Anda di halaman 1dari 29

IPA LANJUT

MINDMAP DAN RINGKASAN IKATAN KIMIA

OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA
NIM 1823071003

PROGRAM STUDI S2 PENDIDIKAN IPA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2019
• terjejal rapat satu sama lain.

• memiliki sedikit elektron valensi

• kulit terluar atom logam relatif longgar

• Mobilitas elektron dalam logam lebih bebas


ion – susunan elektron pada
• Elektron valensi berbaur menyelimuti ion positif 18) Ikatan Logam atom atau molekul di
dipole dan Sifat-Sifatnya pengertian orbital atom atau
1) Konfigurasi molekulnya.
dipol – dipol Elektron Stabil 1. asas Aufbau,
Ikatan antarmolekul berupa
2. Asas Larangan Pauli
gaya tarik-menarik oleh atom 3. Kaidah Hunt
ion - dipol yang elektronegatifitas aturan
sangat besar (F, O atau N) 17) Ikatan 2) Proses
terinduksi Hidrogen dan definisi
Pembentukan senyawa ionik berdasarkan data entalpi
terhadap atom H dari molekul Pembentukan
lain disebut ikatan hidrogen Sifat-Sifatnya Senyawa Ion
dipol - dipol terinduksi (Siklus Born-
Menggunakan data perubahan entalpi (reaksi endoterm dan eksoterm)
gaya antar dipol Haber prinsip
Rumus entalpi total ∆H = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 + ∆H...
dipol terinduksi - dipol terinduksi
gaya london 16) Gaya Van Der Waals
1. Struktur Ionik
dan Sifat-Sifatnya
2. Titik leleh dan titik didih
3. Isomorf Ionik
3) sifat umum 4. Kelarutan
homo Mendeskripsikan
Sifat-Sifat Umum
5.
6.
Daya hantar listrik
Reaksi ion
15) Diagram Tingkat Energi Senyawa Ion 7. Keras, kaku dan rapuh
Orbital Molekul Diatomik
hetero Homo dan Heteronuklir ikatan kimia yang memiliki karakteristik
Ikatan Kovalen berupa pasangan elektron yang saling
4) Teori Lewis
tentang Ikatan terbagi (pemakaian bersama elektron) di
14) Konfigurasi Elektron Molekul Diatomik Kovalen struktur Lewis antara atom-atom yang berikatan

13) Pembentukan Orbital ikatan kimia


Penggambaran distribusi elektron dalam
Bonding dan Anti Bonding suatu struktur molekul dengan
menggunakan tanda elektron (.) (x) :
5) Struktur
Lewis dan resonansi
Fungsi gelombang harus mempunyai 12) Pendekatan Dasar Altenatif-alternatif struktur Lewis
Resonansi
simetri yang relatif sama Teori Orbital Molekul

Fungsi gelombang harus bertumpang tindih


11) Pembentukan
Ikatan Berdasarkan 6) Muatan
Orbital atom harus mempunyai energi Proses pencampuran orbital definisi
Hibridisasi Formal dan
muatan yang diberikan kepada atom dalam
Kontribusinya definisi suatu molekul atau ion dengan asumsi
ada gaya tarik pada elektron- 10)
Terhadap Sifat- bahwa ikatannya merupakan ikatan kovalen
Sifat Zat
elektron . Pendekatan rumus murni
Elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan. Dasar Teori
Ikatan 7)
Valensi Meramalkan
Elektron berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi Bentuk
Molekul Postulat
Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan
9)
prinsip penentuan struktur atom dengan
gelombang Menurut
Senyawa dorongan pasangan elektron minimal.
Teori VSEPR
Elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan ikatan paling kuat. Polar dan
Non-Polar
Gambarkan struktur lewis
orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling banyaklah yang akan membentuk 8) Momen molekul.
langkah
ikatan paling kuat. Ikatan dan
Hitung pasangan elektron disekitar
Momen Dipol
terbentuk jika dua atom atom pusat, dan susun mereka
Zat
yang berikatan dalam dengan tolakan yang minimal.
atomnya memiliki polar suatu senyawa memiliki
perbedaan perbedaan Tentukan posisi atom dari
elektronegativitas non polar momen ikatan keelektronegatifan
yang tinggi maka
pasangan elektron yang terbagi.
akan ada momen
dipole momen dipol suatu besaran Beri nama struktur molekul
vektor yang tersebut dari posisi atomnya
jika pasangan elektron digambarkan
yang dipakai bersama
menggunakan
tertarik sama kuat ke
semua atom moment ikatan YUNANDA lUXIANA
1) Konfigurasi Elektron Stabil
Konfigurasi Elektron adalah susunan elektron pada atom atau molekul di orbital atom
atau molekulnya. Didalam atom terdapat partikel subatomik neutron dan proton yang terdapat
pada inti atom, dan elektron yang bergerak mengelilingi inti atom tersebut pada kulit-kulit
elektron (level-level energi) yang tertentu.
Lintasan peredaran elektron ini disebut juga kulit elektron. Kulit pertama yang terdekat
dengan inti atom disebut kulit K, kemudian kulit kedua disebut kulit L, kulit ketiga disebut
kulit M, dan seterusnya berurut berdasarkan alfabet sebagaimana kulit menjauhi inti atom.
Kulit elektron ini juga dapat dinyatakan dengan bilangan kuantumutama (n), dimulai dari 1
untuk kulit K, 2 untuk kulit L, dan seterusnya.
Semakin besar nilai n, semakin jauh kulit elektron dari inti atom dan semakin
besar energi elektron yang beredar di kulit terkait. Elektron-elektron akan mengisi kulit-kulit
elektron pada atom dimulai dari kulit K yang merupakan level energi terendah. Setiap kulit
elektron hanya dapat terisi sejumlah tertentu elektron. Jumlah maksimum elektron yang dapat
terisi pada kulit elektron ke-n adalah 2n2.
Namun, unsur-unsur pada tabel periodik pada umumnya tidak stabil. Untuk mencapai
kestabilan unsur-unsur tersebut harus membentuk ikatan kimia dengan unsur lain
atau bisa juga dengan unsur sejenis. Lewis dan Kossel menarik kesimpulan bahwa konfigurasi
elektron suatu atom akan stabil apabila elektron terluarnya 2 (duplet) atau 8 (oktet). Pada saat
terbentuk ikatan kimia, setiap atom yang bergabung harus memenuhi aturan duplet atau oktet,
dengan cara menerima atau melepaskan elektron (terjadi perpindahan elektron).
Kecenderungan atom-atom untuk memiliki delapan elektron di kulit terluar disebut Kaidah
Oktet.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat pada
Gambar.
Gambar: Asas Aufbau
2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat
bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang
memiliki spin yang berlawanan.
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron
dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin
paralel yang paling banyak.

Gambar: Kaidah Hund


2) Proses Pembentukan Senyawa Ion (Siklus Born-Haber)
Pembentukan senyawa ionik pada umumnya mengikuti Siklus Born-Haber. Siklus Born-
Haber dibentuk menggunakan data entalpi. Entalpi adalah istilah yang menyatakan jumlah
energi dari suatu sistem termodinamika. Siklus Born-Haber menampilkan secara grafik proses
pembentukan senyawa ionik dari unsur-unsurnya. Dalam diagram siklus Born-Haber terdapat
panah yang mengarah ke atas dan ke bawah. Arah panah yang mengarah ke atas menunjukkan
reaksi endoterm, sedangkan arah panah yang mengarah ke bawah menunjukkan reaksi
eksoterm. Reaksi endoterm adalah reaksi yang menyerap kalor (terjadi perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem), sedangkan eksoterm adalah reaksi pelepasan kalor (terjadi perpindahan
kalor dari sistem ke lingkungan.
Berikut adalah konsep penggunaan siklus Born-Haber.

o Logam M padat diubah menjadi gas. Pada proses ini diperlukan energi (entalpi) sublimasi
(S= ∆H1)
o Logam M dalam fase gas selanjutnya berubah menjadi ion M+, pada proses diperlukan
energi ionisasi sebesar I = ∆H3
o Gas X2 dipecah (didisosiasi) menjadi X, pada proses ini diperlukan energi disosiasi
sebesar ½ D=∆H2
o Gas klor kemudian terion menjadi X-, pada proses ini dilepaskan energi berupa Afinitas
elektron sebesar A= ∆H4\Pada tahap akhir, ion M+ dan X- membentuk MX. Pada proses
ini dihasilkan energi berupa energi kisi sebesar U = ∆H5
o Menurut hukum Hess, besar energi/entalpi total (∆H) dapat ditentukan sebagai berikut.
∆H = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H5
∆Hf = S + ½ D + I – A – U
Contoh penerapa siklus Born-haber adalah pembentukan Natrium klorida dari ion
Na+ dan Cl-, sebagai berikut.

Na(s) + ½ Cl2(g) → NaCl(s) ∆H = -411 Kj/mol


Proses ini dapat dipecah menjadi beberapa tahap.
o Na(s) → Na(g) ∆H1 = 92 Kj/mol, Entalpi ini adalah sublimasi dari natrium = S
o ½ Cl2(g) →Cl(g) ∆H2 = 121 Kj/mol, ∆H2 = ½ entalpi disosiasi dari Cl2(g) = ½ D
o Na(g) → Na+ (g) ∆H3 = 496 kj/mol, ∆H3 = energi ionisasi natrium = I
o Cl(g) → Cl- (g) ∆H4 = -349 kj/mol, ∆H4 adalah afinitas elektron ; reaksi adalah
eksoterm.
o Na+ (g) + Cl- (g) → NaCl (s) = -771 kj/mol, ∆H5 = energi kissi kristal

Entalpi total dalam pembentukan Natrium klorida dari ion Na+ dan Cl- adalah sebagai
berikut.
∆H = ∆H1 +∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H1
∆H = 92 Kj/mol + 121 Kj/mol + 496 Kj/mol + (-349) Kj/mol + (-771) Kj/mol
∆H = -411 Kj/mol
3) Mendeskripsikan Sifat-Sifat Umum Senyawa Ion
Sifat-sifat umum senyawa ion adalah sebagai berikut.
1. Struktur Ionik
Dalam keadaan padat, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal dengan susunan
tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada senyawa ion dapat memberi
petunjuk mengenai susunan internal dari kristal ion tersebut. Misalnya pada kristal NaCl
dapat diketahui bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl–, dan setiap ion Cl– juga
dikelilingi oleh 6 ion Na+.
2. Titik leleh dan titik didih
Ion positif dan ion negative pada senyawa ionik, terikat satu sama lain oleh gaya
elektrostatis yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik yang terdapat
dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energi yang cukup besar,
yang mengakibatkan titik leleh dan titik didih senyawa ionik juga tinggi.
3. Isomorf Ionik
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl
dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu
terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai
susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing
mempunyai susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau
konfigurasi elektron ion-ion penyusun kristal tersebut.
4. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionik larut dalam pelarut yang mengandung gugus OH–seperti
H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen
larut dalam pelarut nonpolar.
5. Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionik dapat
menghantarkan arus listrik.
6. Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionik, ion-ion tidak tergantung pada ion pasangannya, misalnya bila
NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl.
Reaksi yang terjadi adalah: Ag+(aq) + Cl–(aq) —› AgCl (s)
7. Keras, kaku dan rapuh
Kristal ionik keras karena ion positif dan negatif yang sangat tertarik satu sama lain dan
sulit untuk memisahkan. Tolakan elektrostatik cukup dapat untuk membagi kristal,
sehingga padatan ionik juga rapuh.

4) Menjelaskan Teori Lewis tentang Ikatan Kovalen


Ikatan kovalen adalah sejenis ikatan kimia yang memiliki karakteristik berupa pasangan
elektron yang saling terbagi (pemakaian bersama elektron) di antara atom-atom yang
berikatan. Ikatan kovalen biasanya terjadi antar unsur nonlogam yakni antar unsur yang
mempunyai keelektronegatifan relatif besar. Ikatan kovalen juga terbentuk karena proses
serah terima elektron tidak mungkin terjadi.
Untuk melihat jumlah elektron, umumnya dilakukan penggambaran menggunakan
simbol. Penggambaran distribusi elektron dalam suatu struktur molekul dengan menggunakan
tanda elektron disebut struktur Lewis. Tanda elektron yang digunakan, biasanya berupa tanda
titik (.) dan tanda silang (x).
Contoh penerapan teori Lewis dapat dilihat dalam pembentukan ikatan kovalen tunggal
pada senyawa CH4. Konfigurasi elektron atom 6C: 2, 4. Jadi, atom C memiliki 4 elelktron
valensi. Pada pembentukan CH4, elektron dari H berpasangan dengan elektron dari atom C.
Dalam atom C terdapat empat elektron yang tidak berpasangan sehingga untuk memenuhi
kaidah oktet diperlukan empat atom H.
Pada setiap atom H yang dilingkari, terdapat dua elektron (duplet) dan pada atom C yang
dilingkari terdapat delapan elektron (oktet). Tanda titik (.) dan tanda silang (x) hanya notasi
yang digunakan untuk membedakan elektron yang berasal dari atom C dengan elektron yang
berasal dari atom H. Perhatikan pula bahwa pasangan elektron yang digunakan bersama dapat
ditandai dengan garis.

Struktur Lewis dalam bentuk garis


Ikatan kovalen yang terbentuk pada senyawa CH4, dinamakan ikatan kovalen tunggal.
Selain ikatan kovalen tunggal, dapat pula terjadi ikatan kovalen rangkap dua ata tiga. Contoh
ikatan kovalen rangkap dua terjadi pada senyawa O2.

Beberapa pedoman penulis struktur Lewis.


1. Senyawa yang mempunyai formula umum MXn maka M (atom yang spesial/atom pusat)

biasanya diletakkan di tengah dan memiliki n buah ikatan M-X. Contoh ion nitrat NO3-

2. Hidrogen dan halogen umumnya membentuk satu ikatan (H-, Cl-). Unsur golongan 16 (VI
A) seringkali membentuk dua ikatan (O =, -O-). Unsur golongan 15 (VA) cenderung
membentuk tiga ikatan (N, -N=). Golongan 14 (IVA) biasanya membentuk empat ikatan
(=C=, -C ).
3. Unsur golongan 2 (IIA) dan golongan 13 (IIIA) sering disebut unsur kekurangan elektron
(elektron-dificient). Unsur ini dalam struktur Lewis senyawa kovalennya sering kurang dari
8 elektron dan disebut juga penyimpangan hukum okted. Contoh: boron dalam senyawa
BF3.

B setelah bergabung dengan 3 F maka elektron valensinya hanya 6.

4. Unsur setelah nomor atom 12 seringkali termasuk unsur hipervelent yaitu dapat
mengekspansi kulit terluarnya hingga mengandung lebih dari 8 elektron pada senyawa
tertentu. Hal ini dapat terjadi karena melibatkan orbital-orbital d yang masih kosong. Contoh:
P dalam PCl5

5. Senyawa berikatan berikatan rangkap dua dan tiga dapat membentuk ikatan  (phi). Ikatan
tersebut lebih effektif jika jarak antar inti berdekatan, maka unsur seperti C, N, O, P dan S
adalah unsur golongan utama yang dapat membentuk ikatan rangkap.
Ketentuan-ketentuan ini bukan merupakan aturan baku dan terdapat beberapa Pengecualian.
Namun konsep tersebut dapat membantu mempermudah penulisan struktur Lewis

5) Struktur Lewis dan Resonansi


Beberapa molekul dapat mempunyai lebih dari satu struktur Lewis. Altenatif-alternatif
struktur Lewis tersebut disebut struktur resonasi dan molekul tersebut disebut hibrida
resonansi (resonace hybrid). Sebagai contoh SO2 dapat ditulis dengan dua alternatif struktur

Lewis seperti berikut.

Kedua struktur ekivalen tapi tidak identik. Struktur resonansi ini dapat diterima dan tidak
dapat ditentukan struktur mana yang paling stabil. Sehingga struktur Lewis SO2 dapat ditulis

sebagai berikut.

Contoh lain penulisan struktur resoansi dapat dilihat pada benzena.

Tetapi struktur struktur Lewis pada ion tiosianat tidak ekivalen sebagaimana pada
struktur resonansi SO2. Ion tiosianat (SCN-) dapat ditulis dengan tiga struktur bentuk Lewis

seperti berikut.
6) Muatan Formal dan Kontribusinya Terhadap Sifat-Sifat Zat
Muatan formal dapat didefinisihkan sebagai muatan yang diberikan kepada atom dalam
suatu molekul atau ion dengan asumsi bahwa ikatan-ikatannya merupakan ikatan kovalen
murni. Muatan formal suatu atom dapat ditentukan dengan rumus :

Contoh : Muatan formal masing-masing atom pada struktur Lewis ion tiosianat.

FC S = 6-4-(0,5)4= 0 FC S = 6-2-(0,5)6= +1 FC S = 6-6-(0,5)2= -1


FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0
FC N = 5-4-(0,5)4=-1 FC N = 5-6-(0,5)2= -2 FC N = 5-2-(0,5)6= 0

Jumlah total muatan formal atom-atom sama dengan muatan dari molekul/ionnya. Jadi
total muatan formal masing-masing struktur adalah -1 dan ini sama dengan muatan ion
tiosianat.
Kriteria Kestabilan Struktur Lewis Menurut Konsep Muatan Formal
1. Yang paling sedikit jumlah atom-atom yang bermuatan (non-zero formal charge)
2. Tidak terdapat atom yang bermuatan berdekatan
3. Muatan negatif terdapat pada atom yang mempunyai elektronegatifitas tinggi dan muatan
positif terdapat pada atom berelektronegatifan rendah. Urutan nilai elektrogetifitas
beberapa atom yang sering membentuk ikatan kovalen :
B < P < S < C < N < O < Cl < F
Urutan kriteria ini penting diperhatikan. Seandainya kriteria pertama sudah terpenuhi maka
kriteria berikutnya dapat diabaikan.
Kembali ke ion tiosianat di atas, maka kriteria pertama tidak dapat menjawab persoalan
karena ketiga struktur memiliki atom yang bermuatan. Menurut kriteria kedua struktur yang
stabil adalah (a) dan (c). Struktur (b) paling tidak stabil karena (b) memiliki dua atom yang
bermuatan. Namun diperlukan kriteria ketiga untuk menilai yang paling stabil antara struktur
(a) dan (b). Menurut urutan nilai keelektronegatifan, atom N lebih pantas bermuatan negatif
dibandingkan S. Maka struktur yang paling stabil adalah (a).
Muatan formal juga dapat digunakan untuk menilai struktur Lewis yang memiliki elektron
valensi ganjil (radikal).Contoh nitrit oksida dapat ditulis dengan dua kemungkinan struktur
Lewis yaitu:

Kalau diperhatikan struktur ini sama-sama memiliki satu atom yang tidak okted. Struktur
(a) elektron tidak berpasangan terdapat pada atom N sedangkan struktrur (b) elektron yang tidak
berpasangan tersebut ada pada atom O. Muatan formal (a) semuanya nol sedangkan muatan
formal (b) adalah +1 dan -1, maka (a) lebih stabil atau struktur yang Lewis yang paling dapat
diterima.
Muatan formal dapat juga digunakan untuk memperkirakan struktur topologi molekul.
Misalnya ion fulminat, CNO- dimana N sebagai atom pusat. Garam Pb(CNO)2 sangat reaktif

digunakan sebagai bahan detonator (bahan pemicu ledakan). Ion CNO- bereaksi dahsyat berubah
menjadi ion sianat, NCO- yang lebih stabil. Coba perhatikan bahwa ion fulminate, CNO- dimana
N sebagai atom pusat sedangkan ion sianat, NCO-, C sebagai atom pusat. Perbedaan kereaktifan
kedua ion ini dapat diterangkan dengan konsep muatan formal. Coba bandingkan muatan formal
masing-masing ion dan jelaskan struktur mana yang paling stabil sesuai dengan kriteria di atas.

Asam nitrit, HNO2 dapat memiliki beberapa topologi molekul sebagai berikut.

Menurut kretaria muatan formal struktur (b) yang paling stabil dan ternyata juga sesuai
hasil eksperimen, topologi yang benar adalah struktur (b).
7) Meramalkan Bentuk Molekul Menurut Teori VSEPR
Struktur dari molekul sangat penting untuk menentukan sifat kimianya. Banyakmetode
yang digunakan untuk menentukan struktur molekul, penyusunan atom dalammolekul tiga
dimensi. Model ini disebut sebagai model VSEPR (valence shell electron pair
repulsion), yang digunakan untuk memprediksi geometri dari molekul yangterbentuk dari
nonlogam. Postulat dari model ini yaitu “prinsip penentuan struktur atom dengan dorongan
pasangan elektron minimal.
Kekuatan tolakan elektron valensi dalam sebuah molekul dapat diurutkan sebagai berikut.
Pasangan elektron bebas versus pasangan elektron bebas > pasangan elektron bebas versus
pasangan elektron ikatan > pasangan elektron ikatan versus pasangan elektron ikatan.
Tahapan Menggunakan Model VSEPR adalah sebagai berikut.
1. Gambarkan struktur lewis molekul.
2. Hitung pasangan elektron disekitar atom pusat, dan susun mereka dengantolakan yang
minimal.
3. Tentukan posisi atom dari pasangan elektron yang terbagi.
4. Beri nama struktur molekul tersebut dari posisi atomnya.
Cara menggunakan model VSEPR
1. Contoh NH3, Gambarkan struktur lewisnya.

2. Hitung pasangan elektron dan atur dalam tolakan yang minimal. Molekul NH3 memiliki 4
pasang elektron dimana ada 3 pasang elektron ikatan dan1pasang tidak ikatan.
3. Tentukan posisi atom. Atom H mengalami tolakan dari pasangan elektron bebas yang
terdapat diatas atom nitrogen
4. Beri nama struktur molekul tersebut. Struktur molekul ammonia yaitu trigonal piramid,
tidak tetahedral karena terdapat 3 pasang elektron ikatandan 1 pasang elektron bebas.
Berikut adalah nama molekul yang mungkin terbentu menurut teori VSEPR
8) Momen Ikatan dan Momen Dipol Zat
Momen dipol merupakan suatu besaran vektor yang digambarkan menggunakan
moment ikatan. Jika jumlah vektor momen-momen ikatan lebih besar dari nol, maka molekul
tersebut bersifat polar, sebaliknya jika jumlah vektor momen-momen ikatan sama dengan nol,
maka maka molekul tersebut bersifat nonpolar.
Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang berikatan dalam suatu senyawa memiliki
perbedaan keelektronegatifan. Elektron yang yang ditarik oleh atom yang lebih elektronegatif
menunjukan arah momen ikatan dan ditunjukan menggunakan tanda → dari atom yang
kurang elektronegatif menuju atom yang lebih elektronegatif.
Akibat tarikan elektron yang terjadi, terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang
lebih elektronegatif, sedangkan pada atom yang kurang elektronegatif akan terbentuk
semacam kutub positif.
Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang digambarkan
menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯) diberikan pada unsur yang lebih
elektronegatif dan muatan parsial positif (δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif
(lebih elektropositif).
Berikut contoh menggambar muatan parsial pada molekul HCl.

Dari contoh di atas terlihat bahwa terdapat muatan positif dan negatif pada tanda δ yang
digunakan. Tanda tersebut tidak sama dengan +1 atau -1 seperti pada simbol ion, tetapi tanda
ini hanya menggambarkan elektron ikatan tidak sepenuhnya dipindahkan ke atom Cl.

9) Menentukan Senyawa Polar dan Non-Polar


Suatu senyawa yang atom-atomnya memiliki perbedaan elektronegativitas yang tinggi
maka akan ada momen dipole sehingga bersifat polar. Pada senyawa HCl selisih
elektronegatifitas (3,16-2,20 = 0,96), Cl mempunyai elektronegatifitas yang lebih tinggi dari
pada H sehingga Cl cenderung menarik elektron yang dipakai bersama terhadapnya Cl
akhirnya Cl bermuatan negatif. Atom H sudah kekurangan elektron maka H menjadi
bermuatan positif. Dengan demikian ada momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.
“Makin besar selisih keelektronegatifan antara dua atom, makin besar pula kepolarannya
tetapi molekul tersebut tidak memiliki titik pusat simetri, atau distribusi muatannya tidak
simetris”.
Suatu ikatan kovalen disebut non polar (tidak berkutub) jika pasangan elektron yang
dipakai bersama tertarik sama kuat ke semua atom. Contoh : H2 dan Cl2 yang mempunyai

selisih ektronegatifitas nol merupakan senyawa non polar.

Dalam molekul CH4 dan CO2 sebenarnya terdapat perbedaan elektronegatifas C dan H

serta C-O yang tinggi namun tarikan elektron antar atom berimbang karena struktur memiliki
titik pusat simetri dengan kata lain terbagi secara rata pada semua sisi.

Lain halnya dengan molekul air (H2O) yang simetris tetapi tidak mempunyai titik pusat

simetri. Tarikan terhadap elektron menjadi tidak berimbang sehingga O cenderung bersifat
elektronegatif dan H cenderung bermuatan positif. Sehingga terdapat momen dipole dan
senyawa ini bersifat polar.

10) Pendekatan Dasar Teori Ikatan Valensi,


Teori ikatan valensi merupakan teori mekanika kuantum pertama yang muncul pada masa
awal penelitian ikatan kimia yang didasarkan pada percobaan W. Heitler dan F. London pada
tahun 1927 mengenai pembentukkan ikatan pada molekul hidrogen. Selanjutnya, teori ini
kembali diteliti dan dikembangkan oleh Linus Pauling pada tahun 1931 sehingga
dipublikasikan dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul “On the Nature of the Chemical Bond”.
Dalam jurnal ini dikupas hasil kerja Lewis dan teori ikatan valensi oleh Heitler dan London
sehingga menghasilkan teori ikatan valensi yang lebih sempurna dengan beberapa postulat
dasarnya, sebagai berikut:
1. Ikatan valensi terjadi karena adanya gaya tarik pada elektron-elektron yang tidak
berpasangan pada atom-atom.
2. Elektron – elektron yang berpasangan memiliki arah spin yang berlawanan.
3. Elektron-elektron yang telah berpasangan tidak dapat membentuk ikatan lagi dengan
elektron-elektron yang lain.
4. Kombinasi elektron dalam ikatan hanya dapat diwakili oleh satu persamaan gelombang
untuk setiap atomnya.
5. Elektron-elektron yang berada pada tingkat energi paling rendah akan membuat pasangan
ikatan-ikatan yang paling kuat.
6. Pada dua orbital dari sebuah atom, orbital dengan kemampuan bertumpang tindih paling
banyaklah yang akan membentuk ikatan paling kuat dan cenderung berada pada orbital
yang terkonsentrasi itu.

11) Menjelaskan Pembentukan Ikatan Berdasarkan Hibridisasi


Atom mempunyai orbital-orbital yang memiliki tingkat energi yang berbeda-beda.
Misalnya orbital s mempunyai tingkat energi yang rendah dibandingkan orbital p dan orbital
d. Dalam proses terbentuknya molekul atau ikatan kimia maka sebahagian orbital atom pusat
bercampur menghasilkan suatu kumpulan orbital yang memiliki energi yang sama atau
disebut orbital terdegenerasi. Orbital yang baru ini disebut orbital hibrida, dan akan overlap
dengan orbital ligand. Proses pencampuran orbital dikenal dengan istilah hibridisasi. Ilustrasi
hibridisasi orbital 1 orbital s dan 1 orbital p pada sumbu-z untuk menghasilkan orbital hibrida
sp dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Pada tabel dibawah ini disajikan beberapa orbital hibrida yang terbentuk-orbital atom
pusat.

Karakter orbital s ialah lebih padat dan cenderung membentuk ikatan yang pendek
dibandingkan orbital p, d dan f. Dengan demikian orbital hibrida yang memiliki karakter s yang
tinggi cenderung lebih menghasilkan ikatan yang lebih pendek.
Contoh : orbital sp2 ; memiliki 1 orbital s dan 2 orbital p maka kharakter s adalah 1/3 dari total
orbital (3 orbital) atau 33%. Energi ikatan meningkat mengikuti urutan orbital hibrida ;
sp < sp2 < sp3 < dsp3 < d2s3
Ikatan antara atom karbon dan hidrogen, C-H menjadi semakin panjang bilamana
hibridisasi karbon beruba dari sp menjadi sp2 dan sp3 dimana karakter orbital semakin berkurang.
Peningkatan panjang ikatan juga terjadi ikatan antara karbon- karbon, C-C jika karakter s
berkurang.

12) Pendekatan Dasar Teori Orbital Molekul


Teori orbital molekul (OM) menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom yang berikatan
dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Konstruksi orbital molekul dari orbital
atom, ibagian dalam pembentukan molekul. Separuh dari orbital molekul mempunyai energi
yang lebih besar daripada energi orbital atom. Orbital yang dibentuk yaitu orbital molekul
pengikatan (bonding) dan orbital molekul antiikatan (anti bonding). Elektron yang tidak
mengambil bagian dalam pengikatan disebut elektron tidak berikatan (nonbonding) dan
mempunyai energi yang sama dengan energyi yang dimiliki atom-atom yang terpisah. Energi
–energi relatif dari setiap jenis orbital secara umum terlihat pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 1. Kombinasi orbital atom yang membentuk orbital atom


Orbital atom yang mengambil bagian dalam pembentukan orbital molekul harus
memenuhi persyaratan sebgai berikut:
1. Orbital atom yang membentuk orbital molekulm harus mempunyai energi yang dapat
dibandingkan.
2. Fungsi gelombang dari masing-masing orbital atom harus bertumpang tindih dalam
ruangan sebanyak mungkin..
3. Fungsi gelombang orbital atom harus mempunyai simetri yang relatif sama dengan
sumbu molekul.
Pembentuk orbital molekul adalah σ (sigma) dan orbital π (pi). Orbital sigma simetris
disekitar sumbu antarnuklir. Penampang tegak lurus terhadap sumbu nuklir (biasanya sumbu
x) memberikan suatu bentuk elips. Ini terbentuk dari orbital s maupun dari p dan orbital d
yang mempunyai telinga sepanjang sumbu antar nuklir. Orbital π terbentuk ketika orbital p
pada setiap atom mengarah tegak lurus terhadap sumbu antarnuklir. Daerah tumpang tindih
ada di atas dan di bawah sumbu ikatan (lihat gambar 2).

Gambar 2. Bentuk orbital molekul yang terbentuk dari orbital atom

13) Pembentukan Orbital Bonding dan Anti Bonding


Orbital molekul dua atom yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom
yang tingkat energinya berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya
lebih rendah, dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat
energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan (bonding) mempunyai karakter atom
dengan ke-elektronegativan lebih besar, dan orbital anti ikatan (anti bonding) mempunyai
karakter atom dengan ke-elektronegativan lebih kecil.
Misalnya, lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s
hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar dibawah.
Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ anti ikatan memiliki karakter 1s
hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s, tumpang tindih dengan orbital 2p
fluor dengan karakter π tidak efektif, dan orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena
HF memiliki delapan elektron valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO

Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya.
Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki
molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat
energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki
karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital
antibonding 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon.

14) Konfigurasi Elektron Molekul Diatomik


Molekul diatomik yaitu molekul yang hanya terdiri dari dua atom. Kedua atom tersebut
dapat berupa unsur yang sama maupun berbeda. Molekul diatomik yang mengandung inti
yang sama disebut molekul diatomik homonuklir (homonuclear diatomic molecul). Molekul
diatomik sederhana dimana kedua atom adalah unsur yang sama, seperti molekul-molekul
yang mungkin dibentuk oleh Li2, Be2, H2, Fe2, O2, dan Ne2.
Contoh konfigurasi elektron pada molekul H2.
Tingkat energi orbital molekul ikatan dan orbital molekul antiikatan pada hidrogen (H2).
Setiap atom hanya memiliki satu orbital, yakni orbital 1s, yang cukup stabil untuk digunakan
dalam pengikatan. Molekulnya memiliki 2 elektron, satu masing-masing dari hidrogen. Dapat
diperiksa cara-cara yang mungkin dimana kedua orbital 1s, ø1 dan ø2 dapat tumpang tindih
apabila dua atom H saling mendekati. Terdapat 2 bentuk ikatan yang dapat terjadi apabila dua
atom H saling mendekati.
Elektron-elektronnya berada dalam OM, dan konfigurasi elektron keadaan dasar untuk
H2 ditentukan dengan aturan yang sama untuk atom dengan elektron banyak. Karena
σ1s memiliki energi OM terendah dan karena setiap OM dapat menampung 2 elektron (Prinsip
Pauli), maka kedua elektron pada hidrogen ditempatkan pada orbital ikatan σ1s seperti
ditunjukkan dalam diagram pengisian orbital dalam Gambar berikut ini.

Konfigurasi keadaan dasar ditulis sebagai (σ1s)2 yang berarti dua elektron menempati
OM σ1s. Molekul hidrogen merupakan molekul stabil (i.e. Artinya molekul ada/nyata), sebab
dua elektron berada dalam orbital ikatan dimana energinya lebih rendah dibandingkan dengan
energi dari dua elektron dari masing-masing hidrogen yaitu sebelum mereka berikatan.

15) Diagram Tingkat Energi Orbital Molekul Diatomik Homo dan Heteronuklir
1. Diagram tingkat energi orbital molekul diatomik Homo
Molekul diatomik homo tersusun dari dua unsur yang sama, misalkan molekul H2
tersusun dari unsur H. Karena terbentuk dari dua unsur yang sama, maka energi yang
diberikan oleh masing-masing unsur sama. Molekul H2 memiliki 2 elektron, satu dari
masing-masing hidrogen. Elektron-elektronnya berada dalam OM, dan konfigurasi
elektron keadaan dasar untuk H2 ditentukan dengan aturan yang sama untuk atom dengan
elektron banyak. Karenaσ1s memiliki energi OM terendah dan karena setiap OM dapat
menampung 2 elektron (Prinsip Pauli), maka kedua elektron pada hidrogen ditempatkan
pada orbital ikatan σ1s seperti ditunjukkan dalam diagram pengisian orbital dalam Gambar
berikut ini.

2. Diagram tingkat energi orbital molekul heteronuklir


Dalam rangka untuk menyelidiki cara di mana CO obligasi untuk logam, kita harus
menghargai struktur elektronik dari molekul karbon monoksida. Sebelum membangun
sebuah diagram interaksi orbital untuk CO, kita harus mengambil langkah-langkah
berikut:
• Zeff (O) > Zeff (C)
• Energi dari orbital atom 2s O lebih rendah dibandingkan dengan orbital atom 2s C;
• Tingkat 2p di O berada pada energi yang lebih rendah daripada di C;
• Pemisahan energi 2s 2p di O lebih besar daripada di C
Dapat diperkirakan diagram interaksi orbital dengan mengasumsikan bahwa hanya
terjadi tumpang tindih 2s-2s dan 2p-2p, tapi seperti konsekuensi dari energi orbital atom
relatif, sedemikian rupa gambar adalah terlalu sederhana. Gambar 2.14a memberikan
kelebih akuratan gambar MO struktur elektronik CO diperoleh komputasi, meskipun
bahkan ini terlalu disederhanakan. Gambar 2.14b menggambarkan lebih lengkap tingkat
pencampuran orbital, tetapi untuk diskusi, gambar yang disederhanakan disajikan pada
Gambar 2.14a sudah cukup. Dua hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah:
• Kedudukan tertinggi MO (HOMO) adalah ikatan σ dan memiliki sebagian besar
karakter karbon; pendudukan MO ini secara efektif menciptakan penunjukan-luar
pasangan satu-satunya berpusat pada C.
• Penurunan dari sepasang MOs *(2p) membentuk MOs kosong (Lumos) terendah;
masing-masing MO memiliki lebih karakter C dari O.
HOMO = kedudukan orbital molekul tertinggi.
LUMO = orbital molekul kosong terendah.

16) Menjelaskan Gaya Van Der Waals dan Sifat-Sifatnya


Senyawa kovalen terdiri dari molekul-molekul dan ikatan antara atom-atom dalam
molekul tersebut diikat oleh ikatan kovalen. Ikatan antar molekul-molekul senyawa kovalen
diikat oleh gaya yang disebut gaya van der Waals. Johannes Diderik (1837-1923) van der
Waas dari belanda menemukan gaya antar molekul yang lemah dan kemudian disebut Gaya
Van der Waals.
Ada beberapa macam gaya van der Waals tetapi yang terpenting ialah gaya antar dipol
dan gaya london.
(a) Gaya antardipol, yaitu tarik menarik antar molekul dalam senyawa kovalen polar. Gaya
antar dipol dibagi menjadi 5 jenis, sebagai berikut.
1. Interaksi ion – dipole
Gaya antarmolekul ini terjadi antara ion dan senyawa kovalen polar. Ketika
dilarutkan dalam senyawa kovalen polar, senyawa ion akan terionisasi menjadi ion
positif dan ion negatif. Ion positif akan tarik menarik dengan dipol negatif, dan
sebaliknya.
Selain gaya ion-dipol, juga dikenal gaya ion-dipol sesaat, dimana terjadi dari
interaksi antar gaya dipol-dipol terinduksi dengan gaya ion-dipol. Jika ion dari
senyawa ion berdekatan dengan molekul nonpolar, ion tersebut dapat menginduksi
dipol molekul nonpolar. Dipol terinduksi molekul nonpolar yang dihasilkan akan
berikatan dengan ion.
Interaksi ion - dipol merupakan interaksi (berikatan) / tarik menarik antara ion
dengan molekul polar (dipol).Interaksi ini termasuk jenis interaksi yang relatif cukup
kuat.
Contoh : H+ + H2O → H3O+
Ag+ + NH3 → Ag (NH3)+
Sebagai contoh, NaCl (senyawa ion) dapat larut dalam air (pelarut
polar) dan AgBr (senyawa ion) dapat larut dalam NH3 (pelarut polar).

2. Interaksi dipol – dipol


Interaksi dipol - dipol merupakan interaksi antara sesama molekul polar (dipol).
Interaksi ini terjadi antara ekor dan kepala dimana jika berlawanan kutub maka akan
tarik-menarik dan sebaliknya. Tanda "+" menunjukkan dipol positif, tanda "-"
menunjukkan dipol negatif.
Molekul seperti HCl memiliki dipol permanen karena klor lebih elektronegatif
dibandingkan hidrogen. Kondisi permanen ini, pada saat pembentukan dipol akan
menyebabkan molekul saling tarik menarik satu sama lain. Molekul yang memiliki
dipol permanen akan memiliki titik didih yang lebih tinggi dibandingkan dengan
molekul yang hanya memiliki dipol yang berubah-ubah secara sementara.
3. Interaksi ion - dipol terinduksi
Interaksi ion - dipol terinduksi merupakan interaksi antara aksi ion dengan dipol
terinduksi. Dipol terinduksi merupakan molekul netral yang menjadi dipol akibat
induksi partikel bermuatan yang berada didekatnya.Partikel
penginduksi tersebut dapat berupa ion atau dipol lain dimana kemampuan
menginduksi ion lebih besardaripada kemampuan menginduksi dipol karena muatan
ion yang juga jauh lebih besar. Interaksi ini relatif lemah karena kepolaran molekul
terinduksi relatif kecil daripada dipol permanen.
Contoh : I- + I2 → I3
4. Interaksi dipol - dipol terinduksi
Suatu molekul polar yang berdekatan dengan molekul nonpolar, akan dapat
menginduksi molekul nonpolar. Akibatnya. Molekul nonpolar memiliki dipol
terinduksi. Dipol dari molekul polar akan saling tarik-menarik dengan dipol
terinduksi dari molekul nonpolar. Contohnya terjadi pada interaksi antara HCl
(molekul polar) dengan Cl2 (molekul nonpolar).
5. Interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi
Mekamisme terjadinya interaksi dipol terinduksi - dipol terinduksi :
Pasangan elektron suatu molekul, baik yang bebas maupun yang terikat selalu
bergerak mengelilingi inti elektron yang bergerak dapat mengimbas atau menginduksi
sesaat pada tetangga sehingga molekul tetangga menjadi polar terinduksi
sesaat molekul ini pula dapat menginduksi molekul tetangga lainnya sehingga
terbentuk molekul-molekul dipol sesaat.

(b) Gaya London, yaitu gaya tarik menarik antarmolekul dalam senyawa kovalen non polar.
Dalam molekul non polar tidak ada kutup yang permanent tetapi dinamika
elektron yang kadang-kadang lebih mengarah ke salah satu atom menyebabkan adanya
kutup sesaat. Dengan demikian terjadi gaya tarik menarik antar kutup juga walaupun
dalam waktu yang singkat. Gaya inilah yang disebut gaya London yang ditemukan oleh
Fritz London (1928). Gaya-gaya ven der Waals, baik gaya antardipol maupun gaya
London menentukan nilai titik lebur dan titik didih senyawa-senyawa kovalen. Makin
besar massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa kovalen makin besar gaya van der

Waalsnya sehingga titik lebur dan titik didihnya makin tinggi.

17) Menjelaskan Ikatan Hidrogen dan Sifat-Sifatnya


Ikatan antarmolekul berupa gaya tarik-menarik oleh atom yang elektronegatifitas sangat
besar (F, O atau N) terhadap atom H dari molekul lain disebut ikatan hidrogen. Atom-atom F,
O dan N memiliki elektrogetifitas tertinggi di antara semua jenis atom. Akibatnya ujung
molekul HF beratom F cenderung menarik sisi molekul HF yang beratom H atau disingkat H-
--F. Demikian juga dengan O---H pada H2O dan N---H pada NH3 seperti ilustrasi pada
gambar berikut ini. Ikatan tersebut sangat polar karena selisih nilai elektronegatifasnya cukup
besar.
Ikatan hidrogen ada yang bersifat intramolekul (terjadi dalam satu molekulnya sendiri)
dan intermolekul (terjadi antar dua molekul atau lebih). Ikatan hidrogen pada orto-nitrofenol
merupakan contoh ikatan intramolekul.

18) Menjelaskan Ikatan Logam dan Sifat-Sifatnya,


Ikatan logam adalah ikatan kimia yang terbentuk akibat penggunaan bersama electron
elektron valensi antaratomatom logam. Contoh: logam besi, seng, dan perak. Ikatan logam
bukanlah ikatan ion atau ikatan kovalen. Salah satu teori yang dikemukakan untuk
menjelaskan ikatan logam adalah teori lautan elektron. Contoh terjadinya ikatan logam.
Tempat kedudukan elektron valensi dari suatu atom besi (Fe) dapat saling tumpang tindih
dengan tempat kedudukan elektron valensi dari atom-atom Fe yang lain.
tumpang tindih antarelektron valensi ini memungkinkan elektron valensi dari setiap atom
Fe bergerak bebas dalam ruang di antara ion-ion Fe+ membentuk lautan elektron. Karena
Muatannya Berlawanan (Fe2+ Dan 2 E–
), maka terjadi gaya tarik-menarik antara ion-ion Fe+
dan elektron-elektron bebas ini. akibatnya terbentuk ikatan yang disebut ikatan logam.
adanya ikatan logam menyebabkan logam bersifat padat pada temperatur dan tekanan
standar, dengan pengecualian unsur Merkuri dan Galium yang keduanya berupa cairan.
Ciri-Ciri Ikatan Logam adalah sebagai berikut.
• Atom-atom logam bisa diibaratkan seperti bola pingpong yang terjejal rapat satu sama
lain.
• Atom logam memiliki sedikit elektron valensi, sehingga sangat mudah untuk dilepaskan
dan membentuk ion positif.
• Maka dari itu kulit terluar atom logam relatif longgar (terdapat banyak tempat kosong)
sehingga elektron bisa berpindah dari 1 atom ke atom lain.
• Mobilitas elektron dalam logam sedemikian bebas, sehingga elektron valensi logam
mengalami suatu delokalisasi yaitu suatu keadaan dimana elektron valensi tersebut tidak
tetap posisinya pada 1 atom, tetapi senantiasa berpindah-pindah dari 1 atom ke atom lain.
• Elektron-elektron valensi tersebut berbaur membentuk awan elektron yang menyelimuti
ion-ion positif logam.

Anda mungkin juga menyukai