LATAR BELAKANG
Salah satu tiang utama dalam penyelenggaraan pemerintah suatu negara adalah
peeraturan perundang-undangan yang baik, harmonis, dan mudah diterpkan dalam
masyarakat.1 Perundang-undangan berawal dari peraturan sedangkan peraturan itu
sendiri adalah tatanan yang di buat untuk mengatur2, dan dari peraturan timbul undang-
undang dan dari undang-undang baru dapat di buat perundang-undangan.
Perundang-undangan itu sendiri diterjemahkan sebagai yang bertalian dengan
undang-undang atau seluk beluk undang-undang. dari pengertian peraturan dan
perudanng-undangan kami dapat menyimpulkan bahwa peraturan perundang-undangan
adalah setiap tatanan yang berbentuk undang-undang serta seluk beluknya yang dibuat
olah pemerintah yang berwenang.
Dalam beberapa kasus, seperti halnya di negara Afrika Selatan, yang walaupun
negara ini tidak secara khusus menggunakan hukum dalam rekayasa sosial (law as
social engineering) maupun sebagai unsur stratifikasi terhadap ras masyarakatnya yang
merujuk pada pada fungsi perubahan dalam peraturan perundang-undangan.3
Pada umumnya negara selalu memiliki naskah yang disebut sebagai konstitusi
atau Undang-Undang Dasar. Bahkan negara yang tidak memiliki satu naskah konstitusi
seperti Inggris, tetap memiliki aturan-aturan yang tum¬buh menjadi konstitusi dalam
pengalaman praktek ketatanegaraan dan para ahli tetap dapat menyebut adanya
konstitusi dalam konteks hukum tata negara Inggris, sebagaimana dikemukakan oleh
Phillips Hood and Jackson sebagai berikut “a body of laws, customs and conventions
that define the composition and powers of the organs of the State and that regulate the
relations of the various State organs to one another and to the private citizen”.4
B. RUMUSAN MASALAH
C. PEMBAHASAN
1
Ilmu perundang-undangan, Maria Farida Indrati S, tahun 2012, penerbit kansisus, yogyakarta, hlm 1
2
Hukum Perundang-undangan, Armen Yasir, S.H., M.Hum., tahun 2015, PKKPU FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG,BANDAR LAMPUNG, hlm 27.
3
Lee W. Potts, Law as a Tool of Social Engineering: The Case of Republic of South Africa, Boston College
International, Jan-12sd, Vol. V No.1, page 3.
4
Hood Philips, Contitusional and Administrative Law, 7th ed, (London:Sweet and Maxwell, 1987) hal 5
dewan perwakilan rakyat dengan persetujuan presiden. Undang-undang dapat diartikan
menjadi 2 yakni Undang-undang dalam arti materiil serta Undang-undang dalam arti
formil.
Pada prinsipnya suatu undang-undang itu berlaku untuk jangka waktu tidak tertentu,
namun waktu berlakunya undang-undang itu dapat ditetapkan dalam undang-undang itu
sendiri yaitu sampai jangka waktu tertentu, atau sampai undang-undang itu dinyatakan
tidak berlakuatau dicabut oleh undang-undang yang baru. Dalam suatu hal undang-
undang yang lama menjadi tidak berlaku karena bertentangan dengan undang-undang
yang baru. Ini dikenal dengan “azas Lex posterior derogat lege priori”.6
5
Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., Mengenal Hukum (Edisi Ketiga), (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 1991),
hlm. 66.
6
Soehino, S.H., HUKUM TATA NEGARA Teknik Perundang-undangan,( Yogyakarta: Liberty Yogyakarta), hlm.
106.
7
Socrates, dalam J.J. Von Schmid, ahli-ahli pikir besar tentang negara dan hukum, PT Pembangunan jakarta, 1958,
hlm 9
8
Ibid., hlm. 200
Dijelaskan oleh Bagir Manan, Peraturan Perundang-undangan adalah setiap putusan
tertulis yang dibuat dan ditetapkan serta dikeluarkan oleh lembaga dan pejabat negara
yang mempunyai (menjalankan) fungsi legislatif sesuai dengan tata cara yang berlaku. 9
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) Badan yang ikut berkontribusi
dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, antara lain:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
2. Presiden
3. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
4. Dewan Perwakilan Daerah (DPD
5. Pemerintah Daerah
D. KESIMPULAN
Kami selaku penulis dapat menarik kesimpulan antara lain adalah :
1. Macam-macam fungsi peraturan perundang-undangan dibagi menjadi dua
yaitu :
Fungsi Internal
Fungsi Eksternal
Fungsi Undang-Undang Dasar
Fungsi Undang-Undang
2. Fungsi peraturan perundang-undangan bagi masyarakat dan pemerintah
adalah :
Memberikan jaminan Perlindungan bagi hak asasi manusia/HAM
Memastikan bahwa suatu posisi hukum setiap orang sesuai dengan
kedudukan hukumnya masing masing
Sebagai pembatasan larangan, pemerintah tertentu yang harus dipatuhi
dalam berperilaku
3. Badan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan :
MPR
Presiden
DPR
DPD
Pemerintah Daerah
Referensi :
9
Bagir Manan dan Kuntana Magnar, Peraturan Perundang-undangan dalam Pembinaan Hukum
Nasional, (Bandung: Armico, 1987), hlm13.
1. Maria Farida Indrati S, tahun 2012 Ilmu perundang-undangan,, Yogyakarta,
Kansisus,
2. Armen Yasir, S.H., M.Hum., tahun 2015, Hukum Perundang-undangan,
BANDAR LAMPUNG, PKKPU FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS
LAMPUNG,
3. Lee W. Potts, Law as a Tool of Social Engineering: The Case of Republic of
South Africa, Boston College International, Jan-12sd, Vol. V No.1, page 3.
4. Hood Philips, 1987, Contitusional and Administrative Law, London, Sweet and
Maxwell,
5. Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., 1991, Mengenal Hukum (Edisi Ketiga),
Yogyakarta, Liberty Yogyakarta,.
6. Soehino, S.H., HUKUM TATA NEGARA Teknik Perundang-undangan
Yogyakarta, Liberty Yogyakarta.
7. Socrates, dalam J.J. Von Schmid, 1958, ahli-Ahli Pikir Besar Tentang Negara
Dan Hukum, Jakarta, PT Pembangunan Jakarta
8. Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1987, Peraturan Perundang-undangan dalam
Pembinaan Hukum Nasional, Bandung, Armico.