OLEH
KADEK YUNANDA LUXIANA PARWATA
NIM 1823071003
o Logam M padat diubah menjadi gas. Pada proses ini diperlukan energi (entalpi) sublimasi
(S= ∆H1)
o Logam M dalam fase gas selanjutnya berubah menjadi ion M+, pada proses diperlukan
energi ionisasi sebesar I = ∆H3
o Gas X2 dipecah (didisosiasi) menjadi X, pada proses ini diperlukan energi disosiasi
sebesar ½ D=∆H2
o Gas klor kemudian terion menjadi X-, pada proses ini dilepaskan energi berupa Afinitas
elektron sebesar A= ∆H4\Pada tahap akhir, ion M+ dan X- membentuk MX. Pada proses
ini dihasilkan energi berupa energi kisi sebesar U = ∆H5
o Menurut hukum Hess, besar energi/entalpi total (∆H) dapat ditentukan sebagai berikut.
∆H = ∆H1 + ∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H5
∆Hf = S + ½ D + I – A – U
Contoh penerapa siklus Born-haber adalah pembentukan Natrium klorida dari ion
Na+ dan Cl-, sebagai berikut.
Entalpi total dalam pembentukan Natrium klorida dari ion Na+ dan Cl- adalah sebagai
berikut.
∆H = ∆H1 +∆H2 + ∆H3 + ∆H4 + ∆H1
∆H = 92 Kj/mol + 121 Kj/mol + 496 Kj/mol + (-349) Kj/mol + (-771) Kj/mol
∆H = -411 Kj/mol
3) Mendeskripsikan Sifat-Sifat Umum Senyawa Ion
Sifat-sifat umum senyawa ion adalah sebagai berikut.
1. Struktur Ionik
Dalam keadaan padat, senyawa ionik terdapat dalam bentuk kristal dengan susunan
tertentu. Penafsiran terhadap hasil difraksi sinar-X pada senyawa ion dapat memberi
petunjuk mengenai susunan internal dari kristal ion tersebut. Misalnya pada kristal NaCl
dapat diketahui bahwa setiap ion Na+ dikelilingi oleh 6 ion Cl–, dan setiap ion Cl– juga
dikelilingi oleh 6 ion Na+.
2. Titik leleh dan titik didih
Ion positif dan ion negative pada senyawa ionik, terikat satu sama lain oleh gaya
elektrostatis yang sangat kuat. Untuk memisahkan ion-ion tersebut baik yang terdapat
dalam bentuk kristal maupun dalam bentuk cairnya, diperlukan energi yang cukup besar,
yang mengakibatkan titik leleh dan titik didih senyawa ionik juga tinggi.
3. Isomorf Ionik
Senyawa-senyawa ion yang mempunyai susunan yang mirip satu sama lain seperti NaCl
dan KNO3 mempunyai bentuk kristal yang sama yang disebut isomorf. Di samping itu
terdapat pula senyawa-senyawa yang mempunyai muatan ion berbeda, tetapi mempunyai
susunan kristal yang sama, misalnya NaF dan MgO, CaCl2 dan K2S masing-masing
mempunyai susunan kristal yang sama. Fakta tersebut dapat dijelaskan dengan meninjau
konfigurasi elektron ion-ion penyusun kristal tersebut.
4. Kelarutan
Pada umumnya senyawa ionik larut dalam pelarut yang mengandung gugus OH–seperti
H2O dan C2H5OH yang merupakan senyawa kovalen polar, sedangkan senyawa kovalen
larut dalam pelarut nonpolar.
5. Daya hantar listrik
Baik dalam keadaan cair (meleleh) maupun dalam larutannya senyawa ionik dapat
menghantarkan arus listrik.
6. Reaksi ion
Pada reaksi senyawa ionik, ion-ion tidak tergantung pada ion pasangannya, misalnya bila
NaCl dan AgNO3 (dalam larutan) dicampurkan, maka segera terbentuk endapan AgCl.
Reaksi yang terjadi adalah: Ag+(aq) + Cl–(aq) —› AgCl (s)
7. Keras, kaku dan rapuh
Kristal ionik keras karena ion positif dan negatif yang sangat tertarik satu sama lain dan
sulit untuk memisahkan. Tolakan elektrostatik cukup dapat untuk membagi kristal,
sehingga padatan ionik juga rapuh.
biasanya diletakkan di tengah dan memiliki n buah ikatan M-X. Contoh ion nitrat NO3-
2. Hidrogen dan halogen umumnya membentuk satu ikatan (H-, Cl-). Unsur golongan 16 (VI
A) seringkali membentuk dua ikatan (O =, -O-). Unsur golongan 15 (VA) cenderung
membentuk tiga ikatan (N, -N=). Golongan 14 (IVA) biasanya membentuk empat ikatan
(=C=, -C ).
3. Unsur golongan 2 (IIA) dan golongan 13 (IIIA) sering disebut unsur kekurangan elektron
(elektron-dificient). Unsur ini dalam struktur Lewis senyawa kovalennya sering kurang dari
8 elektron dan disebut juga penyimpangan hukum okted. Contoh: boron dalam senyawa
BF3.
4. Unsur setelah nomor atom 12 seringkali termasuk unsur hipervelent yaitu dapat
mengekspansi kulit terluarnya hingga mengandung lebih dari 8 elektron pada senyawa
tertentu. Hal ini dapat terjadi karena melibatkan orbital-orbital d yang masih kosong. Contoh:
P dalam PCl5
5. Senyawa berikatan berikatan rangkap dua dan tiga dapat membentuk ikatan (phi). Ikatan
tersebut lebih effektif jika jarak antar inti berdekatan, maka unsur seperti C, N, O, P dan S
adalah unsur golongan utama yang dapat membentuk ikatan rangkap.
Ketentuan-ketentuan ini bukan merupakan aturan baku dan terdapat beberapa Pengecualian.
Namun konsep tersebut dapat membantu mempermudah penulisan struktur Lewis
Kedua struktur ekivalen tapi tidak identik. Struktur resonansi ini dapat diterima dan tidak
dapat ditentukan struktur mana yang paling stabil. Sehingga struktur Lewis SO2 dapat ditulis
sebagai berikut.
Tetapi struktur struktur Lewis pada ion tiosianat tidak ekivalen sebagaimana pada
struktur resonansi SO2. Ion tiosianat (SCN-) dapat ditulis dengan tiga struktur bentuk Lewis
seperti berikut.
6) Muatan Formal dan Kontribusinya Terhadap Sifat-Sifat Zat
Muatan formal dapat didefinisihkan sebagai muatan yang diberikan kepada atom dalam
suatu molekul atau ion dengan asumsi bahwa ikatan-ikatannya merupakan ikatan kovalen
murni. Muatan formal suatu atom dapat ditentukan dengan rumus :
Contoh : Muatan formal masing-masing atom pada struktur Lewis ion tiosianat.
Jumlah total muatan formal atom-atom sama dengan muatan dari molekul/ionnya. Jadi
total muatan formal masing-masing struktur adalah -1 dan ini sama dengan muatan ion
tiosianat.
Kriteria Kestabilan Struktur Lewis Menurut Konsep Muatan Formal
1. Yang paling sedikit jumlah atom-atom yang bermuatan (non-zero formal charge)
2. Tidak terdapat atom yang bermuatan berdekatan
3. Muatan negatif terdapat pada atom yang mempunyai elektronegatifitas tinggi dan muatan
positif terdapat pada atom berelektronegatifan rendah. Urutan nilai elektrogetifitas
beberapa atom yang sering membentuk ikatan kovalen :
B < P < S < C < N < O < Cl < F
Urutan kriteria ini penting diperhatikan. Seandainya kriteria pertama sudah terpenuhi maka
kriteria berikutnya dapat diabaikan.
Kembali ke ion tiosianat di atas, maka kriteria pertama tidak dapat menjawab persoalan
karena ketiga struktur memiliki atom yang bermuatan. Menurut kriteria kedua struktur yang
stabil adalah (a) dan (c). Struktur (b) paling tidak stabil karena (b) memiliki dua atom yang
bermuatan. Namun diperlukan kriteria ketiga untuk menilai yang paling stabil antara struktur
(a) dan (b). Menurut urutan nilai keelektronegatifan, atom N lebih pantas bermuatan negatif
dibandingkan S. Maka struktur yang paling stabil adalah (a).
Muatan formal juga dapat digunakan untuk menilai struktur Lewis yang memiliki elektron
valensi ganjil (radikal).Contoh nitrit oksida dapat ditulis dengan dua kemungkinan struktur
Lewis yaitu:
Kalau diperhatikan struktur ini sama-sama memiliki satu atom yang tidak okted. Struktur
(a) elektron tidak berpasangan terdapat pada atom N sedangkan struktrur (b) elektron yang tidak
berpasangan tersebut ada pada atom O. Muatan formal (a) semuanya nol sedangkan muatan
formal (b) adalah +1 dan -1, maka (a) lebih stabil atau struktur yang Lewis yang paling dapat
diterima.
Muatan formal dapat juga digunakan untuk memperkirakan struktur topologi molekul.
Misalnya ion fulminat, CNO- dimana N sebagai atom pusat. Garam Pb(CNO)2 sangat reaktif
digunakan sebagai bahan detonator (bahan pemicu ledakan). Ion CNO- bereaksi dahsyat berubah
menjadi ion sianat, NCO- yang lebih stabil. Coba perhatikan bahwa ion fulminate, CNO- dimana
N sebagai atom pusat sedangkan ion sianat, NCO-, C sebagai atom pusat. Perbedaan kereaktifan
kedua ion ini dapat diterangkan dengan konsep muatan formal. Coba bandingkan muatan formal
masing-masing ion dan jelaskan struktur mana yang paling stabil sesuai dengan kriteria di atas.
Asam nitrit, HNO2 dapat memiliki beberapa topologi molekul sebagai berikut.
Menurut kretaria muatan formal struktur (b) yang paling stabil dan ternyata juga sesuai
hasil eksperimen, topologi yang benar adalah struktur (b).
7) Meramalkan Bentuk Molekul Menurut Teori VSEPR
Struktur dari molekul sangat penting untuk menentukan sifat kimianya. Banyakmetode
yang digunakan untuk menentukan struktur molekul, penyusunan atom dalammolekul tiga
dimensi. Model ini disebut sebagai model VSEPR (valence shell electron pair
repulsion), yang digunakan untuk memprediksi geometri dari molekul yangterbentuk dari
nonlogam. Postulat dari model ini yaitu “prinsip penentuan struktur atom dengan dorongan
pasangan elektron minimal.
Kekuatan tolakan elektron valensi dalam sebuah molekul dapat diurutkan sebagai berikut.
Pasangan elektron bebas versus pasangan elektron bebas > pasangan elektron bebas versus
pasangan elektron ikatan > pasangan elektron ikatan versus pasangan elektron ikatan.
Tahapan Menggunakan Model VSEPR adalah sebagai berikut.
1. Gambarkan struktur lewis molekul.
2. Hitung pasangan elektron disekitar atom pusat, dan susun mereka dengantolakan yang
minimal.
3. Tentukan posisi atom dari pasangan elektron yang terbagi.
4. Beri nama struktur molekul tersebut dari posisi atomnya.
Cara menggunakan model VSEPR
1. Contoh NH3, Gambarkan struktur lewisnya.
2. Hitung pasangan elektron dan atur dalam tolakan yang minimal. Molekul NH3 memiliki 4
pasang elektron dimana ada 3 pasang elektron ikatan dan1pasang tidak ikatan.
3. Tentukan posisi atom. Atom H mengalami tolakan dari pasangan elektron bebas yang
terdapat diatas atom nitrogen
4. Beri nama struktur molekul tersebut. Struktur molekul ammonia yaitu trigonal piramid,
tidak tetahedral karena terdapat 3 pasang elektron ikatandan 1 pasang elektron bebas.
Berikut adalah nama molekul yang mungkin terbentu menurut teori VSEPR
8) Momen Ikatan dan Momen Dipol Zat
Momen dipol merupakan suatu besaran vektor yang digambarkan menggunakan
moment ikatan. Jika jumlah vektor momen-momen ikatan lebih besar dari nol, maka molekul
tersebut bersifat polar, sebaliknya jika jumlah vektor momen-momen ikatan sama dengan nol,
maka maka molekul tersebut bersifat nonpolar.
Momen ikatan terbentuk jika dua atom yang berikatan dalam suatu senyawa memiliki
perbedaan keelektronegatifan. Elektron yang yang ditarik oleh atom yang lebih elektronegatif
menunjukan arah momen ikatan dan ditunjukan menggunakan tanda → dari atom yang
kurang elektronegatif menuju atom yang lebih elektronegatif.
Akibat tarikan elektron yang terjadi, terbentuk semacam kutub negatif pada atom yang
lebih elektronegatif, sedangkan pada atom yang kurang elektronegatif akan terbentuk
semacam kutub positif.
Kutub positif atau negatif yang terbentuk disebut muatan parsial, yang digambarkan
menggunakan simbol delta (δ). Muatan parsial negatif (δ¯) diberikan pada unsur yang lebih
elektronegatif dan muatan parsial positif (δ+) diberikan pada unsur yang kurang elektronegatif
(lebih elektropositif).
Berikut contoh menggambar muatan parsial pada molekul HCl.
Dari contoh di atas terlihat bahwa terdapat muatan positif dan negatif pada tanda δ yang
digunakan. Tanda tersebut tidak sama dengan +1 atau -1 seperti pada simbol ion, tetapi tanda
ini hanya menggambarkan elektron ikatan tidak sepenuhnya dipindahkan ke atom Cl.
Dalam molekul CH4 dan CO2 sebenarnya terdapat perbedaan elektronegatifas C dan H
serta C-O yang tinggi namun tarikan elektron antar atom berimbang karena struktur memiliki
titik pusat simetri dengan kata lain terbagi secara rata pada semua sisi.
Lain halnya dengan molekul air (H2O) yang simetris tetapi tidak mempunyai titik pusat
simetri. Tarikan terhadap elektron menjadi tidak berimbang sehingga O cenderung bersifat
elektronegatif dan H cenderung bermuatan positif. Sehingga terdapat momen dipole dan
senyawa ini bersifat polar.
Karakter orbital s ialah lebih padat dan cenderung membentuk ikatan yang pendek
dibandingkan orbital p, d dan f. Dengan demikian orbital hibrida yang memiliki karakter s yang
tinggi cenderung lebih menghasilkan ikatan yang lebih pendek.
Contoh : orbital sp2 ; memiliki 1 orbital s dan 2 orbital p maka kharakter s adalah 1/3 dari total
orbital (3 orbital) atau 33%. Energi ikatan meningkat mengikuti urutan orbital hibrida ;
sp < sp2 < sp3 < dsp3 < d2s3
Ikatan antara atom karbon dan hidrogen, C-H menjadi semakin panjang bilamana
hibridisasi karbon beruba dari sp menjadi sp2 dan sp3 dimana karakter orbital semakin berkurang.
Peningkatan panjang ikatan juga terjadi ikatan antara karbon- karbon, C-C jika karakter s
berkurang.
Dalam karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar atomnya.
Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama dengan yang dimiliki
molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10 elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat
energi setiap orbital berbeda dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki
karakter 2s oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital
antibonding 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon.
Konfigurasi keadaan dasar ditulis sebagai (σ1s)2 yang berarti dua elektron menempati
OM σ1s. Molekul hidrogen merupakan molekul stabil (i.e. Artinya molekul ada/nyata), sebab
dua elektron berada dalam orbital ikatan dimana energinya lebih rendah dibandingkan dengan
energi dari dua elektron dari masing-masing hidrogen yaitu sebelum mereka berikatan.
15) Diagram Tingkat Energi Orbital Molekul Diatomik Homo dan Heteronuklir
1. Diagram tingkat energi orbital molekul diatomik Homo
Molekul diatomik homo tersusun dari dua unsur yang sama, misalkan molekul H2
tersusun dari unsur H. Karena terbentuk dari dua unsur yang sama, maka energi yang
diberikan oleh masing-masing unsur sama. Molekul H2 memiliki 2 elektron, satu dari
masing-masing hidrogen. Elektron-elektronnya berada dalam OM, dan konfigurasi
elektron keadaan dasar untuk H2 ditentukan dengan aturan yang sama untuk atom dengan
elektron banyak. Karenaσ1s memiliki energi OM terendah dan karena setiap OM dapat
menampung 2 elektron (Prinsip Pauli), maka kedua elektron pada hidrogen ditempatkan
pada orbital ikatan σ1s seperti ditunjukkan dalam diagram pengisian orbital dalam Gambar
berikut ini.
(b) Gaya London, yaitu gaya tarik menarik antarmolekul dalam senyawa kovalen non polar.
Dalam molekul non polar tidak ada kutup yang permanent tetapi dinamika
elektron yang kadang-kadang lebih mengarah ke salah satu atom menyebabkan adanya
kutup sesaat. Dengan demikian terjadi gaya tarik menarik antar kutup juga walaupun
dalam waktu yang singkat. Gaya inilah yang disebut gaya London yang ditemukan oleh
Fritz London (1928). Gaya-gaya ven der Waals, baik gaya antardipol maupun gaya
London menentukan nilai titik lebur dan titik didih senyawa-senyawa kovalen. Makin
besar massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa kovalen makin besar gaya van der