Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Target Millenium Development Goals sampai dengan tahun 2015 adalah
mengurangi angka kematian bayi dan balita sebesar dua per tiga dari tahun 1990
yaitu sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup. Saat ini angka kematian bayi masih
tinggi yaitu sebesar 67 per 1000 kelahiran hidup.
Penyebab utama tingginya angka kematian bayi, khususnya pada masa
perinatal adalah Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Bayi yang terlahir dengan
BBLR berisiko kematian 35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan bayi
yang berat badan lahirnya diatas 2500 gram. BBLR dapat berakibat jangka
panjang terhadap tumbuh kembang anak dan memiliki risiko penyakit jantung
dan diabetes di masa yang akan datang (Kepmenpan, 2007).
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai
pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur.
Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan dari tulang, otot, lema
k, cairan tubuh. Berat badan dipakai sebagai indicator terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak (Sistiarini, 2008).
Kelahiran bayi berat badan lahir rendah terus meningkat per tahunnya di
negara maju seperti Amerika Serikat, sedangkan di Indonesia kelahiran bayi berat
badan lahir rendah justru diikuti kematian bayi, kelahiran bayi berat badan lahir
rendah tidak bisa diabaikan begitu saja (Purwanto, 2009).
Prevalensi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari
seluruh kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di
negara-negara berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Data statistik
menunjukkan 90% kejadian BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka
kematiannya 35 kali lebih tinggi dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih
dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,
morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak
jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka kejadian di
Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu berkisar
antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut, angka
BBLR sekitar 7,5 % (Pantiawati, 2010).

2. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Diketahuinya konsep BBLR dan asuhan keperawatan pada pasien
dengan BBLR
2) Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu memahami defenisi dari BBLR
b. Mahasiswa mampu memahami etiologi/faktor BBLR
c. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari BBLR
d. Mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis BBLR
e. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pemeriksaan penunjang pada pasien
dengan BBLR
f. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari BBLR
g. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan medis dan keperawatan dari
BBLR
h. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti dengan baik Asuhan
Keperawatan pasien dengan BBLR

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar
1. Definisi
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari
2500 gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Ambarwati &
Rismintari, 2009 ).
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir (WHO 1961)
2. Etiologi/faktor risiko
Menurut Maryanti, et al (2012:169) faktor yang mempengaruhi terjadinya
BBLR adalah :
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan, misalnya
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, DM, toksemia
gravidarum, dan nefritis akut.
2) Usia ibu
Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan
multigravida yang jarak kelahiran terlalu dekat.

3) Keadaan sosial ekonomi


Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal
yang kurang.
4) Sebab lain
Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik.
b. Faktor janin
Hidramnion atau polihidramnion, kehamilan ganda, dan kelainan koromosom.
c. Faktor lingkungan
Tempat tinggal dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun.
3. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang
belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi
BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500
gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat
hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh
maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan,
hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian
perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia
berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan
melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. Pada saat ini harapan
hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat bayi
kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi.
Kematian diduga karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis
nekrotikans, atau infeksi sekunder.
BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan
mengalami pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat
sesuai masa gestasi. Pada BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir
bayi, makin besar kemungkinan terjadi kecerdasan berkurang dan gangguan
neurologik.
4. Klasifikasi
Ada dua macam BBLR yaitu :
a. Prematuritas murni / Bayi yang kurang bulan ( KB / SMK ): bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
b. Dismaturitas / Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)/Bayi kecil
masa kehamilan ( KMK ) : bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir
kurang dari persentie ke-10 kurva pertumbuhan janin dan tidak sesuai
dengan usia kehamilan.. Sedangkan Bayi dengan berat lahir kurang dari
1500 gram disebut bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR ).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Maryanti, et al. (2012 : 167-168) gambaran klinis dari BBLR
menurut klasifikasinya adalah :
a. Prematuritas murni
1) Berat badan kurang dari 2500 gram
2) Panjang badan kurang dari 45 cm
3) Lingkar kepala kurang dari 33 cm
4) Lingkar dada kurang dari 33 cm
5) Masa gestasi kurang dari 37 minggu
6) Kulit transparan
7) Kepala lebih besar daripada badan
8) Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan
9) Lemak subkutan kurang
10) Ubun-ubun dan sutura lebar
11) Labio minora belum tertutup pleh labia mayora (pada wanita), pada
laki-laki testis belum turun
12) Tulang rawan dan daun telinga imatur
13) Bayi kecil
14) Posisi masih fetal
15) Pergerakan lemah dan kurang
16) Tangisan lemah
17) Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea
18) Reflex tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflex
batuk belum sempurna
b. Dismatur
1) Kulit terselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium
3) Kering keriput tipis
4) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
5) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
6) Tali pusat berwarna kuning kehijauan. Hal ini disebabkan oleh
mekonium yang tercampur dalam amnion yang kemudian mengendap
ke dalam kulit, umbilikus dan plasenta sebagai akibat anoksia
intrauterin.
6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan
Penanganan BBLR dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut (Saifudin, 2001).
1. Mempertahankan suhu dengan ketat
2. Mencegah infeksi dengan ketat
3. Pengawasan nutrisi (ASI)
4. Penimbangan ketat
Kementerian Kesehatan RI sendiri menjelaskan bahwa BBLR perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat pelayanan
neonatal esensial yang terdiri atas:
1. Persalinan yang bersih dan aman
2. Stabilisasi suhu
3. Inisiasi pernapasan spontan
4. Pemberian ASI dini dan eksklusif
5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
b. Riwayat Maternal
c. Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
d. Kehamilan ganda ( gemeli)
e. Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
f. Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
g. Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
h. Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll
i. Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
j. Riwayat Kelahiran
k. Gestasi : 24- 37 minggu
l. BB : < 2500 gram, TB : , LD
APGAR SKORE
1. Appearance (warna kulit)
0 — Seluruh tubuh bayi berwarna kebiru-biruan atau pucat
1 — Warna kulit tubuh normal, tetapi tangan dan kaki berwarna kebiruan
2 — Warna kulit seluruh tubuh normal
2. Pulse (denyut jantung)
0 — Denyut jantung tidak ada
1 — Denyut jantung kurang dari 100 kali per menit
2 — Denyut jantung lebih atau diatas 100 kali per menti
3. Grimace (respon refleks)
0 — Tidak ada respon terhadap stimulasi
1 — Wajah meringis saat distimulasi
2 — Meringis, menarik, batuk, atau bersin saat stimulasi
4. Activity (tonus otot)
0 — Lemah, tidak ada gerakan
1 — Lengan dan kaki dalam posisi fleksi dengan sedikit gerakan
2 — Bergerak aktif dan spontan
5. Respiration (pernapasan)
0 — Tidak bernapas
1 — Menangis lemah, terdengar seperti merintih, pernapasan lambat dan
tidak teratur
2— Menangis kuat, pernapasan baik dan teratur
PEMERIKSAAN FISIK (Head to toe)
1) Reflek moro :
2) Reflek menggenggam : positif, lemah.
3) Reflek menghisap : positif, namun masih lemah.
4) Tonus otot/aktifitas :
5) Kekuatan menangis :
6) Keadaan umum : menangis kuat, lemah.
7) Tanda-tanda vital : HR= 140x/mnt, RR= 38x/mnt, suhu= 36,5oC.
8) Kepala dan wajah : LK= 32 cm, rambut tipis, terdapat lanugo, tidak ada
cephal hematom, fontanella tidak menonjol.
9) Mata : mengeluarkan sekret banyak, terutama mata kiri, berkedip bila
terpapar cahaya.
10) Telinga : reflek terkejut positif.
11) Hidung : dapat bersin
12) Mulut : mukosa kering.
13) Tenggorokan : tidak ada kelainan.
14) Leher : tidak ada kelainan.
15) Dada : LD= 30 cm.
a) Sistem kardiovaskuler
HR : 120-160 x/menit
Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan
tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis
b) Sistem gastrointestinal
Abdomen menonjol
Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah
Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
Berat badan kurang 2500
c) Sistem integumen
Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan
Kulit tipis, transparan, halus dan licin
Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
Terdapat edema umum atau lokal
Kuku pendek
Rambut sedikit dan halus
Garis tangan sedikit dan halus
d) Sistem muskuloskeletal
Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan
lunak
Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
Reflek kurang dan letargi
e) Neurosensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala
besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah
digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
f) Refleks tergantung pada usia gestasi ;
rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks
untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke
28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan
usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
g) Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
h) Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah
mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau
tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis,
atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.
i) Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak
ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
j) Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
2. Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu tubuh
dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
3. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
4. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
5. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
6. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan
INTERVENSI
Dx 1): Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neomuskular
NOC:
1. Pola nafas efektif,
2. RR 30–60 x/menit,
3. sianosis (-),
4. sesak (-),
5. ronkhi (-),
6. wheezing (-).
NIC:
1. Observasi pola nafas
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
3. Observasi adanya sianosis
4. Monitor dengan teliti hasil px. Gas darah
5. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien
6. Kolaborasi
Dx II: Tidak efektifnya termoregulasi b.d imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak subcutan dalam tubuh
NOC:
1. Suhu tubuh normal suhu 36-37 C
2. kulit hangat
3. sianosis (-)
4. ekstrimitas hangat
NIC:
1. Observasi tanda2 vital
2. Tempatkan bayi pada inkubator
3. Kontrol temperatur dalam inkubator sesuai kebutuhan
4. Hindari bayi dari pengaruh yg dapat menurunkan suhu tubuh
5. Monitor tanda2 hipertermi
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Observasi adanya sianosis
Dx III: Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi)
NOC:
1. Tidak terjadi infeksi
2. suhu 36-37 C
3. tidak ada tanda infeksi
4. leukosit 5000 – 10.000
NIC:
1. Kaji tanda2 infeksi
2. Isolasi bayi dengan bayi lain
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
4. Gunakan masker setiap kali kontak dengan bayi
5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi
6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan
bersih/steril
Dx IV: Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan tubuh
untuk mencerna nutrisi (imaturitas saluran cerna)
NOC:
1. Nutrisi terpenuhi
2. refleks hisap dan menelan baik
3. muntah (-)
4. kembung (-)
5. BAB lancar
6. BB meningkat 15 gr/hr
7. turgor elastis
NIC:
1. Observasi intake dan output
2. Observasi refleks hisap dan menelan
3. Beri minum sesuai program
4. Pasang NGT bila refleks menghisap dan menelan tidak ada
5. Monitor tanda2 intoleransi terhadap nutrisi parenteral
6. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu
7. Timbang BB setiap hari
Dx V: Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi
NOC:
1. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
2. tidak ada lecet atau kemerahan pada kulit
3. tanda2 infeksi (-).
NIC:
1. Observasi vital sign
2. Observasi tekstur dan warna kulit
3. Lakukan tindakan secara aseptic dan antiseptic
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi
5. Jaga kebersihan kulit bayi
6. Ganti pakaian setiap basah
7. Jaga kebersihan tempat tidur
8. Lakukan mobilisasi tiap 2 jam
9. Monitor suhu dalam inkubato
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Pasien datang via OK IGD, lahir sc parsial hellp sindrom. APGAR 8/9, gestasi
32-34 minggu, tekanan darah ibu 200/110 mmHg, sisa air ketuban jernih, G3
P2 A0 H2 bayi berjenis kelamin perempuan dengan berat lahir 1800 gr, bayi
bergerak aktif dan bayi menangis kuat suhu tubuh 34.8, gula darah sewaktu 55
mg/dl.
B. Identitas pasien
Nama klien : By. O. B. M
TTL : Pekanbaru, 01 November 2018
Usia : 7 Hari
Nama Ayah : B.A
Pendidikan : SMA
Nama ibu : OBM
Pendidikan ibu : SMA
Pekerjaan ayah : swasta
Alamat : jl. Pahlawan labuh baru timur
Pekerjaan ibu : IRT
Agama : islam
Suku/bangsa : minang
Diagnose medis : BBLR
No RM :

Pengkajian
1. Keluhan utama :
Pasien datang via OK igd, saat pengkajian pada tanggal 5 november 2018
didapatkan keluhan pasien gestasi 32-34 minggu bayi berjenis kelamin
perempuan, berat saat lahir 1800gr, berat sekarang 1850 gram. Bayi
terlihat aktif dan menangis kuat, suhu 36,7C Nadi : 138x/I RR: 47x/i
2. Riwayat kehamilan dan kelahiran
a. Masa prenatal :
b. Masa intranatal :
c. Masa post natal :
3. Genogram keluarga
4. Obat-obatan :
5. Pemeriksaan penunjang :
Tanggal 2 november 2018
Hb : 10,7 g/dL L normal 1,0 – 18,0
Hematokrit : 30,4 L normal 42,4 –52,0
Trombosite : 235.000 Normal 150.000 – 450.000
Leukosite ; 9350 Normal 4000 -- 10000
6. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : composmentis
Tanda tanda vital : suhu 36,7C Nadi : 138x/I RR: 47x/I
BB : 1850 gram BBSL : 1800
7. Intergumen
Warna dan pigmentasi kulit : putih kemerahmerahan
Kelembaban dan tekstur : kulit lembab, tekstur halus
Turgor kulit : elastis
Edema : tidak ada
Lesi pruritus : tidak ada
Tanda lahir : tidak ada
Kuku dan rambut : kuku lengkap, rambut tebal
8. Kepala
Molding : Kepala bulat karena bayi lahir melalui SC
Kaput suksedaneum : tidak terdapat benjolan, akibat jalan lahir
Sefalhematoma : tidak ada pembengkakan darah akibat jalan
lahir
Rambut : rambut tebal
9. Mata
Reflex kornea : normal
Reflex pupil : +3 terhadap cahaya
Reflek berkedip : saat ditaruh tangan diantara mata kanan dan
kiri mata pasien langsung bekedip
10. Telinga
Simetrisitas : telinga simetris
Posisi : simetris, kiri dan kanan
Reflek moro : reflek kejut ada
Kartilago : tulang rawan lengkap
11. Hidung
Simetrisan lipatan nasolabial : simetetris kiri dan kanan
Ukuran dan bentuk hidung : bentuk hidung normal, ada 2 lubang
hidung dan jalan napas paten
12. Mulut dan tenggorokan
Bentuk : normal
Uvula : anak lidah ada
Frenulum lidah : jaringan tipis dibawah lidah ada
Frenulum bibir atas : jaringan tipis dibelakang bibir atas ada
(normal)
Reflek menghisap : reflek menghisap bayi bagus
Reflek rooting : bayi mengikuti jari jika disentuh bagian
bibirnya
Reflek gag : reflek muntah positif
Saliva : air liur bayi tidak keluar dari rongga mulut
13. Leher
Reflek tonik :
Reflek neck-righting :
Reflek otolith righting :
14. Toraks dan paru-paru
Kesimetrisan dada : dada kiri dan kanan simetris
Lingkar dada : 27cm
Abdnormal : tidak ada
Retraksi dinding dada : tidak ada
Jenis pernapasan : normal
Hasil auskultasi : normal
15. Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : tidak ada pembekakan
Palpasi : normal bunyi tambahan tidak ada
16. Abdomen
Lingkar perut :
Warna dan keadaan kulit abdomen : warnanya putih kemerah
merahan
Tali pusar : tali pusar masih ada, tidak basah
17. Sistem reproduksi
Perempuan :
Labia dan klitoris : ada
Rabas vagina : tidak ada
18. Punggung dan rectum
Spina : normal
Reflek melengkung batang tubuh : normal
Lubang anus : ada
19. Ektremitas
Jari tangan dan kaki : jari lengkap
Reflex babinski : (-)
Telapak kaki : normal

C. Analisa data

Data Klien Etiologi Masalah keperawatan


Do : Prematuritas murni Gangguan kebutuhan
- Usia gestasi 34 ↓
nutrisi kurang dari
Imaturitas organ
minggu
↓ kebutuhan tubuh
- BB saat lahir 1800
Reflek menghisap dan
- BB saat sekarang
menelan
1840 gram ↓
- Intake via OGT Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
25cc/3jam
kebutuhan tubuh
(24jam/ cc)
- BAB dan BAK
230 gr/ 24 jam
- Pasien terpasang
OGT

D. Diagnose keperawatan
1. Gangguan pemeneuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan maturitas organ.
E. Intervensi keperawatan
No Diagnose NOC NIC
1. Gangguan nutrisi Manajemen nutrisi Terapi nutrisi
- Lengkapi
kurang dari Kriteria hasil :
pengkajian nutrisi
kebutuhan tubuh
Reflek hisap dan menelan
sesuai kebutuhan
berhubungan baik 3-4
- Monitor intake
dengan maturitas Muntah 3-5
makanan/ cairan
organ. Berat badan meningkat 15 dan hitung
gr/hr 3-5
masukan kalori
perhari sesuai
kebutuhan
- Berikan nutrisi
yang dibutuhkan
sesui batas diet
yang dianjurkan
- Ciptakan
lingkungan yang
nyaman dan
suasana yang
menyenangkan

F. Implementasi

Tgl / Jam No. diagnosa Implementasi keperawatan Evaluasi (SOAP)


6 nov 1 - mengkaji kebutuhan S :
2018 O: pasien tampak
nutrisi
06.00
- memonitor tenang, keadaan
wib
intake/makanan dan umum baik,
cairan perhari pasien terpasang
- memberikan nutrisi
ogt. BBS: 1850
(susu) yang
gram
dibutuhkan sesuai A : masalah
batas diet yang teratasi sebagian
P : intervensi
dianjurkan
- menciptakan dilanjutkan
lingkungan yang
nyaman

BAB IV
PEMBAHASAN

1.1 Pengkajian
Pengkajian pada kasus BBLR sangat berkaitan dengan teori tentang etiologi dan
menifestasi klinis tidak memiliki perbedaan yang signifikan yaitu mengkaji keluhan
utama ketika terjadi kasus BBLR dengan gestasi tidak normal atau persalinan yang
premature. Pada kasus ini pengkajian terfokus terhadap nutrisi karena badan bayi
yang kecil.
1.2 Diagnosa keperawatan
Untuk diagnosa antara teori dan kasus tidak jauh berbeda karena tidak semua
diagnose yang ada di teori terdapat di kasus hanya diagnosa yang ada di kasus
terdapat dalam pada teori yaitu gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Namun pada teori adalah hanya menggangkat resiko gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
1.3 Intervensi
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan
prioritas masalah yang ditemukan, tidak semua rencana tindakan pada teori dapat
ditegakkan pada tinjauan kasus karena rencana tindakan pada tinjauan kasus
disesuaikan dengan keluhan dan keadaan pasien. intervensi dari diagnose yang akan
diberikan antara lain terapi nutrisi, lengkapi pengkajian nutrisi sesuai kebutuhan,
monitor intake makanan/ cairan dan hitung masukan kalori perhari sesuai kebutuhan,
berikan nutrisi yang dibutuhkan sesui batas diet yang dianjurkan, ciptakan lingkungan
yang nyaman dan suasana yang menyenangkan.
1.4 Implementasi
Pada implementasi yang telah dilakukan gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh antara lain adalah : mengkaji kebutuhan nutrisi, memonitor
intake/makanan dan cairan perhari, memberikan nutrisi (susu) yang dibutuhkan sesuai
batas diet yang dianjurkan, menciptakan lingkungan yang nyaman
1.5 Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, maka akan dilakukan evaluasi apakah
masalah pasien sudah teratasi atau masih berlanjut. Diagnose pertama gangguan
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh evaluasi yang didapatkan antara lain S
: -, O: pasien tampak tenang, keadaan umum baik, pasien terpasang ogt. BBS: 1850
gram, A : masalah teratasi sebagian, P : intervensi dilanjutkan

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang dari 2500
gram (sampai 2499 gram) tanpa memandang masa kehamilan (Ambarwati & Rismintari,
2009 ).
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah
lahir). Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram pada waktu lahir (WHO 1961)

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam.1998, synopsis obstetric. Jakarta :EGC


Wong, donna,L.2004 . Pedoman klinis keperawatan pediatric. Jakarta : EGC
Ambarwati, E. R., & Rismintari, Y. S. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan Balita.
Jakarta: Trans Info Media.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Buku Acuan Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Untuk Bidan di Desa. Jakarta.
Saifudin, A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai