Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
DALAM INGATAN MANUSIA

Disusun oleh:
Dhiah Ika Kristiani

Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Tahun 2019


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara tentang suatu proses berpikir secara umum, terdapat banyak hal yang
terlibat dalam proses tersebut sejak awal. Diantaranya adalah peran ingatan atau memori
serta perosesan informasi. Sudah semestinya perlu diketahui konsep tentang model ingatan
dan pemrosesan informasi agar dapat melakukan analisa lebih jauh suatu proses berpikir.
Ingatan atau memory merujuk pada proses penyimpanan atau pemeliharaan informasi yang
telah diperoleh seorang individu sepanjang masa. Hampir semua aktivitas manusia baik yang
bersifat kognitif, afektif maupun psikomotor pasti melibatkan ingatan.
Menurut Suharnan, 2005 persepsi adalah suatu proses penggunaan pengetahuan
yang telah dimiliki (yang disimpan dalam ingatan) untuk mendeteksi atau memperoleh dan
menginterpretasi stimulus(rangsangan) yang diterima oleh alat indera seperti, mata, telinga
dan hidung. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa persepsi adalah
proses penginterpretasian informasi yang diterima menggunakan alat indera.
Proses mengingat adalah proses biologi yang secara alami pasti terjadi pada
manusia. Selain sebagai proses biologi, mengingat juga merupakan proses mental. Proses
ini bukan merupakan kemampuan bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anak,
artinya belum tentu orang tua yang mempunyai kemampuan mengingat rendah anaknya akan
mempunyai kemampuan mengingat yang rendah pula. Seseorang dapat mengingat suatu
informasi yang telah dipelajari pada waktu yang lalu. Semakin banyak informasi yang
diperoleh seseorang berarti semakin sering terjadi kaitan antara informasi satu dengan
informasi yang lain. Setiap informasi yang dipelajari telah meninggalkan semacam jejak
dalam otak manusia dan jejak itulah yang akan dikeluarkan oleh otak berupa informasi
terdahulu yang telah tersimpan. Hal tersebut terjadi pada saat seseorang mengingat
informasi.
Betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu waktu kemudian ingatan itu akan
mengalami suatu proses kelupaan. Ingatan pada suatu ketika tidak dapat lagi menghadirkan
suatu keterangan yang diperlukan karena lupa. Kelupaan terjadi karena tiada penggunaan.
Hal ini dijelaskan dalam teori memudar pasif (passive decay theory) bahwa ingatan membuat
jejak fisik dalam otak seseorang yang lama-lama terhapus dengan berlalunya waktu.
Kelupaan dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan mengingat, sehingga informasi
yang diterima maupun yang telah tersimpan dalam ingatan dapat bertahan lebih lama.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud teori pengolahan informasi ?
2. Bagaimana pengorganisasian informasi/pengetahuan dalam ingatan manusia?
3. Bagaimana model pembelajaran pemrosesan informasi?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah agar kita dapat mengetahui dan
memahami:
1. Teori pengolahan informasi
2. Pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia
3. Model pembelajaran pemrosesan informasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Pengolahan Informasi


Penelitian pengolahan informasi menitik beratkan usahanya pada pelacakan dan
pemberian urutan operasi pikiran dan hasilnya, yang berupa informasi dalam pelaksanaan
tugas kognitif tertentu (Anderson, 1980). Bidang lain yang termasuk dalam psikologi kognitif
ialah sub ranah bahasa perumpamaan, memori, persepsi, intelegensi buatan, dan
perkembangan kognitif. Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi,
mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari
lingkungan. Penggolahan informasi dapat pula dikatakan sebagai proses bagaimana respon
individu terhadap informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang
mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Teori pengolahan informasi memiliki
suatu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat penekanan pada soal belajar. Teori
pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama
melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada informasi yang diperoleh ataupun melihat
kemampuan memori seorang individu. Penelitian pengolahan informasi memberikan
sumbangan atas pengertian proses belajar. Belajar dan pengolahan informasi adalah dua
aspek yang saling melengkapi.
Istilah “pengolahan Informasi” mengandung pengertian adanya pandangan tertentu
kearah studi individu. Pusat perhatiannya adalah cara bagaimana orang mempersepsi,
mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima setiap hari dari
lingkungan sekeliling. Teori pengolahan informasi berbeda dengan teori belajar yang khas
dalam tiga hal yaitu; pertama Tidak bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau suatu
rancangan penelitian tertentu. kedua, Adanya perpecahan pandangan filosofis dalam bidang
kognitif. Dan yang ketiga; Derajat penekanannya pada soal belajar.

B. Penggorganisasian Informasi/Pengetahuan Dalam Ingatan Manusia


Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling berkaitan.
Memori manusia dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk mengolah dan
mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga dapat dikatankan sebagai suatu alat yang
berfungsi untuk menangkap, mengolah dan menggunakannya di lain waktu ketika di
butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang rumit dengan banyak tahapannya dan saling
berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat interaksi-interaksi antara data-data dan
lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga (3)
struktur memori yaitu:
a) Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai informasi
ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau rangsangan
dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi tersebut akan
tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja. Ingatan tersebut akan
hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi lainnya. Ingatan sekilas atau
sekelebat yang didapat melalui panca indera ini biasanya disebut ’sensory memory’ atau
‘ingatan inderawi’. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa,
seperti yang telah sering dalam proses pembelajaran pesan atau keterangan yang
disampaikan seorang guru dapat hilang seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan
atau keterangan tersebut terkategori sebagai pencatatan pengideraan.
b) Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari
informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka pendek.
Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di dalam otak siswa
tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut. Penyimpanan jangka
pendek ini dapat bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20 detik.
c) Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang
permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari memori jangka pendek yang selalu
diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia terima dapat bersifat
permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi. Informasi yang sudah
tersimpan di dalam penyipanan jangka panjang ini sulit untuk hilang.
Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus diperhatikan Bapak dan
Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa dengan mudah adalah:
1. Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa daripada sesuatu yang
tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan 17.081.945 akan
jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan 51.408.791 karena bilangan
pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika dikaitkan dengan hari kemerdekaan
RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis menjadi 17–08–1945.
2. Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat siswa
daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan bilangan 4,
49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat bilangan berikut yang
sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3. Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada sesuatu
yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para siswa akan
memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan jalan ceriteranya
akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang sebaliknya akan terjadi
juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak menarik perhatian mereka dapat
menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga bagi para guru.

C. Model Pembelajaran Pemerosesan Informasi


Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori manusia
itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi
suatu sandi-sandi informasi dan keterampilanbagi penyimpananya untuk di pelajari. Dalam
hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan
suatu penyleksian, pengorganisasian danpengubahan terhadap informasi yang di dapat
menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk memudahkan individu dalam proses belajar
yang akan dijalani dirinya. Ini menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari
peserta didik adalah hal utama yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai
dari peserta didik, dalam hal ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
Atas dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran
yaitu (a) membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c)
memperlancar penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus
dilakukan secara berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan oleh peserta
didik. Dalam pengenalan awal stimulus melalui pengkodean yaitu bagaimana individu
mengubah stimulus yang ada sehingga dapat di simpan dan pada waktu yang lain dapat
dimunculkan kembali dengan mudah. Dalam pengkodean ini akan terjadi proses pengulangan
dan menghubungkan dengan informasi lama yang sudah tertanam dalam memori manusia.
Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat
ditujukan berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang
semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam proses
belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga memberikan
sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi yang sudah
tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah tersimpan
atau dsimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme penelusuran. Maksud
dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai suatu proses pemunculan
informasi yang tersimpan dalamlong term memory (ingatan jangka panjang) melalui suatu
penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang akan dimunculkan.
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua tahapan
dalam melaksanakan penelusuran, yaitu:
a) Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan
dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu
peenyeleksian terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih
sesuai apa yang akan di munculkan.
b) Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang mencakup
tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkait di
dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di munculkan
kembali.asumsi yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri dari struktur
informasi yang terorganisasi dan dan proses penelusurannya bergerak secara herarkis,
dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai
pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan kembali dapat didapatkan oleh
individu.
BAB III
KESIMPULAN

Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar yang menjelaskan
pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan kembali pengetahuan dari otak. Dalam
pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi-kondisi internal dan kondisi-
kondisi eksternal individu.
Pengorganisasian informasi dalam ingatan manusia melalui beberapa tahapan, mulai
dari informasi dedengar dan diproses didalam otak. Melalui perhatian yang selektif informasi
dipindahkan ke dalam kesadaran dan memori jangka pendek sedangkan informasi yang tidak
lolos attention dilupakan. Selanjutnya dengan Elaborative Rehearsal informasi yang telah
dipelajari disimpan di memori jangka panjang.
Dalam upaya peningkatan proses pembelajran informasi diperlukan adanya sebuah
rancangan dalam pembuatan kurikulum, sehingga dalam prosesnya sebuah informasi dapat
diingat dalam jangka waktu yang lama. Model pembelajaran pemrosesan informasi adalah
model pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas yang terkait dengan kegiatan proses
atau pengolahan informasi untuk meningkatkan kapabilitas siswa melalui proses
pembelajaran. Model ini lebih memfokuskan pada fungsi kognitif. Teori pemrosesan informasi
ini didasari oleh asumsi bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting. Dalam
proses pembelajaran terjadi adanya proses informasi kemudian diolah sehingga menciptakan
suasanya yang terencana, dan suasana pembelajaran yang mendukung.

Daftar Pustaka
Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and
Critical Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliffs.

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.

Markowitz, K. & Jensen, E. 2002. Otak Sejuta Gigabyte. Bandung: Kaifa.

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Suharnan, 2005. Psikologi Kognitif, Surabaya: Srikandi.

Anda mungkin juga menyukai