OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA
NIM 1823071003
2) Sifat-sifat koloid
1. Sifat Fisik
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir sama dengan
medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya
sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan
permukaannya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Ini
disebabkan karena butir-butir koloid terdiri atas beribu-ribu molekul,sedangkan pengaruh
terhadap sifat koligatif hanya ditentukan oleh jumlah molekul.
3. Sifat Optis
Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat oleh
mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya dilewatkan melalui
medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar daripad 10-9 m, berkas cahaya
tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut disebut optically clear. Ketika partikel
koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan
diteruskan dalam intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek
Tyndall.
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan
menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran
partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul
koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk
menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel
koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang (Bird, 1993).
dimana = atau
b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena
pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap
mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium pendispersinya, maka
partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan
serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan
menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-faktor ini
pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan pengendapan.
c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke
daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena adanya gerak Brown. Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan
dengan koefisien difusi. Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat
karena ukuran partikelnya relatif besar.
d. Tekanan osmosis
5. Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat
bergerak dalam medan listriK. Bila partikel koloid yang bermuatan ditempatkan
pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke arah salah satu elektroda
bergantung pada muatannya. Proses ini dikenal dengan nama elektroforesis. Laju
gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan gradien potensial (volt/cm)
dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut.
2. Cara Dispersi
1. Cara Mekanik
Butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh
tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-
butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi,
yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin. Endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.