Anda di halaman 1dari 19

APLIKASI GEOLISTRIK UNTUK EKSPLORASI AIR TANAH

A. Pengertian Air Tanah


Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah didalam
mintakat jenuh (saturation Zone) dengan tekanan hidrostatis sama atau lebih
besar dari tekanan atmosfer. Kondisi air tanah dipengaruhi oleh iklim, kondisi
geologi, geomorfologi dan penutup lahan serta aktivitas manusia.
Kondisi air tanah dapat diketahui dari kondisi akuifer. Akuifer adalah
suatu lapisan batuan atau formasi geologi yang mempunyai struktur yang
memungkinkan air untuk masuk dan bergerak melaluinya dalam kondisi
normal (Tood, 1980)
Menurut Suharyadi sebagian air tanah berasal dari air permukaan yang
meresap masuk kedalam tanah dan membentuk suatu siklus hidrologi. Air
tanah (ground water) air yang terdapat pada suatu lapisan batuan yang
menyimpan dan meloloskan air yang disebut akuifer. Air tanah dapat
dibedakan kedalam dua jenis yaitu air tanah bebas dan air tanah dalam.
(Bakri, 2003).
Selain itu dikenal pula air tanah magnetik (Vulkanik) yang mempunyai
kedalaman sekitar 3-5 kilometer, air kosmik yang berasal dari meteorit, serta
fosil atau connate yakni air yang terperangkap dalam suatu cekungan dimana
proses terjadinya bersamaan dengan proses terjadinya proses sedimenasi yang
berlangsung secara alami dalam waktu pembentukan yang cukup lama. Air
tanah merupakan salah satu komponen dari suatu sistem peredaran air di alam
yang disebut siklus hidrologi. Siklus hidrologi sendiri adalah suatu proses
sikulasi dan perubahan bentuk dari air dialam yang berlangsung secara terus
menerus, baik air yang berada di laut, di atmosfer maupun yang berada di
daratan.
Proses sirkulasi air di alam dan komponen-komponen yang
berpengaruh didalamnya merupakan suatu proses berjalan secara alami dan
berkesinambungan. Uap air dari permukaan tanah (danau, laut, sungai,
kolam) dan transpirasi tumbuhan akan bergerak naik ke atmosfer oleh proses
pendinginan dan kondensasi menjadi awan dan embun yang kemudian pada
kondisi meteorologi tertentu terjadi proses presipitasi berupa hujan.
Sebagian air hujan menguap kembali sebelum mencapai permukaan
tanah dan sebagian lainnya tertahan oleh tumbuhan sebagai intersepsi. Air
hujan yang jatuh dipermukaan tanah akan meresap ke dalam tanah/batuan
sebagai infiltrasi dan perkolasi yang kemudian tersimpan sebagai air tanah
atau sebagai aliran bawah permukaan. Oleh berbagai proses geologi tertentu
air tanah atau aliran bawah permukaan tanah tersebut dapat muncul ke
permukaan dalam bentuk rembesan ataupun sebagai mata air.
Sebagian air hujan yang tidak meresap ke dalam tanah/batuan menjadi
air limpasan yang selanjutnya mengisi danau, sungai, laut dan tubuh air
permukaan lainnya. Sedangkan sebagian air yang berada di dalam tanah pada
bagian atas maupun tubuh air permukaan dan tumbuhan akan menguap
kembali sebagai evapotraspirasi.
Pada proses sirkulasi air tersebut, volume air tanah di dalam zona
penyimpanan akan selalu berubah, karena terjadinya proses pengikisan
kembali (recharge) dan pengeluaran kembali (discharge). Pengisian kembali
air tanah berasal dari peresapan air hujan, tubuh air permukaan dan disamping
itu dikenal pula pengisian air tanah secara buatan. Besar volume pengisian
kembali akan tergantung pada luasan daerah pengisian.
Pengeluaran kembali terjadi apabila air tanah mengalir keluar dari zona
penyimpanan seperti rembesan, mata air, dan pemompaan air tanah.
Pemompaan atau pemanfaatan air tanah untuk berbagai keperluan baik
keperluan rumah tangga, industri, pertanian, perikanan dan lain-lainnya
menjadi sangat penting oleh karena itu pemenuhan kebutuhan dari sumber air
permukaan sifatnya masih relatif terbatas. Namun hingga saat ini air tanah
untuk keperluan rumah tangga masih lebih besar dibanding pemakai air
lainnya.

B. Penyebaran Air Tanah


Pada dasarnya potensi air tanah sangat tergantung dari kondisi geologi
terutama yang berkaitan dengan konfigurasi akuifer, struktur geologi,
geomorfologi dan curah hujan. Dari jenis dan sebaran batuan berikut struktur
geologi dapat diketahui jenis dan sebaran akuifer yang ada walaupun demikian
tidak semua batuan berfungsi sebagai akuifer.
Pada zona tidak jenuh air berpori-pori terisi oleh air dan sebagian lagi
terisi sebagai air tanah. Air yang terdapat pada zona ini tidak termasuk dalam
klasifikasi air tanah. Sebaliknya pada zona jenuh air semua pori-pori terisi oleh
air dan air yang berada pada zona inilah yang disebut sebagai air tanah. Batas
kedua zona tersebut adalah suatu bidang yang disebut sebagai muka air tanah
(water tabel).
Keterpadatan air tanah pada suatu daerah ditentukan oleh beberapa faktor
yaitu iklim/musim (banyak hujan dan evapotraspirasi)
a. Kondisi Penutup Lahan (Land Cover )
b. Kondisi Geomorfologi
c. Kondisi Geologi
d. Aktivitas Manusia

Sebagian besar air tanah berasal dari air hujan yang meresap masuk
kedalam tanah, air tanah tersebut disebut air meteorik. Selain air meteoric ada
air lain yaitu air JuvenileWater yang dapat diklasifikasikan menurut asalnya
yaitu magnetic water, volkanik water yang biasanya panas atau hangat dan
mempunyai kandungan sukfur yang tinggi dan cosmic berasal dari ruang
angkasa bersama dengan meteorit.
Rejuvenate water adalah air yang berasal dari proses geologi seperti
kompaksi, metamorfosa dan sedimenasi ada dua jenis yaitu Metamorf water
dan Connate water. Connate water adalah air yang terperangkap dalam
endapan sewaktu terjadi proses pengendapan (air biasanya payau sampai asin),
(Suyono, 1995).

C. Sifat Batuan Terhadap Air Tanah


Menurut Krusseman (Bakri, 2003) ditinjau dari sifat dan prilaku batuan
terhadap air tanah terutama sifat fisik, struktur dan tekstur maka batuan dapat
dibedakan kedalam 4 (empat) macam :
a. Akuifer adalah lapisan batuan yang mempunyai susunan sedemikian rupa
sehingga dapat meyimpan dan mengalirkan air tanah yang cukup berarti
seperti batu pasir, dan batugamping
b. Akuiklud adalah lapisan batuan yang dapat meyimpan air akan tetapi tidak
dapat mengalirkan air tanah dalam jumlah yang cukup berarti seperti
lempung, shale, tuf halus
c. Akuitar adalah lapisan batuan yang dapat menyimpan air tetapi hanya dapat
mengalirkan air tanah dalam jumlah yang sangat terbatas seperti basal
scoria, serpih, napal, dan batulempung
d. Akuiflug adalah lapisan batuan yang tidak dapat menyimpan dan
mengalirkan air tanah seperti batuan beku dan batuan metamorf dan
kalaupun ada air pada lapisan batuan tersebut hanya terdapat pada kekar
atau rekahan batuan saja.

Apabila ditinjau dari sifat dan stratigrafi batuan di alam maka lapisan
akuifer dapat dibedakan, antara lain :
a. Unconfined akuifer (Akuifer bebas) adalah suatu akuifer dimana muka air
tanah merupakan bidang batas sebelah atas dari zona jenuh air. Air tanah
yang terdapat pada lapisan akuifer ini disebut air tanah tidak tertekan
dimana muka air tanahnya disebut muka air tanah pheartik
b. Confined akuifer (akuifer tertekan) adalah suatu akuifer dimana air tanahnya
terletak dibawah lapisan kedap air dan mempunyai tekanan lebih besar dari
pada tekanan atmosfer. Air tanah ini dibatasi oleh lapisan kedap air pada
bagian atas maupun bagian bawahnya. Muka air tanah artesis oleh karena
dilakukan pemboran maka muka air tanah akan bergerak naik ke atas
mendekati permukaan tanah atau memancar sampai pada keadaan tertentu.
c. Leakage akuifer (semi confined akuifer) adalah suatu lapisan akuifer dimana
air tanahnya terletak pada suatu lapisan yang bersifat setengah kedap air dan
posisi batuan akuifernya terletak antara akuifer bebas dan akuifer tertekan
d. Ferced aquifer (akuifer menggantung) adalah akuifer dimana massa air
tanahnya terpisah dari air tanah induk oleh lapisan yang relatife kedap air
yang tidak begitu luas dan terletak pada zona tidak jenuh air.
D. Karakteristik Air Tanah
Sifat dan karakteristik akuifer memegang peranan penting dalam hal
keterpadatan serta dalam upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air tanah
tersebut . sifat dan karakteristik akuifer sebagai berikut:
1. Porositas
Porositas merupakan semua lubang yang tidak terbatas ukurannya pada
suatu massa batuan yang kemungkinannya bisa terisi oleh air. Besaran
porositas dinyatakan sebagai rasio atau perbandingan antara seluruh lubang
(pori-pori batuan) dengan isi total batuan dalam persen. Kapasitas lapisan
pembawa air untuk menyimpan air tanah ditentukan oleh porositas batuannya.
Sedangkan besarnya pori-pori batuan tergantung dari ukuran bentuk dan
susunan fragmen batuan serta tingkat pelarutan maupun retakan batuan.

2. Konduktifitas Hidrolik
Konduktifitas Hidrolik disebut juga sebagai permeabilitas (K=T/D)
adalah besarnya aliran air yang dapat disalurkan melewati satu satuan
penampang akuifer tegak lurus terhadap arah aliran air dalam satu satuan
landaian hidrolika. Dalam ilmu teknik terapan permeabilitas adalah merupakan
unit kecepatan dari kemampuan lapisan batuan untuk meloloskan air. Dengan
kata lain bahwa permeabilitas adalah parameter hidrolika yang menyatakan
ukuran jumlah air yang dapat diteruskan oleh media porous persatuan luas
penampang. Konduktivitas hidrolika dipengaruhi oleh porositas, ukuran butir
dan distribusinya. Satuannya dinyatakan dalam cm3/detik atau m3/hari.

3.Koefisien keterusan (Transmisivity = T)


Transmisivity adalah banyak air yang dapat mengalir melalui suatu
lubang vertikal akuifernya dan selebar satu unit panjang dengan landaian
hidrolika satu unit dimana satuannya adalah m2/jam atau m2/hari. Secara
matematis dirumuskan sebagai berikut T = K. D. pemompaan air tanah dari
akuifer yang mempunyai nilai T besar menyebabkan sifat depresi air tanah
dangkal tetapi rediusnya luas sedangkan sebaliknya apabila T kecil maka
depresi air tanah relative lebih dalam namun radiusnya sempit.
4. Koofisien Daya Simpan Air (storativity = S = Qs/A.D)
Storativity adalah volum air yang dapat disimpan atau dapat dilepaskan
oleh suatu akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan
kedudukan muka air tanah atau bidang piezometrik. Nilai kisaran Storativity
antara 10-5 10-3. nilai S pada akuifer bebas berbeda dengan nilai pada akuifer
tertekan sedangkan pada leakage aquifer tidak mempunyai dimensi. Pada
akuifer bebas batasan hasil jenis (Specific yield) sama dengan koefisien
simpanan.

5. Hasil Jenis
Hasil jenis merupakan koefisien daya simpan air pada akuifer bebas yang
mempunyai nilai berkisar anatara 10-1 sampai dengan 10-2 dirumuskan sebagai :
a = Sy + Sr
Dimana: a = Porositas
Sy = Spesific yield
Sr = Specific retention

6. Ketebalan Akuifer
Ketebalan akuifer merupakan jarak tegak lurus antara bidang yang
menjadi batas atas dan bawah dari suatu lapisan batuan yang mengandung air
tanah. Ketebalan akuifer dapat ditentukan dari berbagai pengamatan geologi
serta penelitian geofisika atau dengan kegiatan pengeboran.

E. Sifat Listrik Batuan


Aliran konduksi arus listrik didalam batuan/mineral digolongkan atas tiga
macam yaitu konduksi dielektrik, konduksi elektrolik dan konduksi elektronik.
Konduksi dielektrik terjadi jika batuan/mineral bersifat dielektrik terhadap
aliran arus listrik (terjadi polarisasi muatan saat bahan dialiri listrik). Konduksi
elektrolik terjadi jika batuan/mineral bersifat porous dan pori-pori tersebut
terisi cairan-cairan elektrolik. Pada kondisi ini arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektronik terjadi jika batuan/mineral mempunyai banyak elektron bebas.
sehingga arus listrik dialirikan dalam batuan/mineral oleh elektron bebas
(Semester Break, 2003).
Berdasarkan harga resistiviti listriknya batuan/mineral digolongkan
menjadi tiga yaitu :
Konduktor baik : 10-6 < p < Ώ m
Konduktor buruk : 1 < p < 107 Ώ m
Isolator : p > 107 Ώ m

F. Metode Geolistrik
Dalam eksplorasi geofisika, metode geolistrik tahanan jenis merupakan
metode geolistrik yang mempelajari sifat resistivitas (tahanan jenis) listrik dari
lapisan batuan didalam bumi. Sebetulnya terdapat banyak metode eksplorasi
geofisika yang menggunakan sifat tahanan sebagai media/alat untuk
mempelajari keadaan geologi bawah permukaan.

Dalam metode –metode geolistrik tahanan jenis dapat dibagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu:
1. Metode Resistivitas Mapping
Metode ini merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk
mempelajari variasi tahanan jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal,
oleh karena itu pada metode ini dipergunakan konfigurasi elektroda yang sama
untuk semua titik pengamatan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur
isoresistivitasnya.
2. Metode Resistivitas Sounding (drilling)
Metode ini juga biasa dikenal sebagai Resistivitas Drilling, Resistivitas
Probing dan lain-lain. Hal ini terjadi karena pada metode ini bertujuan untuk
mempelajari variasi resistivitas batuan dibawah permukaan bumi secara
vertical.
Pada metode ini, pengukuran pada suatu titik sounding dilakukan dengan
jalan mengubah-ubah jarak elektroda. Perubahan jarak elektroda ini tidak
dilakukan secara sembarangan, tetapi mulai dari jarak elektroda kecil kemudian
membesar secara grundal. Jarak elektroda ini sebanding dengan kedalamn
lapisan batuan yang dapat diselidiki. Pada pengukuran sebenarnya, pembesaran
jarak elektroda mungkin dilakukan jika mempunyai suatu alat geolistrik yang
memadai. Dalam hal ini alat geolistrik tersebut harus dapat menghasilkan arus
listrik yang cukup besar atau alat tersebut harus cukup sensitif dalam
mendeteksi benda potensial yang kecil sekali. Oleh karena itu, alat geolistrik
yang baik adalah alat yang dapat menghasilkan arus listrik cukup besar dan
mempunyai sensitifitas yang cukup tinggi.
Pengukuran dengan menggunakan metode resistivitas (geolistrik)
bertujuan untuk memperoleh struktur resistivitas bumi. Struktur resistivitas
bumi adalah variasi harga resistivitas terhadap dari permukaan tanah
(Awaluddin, 2004).

a. Pendekatan model pelapisan bumi


Bumi dapat dianggap terdiri dari beberapa lapisan sejajar (horizontal
layering) yang bersifat homogen isotropik untuk setiap lapisannya. Setiap
lapisan (strata) mempunyai nilai resistivitas (p-Ώm) dan ketebalan (d-meter)
tertentu. Struktur resistivitas dapat dikaitkan terhadap strukrtur geologi melalui
suatu korelasi.
Struktur geologi memberikan gambaran terhadap arah dan susunan serta
jenis lapisan batuan. Korelasi antara struktur resistivitas terhadap struktur
geologi membutuhkan informasi geologi pada daerah survey. Korelasi tersebut
akan menghasilkan suatu pengelompokan harga resistivitas terhadap masing-
masing lapisan batuan serta bentuk strukturnya.
Jadi struktur resistivitas memberikan kontribusi terhadap struktur geologi
di suatu daerah secara lebih rinci, hal ini sangat bermanfaat jika informasi/data
geologi dari daerah survei sangat minim.

b. Akuisasi data di lapangan


Kualitas hasil penyelidikan metode geolistrik sangat bergantung terhadap
keakuratan dan kebenaran data lapangan yang diambil melalui suatu
pengukuran dengan menggunakan peralatan tertentu. Keakuratan dan
kebenaran data resistivitas adalah pencerminan terhadap besarnya simpanan
dari nilai resistivitas semu yang diukur terhadap kondisi dan bentuk pelapisan
bumi sebenarnya.

c. Penerapan metode geolistrik


Keberhasilan penerapan metode ini bergantung kepada besarnya kontras
resistivitas dari sistem yang akan dipelajari atau dengan kata lain berapa besar
variasi resistivitas yang akan diukur dari obyek atau tujuan pekerjaannya.
Penerapan utama terhadap metode resistivitas yang telah berhasil :
1) Untuk memperoleh struktur geologi
2) Eksplorasi air tanah
3) Pendugaan Reservior panas bumi

G. Dasar Interpretasi
Secara teoritis setiap batuan memiliki daya hantar listrik dan harga
tahanan jenis masing-masing. Batuan yang sama belum tentu mempunyai nilai
tahanan jenis yang sama. Sebaliknya harga tahanan jenis sama bisa dimiliki
oleh batuan-batuan berbeda. Faktor-faktor yang berpengaruh antara lain:
komposisi litologi, kondisi batuan, komposisi mineral yang dikandung,
kandungan benda cair dan faktor eksternal lainnya. (Soenarto, 2003).

Beberapa aspek berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis suatu batuan


bisa sebagai berikut :
1. Batuan sedimen yang bersifat lepas mempunyai nilai tahanan jenis lebih
rendah bila dibanding dengan batuan sedimen padu dan kompak
2. Batuan beku dan batuan metamorf mempunyai nilai tahanan jenis yang
tergolong tinggi
3. Batuan yang basah dan mengandung air, nilai tahanan jenisnya rendah dan
semakin lebih rendah lagi bila yang dikandungnya bersifat payau atau asin
Kandungan logam yang berada di sekitar lokasi pendugaan sangat
berpengaruh terhadap nilai tahanan jenis batuan.
Faktor luar seperti kabel, tiang listrik dan saluran pipa logam dapat
mempengaruhi hasil pengukuran di lapangan.
Tabel Daftar Nilai Resistivitas Berbagai Jenis Mineral
No. Mineral Resistivitas ( Ωm)
1. Tanah 1.000-10.000
2. Air Dalam Lapisan Alluvial 10-30
3. Air Sumber 50-100
4. Pasi Dan Kerikil Kering 1.000-10.000
5. Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Tawar 50-500
6. Pasir Dan Kerikil Yang Mengandung Air Asin 0.5-5
7. Air Laut 0.2
8. Napal 20-200
9. Batu Gamping 300-10.000
10. Batu Pasir Lempung 50-300
11. Batu Pasir Kuarsa 300-10.000
12 Tufa Gunung Api 0.5-5
13. Lava 100-300
14. Serpih 300-3.000
15. Geniss, Granit Selingan 100-1.000
16. Serpih Mengandung Grafit 0.5-5
17. Granit 1.000-10.000
18. Air Permukaan 80-200
19. Air Tanah 30-100
20. Konglomerat 100-500
21. Alluvium – Dilivium
Lapisan Slit Lempung 10-200
Lapisan Pasir 100-600
Lapisan Pasir Dan Kerikil 100-1.000
22. Neo-Tersier
Batu Lumpur 20-200
Batu Pasir 50-500
Kelompok Andesit 100-500
Kelompok Chert, Slate 200-2000

SOAL DAN PEMBAHASAN GEOFISIKA


1. Sebutkan macam-macam konfigurasi elektroda pada pengukuran geolistrik
tahanan jenis?
2. Jelaskan secara rinci minimal tiga konfigurasi elektroda pada pengukuran
geolistrik tahanan jenis?
3. Jelaskan cara akuisisi data pada metode seismik refleksi?
4. Sebutkan dan jelaskan salah satu metode elektromagnetik yang saudara
ketahui?
5. Sebutkan metode metode yang dipakai pada pengukuran
resistivity dan contoh aplikasi dari masing masing metode?

JAWABAN
1. Macam-macam konfigurasi elektroda pada pengukuran geolistrik tahanan jenis:
a. Konfigurasi Schlumberger
b. Konfigurasi Wenner
c. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
d. Konfigurasi Dipole-dipole

2. Tiga kofigurasi elektroda pada pengukuran geolistrik tahanan jenis :


Terdapat banyak aturan penempatan elektrode (konfigurasi elektrode) yang
digunakan dalam metode resistivitas. Beberapa konfigurasi elektrode pada
penerapan metode resistivitas diantaranya adalah konfigurasi Wenner,
konfigurasi Schlumberger dan konfigurasi Dipole-dipole.

A. Konfigurasi Wenner
Pada konfigurasi Wenner, elektrode arus dan elektrode potensial
diletakkan seperti pada gambar

Dalam hal ini, elektrode arus dan elektrode potensial mempunyai jarak
yang sama yaitu C1P1= P1P2 = P2C2 = a. Jadi jarak antar elektrode arus
adalah tiga kali jarak antar elektrode potensial. Perlu diingat bahwa keempat
elektrode dengan titik datum harus membentuk satu garis.
Pada resistivitas mapping, jarak spasi elektrode tidak berubah-ubah untuk
setiap titik datum yang diamati (besarnya a tetap), sedang pada resistivitas
sounding, jarak spasi elektrode diperbesar secara bertahap, mulai dari harga a
kecil sampai harga a besar, untuk satu titik sounding. Batas pembesaran spasi
elektrode ini tergantung pada kemampuan alat yang dipakai. Makin sensitif dan
makin besar arus yang dihasilkan alat maka makin leluasa dalam memperbesar
jarak spasi elektrode tersebut, sehingga makin dalam lapisan yang terdeteksi
atau teramati.
Dari gambar, dapat diperoleh besarnya Faktor Geometri untuk
Konfigurasi Wenner adalah

B. Konfigurasi Wenner-Schlumberger
Konfigurasi ini merupakan perpaduan dari konfigurasi Wenner dan
konfigurasi Schlumberger. Pada pengukuran dengan faktor spasi (n) = 1,
konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan pengukuran pada konfigurasi
Wenner (jarak antar elektrode = a), namun pada pengukuran dengan n = 2 dan
seterusnya, konfigurasi Wenner-Schlumberger sama dengan konfigurasi
Schlumberger (jarak antara elektrode arus dan elektrode potensial lebih besar
daripada jarak antar elektrode potensial).

Maka, berdasarkan gambar, faktor geometri pada konfigurasi Wenner-


Schlumberger adalah

C. Konfigurasi Dipole-dipole
Selain konfigurasi Wenner dan Wenner-Schlumberger, konfigurasi yang
dapat digunakan adalah Pole-pole, Pole-dipole dan Dipole-dipole. Pada
konfigurasi Pole-pole, hanya digunakan satu elektrode untuk arus dan satu
elektrode untuk potensial. Sedangkan elektrode yang lain ditempatkan pada
sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 20 kali spasi terpanjang C1-P1
terhadap lintasan pengukuran. Sedangkan untuk konfigurasi Pole-dipole
digunakan satu elektrode arus dan dua elektrode potensial. Untuk elektrode
arus C2 ditempatkan pada sekitar lokasi penelitian dengan jarak minimum 5
kali spasi terpanjang C1-P1. Sehingga untuk penelitian skala laboratorium yang
mungkin digunakan adalah konfigurasi Dipole-dipole.
Pada konfigurasi Dipole-dipole, dua elektrode arus dan dua elektrode
potensial ditempatkan terpisah dengan jarak na, sedangkan spasi masing-
masing elektrode a. Pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektrode
potensial pada suatu penampang dengan elektrode arus tetap, kemudian
pemindahan elektrode arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan
elektrode potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektrode
arus pada titik terakhir di lintasan itu.

Sehingga berdasarkan gambar, maka faktor geometri untuk konfigurasi


Dipole-dipole adalah
3. Cara akuisisi seismik refleksi :
Pada survey seismik refleksi ditemukan sumber yang dikontrol untuk
menghasilkan gelombang seismik. Di daratan digunakan sumber “large truck-
mounted vibrators as a source ( the “ vibrosis” method), dan kadang digunakan
dinamit atau palu, sedangkan dilaut digunakan air gun. Signal refleksi
ditangkap dengan geophone untuk didarat (gambar II) atau hidrohon dilaut.
Dalam konteski ini pada kawasan laut cebakan hidrokarbon dapat diketahui
guna menganalisis data kandungan minyak dalam walayah obejek penelitian.
Cebakan lensa pasir ini dapat berupa kandungan bijih besi dan cebakan mineral
lainnya tergantung pada objek yang akan di prospeksi guna menunjang proses
selanjutnya.
Pada saat survey seismik kabel dengan receiver (geophone) terpasang
pada jarak yang rangular sepanjang lintasan atau pelampung yang ditarik
perahu. Sumber getar akan berpindah sepanjang lintasan dan menghasilkan
gelombang seismic pada interval tertentu pada permukaan seperti titik P
(Gambar II).
Titik P disampling lebih dari satu kali dari gelombang dengan sudut yang
berbeda. Signal direkam pada setiap geophone sepanjang kabel untuk sejumlah
waktu tertentu sehingga menghaslkan suatu seri “seismic traces”. Seismic trace
untuk setiap shot point (shot gather) disimpan pada computer.

4. Salah satu metode Elektromagnetik


Ground Penetrating Radar (GPR) merupakan metode geofisika dengan
menggunakan teknik elektromagnetik yang dirancang untuk mendeteksi objek
yang terkubur di dalam tanah dan mengevaluasi kedalaman objek tersebut.
GPR juga dapat digunakan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik
permukaan bawah tanah tanpa mengebor ataupun menggali tanah. Sistem GPR
terdiri atas pengirim (transmitter), yaitu antena yang terhubung ke sumber
pulsa (generator pulsa) dengan adanya pengaturan timing circuit, dan bagian
penerima (receiver), yaitu antena yang terhubung ke LNA dan ADC yang
kemudian terhubung ke unit pengolahan (data processing) serta display sebagai
tampilan outputnya.
Berdasarkan blok diagram di atas, masing – masing blok mempunyai
fungsi yang cukup penting dan saling ketergantungan. Hal ini dikarenakan
GPR merupakan suatu sistem mulai dari penghasilan pulsa pada pulse
generator lalu melewati blok-blok yang ada kemudian sampai pada blok
display dimana kita dapat melihat bentuk dan kedalaman objek yang dideteksi.
Namun dalam hal ini antena memegang peranan yang sangat penting karena
menentukan unjuk kerja dari sistem GPR itu sendiri. Adapun faktor yang
berpengaruh dalam menentukan tipe antena yang digunakan, sinyal yang
ditransmisikan, dan metode pengolahan sinyal yaitu :
1. Jenis objek yang akan dideteksi
2. Kedalaman objek
3. Karakteristik elektrik medium tanah atau properti elektrik.

Dari proses pendeteksian seperti di atas, maka akan didapatkan suatu


citra dari letak dan bentuk objek yang terletak di bawah tanah atau
dipermukaan tanah. Untuk menghasilkan pendeteksian yang baik, suatu sistem
GPR harus memenuhi empat persyaratan sebagai berikut:
1. Kopling radiasi yang efisien ke dalam tanah
2. Penetrasi gelombang elektromagnetik yang efisien
3. Menghasilkan sinyal dengan amplitudo yang besar dari objek yang
dideteksi.
4. Bandwidth yang cukup untuk menghasilkan resolusi yang baik.

Prinsip Kerja GPR


Pada dasarnya GPR bekerja dengan memanfaatkan pemantulan sinyal.
Semua sistem GPR pasti memiliki rangkaian pemancar (transmitter), yaitu
system antena yang terhubung ke sumber pulsa, dan rangkaian penerima
(receiver), yaitu sistem antena yang terhubung ke unit pengolahan sinyal.
Rangkaian pemancar akan menghasilkan pulsa listrik dengan bentuk, prf (pulse
repetition frequency), energi, dan durasi tertentu. Pulsa ini akan dipancarkan
oleh antena ke dalam tanah. Pulsa ini akan mengalami atenuasi dan cacat sinyal
lainnya selama perambatannya di tanah. Jika tanah bersifat homogen, maka
sinyal yang dipantulkan akan sangat kecil. Jika pulsa menabrak suatu
inhomogenitas di dalam tanah, maka akan ada sinyal yang dipantulkan ke
antena penerima. Sinyal ini kemudian diproses oleh rangkaian penerima.
Kedalaman objek dapat diketahui dengan mengukur selang waktu antara
pemancaran dan penerimaan pulsa. Dalam selang waktu ini, pulsa akan bolak
balik dari antena ke objek dan kembali lagi ke antena. Jika selang waktu
dinyatakan dalam t, dan kecepatan propagasi gelombang elektromagnetik
dalam tanah v, maka kedalaman objek yang dinyatakan dalam h adalah

Untuk mengetahui kedalaman objek yang dideteksi, kecepatan


perambatan dari gelombang elektromagnetik haruslah diketahui. Kecepatan
perambatan tersebut tergantung kepada kecepatan cahaya di udara, konstanta
dielektrik relative medium perambatan Ketebalan beberapa medium di dalam
tanah dinyatakan dalam d , yaitu

Jika konstanta dieletrik medium semakin besar maka kecepatan


gelombang elektromagnetik yang dirambatkan akan semakin kecil. Pulse
Repetition Frequency (prf) merupakan nilai yang menyatakan seberapa
seringnya pulsa radar diradiasikan ke dalam tanah. Penentuan prf dilandasi
dengan kedalaman maksimum yang ingin dicapai. Semakin dalam objek, maka
prf juga semakin kecil karena waktu tunggu semakin lama.
Dimana t adalah selang waktu antara pemancaran dan penerimaan pulsa
dan H adalah kedalaman maksimum. Daya pulsa yang dipancarkan juga harus
disesuaikan dengan kedalaman maksimum ini. Jika H besar, maka daya yang
harus digunakan juga harus besar agar sinyal pantul tetap terdeteksi.

5. Metode-metode yang dipakai pada pengukuran resistivity, yaitu


:
a) Electromagnetic Method = Finding voids & solution features in soil and
rock,Locating abandoned mineshafts, crown holes & subsidence
features,Identifying bedrock discontinuities & mineralised veining.
b) Magnetotelluric Method = eksplorasi hidrokarbon,eksplorasi
tambang,eksplorasi geothermal,crustal research
c`) Controlled Source Audio-frequency MagnetoTellurics (CSAMT) =
memberikan informasi tentang struktur geologi, litologi, kehadiran
kesalahan dan fitur tektonik lainnya tingkat bawah gerakan bawah air,
salinitas dan kontaminan. Bekerjasama dengan magnetotellurik, gravimetri,
magnetometry dan seismik memberikan kuat dan efisiensi alat untuk
penyelidikan mendalam
d) Induced Polarization (IP) = Waktu metode IP domain mengukur tegangan
pembusukan atau chargeability selama suatu interval waktu tertentu setelah
tegangan induksi dihapus. Tegangan terpadu digunakan sebagai pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai