Anda di halaman 1dari 10

IPA LANJUT

MINDMAP DAN RINGKASAN KIMIA KOLOID

OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA
NIM 1823071003

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2019
1) Pengelompokkan Sifat Fisik
SUSPENSI campuran berdasarkan
YUNANDA LUXIANA ukuran partikel Sifat Koligatif
KOLOID terdispersinya
LARUTAN Sifat Optis
Gerak Brown
Industri makanan: Keju, 2) SIFAT KOLOID
mentega, susu, saus salad Sifat Pengendapan
kinetik (sedimentasi)
Industri kosmetika dan
perawatan tubuh: Krim, pasta 5) kOLOID
KOLOID Sifat Listrik
Difusi
gigi, sabun DALAM
KEHIDUPAN KONDENSASI
Industri cat: berbagai a. Reaksi Redoks
3)
jenis catt PEMBUATAN b. Hidrolisis
KOLOID a. Mekanik
Industri kebutuhan rumah
DISPERSI c. Dekomposisi Rangkap
tangga Sabun, deterjen
b. Peptisasi
Industri pertanian d. Penggantian
HIDROFIL
Peptisida dan insektisida 4) KOLOID
Pelarut
LARUT/TERCAMPUR DENGAN AIR
HIDROFIL DAN
HIDROFOB
Industri farmasi Minyak ikan, HIDROFOB

pensilin untuk suntikan TIDAK LARUT/TERCAMPUR DENGAN AIR


1) Pengelompokkan campuran berdasarkan ukuran partikel terdispersinya
Berdasarkan ukuran partikelnya, sistem dispersi dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu suspensi, koloid, dan larutan.
1. Suspensi
Suspensi merupakan sistem dispersi dimana partikel yang ukurannya relatif besar terbesar
merata di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya, sistem dispersi merupakan
campuran yang heterogen. Sebagai contoh adalah endapan hasil reaksi tersebut, partikel-
partikel terdispersi dapat diamati dengan mikroskop dan bahkan dengan mata.
Suspensi merupakan sistem dispersi yang tidak stabil sehingga jika tidak diaduk terus-
menerus akan mengendap akibat gaya garvitasi bumi. Cepat lambatnya sespensi mengendap
tergantung pada besar kecilnya ukuran partikel zat dispersi. Semakin besar ukuran partikel
zat terdispersi, semakin cepat terjadinya proses pengendapan. Untuk memisahkan suspensi,
dapat dilakukan dengan proses penyaringan (filtrasi). Oleh karena ukuran partikelnya besar,
zat-zat yang terdispersi akan tertinggal di kertas saring.
Endapan hasil reaksi berupa suspensi yang ukurannya sangat kecil sukar terpisah. Untuk
mempercepat pemisahahn, dapat dilakukan sentrifugasi dengan menggunakan alat
sentrifugasi (alat pemutar dengan kecepatan tinggi).
2. Larutan
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikel-partikelnya sangat kecil
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel
terdisperdi, walaupun menggunakan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi
(mikroskop ultra).
Tingkatan ukuran partikellarutan adalah molekul atau ion-ion sehingga larutan
merupakan campuran yang homogen dan sukar dipisahkan dengan penyaringan atau alat
sentrifugasi.
Oleh karena ukuran partikel zat terdispersi denagn medium pendispersinya hampir sama,
sifat zat pendispersi dalam larutan akan terpengaruh (berubah) dengan adanya zat terdispersi.
Sebagai contoh, jika dalam air ditambahkan garam dapur, air akan membeku di bawah 0oC.
Semakin banyak garam yang ditambahkan, semakin besar penurunan titik bekunya. Hal ini
akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan sifat-sifat larutan.
3. koloid
Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Istilah koloid
pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya
terhadap gelatin yang merupakan kristal, tetapi sukar mengalami difusi.. padahal, umumnya
kristal mudah mengalami difusi. Oleh karena itu, zat semacam gelatin ini juga disebut
dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi.

2) Sifat-sifat koloid
1. Sifat Fisik
Sifat fisika koloid berbeda-beda tergantung jenis koloidnya. Pada koloid hidrofob
sifat-sifat seperti rapatan, tegangan permukaan dan viskositasnya hampir sama dengan
medium pendispersinya. Pada koloid hidrofil karena terjadi hidrasi, sifat-sifat fisikanya
sangat berbeda dengan mediumnya. Viskositasnya lebih besar dan tegangan
permukaannya lebih kecil.
2. Sifat Koligatif
Suatu koloid dalam medium cair juga mempunyai sifat koligaif. Sifat ini hanya
bergantung pada jumlah partikel koloid bukan pada jenisnya. Sifat-sifat koligatif koloid
umumnya lebih rendah daripada lautan sejati dengan jumlah partikel yang sama. Ini
disebabkan karena butir-butir koloid terdiri atas beribu-ribu molekul,sedangkan pengaruh
terhadap sifat koligatif hanya ditentukan oleh jumlah molekul.
3. Sifat Optis
Walaupun secara definisi partikel koloid terlalu kecil untuk dapat dilihat oleh
mikroskop biasa mereka dapat dideteksi secara optikal. Ketika cahaya dilewatkan melalui
medium yang mengandung partikel yang tidak lebih besar daripad 10-9 m, berkas cahaya
tersebut tidak dapat dideteksi dan medium tersebut disebut optically clear. Ketika partikel
koloid hadir, bagaimanapun, sebagian cahaya akan dihamburkan, dan sebagian lagi akan
diteruskan dalam intensitas yang rendah. Penghamburan ini dikenal dengan nama efek
Tyndall.
Efek Tyndall dapat digunakan untuk mengamati partikel-partikel koloid dengan
menggunakan mikroskop. Karena intensitas hamburan cahaya bergantung pada ukuran
partikel, maka efek Tyndall juga dapat digunakan untuk memperkirakan berat molekul
koloid. Partikel-partikel koloid yang mempunyai ukuran kecil, cendrung untuk
menghamburkan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Sebaliknya partikel-partikel
koloid yang mempunyai ukuran besar cendrung untuk menghamburkan cahaya dengan
panjang gelombang yang lebih panjang (Bird, 1993).

, Jika partikel berbentuk bola maka:

dimana = atau

Keterangan: Vm= Volume partikel


m = massa partikel
d = rapat partikel atau massa jenis
n = mol
4. Sifat kinetik
a. Gerak Brown
Partikel koloid bila diamati dibawah mikroskop ultra akan nampak sebagai
bitik-bintik bercahaya yang selalu bergerak secara acak dengan jalan berliku-liku.
Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersinya disebut gerak
Brown. Terjadinya gerakan ini disebabkan oleh banyaknya tabrakan molekulmolekul
medium pendispersi tidak sama (tidak setimbang).

b. Pengendapan (sedimentasi)
Partikel-partikel koloid mempunyai kecendrungan untuk mengendap karena
pengaruh gravitasi bumi. Hal tersebut bergantung pada rapat massa partikel terhadap
mediumnya. Jika rapat massa partikel lebih besar dari medium pendispersinya, maka
partikel tersebut akan mengendap. Sebaliknya bila rapat massanya lebih kecil akan
mengapung.
Koagulasi endapan koloid dapat dipercepat oleh suhu tinggi dan pengadukan
serta dengan penambahan elektrolit tertentu. Dengan suhu tinggi berarti akan
menurunkan viskositas dan menaikkan selisih rapatan. Namun faktor-faktor ini
pengaruhnya relatif kecil terhadap kecepatan pengendapan.

c. Difusi
Partikel zat terlarut akan mendifusi dari larutan yang konsentrasinya tinggi ke
daerah yang konsentrasinya lebih rendah. Difusi erat kaitannya dengan gerak Brown,
sehingga dapat dianggap molekul-molekul atau partikel-partikel koloid mendifusi
karena adanya gerak Brown. Kecendrungan dari zat untuk berdifusi dinyatakan
dengan koefisien difusi. Menurut Graham, butir-butir koloid berdifusi sangat lambat
karena ukuran partikelnya relatif besar.

d. Tekanan osmosis

5. Sifat Listrik
Permukaan partikel koloid mempunyai muatan listrik karena terjadinya
ionisasi atau penyerapan ion-ion dalam larutan. Akibatnya partikel koloid dapat
bergerak dalam medan listriK. Bila partikel koloid yang bermuatan ditempatkan
pada medan listrik, maka partikel tadi akan bergerak ke arah salah satu elektroda
bergantung pada muatannya. Proses ini dikenal dengan nama elektroforesis. Laju
gerakan partikel (cm/det) dalam medan listrik dengan gradien potensial (volt/cm)
dikenal sebagai mobilitas partikel tersebut.

3) Menjelaskan pembuatan koloid secara dispersi dan kondensasi


1. Cara Kondensasi
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung
menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti
reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh:
• Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam SO2.
2H2S (g) + SO2 (aq) 2H2O (l) + 3S (koloidal)
• Pembuatan sol emas dari reaksi antara larutan HAuCl4 dengan larutan K2CO3 dan
HCHO (formaldehida).
2HAuCl4 (aq) + 6K2CO3 (aq) + 3HCHO (aq) 2Au (koloidal) + 5CO2 (g) + 8KCl(aq) +
3HCOOK (aq) + KHCO3 (aq) + 2H2O (l)
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh:
• Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Apabila ke dalam air mendidih
ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 (aq) + 3H2O (l) Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl (aq)
c. Dekomposisi Rangkap
Contoh:
• Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S.
2H3AsO3 (aq) + 3H2S (aq) As2S3 (koloid) + 6H2O (l)
• Sol AgCl dapat dibuat dengan mencampurkan larutan perak nitrat encer dengan
larutan HCl encer
AgNO3 (aq) + HCl (aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
d. Penggantian Pelarut
Contoh:
• Larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol akan terbentuk suatu koloid
berupa gel.

2. Cara Dispersi
1. Cara Mekanik
Butir-butir kasar digerus dengan lumpang atau penggiling koloid sampai diperoleh
tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi.
Contoh:
Sol belerang dapat dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama dengan
suatu zat inert (seperti gula pasir), kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.
2. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan
dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-
butir kasar menjadi butir-butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi,
yaitu proses pemecahan protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin. Endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

4) Membedakan koloid hidrofil dan hidrofob


1. Koloid Hidrofil ; yaitu koloid yang dapat campur dengan air , dapat diencerkan dan lebih
stabil . Contohnya klid dari senyawa-senyawa organik, misalnya kanji (amilum), agar-
agar, dsb
2. Koloid Hidrofob ; kebalikan dari koloid hidrofil, yaitu tidak campur dengan air, sehingga
tidak dapat diencerkan dan kurang stabil. Contoh : Kebanyakan koloid dari senyawa
anorganik, misalnya sol belerang ( S ) , Fe(OH)3 , dsb

5) Kegunaan koloid dalam industri dan kehidupan sehari-hari


Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut adalah aplikasi koloid :
Jenis industry Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Berikut adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel koloid
akan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi zat
warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O à Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

Anda mungkin juga menyukai