Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk
kedalam tanah, air tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada
air lain yaitu air JuvenileWater yang dapat diklasifikasikan menurut asalnya
yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya panas atau hangat dan
mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang
angkasa bersama dengan meteorit.
Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti
kompaksi, metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water
dan Connate water. Connate water adalah air yang terperangkap dalam
endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air biasanya payau sampai asin),
(Suyono, 1995).
Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan
akuifer dapat dibedakan, antara lain :
a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air
tanah merupakan bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah
yang terdapat pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan
dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik
b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya
terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari
pada tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada
bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena
dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas
mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.
c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana
air tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan
posisi batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer tertekan
d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air
tanahnya terpisah dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air
yang tidak begitu luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
D. Karakteristik Air Tanah
Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal
keterpadatan serta dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah
tersebut . sifat dan karakteristik akuifer sebagai berikut:
1. Porositas
Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada
suatu massa batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran
porositas dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan antara seluruh lubang
(pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen. Kapasitas lapisan
pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya.
Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan
susunan fragmen batuan serta tingkat pelarutan maupun retakan batuan.
2. Konduktifitas Hidrolik
Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D)
adalah besarnya aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan
penampang akuifer tegak lurus terhadap arah aliran air dalam satu satuan
landaian hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas adalah merupakan
unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan
kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan
ukuran jumlah air yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas
penampang. Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir
dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam cm3/detik atau m3/hari.
5. Hasil Jenis
Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang
mempunyai nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :
a = Sy + Sr
Dimana: a = Porositas
Sy = Spesific yield
Sr = Specific retention
6. Ketebalan Akuifer
Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang
menjadi batas atas dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air
tanah. Ketebalan akuifer dapat ditentukan dari berbagai pengamatan geologi
serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan pengeboran.
F. Metode Geolistrik
Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan
metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari
lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi
geofisika yang menggunakan sifat tahanan sebagai media/alat untuk
mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.
Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
1. Metode Resistivitas Mapping
Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk
mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal,
oleh karena itu pada metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama
untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur
isoresistivitasnya.
2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)
Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas
Probing dan lain-lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara
vertical.
Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak
dilakukan secara sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian
membesar secara grundal. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalamn
lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran
jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik yang
memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus
listrik yang cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam
mendeteksi benda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik
yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan
mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.
Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik)
bertujuan untuk memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas
bumi adalah variasi harga resistivitas terhadap dari permukaan tanah
(Awaluddin, 2004).
G. Dasar Interpretasi
Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga
tahanan jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai
tahanan jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa dimiliki
oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain:
komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,
kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).
JAWABAN
1. Macam-macam konfigurasi elektroda pada pengukuran geolistrik tahanan jenis:
a. Konfigurasi Schlumberger
b. Konfigurasi Wenner
c. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
d. Konfigurasi Dipole-dipole
A. Konfigurasi Wenner
Pada konfigurasi Wenner, elektrode arus dan elektrode potensial
diletakkan seperti pada gambar
Dalam hal ini, elektrode arus dan elektrode potensial mempunyai jarak
yang sama yaitu C1P1= P1P2 = P2C2 = a. Jadi jarak antar elektrode arus
adalah tiga kali jarak antar elektrode potensial. Perlu diingat bahwa keempat
elektrode dengan titik datum harus membentuk satu garis.
Pada resistivitas mapping, jarak spasi elektrode tidak berubah-ubah untuk
setiap titik datum yang diamati (besarnya a tetap), sedang pada resistivitas
sounding, jarak spasi elektrode diperbesar secara bertahap, mulai dari harga a
kecil sampai harga a besar, untuk satu titik sounding. Batas pembesaran spasi
elektrode ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Makin sensitif dan
makin besar arus yang dihasilkan alat maka makin leluasa dalam memperbesar
jarak spasi elektrode tersebut, sehingga makin dalam lapisan yang terdeteksi
atau teramati.
Dari gambar, dapat diperoleh besarnya Faktor Geometri untuk
Konfigurasi Wenner adalah
B. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan
konfigurasi Schlumberger. Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1,
konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi
Wenner (jarak antar elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan
seterusnya, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi
Schlumberger (jarak antara elektrode arus dan elektrode potensial lebih besar
daripada jarak antar elektrode potensial).
C. Konfigurasi Dipole-dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang
dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada
konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu
elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada
sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1
terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole
digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode
arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5
kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang
mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode
potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-
masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode
arus pada titik terakhir di lintasan itu.