresi dari
OAT terutama rimfamisin
f) Bowel (B5)
Klien biasanya mengalami mual muntah penurunan
nafsu makan dan penuruan berat badan.
g) Bone (B6)
aktivitas sehari-hari terhambat, gejala yang muncul
antara alin kelemahan, kelelahan, insomnia, dan jadwal olahraga
menjadi tak teratur.
2. Analisa Data
Menurut Effendy (1998) dalam Bakri (2014, p.102), di dalam
menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan kesehatan keluarga dengan masalah
pencegahan penularan tuberculosis paru, yaitu:
a. Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
b. Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
32
c. Karakteristik keluarga
1) Penyakit keturunan
2) Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular
3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai
dengan kemampuan dan sumber daya keluarga. Seperti
keluarga dengan pemasukan kecil tapi memiliki anak
banyak
4) Resiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga. Seperti
meletakkan benda tajam disembarang tempat
5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota
keluarga
6) Keadaan yang dapat menimbulkan stress. Seperti hubungan
keluarga yang kurang harmonis
7) Sanitasi lingkungan buruk
8) Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan
9) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
10) Riwayat persalinan sulit
33
4. Prioritas Masalah
Menurut Zaidin Ali (2009, p.53), apabila masalah kesehatan
keluarga cukup banyak, masalah tersebut tidak mungkin diatasi
semuanya karena ada keterbatasan. Oleh karena itu, perlu disusun
skala prioritas dengan menggunakan criteria-kriteria sebagai berikut :
Tabel 2.4 skala penyusunan masalah kesehatan keluarga sesuai
prioritas
6. Implementasi
1) Memberikan informasi
2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah