Fahrika 2018-002 Responsi-Skabies
Fahrika 2018-002 Responsi-Skabies
SKABIES
Oleh :
(2018104011002)
Pembimbing :
dr. Hasrulliana Ningsih W., Sp.KK
FAKULTAS KEDOKTERAN
RESPONSI
SKABIES
Responsi dengan judul “Skabies” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu
tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan Dokter Muda di bagian Ilmu
Kulit dan Kelamin.
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Penyusunan responsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan
Ucapan terima kasih kepada dr. Hasrulliana Ningsih W., Sp.KK selaku dokter
pembimbing atas bimbingan, saran, petunjuk dan waktunya serta semua pihak terkait
yang telah membantu sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan responsi ini.
mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga penyusunan responsi ini
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
1.3 Sinonim...................................................................................... 2
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak kejadiannya
dan menjadi isu penting terutama di daerah padat penduduk.1 Skabies merupakan
penyakit yang mendunia, dapat menyerang semua kalangan umur, ras dan level
ekonomi.2 Penyakit skabies dilaporkan lebih sering terjangkit pada lingkungan yang
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei, yaitu kutu parasit yang
merupakan penyakit yang identik dengan rasa gatal.3 Penyakit ini ditularkan melalui
kontak fisik langsung (skin-to-skin) maupun tak langsung (pakaian, tempat tidur, yang
dipakai bersama).2
Secara global, skabies menyerang lebih dari 130 juta penduduk di dunia tanpa
terpengaruh musim. Menurut WHO pada tahun 2018, rata-rata kejadian tertinggi
terdapat pada negara yang panas, beriklim tropis, dan endemik pada daerah yang padat
Provinsi Lampung tahun 2011 jumlah kasus baru penyakit skabies berjumlah 1135
orang dan tahun 2012 mengalami peningkatan lebih dari 2x lipat menjadi 2941 orang.6
1
Kurangnya keahlian dokter dapat meningkatkan kegagalan penemuan skabies,
keterlambatan diagnosis dan terapi yang kurang adekuat. Komplikasi yang dapat terjadi
berupa infeksi sekunder dan komplikasi lain yang berhubungan dengan stigma
1.2 Definisi
Sarcoptes scabiei var hominis.8,9 Nama Sarcoptes berasal dari bahasa Yunani “sarx”
yang berarti daging dan kata “koptein” yang berarti untuk memukul atau memotong.
Sedangkan scabiei berasal dari bahasa latin “scabere” yang berarti menggaruk.9
Infeksi pada kulit yang disebabkan oleh host-spesifik tungau yang seluruh
siklus hidupnya berada di lapisan epidermis kulit.2 Infeksi ini terjadi akibat kontak
langsung dari kulit ke kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya
1.3 Sinonim
1.4 Epidemiologi
ada angka kejadian pasti pada kasus skabies, namun diperkirakan mencapai 300 juta
penduduk dunia yang terinfeksi.10 Daerah endemik skabies adalah di daerah tropis dan
subtropis seperti Afrika, Mesir, Amerika Tengah, Amerika Selatan, Amerika Utara,
2
penyakit ini, antara lain: higiene buruk, salah diagnosis, dan perkembangan
dermografik serta ekologi. Penyakit ini dapat termasuk PHS (Penyakit akibat
menemukan bahwa infeksi skabies paling tinggi terjadi di antara anak-anak berusia 10-
12 tahun.11 Di Bangladesh, prevalensi skabies pada anak usia di bawah 6 tahun adalah
sebesar 30%. Enam pondok pesantren di daerah Lamongan Jawa Timur, prevalensi
skabies mencapai 64,2%. Di Instalasi Rawat Inap Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya pada 2002-2006, tercatat 1,6% penderita
1.5 Etiologi
Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensititasi
terhadap Sarcoptes scabiei var hominis dan produknya.4 Sarcoptes scabiei merupakan
parasite obligat yang dapat tinggal dengan membentuk terowongan di dalam epidermis
manusia.8 S. scabiei termasuk dalam kelas arthropoda, ordo acarina.9 Tungau tampak
seperti mutiara, tembus cahaya, berwarna putih, tidak mempunyai mata, dan berbentuk
oval dengan empat pasang kaki yang pendek dan gemuk.2 Dua pasang kaki anterior
merupakan elongasi pedunkulus yang berujung dengan penghisap kecil.13 Pada betina,
dua pasang kaki belakang berakhir dengan bulu (setae), dimana pada jantan, bulu
terdapat pada pasangan kaki ketiga dengan penghisap pada pasangan kaki ke 4.13
Ukuran yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan
yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron.4 Tungau skabies
dapat hidup selama tiga hari di luar host, yaitu di tabung steril dan selama tujuho hari
3
pada tempat dengan kandungan minyak mineral yang tinggi.2 Tungau tidak dapat
Gambar 1.1
Sarcoptes Scabiei.13
Sumber : Gentiane Monsel, Pascal Delaunay and Olivier Chosidow. Chapter 34:
Arthropods. In: Rook’s Textbook of Dermatology Eight Edition. United Kingdom:
Wiley Blackwell. 2010; p. 1111-1117; 38.36 – 38.42.
1.6 Patogenesis
berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual, serta kontak tak langsung
Penularan skabies biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi
atau kadang-kadang oleh bentuk larva.4 Penemuan pada kulit merupakan akibat reaksi
tungau, saliva, telur dan hasil ekskresi scabiei.9 Hal yang dapat ditemukan termasuk
papul dan rasa gatal, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV (reaksi lambat).9 Oleh
4
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut; Setelah kopulasi (perkawinan) yang
terjadi di atas kulit, tungau jantan akan mati. Tapi kadang-kadang masih dapat hidup
beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang
milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai
40-50 telur yang dihasilkan oleh setiap tungau betina selama rentang umur 4-6 minggu
dan selama itu tungau betina tidak meninggalkan terowongan. Setelah itu, larva berkaki
enam akan muncul dari telur setelah 3-4 hari dan keluar dari terowongan dengan
di mana mereka berubah menjadi nimfa. Setelah itu berkembang menjadi tungau jantan
dan betina dewasa. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
Tungau skabies lebih memilih area tertentu untuk membuat terowongan dan
menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus. Biasanya, pada satu
individu terdapat 5-15 tungau, kecuali pada Norwegian skabies - individu bisa didiami
lebih dari sejuta tungau ini.1 Sarcoptes scabiei bertahan hidup di suhu ruangan selama
24-36 jam, yaitu sekitar 210C, dan 40-80% tungau skabies ini hidup di lingkungan yang
bahwa tungau skabies ini banyak juga ditemukan pada benda-benda berdebu di dalam
5
Gambar 1.2
Siklus Hidup Skabies.1
Sumber: Sukmawati Tansil Tan, Jessica Angelina, Krisnataligan. Skabies : Terapi
Berdasarkan Siklus Hidup. Continuing Medical Education. 2017; 507-510.
Terdapat empat tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu
1. Pruritus nokturna, artinya gatal di malam hari yang disebabkan oleh aktivitas
tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas;
6
1 cm pada ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel. Namun biasanya
kunikulus sukar terlihat, karena sangat gatal pasien menggaruk, kunikulus dapat
rusak karenanya;
Gambar 1.3
Kunikulus pada Scabies.8
Sumber: Amy S.P. & Anthony J.M. Infestation, Bites, and Sting in Hurwitz
Clinical Pediatric Dermatology: a Textbook of Skin Disorder 5th edition. Elsevier.
2016 ; p. 428-432.
Gambar 1.4
Tempat Predileksi Scabies.14
Sumber: Center for Disease Control and Prevention (CDC). Skabies. [online]
available on: https://www.cdc.gov/parasites/scabies/biology.html, diakses pada 9
Desember 2018 pukul 16.00 WIB.
7
4. Ditemukannya Sarcoptes scabiei. Menemukan tungau merupakan hal yang
paling menunjang diagnosis. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup
Gambar 1.5
Gejala Klinis Skabies15
Sumber: Leonard Kristal & Neil Prose. Bites and Investation in : Weinberg’s
Color Atlas for Pediatric Dermatology 5th edition. 2008; pp. 90-92
1.8 Klasifikasi
8
Skabies Norwegia
Bentuk skabies ini ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan
kaki, kuku yang distrofik, serta skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat
menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam
jumlah yang sangat banyak. Penyakit terdapat pada pasien dengan retardasi
Gambar 1.6
Skabies Norwegia.8
Sumber: Amy S.P. & Anthony J.M. Infestation, Bites, and Sting in
Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology: a Textbook of Skin Disorder 5th
edition. Elsevier. 2016 ; p. 428-432.
Skabies Nodular
Skabies dapat berbentuk nodular bila lama tidak mendapat terapi, sering
terjadi pada bayi dan anak, atau pada pasien dengan immunokompromais.4
9
Gambar 1.7
Skabies Nodular.8
Sumber: Amy S.P. & Anthony J.M. Infestation, Bites, and Sting in
Hurwitz Clinical Pediatric Dermatology: a Textbook of Skin Disorder 5th
edition. Elsevier. 2016 ; p. 428-432
1.9 Diagnosis
Skabies dapat menjadi penyakit yang paling sulit ataupun paling mudah untuk
di diagnosis.16 Diagnosis dapat dibuat dengan menemukan dua dari empat tanda
kardinal diatas.4 International Alliance for the Control of Scabies (IACS) pada tahun
10
Gambar 1.8
Kriteria Diagnosis Skabies menurut IACS 2018.17
Sumber: Daniel Engelman & Andrew CS. Control Strategies for Scabies. Journal
of Tropical Medicine and Infection Disease. 2018 ; p. 1-11.
1. Kerokan Kulit1
fragmen cangkang telur, atau skibala. Papul atau kanalikuli yang utuh
skalpel steril ukuran 15 yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau
objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.
Mengerok 15 atau lebih liang sering menghasilkan hanya 1 atau 2 telur atau
tungau, kecuali pada kasus crusted scabies, di mana banyak tungau akan
11
ditemukan. Untuk pemeriksaan kasus cruted scabies Tambahkan 10%
adekuat.11
Gambar 1.9
Tungau Skabies Hasil Kerokan Kulit di Bawah Mikroskop Perbesaran
40x.11
Sumber: Barry M, Kauffman CL, 2018, Scabies,
https://emedicine.medscape.com/article/1091037-overview, diakses pada 8
Desember 2018 pukul 17.00 WIB.
yang dapat dihapus, dibiarkan selama 20-30 menit. Setelah itu, tinta
kanalikuli yang khas berupa garis menyerupai bentuk S. Teknik ini sangat
12
berguna pada anak-anak dan pada individu dengan terowongan sangat
sedikit.11
3. Uji Tetrasiklin11
tersisa di dalam liang itu memantulkan warna kehijauan. Cara ini lebih
disukai karena tetrasiklin adalah larutan tak berwarna dan area kulit yang luas
bisa diperiksa. 11
Uji tetrasiklin dan burrow ink test jarang dilakukan karena sering
menghasilkan negatif palsu. Hal ini terjadi karena biasanya pasien datang
dalam keadaan penyakit yang lanjut dan kebanyakan telah terjadi infeksi
sekunder sehingga terowongan tertutup oleh krusta dan tidak dapat dimasuki
diaplikasikan pada slide mikroskop dan diperiksa. Adhesive Tape Test mudah
dilakukan dan memiliki nilai prediksi positif dan negatif yang tinggi,
5. Pemeriksaan Histopatologis11
Pada saat terowongan dipotong, tungau, larva, ova, dan kotoran dapat
13
lesi dengan ibu jari dan telunjuk kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan
agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan di atas kaca objek dan
Gambar 1.10
Tungau Skabies dalam Stratum Korneum.11
Sumber: Barry M, Kauffman CL, 2018, Scabies,
https://emedicine.medscape.com/article/1091037-overview, diakses pada 8
Desember 2018 pukul 17.00 WIB.
Gambar 1.11
Tungau Multipel dalam Hiperkeratotik Stratum Korneum Pada Skabies
Norwegian.11
Sumber: Barry M, Kauffman CL, 2018, Scabies,
https://emedicine.medscape.com/article/1091037-overview, diakses pada 8
Desember 2018 pukul 17.00 WIB.
14
Infiltrat dermal superfisial dan dalam tersusun dari limfosit, histiosit, sel
Gambar 1.12
Gambaran Seekor Tungau Sarcoptes scabiei.11
Sumber: Barry M, Kauffman CL, 2018, Scabies,
https://emedicine.medscape.com/article/1091037-overview, diakses pada 8
Desember 2018 pukul 17.00 WIB.
Ada pendapat yang mengatakan penyakit skabies ini merupakan the greatest
imitator karena dapat menyerupai banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Sebagai
15
Bisa timbul erosi, ekskoriasi, krusta, hiperpigmentasi, dan
likenifikasi. Jika kronik, terdapat hiperpigmentasi dan
likenifikasi.
Predileksi : Ekstremitas bagian ekstensor dan simetrik,
dapat meluas ke pantat dan perut, wajah dapat pula terkena.
Biasanya bagian distal lengan dan tungkai lebih parah
dibandingkan bagian proksimal.
16
Gambar 1.13
Diagnosis Banding Skabies.2
Sumber: Craig N. Burkhart & Craig G. Burkhart. Chapter 208 : Scabies, Other
Mites, and Pediculosis. In: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine
Eight Edition, United State of America: The Mc Graw-Hill Companies; 2012. p.
2569-2572
1.11 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
sebelum tidur.1
3. Ganti pakaian, handuk, sprei kamar, dan sofa yang sudah digunakan, selalu cuci
4. Jangan ulangi penggunaan skabisid dalam kurang dari seminggu walaupun rasa
17
b. Penatalaksanaan khusus
Belerang endap dengan kadar 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Preparat
ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaannya tidak boleh
kurang dari 3 hari. Kekurangannya yang lain ialah berbau dan mengotori pakaian
dan kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi berumur kurang
dari 2 tahun.4
bentuk emulsi 25% dengan periode kontak 24 jam, diberikan setiap malam selama
3 hari. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil dan menyusui, bayi, dan
anak-anak kurang dari 2 tahun, lebih efektif untuk resistant crusted scabies.1
Efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat
ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah
dipakai.4
Merupakan insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat (SSP) tungau.
Tidak berbau, dan tidak berwarna.1 Kadarnya 1% dalam krim atau losion, gel,
termasuk obat pilihan, karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan,
dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun
18
Pemakaian secara tunggal dioleskan ke seluruh tubuh dari leher ke bawah
selama 12-24 jam. Setelah pemakaian, cuci bersih, dan dapat diaplikasikan kembali
setelah 1 minggu. Hal ini untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak
Mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal; harus dijauhkan dari
mata, mulut, dan uretra.4 Tersedia dalam bentuk krim 10% atau lotion.1 Tingkat
dua kali sehari setelah mandi selama lima hari berturut-turut. Tidak dapat
digunakan untuk wajah, disarankan mengganti semua pakaian dan sprei serta dicuci
tungau. Efek samping iritasi bila digunakan jangka panjang; obat ini tidak
5. Permetrin 5%
pertama. Diaplikasikan selama 8-12 jam dan setelah itu dicuci bersih. Apabila
belum sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu, dan
Target utama pengobatan adalah membran sel skabies. Obat membuat ion Cl
masuk ke dalam sel secara berlebihan, membuat sel saraf sulit depolarisasi dan
parasit akan paralisis/ lumpuh. Obat ini efektif membunuh parasit, tapi tidak efektif
19
untuk telur. Oleh karena itu, penggunaan permetrin hingga 3 kali pemberian sesuai
siklus hidup tungau. Pemberian kedua dan ketiga dapat membunuh tungau yang
baru menetas.1
Gambar 1.14
Pemberian permetrin sesuai dengan siklus hidup scabies.1
Sumber: Sukmawati Tansil Tan, Jessica Angelina, Krisnataligan. Skabies : Terapi
Berdasarkan Siklus Hidup. Continuing Medical Education. 2017; 507-510.
Permetrin jarang diberikan pada bayi kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan
ibu menyusui karena keamanannya belum dapat dipastikan. Wanita hamil dapat
diberikan dengan aplikasi yang tidak lama sekitar 2 jam. Efek samping jarang
ditemukan, berupa rasa terbakar, perih, dan gatal, mungkin karena kulit sensitif dan
terekskoriasi.1
6. Ivemectrin
beberapa ekto maupun endoparasit.1 Ivemectrin diberikan oral, dosis tunggal 200
20
ug/kgBB untuk pasien berumur lebih dari 5 tahun. Efek samping yang sering adalah
dermatitis kontak, dapat juga terjadi hipotensi, edema laring, dan ensefalopati.1
Gambar 1.15
Terapi Skabies.1
Sumber: Sukmawati Tansil Tan, Jessica Angelina, Krisnataligan. Skabies : Terapi
Berdasarkan Siklus Hidup. Continuing Medical Education. 2017; 507-510.
Selain itu, dapat diberikan terapi simptomatik untuk mengatasi gatal, yaitu
dengan anti histamin yang dapat mengurangi gatal selama beberapa minggu setelah
terapi anti-skabies yang adekuat. Untuk bayi, dapat diberikan hidrokortison 1% pada
lesi kulit yang sangat aktif dan aplikasi pelumas atau emolient pada lesi yang kurang
kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid.
Terapi pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran skabies karena
seseorang mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang masih dalam periode
inkubasi asimptomatik.2
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui sprei, bantal, handuk
dan pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan
21
dengan udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari di luar kulit,
karpet dan kain pelapis lainnya sehingga harus dibersihkan (vacuum cleaner).2
1.12 Komplikasi
dan septikemia juga telah dilaporkan terjadi pada kasus skabies berkrusta. Investasi
1.13 Prognosis
pengobatan dan menghilangkan faktor predisposisi, antara lain higiene, serta semua
orang yang berkontak erat dengan pasien harus diobati, maka penyakit ini dapat
22
DAFTAR PUSTAKA
4. Siti Aisah Boediardjo dan Ronny P. Handoko. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
edisi 7 : Skabies. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2018;
p. 137-140.
5. World Health Organization. Scabies. 2018 [internet] available on : http://www.who.
int/lymphatic filariasis/epidemiology/scabies/en/. diakses pada 8 Desember 2018
pukul 20.52 WIB.
6. Shobirin MY, Mayasari D, 2017, Penatalaksanaan Skabies pada Anak Perempuan
Usia Satu Tahun dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga, Journal Medula Unila,
Vol. 7(3), pp. 50-56.
7. Anna Banerji. Scabies. Canadian Pediatric Society. 2015; Vol. 20 [7]. p. 395
8. Amy S.P. & Anthony J.M. Infestation, Bites, and Sting in Hurwitz Clinical
Pediatric Dermatology: a Textbook of Skin Disorder 5th edition. Elsevier. 2016 ; p.
428-432
9. Luis Shimose & L. Silvia MP. Diagnosis, Prevention, and Treatment of Scabies.
Current Infectious Disease Report. 2013 ; p. 1-8.
10. R.J.Hay, A.C. Steer, D.Engelman & S. Walton. Scabies in the Developing World –
its Prevalence, Complication and Management. European Society of Clinical
Microbiology and Infectious Disease. 2012; p.313-323.
23
11. Barry M, Kauffman CL. Scabies. 2018. [online] available on: https://emedicine.
medscape.com/article/1091037-overview. Diakses pada 8 Desember 2018 pukul
19.00 WIB.
12. Kurniati, Iskandar Z, Yulianto L,. Kesesuaian Gambaran Klinis Patognomonis
Infestasi Skabies dengan Kepositifan Pemeriksaan Dermoskop dan Kerokan Kulit,
Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. 2014; Vol. 26(1) : pp. 14-21.
13. Gentiane Monsel, Pascal Delaunay and Olivier Chosidow. Chapter 34: Arthropods.
In: Rook’s Textbook of Dermatology Eight Edition. United Kingdom: Wiley
Blackwell. 2010; p. 1111-1117; 38.36 – 38.42.
14. Center for Disease Control and Prevention (CDC). Skabies. [online] available on:
https://www.cdc.gov/parasites/scabies/biology.html. Diakses pada 9 Desember
2018 pukul 19.00 WIB.
15. Leonard Kristal & Neil Prose. Bites and Investation in : Weinberg’s Color Atlas
for Pediatric Dermatology 5th edition. 2008; pp. 90-92
16. Balasaheb BS, Kishor GR, Vasant SK, Rakesh RC. Scabies in Children and its
Outcome with Topical Permethrin and Oral Ivemectrin : a Single Center
Prospective Study. International Journal of Contemporary Pediatrics. 2017 ; p.2083-
2087.
17. Daniel Engelman & Andrew CS. Control Strategies for Scabies. Journal of
Tropical Medicine and Infection Disease. 2018 ; p. 1-11.
24
BAB 2
TINJAUAN KASUS
Nama : An. A
Umur : 11 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 445353
2.2 Anamnesis
RSU Haji Surabaya pada, Kamis 6 Desember 2018 diantar oleh Ibunya setelah
pulang sekolah dengan keluhan gatal di kedua tangan, paha kiri, dan di alat
kelamin. Gatal sudah dirasakan sejak hari Senin atau 4 hari yang lalu. Gatal
alat kelamin. Bintil-bintil sering digaruk sehingga terdapat luka. Gatal yang
dirasakan penderita lebih hebat pada malam hari dan kadang mengganggu
25
tidur. Pasien sekarang mengeluh merasakan badan sumer-sumer dan lemas
sejak pagi hari. Ibu pasien mengaku sudah memberikan salep mikonazole 2
Riwayat Alergi
Riwayat Pengobatan
Salep mikonazole
Riwayat Sosial
oleh Ibu pasien setiap hari. Makan 3x sehari, aktivitas kurang (hanya
26
menonton TV dan bermain gadget saat di rumah). Pasien tidur sendiri di
kamarnya. Ganti sprei 2 minggu sekali, spring bed belum pernah dijemur.
Status Generalis
BB : 38 kg
Gluteus : normal
Status Dermatologi
Pada regio volar dextra et sinistra, regio femoralis anterior sinistra, dan
regio genitalia, tampak papul eritematosa multipel batas tegas, vesikel, dan
ekskoriasi.
Pemeriksaan Penunjang : -
2.4 Resume
Penderita datang ke poli Kulit dan Kelamin RSU Haji Surabaya dengan
ibunya dengan keluhan gatal di kedua tangan dan paha kiri sejak 4 hari yang
27
lalu. keluhan gatal di kedua tangan, paha kiri, dan di alat kelamin. Gatal sudah
dirasakan sejak hari Senin atau 4 hari yang lalu. Gatal muncul bersamaan
dengan bintil-bintil di di kedua tangan, paha kiri, dan di alat kelamin. Bintil-
bintil sering digaruk sehingga terdapat luka. Gatal yang dirasakan penderita
lebih hebat pada malam hari dan kadang mengganggu tidur. Saat ini pasien
mengeluh merasakan badan sumer-sumer dan lemas sejak pagi hari. Ibu
pasien mengaku sudah memberikan salep mikonazole 2 hari yang lalu namun
gatal tidak berkurang. Diketahui bahwa teman dekat di sekolah pasien juga
anterior sinistra, dan regio genitalia, tampak papul eritematosa multipel batas
2.5 Diagnosis
Skabies
Dermatitis Atopik
2.7 Planning
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan dari gejala klinis yang dialami pasien (2 dari 4 cardinal
sign);
Terapi :
a. Non medikamentosa :
28
- Pakaian, sprei, selimut dan handuk dicuci secara terpisah dengan air
sabun mandi.
sekali
b. Medikamentosa
hari seluruh tubuh dari leher hingga ujung kaki dan dicuci setelah 8 –
Monitoring
- Efloresensi
- Kemajuan terapi
29
Edukasi
pasien.
pengobatannya.
2.8 Prognosis
30
FOTO KASUS
31
32