BAB I
PENDAHULUAN
b. Pelabuhan Minyak
Pelabuahn minyak biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup
membuat jembatan perancah atau tambahan yang dibuat menjorok kelaut untuk
mendapatkan kedalaman air yang cukup besar. Untuk keamanan pelabuahn
minyak harus diletakkan agak jauh dari keperluan umum.
c. Pelabuhan Barang
Di pelabuhan ini terjadi perpindahan moda transportasi, yaitu dari angkutan
laut ke angkutan darat dan sebaliknya. Barang di bongkar dari kapal dan
diturunkan di dermaga. Selanjutnya barang tersebut diangkut langsung dengan
menggunakan truk atau kereta api ke tempat tujuan, atau disimpan di gudang
atau lapangan penumpukan terbuka sebelum dikirim ditempat tujuan. Demikian
pula sebaliknya, barang-barang dari pengirim ditempatkan di gudang atau
lapangan penumpukan sebelum dimuat ke kapal dan diangkut ke pelabuhan
tujuan (Bambang Triadmojo, hal.12, 2010).
Untuk mendukung kegiatan tersebut, suatu pelabuhan harus dilengkapi
dengan fasilitas berikut ini :
a. Dermaga dimana kapal akan bertambat dan melakukan kegiatan bongkar
muat barang. Panjang dermaga harus cukup untuk menampung seluruh
panjang kapal atau setidak-tidaknya 80 % dari panjang kapal. Hal ini
disebabkan karena umum dibongkar muat melalui bagian muka, balakang
dan tengah kapal.
d. Tersedia jalan raya dan/atau jalan kereta api untuk pengangkutan barang dari
pelabuhan ke tempat tujuan dan sebaliknya.
e. Pelabuhan Campuran
b. Pelabuhan Buatan
Pelabuhan buatan adalah suatu daerah perairan yang dilindungi dari pengaruh
gelombang dengan membuat bangunan pemecah gelombang (breakwater).
Pemecah gelombang ini membuat daerah perairan tertutup dari laut dan hanya
dihubungkan oleh suatu celah (mulut pelabuhan) untuk keluar masuknya kapal.
Di dalam daerah tersebut di lengkapi dengan alat penambat. Contoh dari
pelabuhan ini adalah pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Mas, dsb.
Dengan :
d : draft kapal
G : gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
R : ruang kebebasan bersih
P : ketelitian pengukuran
S : pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K : toleransi pengerukan
1.4.1 Squat
Squat adalah pertambahan draft kapal terhadap muka air yang disebabkan oleh
kecepatan kapal. Squat ini diperhitungkan berdasarkan demensi dan kecepatan
kapal dan kedalaman air.
Gambar Squat :
Besar Squat dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut yang didasarkan
dengan percobaan dilaboratorium (Bruun.P.,1981).
Dengan :
Z : Squat
∆ : Volume air yang dipindahkan (m3)
Lpp : Panjang garis air (m)
Fr : Angka froud = √g.h (tak berdimensi)
V : Kecepatan (m/d)
g : Percepatan gravitasi (m/d2)
h : Kedalaman air (m)
1.5 Dermaga
Dermaga adalah suatu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar muat barang dan menarik/menurunkan
penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran kapal yang merapat
dan bertambat pada dermaga tersebut. Di belakang dermaga terdapat apron, gudang
transit, tempat bongkar muat barang dan penumpang. Dimana apron adalah daerah yang
terletak antara sisi dermaga dan sisi depan gudang yang terdapat pengalihan kegiatan
angkutan laut (kapal) ke kegiatan angkutan darat.
Perencanaan letak dan kedalaman perairan dasar dan dimensi dermaga dapat
dihitung menggunakan persamaan-persamaan berikut :
a. Panjang dermaga
Lp = n . Loa + (n+1) . 10% . Loa ........(Pers 2)
Keterangan :
Lp : Panjang Dermaga
Loa : Panjang Kapal yang ditambat)
n : Jumlah kapal yang ditambat)
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 214)\
b. Lebar Gudang
b = 2A / (d – e) .......(Pers 3)
Keterangan :
A : Luas gudang
L : Panjang kapal yang ditambat
b : Lebar gudang
Dimana:
W
𝐶𝑏 =
𝐿𝑃𝑃 𝐵𝑑𝛾𝑂
Cb : Koefisien Blok Kapal
d : Draf Kapal (m)
B : Lebar Kapal (m)
Lpp : Panjang Garis Air (m)
Ɣ₀ : Berat Jenis Air Laut (t/m³)
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 219)
e. Koefisien Eksentrisitas
1
𝐶𝑒 = 𝑙 ...........(Pers 6)
1+( )²
𝑟
Dimana:
L : Jarak sepanjang permukaan air dermaga dari pusat berat kapal sampai
titik sandar kapal
r : Jari-jari putaran disekililing pusat berat kapal pada permukaan air
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 220)
2) Dermaga konstruksi tertutup atau dolid, seperti dinding massa, kaison, turap
dan dinding penahan tanah.
b. Pier
Pier adalah dermaga yang berada pada garis pantai dan posisinya tegak
lurus dengan garis pantai (berbentuk jaril). Berbeda dengan wharf yang
digunakan untuk merapat pada satu sisinya, pier bisa digunakan pada satu sisi
atau dua sisinya sehingga digunakan untuk merapat lebih banyak kapal.
c. Jetty
Jetty adalah dermaga yang menjorok ke laut sedemikian sehingga sisi depannya
berada pada kedalaman yang cukup untuk merapat kapal. Jetty digunakan untuk
merapat kapal tanker atau kapal pengangkut gas alam yang mempunyai ukuran
sangat besar. Sisi muka jetty ini biasanya sejajar dengan pantai yang
dihubungkan dengan daratan oleh jembatan yang membentuk sudut tegak lurus
dengan jetty.
Keterangan :
E : Energi Benturan t.m
V : Konpenentegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal
pada saat membentur dermaga
W : Displacement (Berat) Kapal
g : Percepatan Grafitasi
Cm : Koefisien Massa
Ce : Koefisien Eksentrisitas
Cs : Koefisien Kekerasan ( diambil 1)
Cc : Koefisien Bentuk dari tambatan (diambil 1)
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 218)
b. Gaya akibat angin
Angin yang berhembus ke badan kapal yang ditambatkan akan
menyebabkan gerakan kapal yang bisa menimbulkan gaya pada dermaga.
Apabila arah angin mengarah ke dermaga, maka gaya tersebut berupa gaya
benturan ke dermaga, sedang jika arahnya meninggalkan dermaga akan
menyebabkan gaya tarikan kapal pada alat penambat. Besar gaya angin
tergantung pada arah hembusan angin.
c. Gaya akibat arus
Seperti halnya angin, arus yang bekerja pada bagian kapal yang terendam
air juga akan menyebabkan terjadinya gaya pada kapal yang kemudian
diteruskan pada dermaga dan alat penambat. Adapun persamaan yang
𝑅𝑎 = 𝐶𝑐 𝑥 𝛾𝑤 𝑥 𝐴𝑐 (𝑉𝑐²
2𝑔
) ............(Pers 6)
Dimana:
R : Gaya Akibat Arus (kg.f)
Ac : Luas Tampang Kapal yang Terendan Air (m²)
Ɣw : Rapat Massa Air Laut (1025 kg/m³)
Vc : Kecepatan Arus (m/dtk)
Cc : Koefisien Tekanan Arus
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 223)
Menurut Bambang Triadmojo, 2010 ada beberapa tipe fender yaitu fender
kayu, fender karet dan fender gravitasi.
a. Fender kayu
Fender kayu bias berupa barang-barang kayu yang dipasang horizontal atau
sejumlah batang kayu vertical. Fender kayu dapat berupa fender dari kayu yang
digantung pada sisi dermaga. Fender tiang panjang kayu yang ditempatkan
didepan dermaga dengan kemiringan 1:24 fender kayu yang dipasang pada tiang
b. Fender Karet
Karet banyak digunakan sebagai fender. Bentuk paling sederhana dari fender
ini berupa ban-ban war mobil yang dipasang pada sisi depan disepanjang
dermaga. Fender ban mobil ini digunakan untuk kapal-kapal kecil. Fender karet
mempunyai bentuk berbeda seprti fender tabung silinder dan segi empat, balok
karet berbentuk segi empat. Fender karet dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu :
a. Fender yang dipasang pada struktur dermaga, yang masih dapat dibedakan
menjadi fender tekuk (buckling fender) yaitu fender yang mengalami tekuk
jika menerima gaya tekan, seperti Fender Tipe V, Fender Tipe A, Fender Sell,
dan fender tak tertekuk ( non-bukling fender ) seperti fender dari ban mobil
bekas dan fender silinder.
b. Fender terapung yang ditempatkan antara kapal dan struktur dermaga, seperti
fender pneumatic
c. Fender Gravitasi
Fender grafitasi digantung disepanjang dermaga fender ini terbuat dari tabung
baja yang diisi dengan betondan sisi depannya diberi pelindung kayu dengan berat
sampai 15 ton. Apabila terbentur kapal, fender tersebut akan bergerak kebelakang
dan keatas, sedemikian sehingga kapal dapat dikurangi kecepatannya, karena
untuk dapat menggerakkan kebelakang diperlukan tenaga yang cukup besar,
prinsip kerja fender ini adalah mengubah energy kinetis menjadi energy kinetis
menjadi energy potensial.
OCDI (1991) memberikan jarak interval antara fender sebagai fungsi kedalaman
air seperti diberikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.Jarak Antara Fender
Biit digunakan untuk mengikat kapal pada kondisi cuaca normal. Sedang bollard
selain untuk mengikat pada kondisi normal dan pada kondisi badai, juga dapat
digunakan untuk mengarahkan kapal merapat ke dermaga atau untuk
membelok/memutar terhadap ujung dermaga dengan menggunakan baut yang dipasang
melalui pipa yang ditempatkan di dalam beton. Dengan cara tersebut memungkinkan
mengganti baut jika rusak. Alat pengikat ini biasanya terbuat dari besi cor berbentuk
silinder yang pada ujung atasnya dibuat tertutup dan lebih besar sehingga dapat
menghalangi keluarnya tali kapal yang diikatkan. Supaya tidak mengganggu kelancaran
kegiatan di dermaga (bongkar muat barang) maka tinggi bolder dibuat tidak boleh lebih
dari 50 cm di atas lantai dermaga. Gambar 32 menunjukkan contoh kedua tipe alat
pengikat. Jarak dan jumlah minimum bitt untuk beberapa ukuran kapal diberikan dalam
Tabel 6.
Tabel 6. Penempatan Bitt
Ukuran Kapal Jarak Jumlah
(GRT) Maksimum (m) Min./tambatan
~ 2.000 10 - 15 4
2.001 - 5.000 20 6
5.001 - 20.000 25 6
20.001 - 50.000 35 8
50.001 - 100.000 45 8
(Sumber: Bambang Triatmodjo 2010, Hal.284)
Keterangan :
E : Energi Benturan t.m
V : Konpenentegak lurus sisi dermaga dari kecepatan kapal pada
saat membentur dermaga
W : Displacement (Berat) Kapal
g : Percepatan Grafitasi
Cm : Koefisien Massa
Ce : Koefisien Eksentrisitas
Cs : Koefisien Kekerasan ( diambil 1)
Cc : Koefisien Bentuk dari tambatan (diambil 1)
(Sumber: Bambang Triadmojo, 2010 hal. 218)
π d
𝐶𝑚 = 1 + 2Cb B ............(Pers 16)
Dimana:
W
𝐶𝑏 = 𝐿 ............(Pers 17)
𝑃𝑃 𝐵𝑑𝛾𝑂
Mulai
Data
perencanaan
Data Data
Primer Sekunder
Rencana Layout
Perencanaan Fender
dan Bollard
Gambar Perencanaan
Selesai
DATA
PERENCANAAN
DATA DATA
PRIMER SEKUNDER