Oleh:
(CVA-ICH)
Oleh :
180070300111030
Hari :
Tanggal:
( ) ( )
Cerebrovascular Accident: Intracerebral Hemorhagic
(CVA-ICH)
1. Definisi
Stroke adalah disfungsi neurologis yang umum dan timbul secara mendadak
sebagai akibat dari adanya gangguan suplai darah ke otak dengan tanda dan
gejala sesuai dengan daerah otak yang terganggu (WHO, 1989). Gangguan suplai
oksigen ini disebabkan oleh 2 hal, yaitu iskemik (85% kasus) dan hemoragik (15%
kasus). Stroke iskemik terjadi akibat pembuluh darah mengalami sumbatan,
sehingga mengakibatkan hipoperfusi pada jaringan otak. Sedangkan stroke
hemoragik terjadi akibat adanya ekstravasasi darah/perdarahan pada otak
(Smeltzer and Barre, 2010).
CVA Intracerebral Haemorrhage (ICH) adalah perdarahan yang terjadi didalam
jaringan otak yang diakibatkan oleh pecahnya pembuluh darah (intraparenkimal) di
otak (Nishijima et al., 2012). Perdarahan intraserebral menyebabkan 10-15% kasus
serangan stroke pertama kalinya, dengan angka kematian selama 30 hari dari 35%
menjadi 52% dimana setengah dari angka kematian tersebut terjadi dalam 2 hari
pertama. Dalam suatu penelitian pada1041 kasus ICH didapatkan 50% pada lokasi
yang dalam, 35% lobar, 10% cerebelar, dan 6% pada otak (Broederick et al.,
2007).
2. Etiologi
Etiologi ICH (Morgenstern et al., 2010), yaitu:
A. Primary
a) Chronic Hypertension
Akibat tekanan darah sitolik >140 mmHg dan diastolic >90 mmHg atau
terjadinya krisis hipertensi dengan peningkatan tekanan darah sistolik >180
mmHg dan diastolic >120 mmHg secara mendadak, dapat menyebabkan
tekanan pada dinding arteri otak yang memicu terjadinya perdarahan di otak
b) Cerebral amyloid angiopathy (CAA)
Protein (amyloid) menumpuk di dalam pembuluh darah di otak. Hal ini
menyebabkan kerusakan yang menyebabkan rupturnya arteri didalam otak.
c) Penggunaan Anticoagulant/fibrinolytic
Peningkatan resiko perdarahan pada individu yang baru saja menjalani
operasi dan aneurisma otak
d) Penggunaan Antiplatelet (Aspirin)
Menghambat secara irreversible siklooksigenase sehingga mencegah
konversi asam arakhidonat menjadi tromboxan A2 yang merupakan
vasokonstriktor kuat dan stimulator agregasi platelet. Aspirin juga
menghambat aktifitas prostasiklin (PGI2) pada otot polos dinding vascular.
Namun, memiliki efek samping pada gastrointestinal, perdarahan, dan alergi.
e) Penggunaan Obat
(Methamphetamine, norepinefrin, LSD, heroin, dan kokain). Amfetamin
menyebabkan sebuah vaskulitis nekrosis yang mengakibatkan pendarahan
petechial menyebar atau iskemia dan infark.
f) Bleeding Disorders
- Hemophilia (lamanya darah untuk membeku); akibat perdarahan yang
berlebih dan sulit untuk diatasi pada bagian otak
- Sickle cell anemia; akibat kondisi tubuh menyebabkan Pembuluh darah
mengalami vasokontriksi >> dan darah yang berasal dari jantung tidak
bisa mengirimkan O2 ke otak.
B. Secondary
a) Vascular Malformations; adanya malformasi pda arteri, vena, dan limfe dapat
menyebabkan pembengkakan pada area tertentu di bagian pembuluh darah
yang dapat memicu perdarahan.
b) Aneurysms
Menggelembungnya bagian dari dinding pembuluh darah akibat titik lemah di
dinding terakhir. Seiring dengan tumbuhnya aneurisma, dinding pembuluh
darah menjadi menipis dan melemah.
c) Tumors; akibat perdarahan dari tumor atau massa otak dapat menyebabkan
stroke hemoragik.
d) Hemorrhagic transformation; komplikasi dari acute ischemic stoke setelah
menjalani terapai thrombolytic yang mengacu pada spectrum perdarahan otak
dan berhubungan dengan kondisi iskemia.
e) Venous infraction with hemorrhage secondary to cerebral venous thrombosis;
disebabkan oleh penyumbatan lumen pembuluh darah otak akibat penebalan
dari trombus dan terjadi pada titik percabangan arteri serebral khususnya
distribusi arteri carotis interna
f) Moya Moya disease; bagian dinding arteri mengalami vasokontriksi>>,
sehingga sirkulasi darah ke bagian otak menurun
3. Klasifikasi
A. Stroke (CVA) Iskemik
Stroke iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan menjadi terhenti. 85% stroke iskemik
disebabkan oleh sumbatan akibat bekuan darah, penyempitan pembuluh darah
arteri otak, dan embolus (kotoran) yang terlepas dari jantung atau pembuluh
darah arteri ekstrakranii yang menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa
pembuluh darah arteri intrakranii (Muttaqin, 2008).
Stroke non hemoragik dapat dijumpai dalam 4 bentuk klinis yaitu:
a. Serangan Iskemia Sementara/Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada bentuk ini gejalah neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran
darah di otak akan menghilang dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemia Sementara/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND).
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih dari 24
jam hingga ≤ 21 hari.
c. Stroke progresif (Progressive Stroke/Stroke in evolution)
Gejala neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)
Gejala klinis sudah menetap.
B. Stroke (CVA) Hemoragik
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah di otak. Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalamjaringan
otak atau kedalamruang subaraknoid (ruang permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak) dan termasuk jenis stroke yang memiliki angka
kematian tinggi (PERDOSSI, 2011). Stroke hemoragik dibagi menjadi :
- Intracerebral Hemorrhage (ICH)
Suatu keadaan perdarahan yang terjadi dalam substansi otak, perdarahan
yang terjadi biasanya pada pembuluh darah arteri dan berada pada lobus
serebral, ganglia basalis, thalamus, batang otak (terutama pons), serta
serebelum. Stroke perdarahan intraserebral atau perdarahan intraserebral
primer adalah suatu sindroma yang ditandai adanya perdarahan spontan ke
dalam substansi otak (Gilroy, 2000).
- Subarakhnoid Hemorrhage (SAH)
Menurut American Association of Neuroscience Nurses (AANN) pada tahun
2009 mendefinisikan subarakhnoid hemorrhage (SAH) adalah stroke
perdarahan dimana darah dari pembuluh darah memasuki ruang
subarachnoid yaitu ruang di antara lapisan dalam (Pia mater) dan lapisan
tengah (arachnoid mater) dari jaringan selaput otak (meninges). Penyebab
paling umum adalah pecahnya tonjolan (aneurisma) dalam arteri basal otak
atau pada sirkulasi willisii.
Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub arachnoid menyebabkan
TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur peka nyeri dan
vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat disfungsi otak global
(nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan
hemi sensorik, afasia, dll) (Siti Rohani, 2000).
4. Faktor Resiko
Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke dikelompokan menjadi dua
menurut Bahrudin (2012) dan Nishijima et al.(2012)., yaitu:
5. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis yang sering terjadi antara lain;
- Nyeri kepala akut dan terasa berat,
- leher bagian belakang kaku,
- muntah,
- penurunan kesadaran yang berkembang cepat sampai keadaan koma
- Pasien dengan perdarahan pada lobus temporal atau lobus frontal dapat
mengalami seizure/kejang tiba-tiba yang dapat diikuti kelumpuhan kontralateral
- 90% menunjukkan adanya darah dalam cairan serebrospinal (bila perdarahan
besar dan atau letak dekat ventrikel), dari semua pasien ini 70-75% akan
meninggal dalam waktu 1-30 hari, biasanya diakibatkan karena meluasnya
perdarahan sampai ke system ventrikel, herniasi lobus temporalis, dan
penekanan mesensefalon, atau mungkin disebabkan karena perembasan
darah ke pusat-pusat yang vital (Hieckey, 1997; Smletzer & Bare, 2005).
6. Patofisiologi
(Terlampir)
7. Pemeriksaan Diagnostik
a) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti perdarahan
arteriovena atau adanya ruptur.
b) CT Scan
Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi hematoma, adanya
jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti. CT scan
merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk PIS dalam beberapa jam pertama
setelah perdarahan. CT-scan dapat diulang dalam 24 jam untuk menilai
stabilitas.
c) Pungsi lumbal
Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi.
d) MRI (Magnetic Imaging Resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta
besar/ luas terjadinya perdarahan otak.
e) USG Dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (masalah sistem karotis).
f) EEG
Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan darah lengkap
Untuk mengetahui adanya anemia, trombositopenia dan leukositosis yang
dapat menjadi factor risiko stroke hemoragik
b. Pemeriksaan glukosa darah
Untuk mengetahui kadar glukosa darah sebagai sumber bahan bakar untuk
metabolism sel otak. Apabila kadar glukosa darah yang terlalu rendah maka
akan dapat terjadi kerusakan pada jaringan otak
c. Pemeriksaan analisa gas darah
Untuk mengetahui gas darah yang disuplai ke jaringan otak sebagai sumber
untuk metabolisme
d. Pemeriksaan serum elektrolit
e. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Mengetahui adanya hiperviskositas yang dapat menjadi factor risiko stroke
hemoragik
f. Pemeriksaan faal hemostatis
Untuk mengetahui adanya risiko perdarahan sebagai komplikasi dan pencetus
stroke hemoragik
Cara Pemeriksaan Saraf Kranial
Mengkaji Kekuatan Otot
3. Kekuatan otot :
Aturlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. Klien secara aktif
menahan tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. Otot yang diuji biasanya dapat
dilihat dan diraba. Gunakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s
(memiliki nilai 0 – 5)
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau
gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
‘c. Pemeriksaan Fungsi Sensorik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara
pemeriksaan sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. Oleh sebab
itu sebaiknya dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain
(tetapi ada yang menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien
belum lelah dan masih bisa konsentrasi dengan baik).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengevaluasi respon klien terhadap beberapa
stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.
Gejala paresthesia (keluhan sensorik) oleh klien digambarkan sebagai
perasaan geli (tingling), mati rasa (numbless), rasa terbakar/panas (burning), rasa
dingin (coldness) atau perasaan-perasaan abnormal yang lain. Bahkan tidak jarang
keluhan motorik (kelemahan otot, twitching / kedutan, miotonia, cramp dan
sebagainya) disajikan oleh klien sebagai keluhan sensorik. Bahan yang dipakai untuk
pemeriksaan sensorik meliputi:
1. Jarum yang ujungnya tajam dan tumpul (jarum bundel atau jarum pada
perlengkapan refleks hammer), untuk rasa nyeri superfisial.
2. Kapas untuk rasa raba.
3. Botol berisi air hangat / panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
4. Garpu tala, untuk rasa getar.
5. Lain-lain (untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif) seperti :
a. Jangka, untuk 2 (two) point tactile dyscrimination.
b. Benda-benda berbentuk (kunci, uang logam, botol, dan sebagainya), untuk
pemeriksaan stereognosis
c. Pen / pensil, untuk graphesthesia.
8. Penatalaksanaan Stroke
Menurut american hearth association (aha), algorithm cva sebagai berikut :
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai
berikut:
1. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lendir
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
2. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
3. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
4. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
9. Komplikasi
Menurut Wijaya (2013) komplikasi stroke di bagi menjadi 2 (dua) sebagai berikut:
Komplikasi neurology
a. Kerusakan pada mata dan telinga
b. Kelumpuhan
c. Penurunan kesadaran (koma)
d. Tekanan darah sistemik meninggi
e. Reaksi hiperglikemi (kadar gula dalam darah tinggi)
f. Oedema paru
g. Kelainan jantung dan EKG (elektro kardio gram)
h. Sindroma inappropriate ante diuretic hormone (SIADH)