Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MEKANISASI PERTANIAN

PENGENDALIAN HAMA, GULMA & PENYAKIT TANAMAN


(Kelapa Sawit)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan karunia yang dilimpahk
an oleh-Nya sehingga dalam penyusunan makalah yang berjudul “Pengendalian Hama dan
Penyakit pada Tanaman Kelapa Sawit“ ini bisa selesai tepat pada waktunya. Atas selesainya
makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. HELMI SALIM, M.Si sebagai
dosen pengampu mata kuliah Mekanisasi Pertanian yang senantiasa membimbing praktikan saat
pembelajaran Alat dan Mesin Pertanian. Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis harapkan adanya perbaikan dan penyem
purnaan demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Jambi, April 2019

Kelompok 3

DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR…....…………….........………………................................................1
DAFTAR ISI …......................................................................................................................2
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………..……..........................3
1.2Tujuan ……………………………………………………………………......……….. 4
1.3 Manfaat............................................................................................................................4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Jenis Hama dan Penyakit Serta Pengendaliannya pada Tanaman Kelapa Sawit...........5
2.2 Alat dan Mesin yang Digunakan Untuk Pengendalian Hama dan Penyakit pada
Tanaman Kelapa Sawit.................................................................................................10
2.3 Jenis Peptisida Sesuai Target Sasaran...........................................................................11
BAB III. METODOLOGI
3.1 Identifikasi Hama dan Alat Mesin Pertanian pada Tanaman Kelapa Sawit.................13
3.2 Cara Kerja Sprayer.......................................................................................................13
BAB IV. HASIL PEMBAHASAN
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………......…………17
5.2 Saran ……………………………………………………………………....…………17
DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) saat ini merupakan salah satu jenis tanaman
perkebunan yang menduduki posisi penting di sektor pertanian umumnya, dan sektor
perkebunan khususnya, hal ini disebabkan karena dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak atau lemak. Melihat pentingnya tanaman kelapa sawit di masa ini dan
masa yang akan datang, seiring dengan meningkatnya kebutuhan penduduk dunia akan minyak
sawit, maka perlu dipikirkan usaha peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit
secara tepat agar sasaran yang diinginkan dapat tercapai. Salah satu diantaranya adalah
pengendalian hama dan penyakit (Rukmana,2002).
Tanaman kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang dapat menjadi
andalan dimasa depan karena berbagai kegunaannya bagi kebutuhan manusia. Kelapa sawit
memiliki arti penting bagi pembangunan nasional Indonesia. Selain menciptakan kesempatan
kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara.
Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini sudah berkembang di 22 daerah
propinsi. Luas perkebunan kelapa sawit pada tahun 1968 seluas 105.808 hadengan produksi
167.669 ton, pada tahun 2007 telah meningkat menjadi 6.6 juta ha dengan produksi sekitar 17.3
juta ton CPO (Pracaya, 2003).
Tanaman kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan primadona Indonesia. Di tengah
krisis global yang melanda dunia saat ini, industri sawit tetap bertahan dan memberi sumbangan
besar terhadap perekonomian negara. Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang luas,
industri sawit menjadi salah satu sumber devisa terbesar bagi Indonesia. Data dari Direktorat
Jendral Perkebunan (2008) menunjukkan bahwa terjadi peningkatan luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia, dari 4.713.435 ha pada tahun 2001 menjadi 7.363.847 ha pada tahun
2008 dan luas areal perkebunan kelapa sawit ini terus mengalami peningkatan. Peningkatan luas
areal tersebut juga diimbangi dengan peningkatan produktifitas. Produktivitas kelapa sawit
adalah 1.78 ton/ha pada tahun 2001 dan meningkat menjadi 2.17 ton/ha pada tahun 2005. Hal ini
merupakan kecenderungan yang positif dan harus dipertahankan. Untuk mempertahankan
produktifitas tanaman tetap tinggi diperlukan pemeliharaan yang tepat dan salah satu unsur
pemeliharaan Tanaman Menghasilkan (TM) adalah pengendalian hama dan penyakit
(Rukmana,2002).
Sektor perkebunan merupakan salah satu potensi dari subsektor pertanian yang
berpeluang besar untuk meningkatkan perekonomian rakyat dalam pembangunan perekonomian
Indonesia. Pada saat ini, sektor perkebunan dapat menjadi penggerak pembangunan nasional
karena dengan adanya dukungan sumber daya yang besar, orientasi pada ekspor, dan komponen
impor yang kecil akan dapat menghasilkan devisa non migas dalam jumlah yang besar.
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh teknik budidaya yang diterapkan.
Pemeliharaan tanaman merupakan salah satu kegiatan budidaya yang sangat penting dan
menentukan masa produktif tanaman. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu
diperhatikan dalam kegiatan budidaya kelapa sawit adalah pengendalian hama dan penyakit.
Pengendalian hama dan penyakit yang baik dapat meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman (Pracaya, 2003).

1.2 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1. Pembaca mengetahui apa saja hama dan penyakit serta pengendalian tanaman kelapa sawit;
2. Pembaca mengetahui alat dan mesin yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman kelapa sawit yang dapat meningkatkan produktivitas lahan.

1.3 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dari penulisan makalah ini adalah :


1. Dapat mengetahui apa saja hama dan penyakit serta pengendaliannya tanaman kelapa sawit;
2. Dapat mengetahui alat dan mesin yang digunakan untuk pengendalian hama dan penyakit
tanaman kelapa sawit.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Kelapa sawit adalah tanaman berakar serabut yang terdiri atas akar primer,
skunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar
skunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. “Akar kuartier berfungsi
menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di
lapisan tanah atas sampai kedalaman sekitar 1 meter dan semakin ke bawah semakin
sedikit” (Pracaya, 2003).
Daun kelapa sawit dibentuk di dekat titik tumbuh. Setiap bulan, biasanya akan tumbuh dua
lembar daun. Pertumbuhan awal daun berikutnya akan membentuk sudut 135 0. “Daun pupus
yang tumbuh keluar masih melekat dengan daun lainnya. Arah pertumbuhan daun pupus tegak
lurus ke atas dan berwarna kuning. Anak daun (leaf let) pada daun normal berjumlah 80-120
lembar” (Rukmana,2002).
Tanaman kelapa sawit berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mulai mengeluarkan
bunga jantan atau bunga betina. Bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan bunga
betina agak bulat. “Tanaman kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang (cross
pollination), artinya bunga betina dari pohon yang satu dibuahi oleh bunga jantan dari pohon
yang lainnya dengan perantaan angin dan atau serangga penyerbuk” (Sunarko, 2008). Tandan
buah tumbuh di ketiak daun.

2.1 Jenis Hama dan Penyakit Serta Pengendaliannya pada Tanaman Kelapa Sawit
Hama adalah semua jenis binatang yang merugikan dan mengganggu
t a n a m a n y a n g sedang dibudidayakan oleh manusia dan bukan tumbuhan liar yang ada di
alam. Hewan ini bisamenyebabkan kerusakan dan kemudian ada beberapa hewan yang
bisa menyebabkan penyakittertentu pada tanaman. Beberapa jenis hama pada tanaman kelapa
sawit yang sering dijumpai yaitu
1. Tungau
Tungau yang menyerang tanaman kelapa sawit adalah tungau merah (Oligonychus).
Bagian diserang adalah daun. Tungau ini berukuran 0,5 mm, hidup di sepanjang tulang anak
daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna
kecoklatan. Hama ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada
musim kemarau. Gangguan tungau pada persemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit.
Pengendalian terhadap tungau merah ini dapat dilakukan dengan penyemprotan dengan akarisida
yang berbahan aktif tetradion 75,2 gr/lt (Tedion 75 EC) disemprotkan dengan konsentrasi 0,1-
0,2%.
2. Ulat Api (Setora nitens)
Telur diletakkan berderet 3-4 baris sejajar dengan permukaan daun sebelah bawah,
biasanya pada pelepah daun ke 16 – 17. Seekor ngengat betina selama hidupnya mampu
menghasilkan telur 300 – 400 butir. Telur menetas setelah 4 – 7 hari. Telur pipih dan berwarna
kuning muda. Larva S. nitens berwarna hijau kekuningan, panjangnya mencapai 40 mm,
mempunyai 2 rumpun bulu kasar di kepala dan dua rumpun di bagian ekor. Ulat muda biasanya
bergerombol di sekitar tempat peletakkan telur dan mengikis daun mulai dari permukaan bawah
daun kelapa sawit serta meninggalkan epidermis daun bagian atas. Bekas serangan terlihat jelas
seperti jendela-jendela memanjang pada helaian daun, sehingga akhirnya daun yang terserang
berat akan mati kering seperti bekas terbakar. Mulai instar ke 3 biasanya ulat memakan semua
helaian daun dan meninggalkan lidinya saja dan sering disebut gejala melidi. Gejala ini dimulai
dari daun bagian bawah. Dalam kondisi yang parah tanaman akan kehilangan daun sekitar 90%.
Pada tahun pertama setelah serangan dapat menurunkan produksi sekitar 69% dan sekitar 27%
pada tahun kedua. Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada
tanaman kelapa sawit rata-rata 5 – 10 ekor perpelepah untuk tanaman yang berumur tujuh tahun
ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda.
Beberapa teknik pengendalian ulat api yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pengendalian secara mekanik, yaitu pengutipan ulat ataupun pupa di lapangan kemudian
dimusnahkan
b. Pengendalian secara hayati, dilakukan dengan :
 Penggunaan parasitoid larva seperti Trichogramma sp dan predator berupa Eocanthecona
sp
 Penggunaan virus seperti Granulosis Baculoviruses, MNPV (Multiple Nucleo Polyhedro
Virus)
 Penggunaan jamur Bacillus thuringiensis
c. Penggunaan insektisida, dilakukan dengan:
 Penyemprotan (spraying) dilakukan pada tanaman yang berumur 2,5 tahun dengan
menggunakan penyemprotan tangan, sedangkan tanaman yang berumur lebih dari 5 tahun
penyemprotan dilakukan dengan mesin penyemprot.
 Penyemprotan udara dilakukan apabila dalam suatu keadaan tertentu luas areal yang
terserang sudah meluas yang meliputi daerah dengan berbagai topografi.
3. Nematoda Rhadinaphelenchus cocophilus
Hama ini menyerang akar tanaman kelapa sawit. Serangan nematoda Rhadinaphelenchus
cocopilus menimbulkan gejala berupa daun-daun muda yang akan membuka menjadi tergulung
dan tumbuh tegak. Selanjutnya daun berubah warna menjadi kuning dan mengering. Tandan
bunga membusuk dan tidak membuka, sehingga tidak menghasilkan buah. Pengendalian yang
dapat dilakukan yaitu dengan cara tanaman yang terserang diracun dengan natrium arsenit.
Untuk memberantas sumber infeksi, setelah tanaman mati atau kering dibongkar lalu dibakar.
4. Kumbang Oryctes rhinoceros
Serangan hama ini cukup membahayakan jika terjadi pada tanaman muda, sebab jika
sampai mengenai titik tumbuhnya menyebabkan penyakit busuk dan mengakibatkan kematian.
Pengendalian kumbang ini dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kebun, terutama di sekitar
tanaman. Sampah-sampah dan pohon yang mati dibakar, agar larva hama mati. Pengendalian
secara biologi dengan menggunakan jamur Metharrizium anisopliae dan virus Baculovirus
oryctes.
5. Penggerek Tandan Buah
Hama penggerek tandan buah adalah ngengat Tirathaba mundella. Hama ini meletakkan
telurnya pada tandan buah, dan setelah menetas larvanya (ulat) akan melubangi buah kelapa
sawit. Tirathaba mundella banyak menyerang tanaman kelapa sawit muda berumur 3-4 tahunan,
tetapi pada kondisi tertentu juga ditemui pada tanaman tua. Gejala serangannya berupa bekas
gerekan yang ditemukan pada permukaan buah dan bunga. Bekas gerekan tersebut berupa faeces
dan serat tanaman. Akibatnya fruitset buah sangat rendah akibat hama ini. Buah muda dan buah
matang biasanya digerek pada bagian luarnya sehingga akan meninggalkan cacat sampai buah
dipanen atau juga menggerek sampai inti buahnya. Sisa gerekan dan kotoran yang terekat oleh
benang-benang liur larva akan menempel pada permukaan tandan buah sehingga kelihatan
kusam. Pada serangan baru, bekas gerekan masih berwarna merah muda dan larva masih aktif di
dalamnya. Sedangkan pada serangan lama, bekas gerek berwarna kehitaman dan larva sudah
tidak aktif karena larva telah berubah menjadi kepompong. Serangan hama ini dapat
menyebabkan buah aborsi.
Pengendalian yang dapat dilakukan pada tanaman kelapa sawit saat terserang ngengat Tirathaba
mundella yaitu
a. Sanitasi buah busuk dan terserang
b. Buah busuk dikumpulkan pada satu lubang yang diaplikasi insektisida Fipronil dan ditutup
dengan tanah
c. Aplikasi dengan insektisida sistemik yaitu Fipronil dengan konsentrasi 7,5 ml/ 15 liter,
dengan volume semprot 370-400 liter / ha supaya buah benar-benar basah tersemprot
insektisida. Karena stadia yang ada bermacam-macam maka perlu aplikasi susulan yaitu 2
minggu setelah aplikasi pertama. Aplikasi terakhir atau ketiga dilakukan pada 1 bulan
setelah aplikasi. Hal ini dilakukan karena daur hidup hama ini sekitar 1 bulan. Aplikasi
semprot diusahakan jangan bersamaan pada semua kebun diatur supaya tidak ikut mati dan
menurun populasinya.
d. Menurunkan kelembaban dengan pengendalian gulma.
e. Monitoring serangan hama selalu dilakukan. Monitoring populasi dilakukan dengan
mengamati jumlah dan intensitas serangan pada tandan buah kelapa sawit, pohon per pohon,
setiap sebulan sekali. Pada tanaman kelapa sawit tua dianjurkan untuk digunakan teropong.
Apabila 30% dari tanaman kelapa sawit dapat dijumpai paling tidak satu tandan buah
terserang hama ini sampai 50% (pada tanaman muda) atau 60% (pada tanaman tua), maka
perlu dilakukan tindakan pengendalian.
Penyakit tumbuhan adalah sebuah kondisi yang mengakibatkan tanaman tidak bisa
tumbuh dengan normal, dikarenakan adanya gangguan pada organ tanaman yang disebabkan
oleh mikroorganisme pengganggu, hama, virus atau kondisi tanah yang kekurangan unsur-unsur
yang dibutuhkan tanaman. Beberapa penyakit pada tanaman kelapa sawit yang sering dijumpai
meliputi :
1. Penyakit akar Blast disease
Penyakit akar blast disease disebabkan oleh cendawan Rhyzoctonia
lamellifera dan Phytium sp. Gejala pada tanaman kelapa sawit memiliki tanda-tanda seperti bila
menyerang pesemaian dapat menyebabkan kematian bibit secara mendadak, bila menyerang
tanaman dewasa akan menyebabkan daun menjadi layu, kemudian tanaman mati. Dan jika
perakaran tanaman dilihat, tampak adanya pembusukan pada akar. Pengendalian yang dapat
dilakukan jika akar terserang cendawan Rhyzoctonia lamellifera dan Phytium sp yaitu :
a) Pembuatan pesemaian yang baik agar pertumbuhan bibit sehat dan kuat.
b) Pemberian air irigasi pada musim kemarau dapat mencegah terjadinya gangguan penyakit
ini.
2. Penyakit garis kuning pada daun
Penyakit garis kuning pada daun kelapa sawit ini disebabkan oleh cendawan Fusarium
oxysporum. Cendawan ini langsung menyerang daun pada tanaman kelapa sawit. Pengendalian
dari penyakit ini dengan menanam bibit tanaman kelapa lebih unggul yang terbebas dari berbagai
penyakit. Gejala dari serangan cendawan ini pada tanaman kelapa sawit yaitu :
a) Infeksi penyakit sudah terjadi pada saat daun belum membuka;
b) Setelah daun membuka akan tampak adanya bulatan-bulatan oval berwarna kuning pucat
mengelilingi warna coklat tempat konidiofora;
c) Bagian-bagian tersebut kemudian mengering.
3. Penyakit batang dry basal rot.
Penyebab batang dry basal rot ini disebabkan oleh cendawan Ceratocyctis paradoxa.
Penyerangan cendawan ini bisa disebabkan karena bibit tanaman kelapa sawit yang ditanam ke
lapangan tidak unggul dan masih rentan terhadap penyakit. Oleh sebab itu pengendalian dari
penyakit jenis ini adalah memilih bibit unggul yang akan ditanam ke lapangan. Gejala yang
ditimbulan dari serangan jenis penyakit ini adalah
a) Tandan buah yang sedang berbunga mengalami pembusukan;
b) Pelepahnya mudah patah, tetapi daun tetap berwarna hijau untuk beberapa saat, meskipun
pada akhirnya akan membusuk dan mongering;
c) Semua gejala tersebut sesungguhnya disebabkan karena terjadinya pembusukan (busuk
kering) pada pangkal batang.
4. Penyakit busuk tandan (bunch rot)
Penyebab dari penyakit busuk tandan (bunch rot) disebabkan oleh cendawan Marasmius
palmivorus sharples. Penyakit ini menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 3 – 10 tahun.
Cendawan langsung menyerang buah yang matang dan dapat menembus daging buah, sehingga
menurunkan kualitas minyak sawit. Pengendalian yang dapat dilakukan untuk menghadapi
penyakit busuk tandan ini yaitu :
a. Tindakan pencegahan dilakukan dengan melakukan penyerbukan buatan dan sanitasi
kebun terutama pada musim hujan.
b. Membuang semua bunga dan buah yang membusuk dan membakar tandan buah yang
terserang.
c. Dapat disemprot dengan menggunakan Difolatan atau Actidone dengan konsentrasi
0,2 % atau sebanyak 0,7 liter/ha dengan interval waktu 2 minggu sekali.

2.2 Alat dan Mesin yang Digunakan Untuk Pengendalian Hama dan Penyakit pada
Tanaman Kelapa Sawit
1. Alat Semprot Punggung (Knapsack Sprayer)
a. Alat semprot punggung otomatis
Alat ini dioperasikan dengan tekanan tinggi hingga 5 kg/cm2 dan sebelum dipakai
menyemprot harus dipompa terlebih dahulu. Pada umumnya alat ini terbuat dari logam dengan
kapasitas tangki 14 liter. Jenis alat ini kurang disukai karena output kerjanya rendah. Hal ini
disebabkan sebelum penyemprotan harus dipompa dahulu.
b. Alat semprot punggung semi otomatis
Alat ini umumnya dipergunakan pada kebun yang memerlukan pengelolaan unit semprot
untuk perawatan tanaman, pengendalian hama dan penyakit. Terdapat beberapa tipe alat semprot
punggung semi otomatis, antara lain :
1) Sprayer gendong Solo
Spesifikasi Type 425 Type 475
Sistem pompa Torak Membran
Untuk aplikasi Insektisida, Fungisida Herbisida
Tekanan maksimum 6 kg/ cm² 2 kg/ cm²
Volume semprot 0,7‐1,2 liter/ menit 0,8‐2,0 liter/ menit
Kapasitas tangki 15 liter 15 liter
Berat kosong 4,3 kg 4,3 kg
2) Sprayer gendong "CP 15"
Spesifikasi Type CP 15
Sistem pompa Hidraulik dengan pengatur tekanan, untuk aplikasi segala jenis pestisida
Kapasitas tangki 15 liter

2. Alat Semprot Bermesin


Alat semprot ini sering disebut Power Sprayer, digerakkan oleh tenaga mesin dan bekerja
dengan tekanan 21 kg/cm² pada pemakaian normal. Alat ini biasanya dilengkapi dengan 2 buah
selang dan tangkai semprotan. Selang standar panjangnya 50 meter, tetapi dapat disambung
untuk menjangkau sasaran yang disemprot hingga ± 100 meter. Lebar semprotan dapat mencapai
7‐9 meter dengan cara mengayun‐ayunkan tangkai semprotan.
3. Boom Sprayer dengan Traktor
Alat ini umumnya digunakan untuk aplikasi penyemprotan sheet yang luas dengan
topografi datar sampai bergelombang. Daerah liputan semprot dapat mencapai 25 ha/hari.
Kecepatan jelajah traktor berkisar antara 6 – 12 meter dan jarak antar nozzel pada boom adalah
50 – 75 cm, sehingga jumlah nozzel mencapai 12 – 24 buah. Bentuk pola semprotan bermacam‐
macam bergantung pada jenis nozzel yang dipakai. Nozzel dapat diganti sesuai dengan
keperluannya.
2.3 Jenis Peptisida Sesuai Target Sasaran
Jenis peptisida yang dapat digunakan pada saat pemberantasan hama pada tanaman
kelapa sawit yaitu
1. Akarisida, berasal dari kata akari, yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu.
Akarisida sering juga disebut Mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu.
Contohnya Kelthene MF dan Trithion 4 E.
2. Alvisida, berasal dari kata avis, bahasa latinnya berarti burung, fungsinya sebagai
pembunuh atau penolak burung. Contohnya Avitrol.
3. Herbisida, berasal dari kata lain herba, artinya tanaman setahun, berfungsi untuk
membunuh gulma. Contohnya Gramoxone, Basta 200 AS, Basfapon 85 SP, Esteron 45 Pg.
4. Insektisida, berasal dari kata latin insectum, artinya potongan, keratan segmen tubuh,
berfungsi untuk membunuh serangga. Contohnya adalah basmion, basudin, diazinon, tiodan,
timbel arsenat, propoksur, magnesium fluorosilikat dan diklorofinil dimetil fosfat.
5. Molluskisida, berasal dari kata Yunani molluscus, artinya berselubung tipis atau lembek,
berfungsi untuk membunuh siput. Contohnya Morestan, PLP, Brestan 60.
6. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda, atau bahasa Yunani nema berarti benang,
berfungsi untuk membunuh cacing. Contohny nematisida adalah oksamil dan natrium
metam.
7. Ovisida, berasal dari kata latin ovum berarti telur, berfungsi untuk merusak telur. J.
Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis, berarti kutu, tuma, berfungsi untuk membunuh
kutu atau tuma.
8. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodere, berarti pengerat berfungsi untuk membunuh
binatang pengerat seperti tikus. Contohnya Warangan (senyawa arsen), Thalium Sulfat,
Dipachin 110, Klerat RMB, Racumin, Ratikus RB, Ratilan, Ratak, Gisorin. N.
9. Termisida, berasal dari kata Yunani termes, artinya serangga pelubang kayu berfungsi
untuk membunuh rayap. Contohnya Agrolene 26 WP, Chlordane 960 EC, Sevidol 20/20 WP,
Lindamul 10 EC, Difusol CB.
10. Larvasida, berasal dari kata Yunani lar, berfungsi membunuh ulat (larva). Contohnya
Fenthion, Dipel (Thuricide).
III. METODOLOGI

3.1 Identifikasi Hama dan Alat Mesin Pertanian pada Tanaman Kelapa Sawit
Pada tanaman kelapa sawit terdapat beberapa hama yang dapat merugikan tanaman
kelapa sawit dan bahkan dapat menurunkan produktivitas dari lahan tanaman kelapa sawit
tersebut. Hama-hama pada lahan tanaman kelapa sawit seperti tungau, ulat api, nematoda
rhadinaphelenchus cocophilus, kumbang oryctes rhinoceros dan ngengat tirathaba mundella.
Hama ini menyerang tanaman kelapa sawit pada beberapa bagian tanaman kelapa sawit seperti
daun, akar dan tandan buah.
Alat dan mesin yang dapat digunakan untuk pemberantasan dan menghalangi hama dapat
berkembang biak seperti sprayer tipe CP 15. Sprayer menjadi salah satu alat dan mesin yang
akan penulis teliti untuk menghitung kinerja dari sprayer tersebut. Sebenarnya pemberantasan
hama pada tanaman kelapa sawit bukan hanya dapat dilakukan dengan alat dan mesin pertanian
tetapi juga dapat dilakukan secara biologis seperti pembakaran dan pemotongan.
Spesifikasi alat yang digunakan untuk pengambilan data pada makalah ini yaitu
Spesifikasi : Sprayer Type CP 15
Prinsip kerja : Sistem pompa Hidraulik dengan pengatur tekanan. Dapat digunakan
untuk aplikasi segala jenis pestisida.
Kapasitas tangki : 15 liter

3.2 Cara Kerja Sprayer


Adapun cara kerja dari sprayer pada pengendalian hama tanaman kelapa sawit yaitu
1. Spesifikasi alat dengan nozzel VLV sangat memerlukan air bersih. Untuk ini saringan pada
alat tersebut terdiri dari 3 bagian penting, antara lain dibagian mulut/corong tangki, bagian
pegangan/stick dan bagian nozzel.
2. Tangki diisi larutan sampai batas 15 liter atau volume yang diinginkan.
3. Bila akan melakukan penyemprotan, maka tombol pengatur tekanan terlebih dahulu digeser
ke posisi low pressure (L). Bila akan melakukan penyemprotan herbisida atau fungisida,
maka tombol pengatur tekanan terlebih dahulu digeser ke posisi high pressure (H).
4. Sebelum penyemprotan dimulai, lakukan pemompaan tangki sebanyak 8 kali atau lebih,
sampai terasa berat. Bila tekanan berlebih akan terbuang dengan sendirinya oleh pengatur
tekanannya.
5. Mulailah menyemprot sekaligus dengan memompa sekali setiap 2 – 3 langkah, agar tekanan
dalam tangki tidak berkurang.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Cara perhitungan:
Lebar rata ‐ rata semprotan dalam satuan meter (A). Jarak jalan yang ditempuh oleh
penyemprot selama 10 detik dalam satuan meter (B). Output semprot atau flow rate pada tekanan
1 kg/cm² dalam satuan liter/menit (C). Angka 10.000 adalah konversi satuan ha menjadi m 2.
Angka 6 adalah konversi satuan detik menjadi menit. Hitung kebutuhan volume semprot dalam
satuan liter/ha blanket ?

Contoh perhitungan :
Lebar semprotan rata‐rata adalah 1,5 meter, jarak jalan rata‐rata per 10 detik adalah 8,0
meter, output semprotan rata‐rata adalah 1,6 liter/menit, berapakah volume semprot (l/ha
blanket) ?

Selanjutnya kebutuhan bahan insektisida untuk satu tangki alat semprot (Solo atau CP 15)
yang berisi 15 liter, dapat dihitung bila dosis insektisida telah ditentukan.
Contoh perhitungan :
Pemakaian Eagle 480 AS untuk penyemprotan alang‐alang sheet membutuhkan dosis 6,0
liter / ha blanket, sedangkan volume semprot 222 liter / ha blanket. Berapakah Eagle 480 AS
yang dibutuhkan dalamvolume 15 liter (volume isi tangki alat semprot) ?

Spray Factor
Spray faktor untuk luas jalan panen yang disemprot/ha tanaman, luas piringan/ha tanaman, dan
luas TPH/ha tanaman adalah sebagai berikut :
Setiap 3 jalan panen terdapat 1 TPH. Setiap 1,5 ha terdapat 2 TPH. Setiap 1 ha terdapat
1,33 TPH atau 24 m2.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan
sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah
ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika
menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam
habitat manusia. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dalam pengendaliannya alat
dan mesin pertanian yang lebih cocok digunakan untuk melakukan pemberantasan hama ini
adalah sprayer. Sprayer digunakan untuk penyemprotan insektisida yang akan digunakan sesuai
jenis hama yang akan menjadi sasaran dan sesuai dosis yang dibutuhkan. Banyak Hama yang
menyerang tanaman kelapa sawit sehingga hama merugikan secara ekonomis, jenis-jenis hama
yang menyerang tanaman kelapa sawit antara lain tungau, ulat api, kubang badak, kumbang
moncong, penggerek tandan buah.

5.2 Saran
Saran untuk melakukan insektisida ini adalah gunakan insektisida yang ramah lingkungan
dan sesuai dosis yang telah ditetapkan. Jangan lakukan penggunaan bahan kimia pada tanaman
secara keseringan ada kalanya sebaiknya dapat digunakan secara biologis. Akan lebih baik jika
kita sering mengamati dan melakukan pengendalian langsung di lahan kita, sangat bermanfaat
dan sekalian mengasah ilmu untuk mendapat pengetahuan yang lebih mendalam lagi.
6
DAFTAR PUSTAKA

Mangoensoekarjo dan Semangun. 2005. 90 Tahun Penelitian Kelapa Sawit Indonesia. Penelitian
Kelapa Sawit dan Parisindo Jaya. Medan.

Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman (EdisiRevisi). Jakarta: Penebar.

Risza. 2008. Hama dan Penyakit Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 87 hal.

Rukmana. 2002. Budidaya Kelapa Sawit. PT Balai Pustaka. Jakarta.

Sunarko. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis Jacq) Di Indonesia (Edisi 2). Medan: Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. 232 hal.

Swadaya. Sastrosayono. 2005. Pengenalan dan Pengendalian Hama Ulat Pada Tanaman
Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 5 hal.

Utomo, C. Tjahjono, H. dan Agus, S. 2007. Feromon: Era Baru Pengendalian Hama Ramah
Lingkungan Di Perkebunan Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian Kelapa Sawit. 15(2); 70-75.

Anda mungkin juga menyukai