UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
YOGYAKARTA
2019
LONGCASE
KASUS
IDENTITAS
Nama : Tn. D
Usia : 34 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Agama : Islam
Pendidikan : SD (tidak lulus)
Suku : Jawa
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Tegal Asri, RT 06, Tamanan, Banguntapan.
Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2019 dan 14 April 2019
PEMERIKSAAN FISIK
I. Status Generalis
KU : Tampak sehat
Sensorium : compos mentis
Vital Sign
TD : 140/90
Nadi : 92x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36,6 derajat celcius
Status Internus
Kepala : normosefali, deformitas tidak ada
Mata : edema palpebra tidak ada, 8ontro ikterik -/-, konjungtiva anemis -/-
Hidung : simetris, deformitas (-), deviasi (-), sekret (-)
Telinga : simetris, bentuk dalam batas normal, menggantung, deformitas (-), sekret (-),
nyeri tekan tragus/mastoid tidak ada
Mulut : bibir tidak sianosis, lidah kotor (-), papil lidah tersebar merata, mukosa lidah
merah.
Leher : dalam batas normal, tiroid tidak membesar
Thoraks : tidak terdapat skar, simetris kanan kiri
- Paru-paru
Inspeksi : pernapasan statis dinamis kanan = kiri.
Palpasi : stemfremitus simetris kanan dan kiri.
Perkusi : sonor di semua lapang paru.
Auskultasi : suara napas vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
- Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Paplpasi : Iktus kordis teraba
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen :
Inspeksi : datar, deformitas (-)
Auskultasi : bising usus (+)
Perkusi : timpani (+) di seluruh regio abdomen
Palpasi : nyeri tekan (-)
Ekstremitas superior, inferior, dekstra, sinistra dalam batas normal
PROGNOSIS
1. Faktor yang memberikan pengaruh baik :
Indikator psikososial : mempunyai keluarga yang mendukung pasien, pasien masih
melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci pakaian dan mencuci piring dengan cukup
mandiri.
2. Faktor yang memberikan pengaruh buruk :
Masih terdapat keadaan kurangnya daya konsentrasi, perhatian, berhitung, membaca dan
menulis pada pasien.
Prognosis pasien secara menyeluruh adalah dubia ad bonam saat kondisi stabil, pasien dapat
mandiri meskipun tidak sepenuhnya produktif.
Sehingga kesimpulan prognosis pada pasien berdasarkan wawancara di atas sebagai berikut :
Quo Ad Vitam : dubia ad bonam
Quo Ad Functionam : dubia ad bonam
Quo Ad Sanationam : dubia ad bonam
TERAPI
Farmakoterapi
- Clozapin 25 mg, 2 x sehari, 1 tablet, sesudah makan
- Olanzapin 10 mg, 1 x sehari, 1 tablet, sesudah makan
- Triheksifenidil 2 mg, 2 x sehari, 1 tablet, sesudah makan
- Amlodipin 10 mg, 1 x sehari, 1/2tablet sesudah makan, pagi hari
Latihan dan pendidikan.
Latihan dan pendidikan meliputi latihan di rumah, latihan di sekolah, latihan teknis, dan
latihan moral. Latihan dengan pasien retardasi mental secara umum ialah:
- Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang ada.
- Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau antisosial.
- Mengajarkan suatu keahlian agar anak itu dapat mencari nafkah kelak.
Pasien dengan retaedasi mental dapat diberikan latihan meliputi:
- Latihan di rumah mengenai pelajaran makan sendiri, berpakaian sendiri, kebersihan
badan.
- Latihan disekolah yang bertujuan lebih pada perkembangan rasa sosial.
- Latihan teknis sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan kedudukan sosial.
- Latihan moral mengenai membedakan baik dan buruk, disiplin, hukuman dan hadiah.
Psikoterapi
Psikoterapi diberikan kepada pasien dan orang tua. Konseling pada orang tua antara lain
bertujuan untuk membantu mereka dalam mengatasi frustrasi oleh karena mempunyai anak
dengan retardasi mental, mereka perlu diberi dukungan bahwa bukan salah mereka jika anak
mereka mengalami hal seperti itu, tetapi mereka perlu berusaha untuk mengatasi keadaan
tersebut. Psikoterapi tidak dapat menyembuhkan retardasi mental, tetapi diharapkan dapat
terjadi perubahan sikap, tingkah laku, dan adaptasi sosial.
Edukasi
- Menyarankan kepada keluarga pasien untuk terus memberi dukungan terhadap pasien.
- Menyarankan kepada keluarga agar lebih sering untuk mengajak bicara pasien agar pasien
lebih percaya diri.
- Mendorong keluarga yang lain untuk ikut mendukung pasien, jangan menghindari pasien
seolah-olah pasien tidak diinginkan.
- Menyarankan keluarga agar pasien tetap kontrol rutin ke psikiater setiap bulan dan tetap
mengawasi konsumsi obat-obatan pasien.