Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat
kecil. Menurut Buckle,bahan pangan dapat berperan penting sebagai agen
dari penularan atau pemindahan penyakit karena mikroorganisme yang
bersifat patogenik terhadap manusia. Kelompok mikroorganisme yang
umumnya berhubungan dengan bahan pangan adalah bakteri.
Mikroorganisme jenis bakteri adalah kelompok mikroorganisme yang paling
penting dan beraneka ragam, bakteri merupakan salah satu mikroba yang
mempengaruhi kehidupan manusia. Di daerah tropis seperti Indonesia
penyakit yang disebabkan oleh bakteri pathogen memiliki peringkat yang
cukup tinggi dalam urutan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat
(Adam, S, 1992).
Banyaknya manusia yang mulai tidak begitu peduli dengan gejala awal
terjangkitnya bakteri salah satunya adalah pada saluran pencernaan. Saluran
pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Jika saluran
pencernaan terganggu akan cukup mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Tapi
banyak masyarakat yang tidak peduli dengan penyakit yang ditimbulkan.
Misalnya saja penyakit yang dapat ditimbulkan oleh bakteri ada diare, gejala
awalnya ada kondisi perut yang tidak enak gejala awalnya cukup biasa tetapi
jika terlalu didiamkan akan membuat kondisi itu menjadi akut dan fatal.
Maka dari itu, bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup banyak pada
saat ini.
Mikroorganisme dapat ditemukan disemua tempat yang memungkinkan
terjadinya kehidupan, disegala lingkungan hidup manusia. Mereka ada di
dalam tanah, di lingkungan akuatik, dan atmosfer ( udara ) serta makanan,
dan karena beberapa hal mikroorganisme tersebut dapat masuk secara alami
ke dalam tubuh manusia, tinggal menetap dalam tubuh manusia atau hanya
bertempat tinggal sementara. Mikroorganisme ini dapat menguntungkan
inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit.
Bakteri merupakan penyebab penyakit yang cukup sering terjadi. Karena
banyaknya manusia yang mengabaikan penyakit tersebut karena terkadang
gejala awal yang diberikan ada gelaja awal yang biasa saja. Maka dari itu
alangkah baiknya jika kita masyarakat dapat mengetahui bagaimana cara
bakteri itu menginfeksi dan gejala-gejala apa yang akan dberikannya,dan
sebagai seorang analis kita juga harus mengetahui bagaimana mengambil dan
menaganani bahan pemeriksaan yang di ambil pada pasien yang terkena
penyakit yang disebabkan oleh bakteri oleh karena itu dibuatlah makalah
tentang penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan bagaimana
melakukan pengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan dengan baik dan
benar (Adam, S. 1992).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Proses Bakteri Dalam Menimbulkan Penyakit ?
2. Apa Saja Contoh – contoh Patogenesis Dari Beberapa bakteri ?
3. Bagaimana melakukan pengambilan dan penaganan bahan pemeriksaan
secara baik dan benar?
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui bakteri apa saja yang dapat menyebabkan
infeksi dan mengetahui bagaimana pengambilan dan penanganan bahan
pemeriksaan secara baik dan benar.
1.4 Manfaat
Untuk menambah pengetahuan mahasiswa tentang bakteri apa saja yang
dapat menyebabkan infeksi dan mengetahui bagaimana pengambilan dan
penanganan bahan pemeriksaan secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bakteri
Bakteri adalah nama sekelompok mikroorganisme yang termasuk
prokariotik yang bersel satu, berkembang biak dengan membelah diri dan
bahan-bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. Pada
umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil, kecuali beberapa spesies
tertentu yang mempunyai pigmen fotosintesis. Oleh karena itu, ada
bakteri yang hidupnya heterotrof dan ada juga bakteri yang hidup autotrof.
Bakteri heterotrof dapat dibedakan menjadi bakteri yang hidup sebagai
parasit dan saprofit, Sedangkan bakteri autotrof dapat dibedakan
berdasarkan atas sumber energi yang digunakan untuk mensintetis
makanannya menjadi bakteri foto-autotrof dan kemo-autotrof.
(Meliza reiliana, 2016).
2.2 Proses Bakteri Dalam Menyebabkan Penyakit
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.
Banyak bakteri dan virus memiliki akses memasuki tubuh inang melalui
membran mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,
konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak
mata (Pirdan Ramadani, 2017).
1. Jalan Masuk Mikroorganisme Ke Tubuh Inang
a. Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi
mikroorganisme infeksius. Mikroorganisme terhirup melalui
hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu. Penyakit yang
muncul umumnya adalah pneumonia, campak, tuberculosis, dan
cacar air.
b. Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui
bahan makanan atau minuman dan melalui jari – jari tangan yang
terkontaminasi mikroorganisme pathogen. Mayoritas
mikroorganisme tersebut akan dihancurkan oleh asam klorida(
HCL ) dan enzim – enzim di lambung, atau oleh empedu dan enzim
di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan
penyakit. Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A,
dan kolera. Patogen ini selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan
dapat ditransmisikan ke inang lainnya melalui air, makanan, atau
jari – jari tangan yang terkontaminasi.
c. Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit.
Kulit yang tidak mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh
mayoritas mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme memasuki
tubuh melalui daerah terbuka pada kulit, folikel rambut, maupun
kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain memasuki tubuh
inang pada saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui
penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut rute
parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan
dapat membuka rute infeksi parenteral.
d. Rongga mulut
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni
mikroorganisme. Salah satu penyakit yang umum pada rongga
mulut akibat kolonisasi mikroorganisme adalah karies gigi. Karies
gigi diawali akibat pertumbuhan Streptococcus mutans dan spesies
Streptococcus lainnya pada permukaan gigi. Hasil fermentasi
metabolisme, menghidrolisis sukrosa menjadi komponen
monosakarida, fruktosa, dan glukosa. Enzim glukosiltransferasi
selanjutnya merakit glukosa menjadi dekstran. Residu fruktosa
adalah gula utama yang difermentasi menjadi asam laktat.
Akumulasi bakteri dan dekstran menempel pada permukaan gigi
dan membentuk plak gigi. Populasi bakteri plak didominasi oleh
Streptococcus dan anggota Actinomyces. Karena plak sangat tidak
permeable terhadap saliva, maka asam laktat yang diproduksi oleh
bakteri tidak dilarutkan atau dinetralisasi dan secara perlahan akan
melunakkan enamel gigi tepat plak tersebut melekat.
2. Kolonisasi
Tahap pertama dari infeksi mikroba adalah kolonisasi: pembentukan
patogen di portal masuk yang tepat. Patogen biasanya menjajah jaringan
inang yang berhubungan dengan lingkungan eksternal.
3. Kepatuhan spesifik Bakteri to Cell dan Jaringan Permukaan
Beberapa jenis pengamatan memberikan bukti tidak langsung untuk
spesifisitas kepatuhan bakteri ke inang atau jaringan.
1. Tissue tropisme: bakteri tertentu diketahui memiliki preferensi
yang jelas untuk jaringan tertentu atas orang lain.
2. Spesifisitas Spesies: bakteri patogen tertentu hanya menginfeksi
spesies tertentu.
3. Genetik kekhususan dalam suatu spesies: strain tertentu atau ras
dalam suatu spesies secara genetik kebal terhadap pathogen.
4. Mekanisme Kepatuhan to Cell atau Jaringan Permukaan
Mekanisme untuk kepatuhan mungkin melibatkan dua langkah:
1. Nonspesifik kepatuhan : lampiran reversibel bakteri untuk
eukariotik permukaan (kadang-kadang disebut” docking)
2. kepatuhan Tertentu: lampiran permanen reversibel mikroorganisme
ke permukaan (kadang-kadang disebut “penahan”).
Situasi umum adalah bahwa lampiran lampiran reversibel mendahului
ireversibel tetapi dalam beberapa kasus, situasi sebaliknya terjadi atau
kepatuhan tertentu mungkin tidak akan pernah terjadi.
Kepatuhan nonspesifik melibatkan pasukan menarik spesifik yang
memungkinkan pendekatan bakteri ke permukaan sel eukariotik.
Kemungkinan interaksi dan pasukan yang terlibat adalah:
1) Interaksi hidrofobik
2) Atraksi elektrostatik
3) Atom dan molekul getaran yang dihasilkan dari dipol berfluktuasi
frekuensi yang sama
4) Brown
5) Perekrutan dan menyaring oleh polimer biofilm berinteraksi dengan
glycocalyx bakteri (kapsul)
5. Kerentanan Inang
Kerentanan terhadap infeksi bakteri tergantung pada kondisi fisiologis
dan imunologis inang dan virulensi bakteri. Pertahanan inang terhadap
infeksi bakteri adalah mekanisme nonspesifik dan spesifik (antibodi).
Mekanisme nonspesifik dilakukan oleh sel-sel neutrofil dan makrofag.
Perkembangan imunitas spesifik seperti respons antibodi memerlukan
waktu beberapa minggu. bakteri flora normal kulit dan permukaan mukosa
juga memberi perlindungan terhadap kolonisasi bakteri patogen. Pada
individu sehat, bakteri flora normal yang menembus ke tubuh dapat
dimusnahkan oleh mekanisme humoral dan seluler inang. Contoh terbaik
tentang kerentanan adalah AIDS, di mana limfosit helper CD4+ secara
progresif berkurang 1/10 oleh virus imunodefisiensi (HIV). Mekanisme
resistensi dipengaruhi oleh umur, defisiensi, dan genetik. Sistem
pertahanan (baik spesifik maupun nonspesifik) orang lanjut usia
berkurang. Sistem imun bayi belum berkembang, sehingga rentan terhadap
infeksi bakteri patogen. Beberapa individu memiliki kelainan genetik
dalam sistem pertahanan.
Resistensi inang dapat terkompromi oleh trauma dan penyakit lain yang
diderita. Individu menjadi rentan terhadap infeksi oleh berbagai bakteri
jika kulit atau mukosa melonggar atau rusak (terluka). Abnormalitas fungsi
silia sel pernafasan mempermudah infeksi Pseudomonas aeruginosa galur
mukoid. Prosedur medis seperti kateterisasi dan intubasi trakeal
menyebabkan bakteri normal flora dapat masuk ke dalam tubuh melalui
plastik. Oleh karena itu, prosedur pengantian plastik kateter rutin
dilakukan setiap beberapa jam (72 jam untuk kateter intravena).
Banyak obat diproduksi dan dikembangkan untuk mengatasi infeksi
bakteri. Agen antimikroba efektif melawan infeksi bakteri jika sistem imun
dan fagosit inang turut bekerja. Namun terdapat efek samping penggunaan
antibiotik, yaitu kemampuan difusi antibiotik ke organ nonsasaran (dapat
mengganggu fungsi organ tersebut), kemampuan bertahan bakteri terhadap
dosis rendah (meningkatkan resistensi), dan kapasitas beberapa organisme
resisten terhadap multi-antibiotik.
2.3 Contoh Bakteri Penyebab Infeksi
A. Sifilis
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama
penularannya melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari
ibu ke janin selama kehamilan atau saat kelahiran, yang menyebabkan
terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang diderita manusia yang
disebabkan oleh Treponema pallidum termasuk yaws (subspesies
pertenue), pinta (sub-spesies carateum), dan bejel (sub-spesies
endemicum) (Muliawan, Silvia Y. 2008).

Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana


penyakit tersebut muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase
primer secara umum ditandai dengan munculnya chancre tunggal (ulserasi
keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di kulit), sifilis sekunder
ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di telapak
tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya
menunjukkan sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma,
neurologis, atau jantung. Namun, penyakit ini telah dikenal sebagai
"peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan gejala yang tidak
sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri
juga dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif
dengan antibiotik, khususnya dengan suntikan penisilin G (yang
disuntikkan untuk neurosifilis), ataupunceftriakson, dan bagi pasien yang
memiliki alergi berat terhadap penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat
diberikan secara oral atau diminum (Muliawan, Silvia Y. 2008).
B. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis atau yang sering disingkat sebagai TB atau TBC
merupakan penyakit menular yang sangat luas penyebarannya di seluruh
dunia. Terlebih lagi, TB dapat menular dengan mudah melalui
sekresi batuk penderitanya yang menyebar di udara (Pirdan Ramadani,
2017).
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ini terbilang cukup ganas dan sulit disembuhkan. Butuh
waktu 6 bulan hingga 1 tahun untuk menjalankan terapi pengobatan TB
yang lengkap dan tanpa putus (Pirdan Ramadani, 2017).

Gejala: Berat badan turun drastis, batuk kronis, demam, kurang nafsu
makan dan berbagai ciri-ciri lainnya seperti berikut: Ciri-ciri
tuberkulosis (TBC).
Penyebab: Infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebar
melalui sekresi batuk penderitanya. Bakteri ini akan menyebar di udara
dan terhirup ke paru-paru orang lain, ketika sistem imun orang tersebut
lemah maka ia akan terinfeksi dan menderita TBC (Pirdan Ramadani,
2017).
C. Diare dan Gastroenteritis
Saluran pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi.
Salah satu penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat
menjangkit saluran pencernaan. Maka dari itu akan diperkenalkan bakteri-
bakteri yang terdapat pada saluran pencernaan yaitu Escherichia coli Ciri-
ciri Berbentuk batang,bakteri gram negatif, tidak memiliki spora,memiliki
pili, anaerobik fakultatif, suhu optimum 370C,flagella peritrikus.
Habitat utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan
manusia tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah
hangat. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat
C, optimum pada 37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total
bakteri dalam saluran usus dewasa (Pirdan Ramadani, 2017).
Penyebab diare dan Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran
usus). Infeksi melalui konsumsi air atau makanan yang tidak bersih.
Racunnya dapat menghancurkan sel-sel yang melapisi saluran pencernaan
dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke ginjal dan hati.
Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak
dan orang tua. E. coli dapat menyebar ke makanan melalui konsumsi
makanan dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar
mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini adalah mencuci tangan dengan
sabun (Pirdan Ramadani, 2017).
Patogenesis untuk Escherichia coli, penyakit yang sering ditimbulkan
adalah diare. E. coli sendiri diklasifikasikan berdasarkan sifat virulensinya
dan setiap grup klasifikasinya memiliki mekanisme penularan yang
berbeda. Contohnya :
1. E· Coli Enteropatogenik (EPEC)
E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC
melekatkan diri pada sel mukosa kecil. Faktor yang
diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan pelekatan
yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk
koloni dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu.
Akibatnya adalah adanya diare cair yang biasanya sembuh diri
tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC sedikit fimbria, ST dan
LT toksin, tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal
sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC
invasive (jika memasuki sel inang) dan menyebabkan radang.
2. E· Coli Enteroagregatif (EAEC)
Menyebabkan diare akut dan kronik pada masyarakat di
Negara berkembang. Bakeri ini ditandai dengan pola khas
pelekatannya pada sel manusia. EAEC menproduksi hemolisin
dan ST enterotoksin yang sama dengan ETEC.
Penularan pada bakteri ini adalah dengan kontak dengan tinja yang
terinfeksi secara langsung, seperti :
1. makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik
yang sudah dicemari oleh serangga atau kontaminasi oleh
tangan yang kotor
2. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang
air besar atau membersihkan tinja yang terinfeksi, sehingga
kontaminasi perabotan dan alat-alat yang dipegang.
2.4 Cara Pengambilan Bahan Pemeriksaan
Sampel yang representatif adalah sampel yang sebisa mungkin
mencerminkan dan menggambarkan komposisi dari suatu bagian atau batch
(partai) tertentu. Harus dipastikan bahwa terambil jumlah yang cukup pada
saat pengambilan sampel dan dihindari segala bentuk kesalahan yang dapat
menyebabkan sampel menjadi bias. Sebaiknya sebelum dilakukan
pengambilan sampel terlebih dahulu diperhitungkan kemungkinan-
kemungkinan yang terjadi dengan bakteri pada sampel, seperti nasib sel
setelah dilakukan pengambilan sampel, kemungkinan sel menjadi mati atau
malah bertambah sehingga hal ini perlu diantisipasi. Selain itu perlu
dipertimbangkan pula distribusi bakteri sehingga sampel yang diambil dapat
mewakili sepenuhnya (Herawati, 2013).
A. Prinsip pengambilan sampel secara umum adalah:
1. Suatu bagian tertentu (dapat digambarkan sebagai batch) yang
mengandung jenis dan jumlah bakteri tertentu.
2. Dari batch tersebut diambil sebagian kecil volumenya untuk
diinterpretasikan sesuai dengan kebutuhan.
3. Sebagian kecil yang diambil ini (sampel) harus sedapat mungkin
menggambarkan dari batch (populasi) tersebut baik dari segi jumlah
ataupun jenis bakteri yang ada.
4. Pengambilan sampel harus memenuhi syarat secara statistik bila
ditinjau dari volume yang diambil dan perulangan yang dilakukan.
5. Pada saat pengambilan sampel diharuskan supaya bakteri yang masuk
ke dalam wadah penampung sampel benar-benar berasal dari
sumbernya, bukan berasal dari lingkungan sekitar.
6. Sampel yang mengandung bakteri tersebut dijaga supaya tetap
menggambarkan kondisi yang ada sebelum memasuki tahap analisa.
B. Supaya tercapai tujuan diatas, maka dibutuhkan beberapa syarat tertentu
yaitu :
1. Semua peralatan pengambilan sampel harus steril dan dilindungi dari
kontaminasi sebelum dan sesudah pengambilan sampel dilakukan.
2. Dikerjakan dengan prosedur kerja aseptik yang baik dan dengan
senyawa desinfektan yang sesuai.
3. Dipilih peralatan atau wadah sampel yang cocok dan metode
pengambilan yang sesuai dengan jenis sampel.
4. Sebaiknya dilaksanakan pencegahan kontaminasi dari operator dengan
memakai sarung tangan dan masker. Pengambilan sampel sebaiknya
dilakukan pada tempat yang sedikit atau tidak terdapat aliran udara.
5. Setelah diambil, sampel langsung dianalisa. Pencegahan pertumbuhan
mikroba dapat disimpan pada suhu dingin. Jika perlu dapat
ditambahkan suatu zat ke dalam sampel dengan tujuan melindungi
mikroba dari kerusakan.
6. Pelabelan sampel harus mengandung nama sampel, waktu
pengambilan, tempat pengambilan, nama operator dan keterangan lain
yang mendukung.
C. Alat yang digunakan
Contoh peralatan yang biasa dipakai diantaranya adalah botol kaca,
botol plastik, pinset, spatula, pipet, sendok, pisau, gunting dan lainnya.
Peralatan yang berupa wadah penampung harus steril bagian dalamnya
sedangkan bagian luarnya sebaiknya didisinfeksi dengan senyawa-
senyawa antimikroba seperti etanol, sodium hipoklorit dll, sedangkan
peralatan untuk mengambil harus disterilisasi dengan cara yang tepat.
Peralatan jangan sampai mengandung sisa-sisa senyawa yang dapat
menghambat mikroorganisme, misalnya sisa deterjen pada botol dari
pencucian rutin atau sisa karat yang ada pada spatula. Semua peralatan
juga tidak boleh terdapat sisa bahan yang berpotensi menjadi nutrisi
seperti sisa agar atau gula. Botol sampel yang digunakan dapat terbuat
dari kaca atau plastik tahan panas dengan ukuran yang cocok. Jenis botol
yang direkomendasikan adalah botol gelas Borosilicate berpenutup ulir
dan lebih baik jika bermulut botol lebar. Jika menggunakan botol plastik
sebaiknya terbuat dari material yang tidak beracun
seperti polypropilene yang tahan disterilisasi dengan autoklaf berulang-
ulang. Bila dirasa perlu tutup botol dapat dibungkus dengan aluminum
foil agar bagian leher botol lebih terhindar dari kontaminasi. Kantong
plastik juga bisa dipakai, keuntungannya adalah mengurangi berat dan
resiko botol pecah.
Secara umum sampel dengan konsentrasi bakteri yang melimpah tidak
begitu membutuhkan teknik aseptik yang tinggi. Beberapa buah sel
bakteri kontaminan dari udara tidak akan berpengaruh banyak pada
sampel 100ml air limbah rumah tangga, tetapi akan sangat berpengaruh
pada pengambilan sampel meja Laminar Air Flow dengan teknik Contact
Plate. Saat mengambil sampel harus benar-benar diperhatikan bahwa
pengambilan tersebut harus secara aseptis, yaitu aman dari kontaminasi
mikroba selain dari sampel tersebut. Biasanya beberapa hal yang
mungkin dapat menyebabkan kontaminasi saat pengambilan sampel
antara lain :
1. Peralatan yang tidak steril
2. Kontaminasi udara
3. Kesalahan analis
4. Kesalahan prosedur
D. Teknik pengambilan sampel terbagi menjadi dua teknik utama yaitu :
1. Teknik pipetting
Teknik pipetting (mentransfer dengan pipet) sering digunakan
saat menganalisa sampel dengan kondisi standar. Keunggulan teknik
ini adalah kita dapat menghitung jumlah bakteri yang kita pindah
tersebut (opsianal, bila di inginkan) misalkan saat kita melakukan
metode TPC (menghitung jumlah koloni bakteri).
Teknik pipetting dapat dilakukan dengan pengenceran ataupun
tanpa pengenceran. Untuk pipetting dengan pengenceran kita dapat
menggunakan pipet volume sedangkan pipetting tanpa pengenceran
kita dapat menggunakan micro volume pipettor.
2. Inokulasi dengan jarum ose
Teknik ini digunakan untuk memindahkan kultur bakterial dari suatu
media ke media lainnya. Berbeda dengan teknik pipetting , pada teknik ini
jumlah bakteri sangatlah banyak sehingga kita tidak akan bisa
menghitungnya. Namun, beberapa tujuan utama dari teknik ini antaralain
(Herawati, 2013) :
a. Perbanyakan (Enrichment)
Memperbanyak jumlah bakteri yang dimiliki dengan cara
menanam bekteri ke media-media baru sehingga dapat
memperbanyak stok jumlah bakteri yang ada. Media yang digunakan
dalam teknik ini adalah media yang sama.
b. Seleksi
Inokulasi dengan cara menanam bakteri pada media yang selektif
pada bakteri tertentu, teknik ini bertujuan agar bakteri yang tumbuh
adalah bakteri tersangka (target) sehingga dapat diperoleh bakteri
yang sesuai dengan yang diharapkan. Sebagai contoh, misalkan kita
dapat menggunakan media MCA (MacConcey Agar) untuk
menyeleksi pertunbuhan bakteri Salmonella sp. saat menyeleksi dari
bakteri patogen lainnya.
c. Isolasi
Teknik inokulasi yang sering digunakan untuk metode ini adalah
teknik gores, yaitu menggoreskan biakan ke cawan petri secara
terus-menerus untuk diperoleh satu koloni yang tidak tercampur
dengan koloni lainnya.
d. Pemurnian Kultur Bakterial
Metode ini adalah teknik gabungan dari teknik-teknik diatas. Cara
pemurnian kultur dilakukan dengan menyeleksi kemudian
mengisolasi bakteri yang akan dimurnikan.
Metode ini harus dilakukan dengan cara menyeleksi dan mengisolasi
berulang kali dan dengan media yang berbeda-beda agar dapat diperoleh kultur
yang benar-benar tidak tercampur dengan bakteri lain. Berikut merupakan
prosedur pengambilan sampel sesuai tempatnya :
1. Sampel air
Pengambilan sampel air bergantung kepada keadaan air itu sendiri. Jika
berasal dari air sungai yang mengalir maka botol dicelupkan miring dengan
bibir botol melawan arus air. Bila pengambilan sampel dilakukan pada air
yang tenang, botol dapat dicelupkan dengan tali. Jika ingin mengambil
sampel dari air keran maka sebelumnya keran dialirkan dulu beberapa saat
dan mulut kran dibakar.
2. Sampel padat
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan pinset,spatula atau alat
lain lalu dimasuikkan ke dalam wadah steril. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pengambilan sampel padat adalah:
 Aliran udara di sekitar sampel.
 Stratifikasi dan distribusi karakteristik mikroorganisme pada sampel.
 Kedalaman atau letak sampel.
a. Pengambilan Sampel Tanah, Kompos Dan Lumpur
Sampel tanah secara umum diambil dengan kedalaman minimal 4cm
untuk memperkecil kemungkinan mendapat mikroba yang bukan berasal
dari tanah (hal ini bersifat relatif dan tergantung kebutuhan). Sebaiknya
diambil tanah yang tidak mengandung atau berkaitan dengan jaringan akar
tumbuhan.
Pengambilan sampel tanah dapat juga menggunakan hand soil
auger(gurdi atau penggerek tanah). Prinsip kerjanya adalah dengan
menusukkan suatu pipa dengan kedalaman tertentu sehingga tanah yang
memiliki lapisan-lapisan akan masuk ke dalam pipa sesuai dengan
lapisannya. Alat ini dapat digunakan sampai kedalaman 180 cm.
Kemungkinan resiko kontaminan dari bakteri permukaan dapat terjadi saat
pipa dimasukkan ke permukaan tanah tetapi dapat diminimalisasi dengan
membuang tanah yang berada pada sisi pipa dengan spatula. Pembersihan
pipa jika digunakan untuk pengambilan sampel selanjutnya adalah dengan
mencuci sisa tanah dengan air lalu dibilas dengan 75% etanol kemudian
dibilas lagi dengan air steril. Pengambilan sampel dengan cara ini akan
lebih meningkatkan kepresisian karena tanah sangat berkaitan erat dengan
beberapa faktor penting seperti konsentrasi oksigen, kelembaban dan
kandungan bahan organiknya yang sangat berhubungan dengan kedalaman
dan lapisan tanah. Namun kekurangannya yaitu tidak cocok jika digunakan
untuk mengambil sampel tanah yang memiliki banyak bebatuan. Selain itu
karena keheterogenan karakteristik mikroba tanah yang tinggi dan dengan
keterbatasan diameter pipa auger maka dapat memperkecil kemungkinan
terambilnya sampel yang representatif. Hal ini dapat diatasi dengan
banyaknya sampel tapi akan mempengaruhi biaya analisa yang dilakukan.
Untuk sampel tanah yang lebih dalam dapat dipakai alat yang dirancang
untuk tujuan tersebut seperti air rotary drilling atau hollow stem auger
drilling yang mampu mencapai kedalaman puluhan meter.
b. Pengambilan Sampel Daging
Lebih baik dipilih daging yang tidak kontak dengan udara langsung
(terletak dipermukaan) dan jarang dipegang oleh tangan, diperhatikan juga
aliran udara yang ada.
c. Pengambilan Sampel Gula Atau Beras Pada Karung
Sampel ini dapat diambil dengan cara yang praktis yaitu menusuk
karung dengan suatu pipa runcing steril kemudian sampel ditampung pada
kantung plastik steril. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, titik yang
akan ditusuk disemprot dahulu menggunakan etanol 70% dan di drain
beberapa detik ke dalam plastik penampung pertama (bukan sampel),
setelah selesai maka kucuran butir sampel ditampung ke dalam plastik
steril bersekat dan bekas tusukan ditutup dengan selotip.
2.5 Penanganan Bahan Pemeriksaan
1.Benar lokasi, mewakili material lokasi infeksi dan bebas kontaminasi
2.Benar waktu pengambilan, mengambil dengan jumlah optimal
3. Benar volume specimen, cukup utk kultur& Gram
4. Benar cara pengambilan misalnya urine MSU, urine bagian khusus bayi
5. Benar wadah harus steril, sesuai jenis spesimen
6. Benar identitas & specimen
7. Cuci tangan prosedural dan tindak aseptik dalam setiap prosedur
pengambilan specimen (Herawati, 2013).
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang dimulai dari permukaan
kulit, saluran pencernaan, saluran respirasi, saluran reproduksi.
Mikroorganisme patogen dapat memasuki tubuh inang melalui berbagai
macam jalan, misalnya melalui membran mukosa, kulit ataupun rute parental.
Banyak bakteri memiliki akses memasuki tubuh inang melalui membran
mukosa saluran pernapasan, gastrointestinal, saluran genitourinari,
konjungtiva, serta membran penting yang menutupi bola mata dan kelopak
mata.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, S. (1992). Dasar-Dasar Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Perawat.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Herawati, Iis. Dkk. Modul penuntun prkatikum mikrobiologi II (edisi kedua).
Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi. 2013
Meliza reiliana.2016. Bakteriologi (malizareiliana.mahasiswa.unimus.ac.id/wp co
ntent/upload/sites/441/2016/05/bakteriologi pdf) di akses pada 05/04/2019
Muliawan, Silvia Y. 2008. Bakteri Spiral Patogen(Treponema, Leptospira, dan
Borrelia). Jakarta: Erlangga.
Pirdan Ramadani, 2017. “Patogenesis Pada Bakteri Cara Bakteri
MenimbulkanPenyakit Contoh Mikroorganisme Patogenesis” (http://www.pu
nyawawasan.com/2017/03/patogenesis pada bakteri cara-bakteri.html) di
akses pada 05/April 2019

Anda mungkin juga menyukai