Anda di halaman 1dari 3

Rekonstruksi Metode Tasawuf Moderat Said Nursi

A. Prawacana

Risalah al-Nur ditulis untuk menjelaskan rahasia-rahasia Al-Qur’an adalah obat palin mujarab
untuk mengobati penyakit abad ini, dan merupakan alat bedah yang paling efektif untuk mengoperasi
kankernya. Menurut Said Nursi tarekat-tarekat yang ada sudah tidak kompatibel untuk menjawab
kebangkrutan rohani masyarakat muslim dewasa ini, yaitu ketika Said Nursi hidup, khusunya umat Islam
Turki pada abad ke-20 karena adanya, karena pada waktu itu keyakinan dan keimanan mereka megalami
krisis karena diterjang oleh gencarnya serangan Sekularisme dan Materialisme. Untuk menyelamatkan
keimanan masyarakat muslim yang tengah dilanda kebangkrutan spirituallah Nursi memaknai ulang
tasawuf dengan berpijak kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi secara global, untuk memperkokoh
keyakinan umat Islam. dengan berpijakan pada keduanya merupakan jalan yang aman, singkat, umum,
dan universal. Dengan mengelaborasi Al-Qur’an dan Sunnah menghasilkan empat langkah, lain halnya
seperti yang diajarkan dalam tarekat-tarekat sufistik yang menghasilkan sepuluh langkah atau tujuh
langkah. langkah-langkah inilah yang dinamakan Nursi sebagai hakikat kebenaran atau syariah itu sendiri
ketimbang tarekat.

B. Said Nursi : Sketsa Biografis dan Legasinya

Said Nursi lahir di sebuah desa bernama Nurs disebelah Anatolia Timur, pada tahun 1877 M. ayah
bernama Mirza ia adalah seorang Sufi yang sangat wira’I dan tidak pernah memakan barang haram.
Ibunya bernama Nuriye ia juga dikenal sebagai seorang wanita salehah, karena ia selalu menyusui anak-
anaknya dalam keadaan suci dan berwudhu. Nursi mulai menimba ilmu dengan mempelajari Al-Qur’an
pada ayahnya Mirza dan saudaranya Abdullah dan mulai mengkaji nahwu dan sharf. Pada tahun 1888,
Nursi melanjutkan studinya ke Sekolah Bayazid, ditempuhnya hanya dengan 3 bulan dan mendapatkan
ijazah dari Syeikh Mehmed Celali. Tahun 1889 M. Nursi berguru kepada Molla Fethullah Efendi, karena
kejeniusannya, gurunya memberi gelar Bediuzzaman (keajaiban Zaman).

Tahun 1894 ia pergi ke kota Van untuk belajar berbagai disiplin ilmu modern, seperti astronomi,
kimia, fisika, dan lainnya secara otodidak. Dalam waktu singkat Nursi berhasil menguasainya. Pada tahun
1907 M, ia mengunjungi kota Istanbul, dan mengusulkan kepada Sultan Abdul Hamid agar didirikannya
sekolah-sekolah di Timur Anatoli yang menggabungkan antara pengetahuan agama dan pengetahuan
modern, karena dari penggabungan ini kebenaran akan termanifestasi, namun apabila keduanya
dipisahkan akan menimbulkan kefanatikan disatu sisi dan serta sikap skeptic dalam sisi lain. Ketika
terjadi perang dunia I pada tahun 1914 M dengan Rusia, Nursi ikut berperang, dan tertangkap oleh
pasukan Rusia dan ditahan di Qustama selama dua tahun empat bulan. Setelah dua tahun kemudian ia
membaca kitab Futuh al-Ghaib karya Abdul Qodir al-Jilani, saat itu ia menjadi sadar bahwa dirinya
memiliki penyakit-penyakit rohani yang sangat parah, dan ia berharap bisa menyembuhkan penyakit-
penyakit rohani umat Islam. selanjutnya ia membaca kitab Maktubat karya Imam Rabbani, yang
menjadikan dirinya semakin mantap untuk beruzlah. Ketika uzlahnyalah ia hanya berdialog dengan Al-
Qur’an tanpa merujuk pada kitab selainnya, dan fokus menuangkan ide dalam rangka membendung
paham materialisme yang sudah dialami masyarakat Turki. Nursi wafat pukul tiga dinihari 23 Maret 1960
di Urfa.

Kritik Konstruktif Nursi Terhadap Tasawuf

Dalam bab ini Nursi mengkritik teradap penyimpangan ordo sufi dan ekslusivistik tasawuf. Ia
mengidentifikasi bahwa ada penyimpangan yang terjadi dalam tasawuf atau ordo sufi antara lain:

1. Banyaknya pengamal tasawuf yang lebih mengutamakan amalan dan prinsip sekunder tarekat
daripada menjalankan sunnah Nabi, bahkan perintah agama yang wajib. Sedangkan yang benar
menurut Nursi, bahwa tidak ada satu kewajiban pun yang telah ditentukan syariah dapat
digantikan dengan semua zikir tarekat, ia juga menegaskan bahwa ganjaran atau derajat yang
diperoleh dalam melaksanakan satu kewajiban agama adalah lebih mulia ketimbang perintah
seribu sunnah, begitu pula satu prinsip sunnah jauh lebih baik ketimbang seribu perintah tarekat
sufiyah.
2. Sebagian pengikut tarekat sufiyah menganggap beberapa orang saleh atau wali lebih baik dari
pada sahabat Nabi, bahkan menganggap derajatnya sama dengan nabi. Menurut Nursi
kedudukan Nabi tidak bisa disamakan dengan kewalian. Begitu juga dengan sahabat Nabi tidak
bisa disamakan maupun dilebihi oleh orang saleh atau wali.
3. Beberapa pengamal tarekat menganggap ilham yang mereka terima sama nilainya dengan
wahyu ilahi. Hal itu tidaklah tepat karena setiap makhluk diberikan inspirasi yang berbeda-beda
sesuai kapasitas masing-masing. Tentu tidak benar meyamakan ilham dengan wahyu ilahi.
4. Banyak kaum sufi yang larut dalam kenikmatan-kenikmatan transedental dan keajaiban-
keajaiban spiritual atau karamah. Nursi menyarankan bagi penempuh jalan sufi yang
dianugerahi pelbagai penemuan spiritual dan keajaiban agar tidak berbangga diri, karena akan
menimbulkan kesombongan dan perasaan angkuh.
5. Sebagian pelaku tasawuf mengungkapkan syathahat atau sebuah ungkapan yang aneh yang
digunakan untuk menerangkan sifat wajd. Untuk seorang muslim tidak harus mengikuti fatwa-
fatwa mereka, walaupun sebenarnya mereka ke jalan yang benar sebab jalan mereka bukanlah
jalan yang terbaik.

Dilain sisi Nursi juga mengkritik ekslusivisme tasawuf, yang biasanya wacana tasawuf lazimnya tidak bisa
diakses oleh setiap orang dan semua kalangan. Tentu Nursi mengusungkan tasawuf yang inklusif.
Sedangkan tasawuf yang bersifat ekslusif sudah tidak relevan lagi pada abad dua puluh dan seterusnya.

Apresiasi Nursi Terhadap Tasawuf

Selain mengkritik pelbagai penyimpangan tasawuf, Nursi juga memaparkan segi positif dari tasawuf
diantara lain adalah:

1. Menurut Nursi dengan jalan tasawuf yang lurus seseorang bisa mencapai tingkatan keyakinan
ainul yaqin yang merupakan ketersingkapan dan penjelasan buah-buah hakikat keimanan.
2. Bisa mengantarkan manusia mencapai tingkatan manusia sejati
3. Melalui jalan sufi, para murid bergabung dengan mata rantai atau karavan orang-orang saleh
dalam perjalanan menuju alam barzakh dan akhirat, dan menjadikan orang-orang saleh sebagai
temannya. Sehingga mereka terbebas dari kesepian.
4. Mengalami kenikmatan melihat Allah melalui cahaya iman dan cinta kepada Allah yang berasal
dari pengetahuan tentang Allah.
5. Keterjagaan kalbu
6. Mengantarkan pengamalnya untuk tawakal, pasrah, dan ridho terhadap Allah, sehingga
menghasilkan kebahagiaan yang sesungguhnya.
7. Dibebaskan dari penyakit kalbu berupa kemunafikan dan riya’
8. Mampu mentransformasi perbuatan sederhana menjadi perbuatan yang bernilai ibadah
9. Memungkinkan untuk menjadi manusia sempurna.

Konstruksi Tasawuf Moderat Said Nursi

Tasawuf menurut Said Nursi merupakan perjalanan suci melalui penyucian kalbu dari segala
bentuk penyakit hati, seperti egoism, takabbur, dan lainnya. Menundukkan bujukan buruk hawa nafsu,
dan menolak segala bisikan jahat setan merupakan dasar yang paling penting dalam perjalanan menuju
Tuhan. Menurutnya tasawuf yang berupa perjalanan menuju Tuhan sebenarnya sudah terangkum dalam
syariah. Nursi mengkonstruk jalan-jalan spiritual dari Al-Quran yang mengasilkan empat langkah,
diantaranya: pengakuan atas ketidakberdayaan diri, kefakiran, kasih saying, dan refleksi.

Kesimpulan: Rekonstruksi Tasawuf Moderat

Nursi telah merancang tasawuf moderat, tasawuf yang dapat diakses oleh setiap kaum muslim,
tanpa terikat dengan aturan-aturan baku dan keterkatan sacral tertentu dengan mereka berdua sebagai
guru spiritual. Tasawuf yang seperti inilah tampaknya yang dibutuhkan oleh mayoritas masyarakat musli
dewasa ini.

Anda mungkin juga menyukai