Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas

di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60°

Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan. Malaria hampir ditemukan di seluruh

bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis

dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar

orang atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun kasusnya berjumlah

300-500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5-2,7 juta kematian, terutama di

negara-negara benua Afrika.

Malaria dapat menyebabkan kekurangan darah karena sel-sel darah banyak

yang hancur dirusak atau dimakan oleh plasmodium. Malaria juga

menyebabkan splenomegali yaitu pembesaran limpa yang merupakan gejala

khas malaria klinik. Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh

terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan

infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri, hiperemis. Pembesaran

terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah,

yang bisa menyebabkan perdarahan berat akibat pecahnya kelenjar limpa

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara melakukan pemeriksaan malaria menggunakan metode

imunocromatografi.?

1
1.3 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara melakukan

pemeriksaan malaria menggunakan metode imunocromatografi.

1.4 Manfaat Praktikum

Manfaat dari praktikum ini yaitu untuk melatih keterampilan mahasiswa

dalam melakukan pemeriksaan malaria menggunakan metode

imunocromatografi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Malaria

Malaria adalah kata yang berasal dari bahasa Italia, yang artinya mal :

buruk dan area : udara, jadi secara harfiah berarti penyakit yang sering timbul

di daerah dengan udara buruk akibat dari lingkungan yang buruk. Selain itu,

juga bisa diartikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan gejala demam

berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (Protozoa) dan ditularkan

oleh nyamuk Anopheles betina. Terdapat banyak istilah untuk malaria yaitu

paludisme, demam intermitens, demam Roma, demam Chagres, demam rawa,

demam tropik, demam pantai dan ague. Dalam sejarah tahun 1938 pada

Countess d’El Chincon, istri Viceroy dari Peru, telah disembuhkan dari

malaria dengan kulit pohon kina, sehingga nama quininedigantikan

dengan cinchona (Setiyani, 2014).

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium

yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini

secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Species plasmodium pada manusia adalah 4:

1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika.

2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertiana.

3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana)

4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale.

3
Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal

sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih

banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium

falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang-

kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang

terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat di daerah dengan angka

penualaran tinggi.

Penularan malaria dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit

manusia yang sudah terinfeksi parasit malaria. Nyamuk mencerna darah yang

mengandung gamet jantan dan betina dari parasit malaria. Di dalam perut

nyamuk, gamet itu bergabung menjadi sel yang disebut zigot. Zigot

menembus dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi ookist. Ookist

kemudian membelah dan menghasilkan ribuan sel yang disebut sporozoit.

Sporozoit meninggalkan dinding lambung dan bermigrasi ke kelenjar saliva

nyamuk. Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

sprozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran

darah (Kusuma dkk, 2010).

2.2 Siklus Hidup Plamodium

1. Siklus pada manusia

Pada saat nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

sporozoit yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam

peredaran darah selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan

masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian

4
berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit

hati (tergantung speciesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang

berlangsung selama lebih kurang 2 minggu.

Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit

hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi

bentuk dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di

dalam hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat

imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan

relaps (kambuh).

Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk

keperedaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah

merah, parasit tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon

(8-30 merozoit, tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini

disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan

merozoit yang keluar akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini

disebut siklus eritrositer.

2. Siklus pada nyamuk anopheles

Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang

mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina

melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet

kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar

lambung nyamuk ookinet akan menjadio okista dan selanjutnya menjadi

sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia.

5
2.3 Masa Inkubasi

Yaitu rentan waktu sejak sporozoit masuk sampai timbulnya gejala klinis

yang ditandai denagan demam. Masa inkubasi bervariasi tergantung species

plasmodium. Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit

yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit

jantan dan betina).

2.4 Gejala Klinis Malaria

Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis

ebagai berikut : demam tinggi, sakit kepala, menggigil, Nyeri di seluruh

tubuh. Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah

dan diare. Gejala tersebut diatas hampir menyerupai dengan gejala-

gejala penyakit lainnya, sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk

mendapatkan diagnosa yang pasti Tidak mudah dalam menentukan diagnose

malaria pada orang yang pernah terkena serangan sebelumnya. Hal ini

disebabkan karena tubuh penderita sudah menyesuaikan dengan penyakit

sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat terlihat. Kondisi demikian dapat

juga terjadi pada penderita yang sebelumnya sudah mengobati dirinya sendiri.

Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa sedikit demam dan sakit

kepala ringan (DPPBB, 2011).

2.5 Diagnosa Klinis Malaria

Diagnosis klinis adalah pendekatan yang paling sering digunakan

untuk menegakkan diagnosis malaria. Pendekatan ini memerlukan personil

yang terlatih, tapi pendekatan ini tidak mahal dan tidak memerlukan alat

6
khusus. Gejala dan tanda yang palingutama digunakan dalam menegakkan

diagnosis malaria adalah demam, yang biasanya disertai dengan

menggigil,berkeringat, sakit kepala, mual dan muntah.

Walaupun pendekatan ini sensitif, tapikurang spesifik karena gejala

malaria menyerupai penyakit demam lain. Diagnosis klinis malaria

memiliki spesifisitas sebesar 42% ketika menggunakan kombinasi

demam,splenomegali, dan bantalan kuku yang pucat serta spesifisitas sebesar

21% ketika hanya menggunakan demam sebagai dasar diagnosis. Over

diagnosis dan kemudian terapi yang berlebihan dapat menyebabkan

peningkatan tekanan obat yang mengarah pada resistensi obat. Ini akan

meningkatkan biaya, khususnya dengan penggunaan obat baru yang lebih

mahal, serta paparan pasien terhadap efek samping obat yang tidak

perlu. Karena itu diagnosis malaria berdasarkan klinis saja kurang bisa

dipercaya dan sebaiknya didukung oleh hasil tes laboratorium (Kusuma,

2010).

2.6 Pemeriksaan Laboratorium Untuk Malaria

Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk

mendiagnosis malaria, antara lain pemeriksaan mikroskopik,

Quantitativebuffy coat, Polymerase chain reaction (PCR), serta Rapid

Diagnostic Tests(RDT).

Tes Malaria Quantitative buffy coatmenggunakan fluorochrome

acridineorange sebagai pewarna sehingga parasite bisa dideteksi dengan

mikroskop fluorescence. Pengecatan ini dapat digunakan untuk mendeteksi

7
dan menghitung dengan mikroskop jumlah parasit di hapusan darah dan

dilapisan eritrosit (buffy coat) pada sampel darah yang sudah disentrifugasi.

Cara ini masihrelatif mahal untuk banyak tempat, karena kurangnya

teknologi sentrifugasi, danperlu modifikasi pada mikroskop. PCR dapat

mendeteksi parasitemia yang rendah, dan identifikasi semua

spesiesmalaria. PCR memerlukan personil yang terlatih, peralatan khusus,

reagen labil, dan lingkungan pemeriksaan yang khusus. Saat ini PCR tidak

banyak digunakan untuk diagnosis malaria.

1. Pemeriksaan Mikroskopis

Pemeriksaan mikroskop hapusan darah masih menjadi baku

emas untuk diagnosis malaria. Preparat untuk pemeriksaan malaria

sebaiknya dibuat saat pasien demam untuk meningkatan kemungkinan

ditemukannya parasit. Sampel darah harus diambilsebelum obat anti

malaria diberikan agar parasit bisa ditemukan jika pasien memang

mengidap malaria Darah yang akan digunakan untuk membuat

preparat diambil dari ujung jari manis untuk pasien dewasa,

sedangkan pada bayi bisa diambil dari jempol kaki.Sebelum dilakukan

pengambilan darah,dilakukan prosedur aseptik pada ujung jari

pasien. Ada 2 bentuk sediaan yang digunakan untuk pemeriksaan

mikroskopik, yakni hapusan darah tebal dan hapusan darah tipis.

Hapusan darah tebal untuk deteksi parasit malaria di darah ketika

parasitemia rendah. Dibuat dengan meletakkan satu tetes darah

berukuran besar pada kaca obyek yang bersih, dan dengan

8
menggunakan sudut dari kaca obyek yang kedua sebarkan darah

untuk membuat lingkaran dengan ukuran kira-kira sebesar uang

logam. Setelah dikeringkan dengan udara, preparat tadi tidak difiksasi

tapi langsung diwarnai dengan pewarna cair seperti Wright atau

Giemsa. Paparan hapusan darah tebal dengan pewarna cair tanpa

fiksasi terlebih dahulu menyebabkan sel darah merah ruptur sehingga

pemeriksa bisa melihat bentuk parasit pada lapisan tebal dar imateri

organik pada preparat Preparat tebal selalu digunakan untuk mencari

parasit malaria. Preparat ini terdiri dari banyak lapisan sel darah

merah dan sel darah putih. Saat pewarnaan, hemoglobin di dalam

sel darah merah larut (dehemoglobinisasi),sehingga darah dalam

jumlah besar dapat diperiksa dengan cepat dan mudah. Parasit

malaria, jika ada, lebih terkonsentrasi dari pada di preparat tipis dan

lebih mudah dilihat dan diidentifikasi. Hapusan darah tipis untuk

pemeriksaan malaria dibuat dengan cara yang sama dengan

pembuatan hapusan darah rutin untuk evaluasi hematologis.Satu tetes

darah berukuran kecil diletakkan pada salah satu ujung dari kaca obyek

yang bersih. Kaca obyek yang kedua dipegang dengan sudut

45°terhadap kaca obyek yang pertama,menyentuh tetesan darah tadi,

dan menyebarkannya dengan hapusan yang tipis saat kaca obyek yang

kedua didorong sepanjang permukaan kaca obyek yang pertama ke

arah ujung yang lain. Setelah pengeringan dengan udara,preparat

tadi difiksasi dengan anhydrousmethanol dan diwarnai dengan

9
pewarna Field’s, Wright’s atau Giemsa. Preparat tipis digunakan

untuk mengkonfirmasi spesies parasit malaria,ketika dengan

preparat tebal suli tdilakukan. Ini hanya digunakan untuk mencari

parasit pada kondisi tertentu.Preparat tipis yang disiapkan dengan

baik terdiri dari satu lapis sel darah merah dan sel darah putih yang

tersebar pada setengah dari kaca obyek. Pemeriksaan hapusan darah

dengan mikroskop akan memberikan informasi tentang ada

tidaknya parasit malaria,menentukan spesiesnya, stadium

plasmodium, dan kepadatan parasitemia. Densitas parasit dapat

membantu dalam menentukan prognosis, dan pemeriksaan

berkelanjutan dapat membantu dalam menentukan respon parasit

terhadap terapi (Kusuma, 2010).

Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak mengesampingkan

diagnosis malaria. Diagnosis malaria dapat disingkirkan setelah

dilakukan 3 kali pemeriksaan hapusan darahdan hasilnya negatif.

Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorik yang

berpengalaman. Pemeriksaan mikroskop memiliki sejumlah

keterbatasan. Diantaranyapemeriksaan ini memerlukan mikroskop

berkualitas dan sumber listrik serta seorang mikroskopis yang ahli

dan berpengalaman. Kualitas hapusan mempengaruhi hasil

pemeriksaan. Dimana variasi dalam pewarnaan dancara yang

digunakan untuk mengumpulkan dan mengolah sampel darah

mempengaruhi interpretasi preparat. Hasil pemeriksaan mikroskopis

10
juga dipengaruhi oleh densitas parasit. Pemeriksaan mikroskop

rutin tidak bisa secara meyakinkan dalam mendeteksi parasitemia

yang sangat rendah (Kusuma, 2010).

2. Tes Diagnosis Cepat (Rapid Diagnostic Test)

Tes diagnostik cepat adalah alat yang mendeteksi antigen malaria

pada sampel darah yang sedikit dengan tes imunokromatografi. Tes

imunokromatografi berdasarkan pada penangkapan antigen parasit

dari darah perifer menggunakan antibodi monoklonal

atau poliklonal terhadap antigen parasit. Untuk setiap antigen

parasit digunakan 2 set antibody monoclonal atau poliklonal, satu

sebagai antibodi penangkap, dan satu sebagai antibodi deteksi.

Antibodi monoklonal bersifat lebih spesifik tapi kurang sensitif bila

dibandingkan dengan antibodi poliklonal. Antigen yang digunakan

sebagai target diagnostik dapat spesifik terhadap satu spesies

plasmodium, atau dapat mencakup 4 parasit malaria pada manusia.

Saat ini tes imunokromatografi dapat mendeteksi histidine-rich protein

2 (HRP2) dari P.falciparum, parasite lactatedehydrogenase (p-LDH),

dan aldolase yang diproduksi oleh bentukaseksual atau seksual dari

parasit P. falciparum, P.vivax, P. ovale, dan P. Malaria. HRP2 adalah

target antigen malaria yang paling umum dan spesifik untuk

P.falciparum. HRP2dari P. Falciparum adalah protein yang larut air

yang diproduksi oleh bentuk aseksual dan gametosit muda dari

P. Falciparum. HRP2 diekspresikan pada permukaan membran sel

11
darah merahdan masih terdeteksi di darah selama minimal 28 hari

setelah dimulainyaterapi antimalaria. Rata-rata 9-12 hari setelah

gigitan nyamuk infeksius, HRP2 P.falciparum ditemukan di sirkulasi

bertepatan dengan gejala klinis malariaumlah HRP2 P. Falciparum

meningkat selama siklus infeksi eritrosit dengan jumlah terbesar

dilepaskan saat skizonruptur. HRP2 yang persisten dapat bermanfaat

dalam mendeteksi parasitemia yang rendah dan berfluktuasi pada

malaria kronik.

Parasite lactate dehydrogenase(pLDH) adalah enzim glikolisis

yang diproduksi oleh bentuk aseksual danseksual dari plasmodium,

dan terdapat serta dilepaskan oleh plasmodium yang menginfeksi

eritrosit. pLDH telah ditemukan pada ke empat spesies malaria dan

untuk setiap spesies terdapat isomer yang berbeda. Kemampuan RDT

yang beredar padaumumnya ada 2 jenis yakni mampu mendiagnosis

hanya infeksiP. falciparum(single) dan mampu mendiagnosi

sinfeksi-infeksi P. falciparum dan nonfalciparum(combo). Tes

pLDH didesainuntuk mendeteksi parasitemia dengan konsentrasi

parasit lebih dari 100-200parasit/µLdarah (Kakkilaya, 2003).

Pada umumnya, specimen untukpemeriksaan RDT dapat berupa

darah yang diperoleh dari tusukan pada jari. Spesimen ini

dicampur dengan larutan penyangga yang mengandung

hemolyzingcompound dan antibodi spesifik. Pada pemeriksaan ini

12
sampel berupa darah mengalir melintasi permukaan membran nitro

selulosemelalui aksi kapiler.

Antibodi penangkap disemprotkan dalam bentuk garis oleh

mesin pada membran nitroselulose dan berikatan dengan membran

pada fase imobile. Antibodi yang terfiksir ini bertugas untuk

mengekstrak dan mengikat antigen parasit dari sampel yang mengalir.

Jika antigen target ada didarah, maka akan terbentuk

kompleksantigen-antibodi. Kompleks ini akan berpindah ke atas

strip tes untuk ditangkap oleh predeposit antibodi yang spesifik

terhadap antigen target dan terhadap antibodi berlabel (sebagai

prosedur kontrol).

Pada umumnya, specimen untuk pemeriksaan RDT dapat berupa

darah yang diperoleh dari tusukan pada jari. Spesimen ini dicampur

dengan larutan penyangga yang mengandung hemolyzingcompound

dan antibodi spesifik. Pada pemeriksaan ini sampel berupa darah

mengalir melintasi permukaanmembran nitro selulose melalui aksi

kapiler.

Antibodi penangkapdisemprotkan dalam bentuk garis oleh mesin

pada membran nitroselulose dan berikatan dengan membran pada fase

imobile. Antibodi yang terfiksir ini bertugas untuk mengekstrak dan

mengikat antigen parasit dari sampel yang mengalir. Jika antigen

target ada didarah, maka akanterbentuk kompleks antigen-antibodi.

Kompleks ini akan berpindah ke atas striptes untuk ditangkap oleh

13
predeposit antibodi yang spesifik terhadap antigen target dan terhadap

antibodi berlabel (sebagai prosedur kontrol). Larutan penyangga

kemudian ditambahkan untuk menghilangkan hemoglobin sehingga

garis berwarna yang terbentuk dari kompleks antigen-antibodi yang

terimobilisasi dapat dilihat (Utari, 2016).

Tes HRP2 umumnya memberikan sensitivitas terhadap

P. falciparum lebih dari 90% pada kasus klinis. Ketika didampingi

dengan tesaldolase, sensitivitas terhadap malaria nonfalciparum

biasanya lebih rendah.Untuk tes pLDH, hasil bervariasi pada studi-

studi yang dilakukan. Sensitivitas terhadap P. falciparum

bagus (>95%) pada beberapa studi dan kurang (80%)pada studi yang

lain. Pemeriksaan RDT memiliki beberapa kekurangan. Diantaranya

hasil positif palsu dan negatif palsu pada beberapa kasus. Hasil positif

palsu terjadi karena reaksi silang dengan faktor rematoid yang ada di

dalam darah pasien penderita malaria. Kelemahan lain dari RDT

adalah tidak mampu menghitung densitas parasitemia, dan kemampuan

yang kurang optimal pada parasitemia yang rendah. Kualitas alat

diagnostik RDT sangat dipengaruhi transportasi dan penyimpanan alat

diagnostik. Antigen HRP2 masih akan terdeteksi selama lebih dari 28

hari setelah terapi,walaupun gejala malaria telah hilang dan stadium

aseksual parasit yang menyebabkan penyakit telah dibersihkan

dari darah pasien. Aldolase dan pLDH secara cepat tidak terdeteksi

setelah dimulainya terapi, tapi semua antigen ini diekspresikan pada

14
gametosit, dimana gametosit dapat tampak setelah infeksi klinis

berakhir. RDT dapat dilakukan oleh individu dengan pelatihan yang

minimal. Prosedur RDT terdiri dari 2 sampai 6 langkah dan

memerlukan waktu 5 sampai 30 menit. Beberapa studi, khususnya

yang dilakukan di desa dan hutan terpencil menemukan bahwa RDT

adalah alat yangbermanfaatuntuk survei lapangan, karena mudah

dibaca oleh pekerja lapangan.Beberapastudi lainnya menemukan

bahwa pengalaman dan tingkat pelatihan petugaslapangan dapat

mempengaruhi sensitivitas dan spesifisitas dari RDT.

RDT juga direkomendasikan pada situasi melebihi

kapasitas mikroskop seperti misalnya wabah. RDT yang ada sekarang

tidak diperuntukan menggantikan baku emas pemeriksaan dengan

menggunakan mikroskop namun sebagai penunjang pemeriksaan

ketika laboratorium tidak dapat melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan

mikroskop masih mutlak diperlukan sebagai kontrol hasil pemeriksaan

dengan menggunakan RDT (Kusuma dkk,2010).

15
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum ini dilakukan pada tanggal 8 April 2019 pada pukul 13.00

WITA, dan bertempat di lingkungan STIKES Bina MAndiri Gorontalo

khususnya di laboratorium Fitokimia.

3.2 Tujuan

Untuk mendeteksi ada tidaknya parasit Plasmodium Vivax, pada serum

pasien dengan menggunakan metode imunocromatografi.

3.3 Metode

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum pemeriksaan malaria

yaitu metode imunocromatografi.

3.4 Prinsip Kerja

Deteksi Ag HRP-2

3.5 Pra Analitik

Persiapan diri : menggunakan APD.

Persiapan pasien : dalam posisi duduk dan tenang.

Persiapan sampel : menggunakan serum yang telah di centrifuge.

3.5.1 Alat

a. Tabung tutup merah

b. Rapied test Malaria

c. Centrifuge

d. Holder

16
e. Disposible

f. Torniquet

3.5.2 Bahan

a. Darah

b. Kapas alkohol dan kering

3.6 Analitik

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2. Mengambil darah vena dengan menggunakan holder dan disposable

kemudian dimasukkan darahnya pada tabung tutup merah.

3. Masukkan kedalam centrifuge dan diputar selama 15 menit.

4. Keluarkan dari dalam centrifuge, beserta rapiednya yang akan digunakan.

5. Teteskan sebanyak 40 mikron serum dan teteskan pada rapid test

6. Baca hasilnya setelah 10 menit.

3.7 Pasca Analitik

a) Reaktif (+) : Jika terdapat garis merah pada line control dan test.

b) Non-reaktif (-) : Jika terdapat garis merah pada line control (C).

17
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dilaporkan hasil

sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan HbsAg

Metode Sampel Hasil Keterangan

Hanya 1 garis

Immunokromatografi Serum Negatif merah muncul

(strip) pada bagian

control (C)

4.2 Pembahasan

Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium

yang hidup dan berkembang biak di dalam sel darah manusia. Penyakit ini

secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.

Penularan malaria dimulai ketika nyamuk anopheles betina menggigit

manusia yang sudah terinfeksi parasit malaria. Nyamuk mencerna darah yang

mengandung gamet jantan dan betina dari parasit malaria. Di dalam perut

nyamuk, gamet itu bergabung menjadi sel yang disebut zigot. Zigot

menembus dinding lambung nyamuk dan berkembang menjadi ookist. Ookist

kemudian membelah dan menghasilkan ribuan sel yang disebut sporozoit.

Sporozoit meninggalkan dinding lambung dan bermigrasi ke kelenjar saliva

nyamuk. Pada waktu nyamuk anopheles infektif menghisap darah manusia,

18
sprozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran

darah.

Pada penderita malaria dapat ditemukan satu atau lebih gejala-gejala klinis

ebagai berikut : demam tinggi, sakit kepala, menggigil, Nyeri di seluruh

tubuh. Pada beberapa kasus dapat disertai gejala lainnya berupa mual, muntah

dan diare. Gejala tersebut diatas hampir menyerupai dengan gejala-

gejala penyakit lainnya, sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk

mendapatkan diagnosa yang pasti Tidak mudah dalam menentukan diagnose

malaria pada orang yang pernah terkena serangan sebelumnya. Hal ini

disebabkan karena tubuh penderita sudah menyesuaikan dengan penyakit

sehingga gejala klinisnya tidak selalu dapat terlihat. Kondisi demikian dapat

juga terjadi pada penderita yang sebelumnya sudah mengobati dirinya sendiri.

Keluhan yang dirasakan mungkin hanya berupa sedikit demam dan sakit

kepala ringan.

Dari hasil pemeriksaan dapat diketahui bahwa sampel darah dari Nn. NI

yang diambil dan diperiksa didapatkan hasil yang (-) negatif tidak

mengandung/mempunyai penyakit malaria yang ditandai dengan terbentuknya

satu garis merah di daerah C saja. Hasil pemeriksaan positif jika terbentuknya

dua garis merah pada daerah C dan T sebagaimana pada kontrol Positif. Tes ini

valid karena garis kontrol muncul dan pemeriksaan dilakukan secara

prosedural. Interpretasi hasil dari RDT dapat dilihat dari muncul atau tidaknya

warna pada tes strip tersebut. Pada setiap tes yang telah dilakukan warna pada

garis kontrol harus muncul, apabila warna pada garis kontrol tidak muncul

19
berarti hasil tes tersebut tidak akurat (invalid), dan tes harus di ulangi

menggunakan RDT yang baru. Pemeriksaan Tes Diagnostik Cepat dilakukan

berdasarkan deteksi antigen parasit malaria dengan imunokromatografidalam

bentuk dipstick.

20
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit parasit yang tersebar luas

di seluruh dunia meskipun umumnya terdapat di daerah berlokasi antara 60°

Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan. Malaria hampir ditemukan di seluruh

bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan sub tropis

dan penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,5 milyar

orang atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Malaria adalah penyakit infeksi

yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak

di dalam sel darah manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui

gigitan nyamuk anopheles betina.

5.2 Saran

Sebaiknya saat meneteskan sampel pada rapid test menggunakan pipet

tetes dilakukan dengan posisi tegak lurus agar volume yang ada di rapid test

sesuai volume yang diperlukan sehingga hasil yang didapatkan akurat.

21
DAFTAR PUSTAKA

Utari, D., Mudiharso., Nurindah, T. 2016. Imunoserologi. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Chandramohan D, Jaffar S, Greenwood B. 2002. Use of clinical algorithms


for diagnosingmalaria. Trop Med Int Health

Desrinawati. 2002 Rapid Manual Test sebagai Alat diagnostik Malaria. Sari
pediatriJurnal, Vol.4.

Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (DPPBB). 2011. Pedoman


teknis Pemeriksaan Parasit Malaria . Direktorat Jenderal PP dan PL
KemenkesRI.

Kakkilaya B.S. 2003. Rapid Diagnosis of Malaria. Labmed.

Kusuma, A.A.W. Lestari W, Herawati S, Sutirtayasa I.W.P. 2010


Pemeriksaanmikroskop dan tes diagnostik cepatdalammenegakkan
diagnosis malaria. Bagian/SMF Patologi Klinik Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum PusatSanglah Denpasar.

22

Anda mungkin juga menyukai