Anda di halaman 1dari 5

Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616

Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Sintesis Sabun Lunak Yang Mengandung Polihidroksi


Dari Minyak Biji Kakao (Theobroma cacao,L)

Synthesis of Soft Soap Containing Polyhydroxy from Cocoa seed Oil (Theobroma cacao,L)

Chairul Saleh, Daniel Tarigan dan Rabiatul Adhawiyah Al-Idrus


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman, Samarinda

ABSTRACT
The research about synthesis of Soft Soap Containing polyhydroxy from Cocoa seed Oil, beginning
with the manufacture of the polyhydroxy compound wherein the polyhydroxy compound is obtained through
a process of epoxidation and hydroxylation by reacting oils cocoa beans with peroxide acetic acids (peroxy
acetate was obtained from the reaction of glacial acetic acid with hydrogen peroxide) with an acid catalyst
sulfate followed by oxirane ring opening process (hydrolysis) at a temperature of 40-45 oC for 2 hours, the
results obtained with the reaction yield of 60 %. In the form of a mixture of soft soap is obtained by
saponification of compounds polyhydroxy with Potassium Hydroxide at a temperature 70-75 oC for 1 hour
with a yield of 86,45 %. Polyhydroxy compound and soap from the cocoa bean oil was analyzed by FT-IR
spectrophotometer.
Respectively iodine from the cocoa bean oil 102,93mg I / gram of oil and polyhydroxy compound is
20,21 mg I / gram of oil. HLB of soap Software of oil and polyhydroxy cocoa beans from the cocoa bean oil
is determined by titration method and obtained HLB of soft soap from the cocoa bean oil was 8.74 while the
polyhydroxy from cacao seed oil is 10,94.

Keywords: Cocoa bean oil, Polyhydroxy compound, Soft soap polyhydroxy.

PENDAHULUAN pembuatan coklat dan sangat jarang sekali biji


Negara Indonesia merupakan negara yang kakao dibuat sebagai minyak. Dan didalam biji
kaya akan hasil bumi dan perkebunannya. Salah kakao juga terdapat polifenol, sehingga biji kakao
satu komoditas hasil perkebunan yang besar di memiliki pengaruh yang signifikan dalam proses
Indonesia adalah kakao. Sekitar 28,26 % produksi penghambatan pertumbuhan dari bakteri Bacillus
kakao nasional dihasilkan dari Sulawesi Selatan. subtillis maupun Eschericia coli.dan Polifenol
Produksi kakao di Sulawesi Selatan memberikan memiliki banyak kandungan bahan aktif di
sumbangsih yang cukup besar pada produksi dalamnya yang dapat dimanfaatkan di bidang
kakao nasional, sebab lahan Sulawesi Selatan kesehatan salah satu bidang kesehatannya yaitu
yang mendukung untuk pertumbuhan tanaman pembuatan sabun lunak. Sabun lunak adalah
kakao ini. Namun produksi kakao yang besar di sabun yang mengandung ion kalium karena dalam
Sulawesi Selatan, tidak diimbangi dengan mutu proses pembuatannya, basa yang digunakan
kakao yang baik pula. adalah kalium hidroksida.
Biji kakao merupakan salah satu bagian Produk sabun lunak telah berkembang
tanaman kakao yang diyakini memiliki banyak menjadi kebutuhan primer dimasyarakat dunia
manfaat di bidang kesehatan 1. Tanaman kakao saat ini.Sears mengemukakan bahwa di dunia,
memiliki 20-50 butir biji yang terdapat dalam tiap produk sabun lunak berbasis bahan alam masih
buahnya. Kandungan yang terdapat pada biji jarang ditemukan di pasaran.Kebanyakan masih
kakao antara lain: lemak 55-60 %, karbohidrat 15 menggunakan bahan sintetik sebagai bahan
%, dan polifenol 5-18 %. Polifenol biji kakao aktifnya. Bahan aktif sintetik ini memiliki efek
terdapat dalam bubuk bebas lemak yang negatif terhadap kulit manusia, karena berpotensi
pembentukannya telah dimulai sejak awal menimbulkan iritasi pada konsumen yang
pembentukan biji 2. memiliki kulit sensitive. Contoh bahan aktif
Salah satu manfaat utama biji kakao yang sintetik yang berbahaya bagi kulit manusia dan
cukup dikenal adalah sebagai campuran banyak disorot saat ini adalah diethanolamine

Kimia FMIPA Unmul 68


Chairul Saleh, dkk Sintesis Sabun Lunak
Kimia FMIPA Unmul

(DEA), Sodium Lauryl Sulfate (SLS), serta Prosedur Penelitian


triclosan yang terdapat di hamper semua sabun Pada tahap persiapan bahan baku pertama –
yang beredar di pasaran. Menurut Mukiyo, apabila tama biji kakao dikupas kulitnya, kemudian
triclosan terakumulasi dalam lemak di tubuh dikeringkan dan dihaluskan. Lalu proses
manusia, maka akan berpotensi menimbulkan selanjutnya dimaserasi, dimana sampel yang telah
disfungsi tiroid. Oleh karena itu, saat ini mulai halus dimasukkan ke dalam botol gelap dan
banyak produsen sabun yang melirik ke bahan ditambahkan pelarut n-heksan sampai sampel
alam untuk dijadikan substitusi bahan aktif terendam. Kemudian, botol ditutup dan didiamkan
pembuatan sabun. Tujuan digunakannya bahan selama 2 x 24 jam. Kemudian disaring minyak biji
alam ini tentunya untuk mengeliminir bahan- kakao yang sudah didiamkan selama 2x24 jam.
bahan sintetik, seperti pewarna, parfum, pemutih, Alat rotari evaporator dirangkai hingga siap
anti bakteri, dan lain-lain. dioperasikan. Kemudian biji kakao dari hasil
Sabun yang ada di pasaran saat ini berupa maserasi dimasukkan ke dalam labu. Alat rotari
sabun batang, cair, dan juga gel. Masing-masing evaporator dinyalakan dan atur temperatur sesuai
jenis sabun tersebut memiliki keunggulan titik didih yang dipakai. Pompa vakum dinyalakan
tersendiri, seperti aroma, bentuk, dan fungsi, yaitu dan ditunggu hingga semua pelarut yang ada
baik sebagai pemutih, pelembut kulit, ataupun dalam larutan sampel biji kakao habis. Sehingga
sebagai anti bakteri. Dalam tugas akhir ini, dihasilkan residu yang tertinggal didalam labu
sintesis sabun lunak yang mengandung yang merupakan minyak biji kakao.
polihidroksi dari minyak biji kakao dipilih dengan Pembuatan Senyawa Polihidroksi Minyak Biji
alasan aromah dari minyak biji kakaonya yang Kakao
harum, dan bentuknya pun unik dan menarik. Sebanyak 40 mL CH3COOH 100 %
Pada akhirnya, sintesis sabun lunak yang dimasukkan ke dalam labu alas bulat leher tiga
mengandung polihidroksi dari minyak biji kakao dan ditambah 20 mL H2O2 30% setetes demi tetes.
ini tidak lepas dari pengujian – pengujiannya Kemudian distirer pada suhu 40-45C selama 1
antara lain uji analisis bilangan penyabunan, jam. Kemudian ditambah 50 mL minyak Biji
analisis bilangan asam, analisis bilangan iodin dan Kakao melalui corong penetes. Dikontrol suhunya
uji HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance). pada suhu 40-45C sambil diaduk. Didiamkan
selama 24 jam kemudian dirotarievaporasi. Residu
METODOLOGI PENELITIAN yang diperoleh dilarutkan dengan 100 mL dietil
Alat eter. Lapisan eter dicuci dengan 25 mL akuades
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian sebanyak dua kali. Hasil pencucian dikeringkan
ini adalah pipet volume, gelas ukur, beaker glass, dengan Na2SO4 anhidrous kemudian disaring.
erlenmeyer, corong saring, corong pisah, buret 50 Filtrat diuapkan melalui rotarievaporator untuk
mL, alat soxhlet, pendingin bola, labu alas 250 mendapatkan senyawa polihidroksi minyak Biji
mL, labu leher tiga, pipet tetes, karet penghisap, Kakao. Hasil yang diperoleh dikonfirmasikan
statip dan klem, kertas saring, neraca analitik, strukturnya melalui analisis FT-IR dan diikuti
pengaduk magnet, batang yang digunakan dalam analisis penentuan bilangan iodin, dan bilangan
penelitian ini adalah Minyak Biji Kakao, hidrogen penyabunan.
peroksida (p.a. E’Merck), asam pengaduk kaca, Pembuatan Sabun Lunak yang Mengandung
botol reagen 250 mL, botol semprot plastik, Polihidroksidari minyak biji kakao
termometer, hot plate stirer, oven, penangas, Sebanyak20 gram larutan polihidroksi
rotaryevaporator,GC-MS, Spektrofotometer FT- Minyak Biji Kakao dimasukkan dalam labu alas
IR ( Fourier Transform – Infra Red). bulat kemudian ditambah larutan KOH-alkohol (5
Bahan gram KOH dalam 50 mL alkohol 96 %). Direfluks
Bahan-bahan asetat, natrium sulfat campuran selama 1 jam pada suhu 70-75 ºC.
anhidrous (p.a. E’Merck), aquades, indikator kemudian residu dibilas dengan alkohol 96 % dan
fenolpthalein, kalium hidroksida (p.a. E’Merck), untuk menentukan strukturnya dilakukan analisis
n-heksana, dietil eter, amilum, iod bromin, FT-IR dan dilakukan penentuan harga HLB
alkohol 96 %, N-heksan, KI 15 %, HCl 0,5N, (Hydrophilic Lipophilic Balance).
klorofom, Na2S2O3 O,1N, iod hanus, KOH- Analisis Bilangan Asam
alkohol 0,5 N, alkohol 95 %, K2Cr2O7 0,1N, KOH Analisa ini dilakukan terhadap Sabun
0,02 N, Biji Kakao (Theobroma Cacao, L) Lunak Polihidroksi Minyak Biji Kakao
(Theobroma cacao, L.) dan senyawa Polihidroksi
Sebanyak 0,1 gram sampel dimasukkan ke dalam

69 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

gelas Erlenmeyer. Kemudian ditambah 10 mL Na2S2O3 0,1 N sampai warna kekuning-kuningan.


larutan alkohol netral. Erlenmeyer tersebut ditutup Ditambahkan 1-2 mL indikator amilum lalu
dengan plastik dan dipanaskan selama 30 menit dilanjutkan titrasi sampai warna kuning hilang.
sambil diaduk. Larutan tersebut didinginkan dan Dilakukan hal yang sama terhadap larutan blanko
ditambahkan 3 tetes indikator fenolftalein dan pada kondisi yang sama. Dicatat volume Na2S2O3
dititrasi dengan larutan KOH 0,02 N sampai 0,1 N yang digunakan untuk titrasi dan dihitung
terbentuk warna merah lembayung. Dihitung bilangan iodin dengan rumus:
volume KOH 0,02 N yang digunakan untuk (B - S)  N  12,69
menitrasi sampel dan dihitung bilangan asam Bilangan Iodin 
Berat Sampel (gram)
dengan menggunakan rumus:
Keterangan: B = Volume Blanko (mL)
VKOH .N KOH . 56,1 S = Volume Sampel (mL)
Bilangan Asam 
Massa Sampel (gram) N = Normalitas Na2S2O3

Analisis Bilangan Penyabunan Uji HLB (Hydrophilic Lipophilic Balance)


Analisa ini dilakukan terhadap Sabun Analisis ini dilakukan terhadap
Lunak Polihidroksi Minyak Biji Kakao senyawa polihidroksi minyak biji kakao dan
(Theobroma cacao, L.) dan senyawa Polihidroksi. sabun lunak dari minyak biji kakao. Harga HLB
Sebanya 0,1 gram sampel dan dimasukkan ke dapat diperoleh dari bilangan asam dan bilangan
dalam gelas Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan penyabunan dengan menggunakan rumus:
25 mL larutan KOH-alkohol 0,5 N dan direfluks HLB = 20 (1-S/A)
selama 30 menit. Didinginkan dan ditambah 3 Dimana: S = Bilangan penyabunan
tetes indikator fenolftalein kemudian dititrasi A = Bilangan asam
dengan larutan HCl 0,5 N hingga warna merah
lembayung hilang. Dilakukan titrasi terhadap HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan blanko pada kondisi sama. Dicatat volume Ekstraksi Minyak Biji Kakao
HCl 0,5 N yang dipakai dan dihitung bilangan Sebanyak 782 gram biji kakao yang telah
penyabunan dengan rumus: halus dimasukkan ke dalam botol gelap, kemudian
(V blanko - V titrasi). N HCl . 56,1 direndam dengan pelarut n-Heksan dan
Bilangan Penyabunan  menghasilkan 120 gram minyak biji kakao.
Massa Sampel (gram)
Sehingga rendemen 15,354 %.
Pembuatan Senyawa Polihidroksi Minyak Biji
Analisis Bilangan Iodin Kakao
Analisa ini dilakukan terhadap Minyak Sebanyak 50 gr minyak biji kakao
Biji Kakao (Theobroma cacao,L.) dan senyawa diepoksidasi dan dilanjutkan proses hidrokilasi
Polihidroksi. Sampel ditimbang sekitar 0,3-0,4 yang menghasilkan senyawa poliol dengan
gram, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer rendemen sebesar 60 % kemudian senyawa poliol
bertutup. Sebanyak 10 mL klorofom dan 30 mL dianalisa dengan spektroskopi FT-IR yang
larutan iod hanus ditambahkan ke dalam sampel. menghasilkan spectrum dengan puncak – puncak
Larutan disimpan selama 30 menit di tempat serapan sebagai berikut:
gelap. Selanjutnya ditambahkan 10 mL KI 15 %
dan 100 ml aquadest. Larutan dititrasi dengan

Gambar 1. Spektrum FT-IR Senyawa Polihidroksi dari Minyak Biji Kakao setelah proses Epoksidasi dan
Hidroksilasi antara Bilangan Gelombang dengan % Transmitan.

Kimia FMIPA Unmul 70


Chairul Saleh, dkk Sintesis Sabun Lunak
Kimia FMIPA Unmul

Spektrum diatas menunjukkan bahwa gelombang 2854,65 dan 2924,09 cm-1 merupakan
senyawa poliol dari minyak biji kakao telah serapan khas dari vibrasi –C-H alifatik jenuh, dan
terbentuk sempurna dan memiliki spektrum pada bilangan gelombang 3464,15 cm-1 merupakan
bilangan 725,23 cm-1 yang merupakan serapan serapan khas dari vibrasi–OH dengan intesitas
khas dari vibrasi (CH2)n, dimana n ≥ 4, bilangan yang tinggi dan mengidikasikan bahwa senyawa
gelombang 1242,16 cm-1 merupakan serapan dari polihidroksi dari minyak biji kakao terbentuk.
vibrasi gugus oksiran –C-O-C-, bilangan Spektrum Minyak biji kakao dianalisa
gelombang 1458,18 cm-1 adalah serapan dari dengan spektroskopi FT-IR untuk melihat
vibrasi –C-H, bilangan gelombang 1743,65 cm-1 perubahan yang terjadi dalam pembetukan
adalah serapan khas dari vibrasi –CO, bilangan senyawa poliol dan berikut hasil spektrumnya

Gambar 2. Spektrum FT-IR dari Minyak Biji Kakao antara Bilangan Gelombang dengan % Transmitan

Sintesis Sabun Lunak Yang Mengandung 86,45 %. Kemudian sabun lunak dari minyak biji
Polihidroksi dari Minyak Biji Kakao kakao dianalisa dengan spektrodkopi FT-IR yang
Sebanyak 20 gram senyawa polihidroksi menghasilkan spectrum dengan puncak – puncak
direaksikan dengan 5 gram padatan KOH serapan sebagai berikut:
menghasilkan sabun dengan rendemen sebesar

Gambar 3. Spektrum FT-IR Sabun Lunak Yang Mengandung Polihidroksi dari Minyak Biji Kakao antara
Bilangan Gelombang dan % Transmitan

Hasil analisa spektrofotometer FT-IR dari vibrasi CH sp3. Pada bilangan gelombang 1743,65
sabun lunak dari minyak biji kakao menunjukkan cm-1 merupakan serapan khas gugus karbonil
puncak serapan pada daerah gelombang 3425,58 (C=O) untuk senyawa garam karboksilat dan pada
cm-1 yang merupakan serapan khas gugus (C=C). bilangan gelombang 1419,61 cm-1 menunjukkan
Pada bilangan gelombang 2916,37cm-1 dan serapan khas dari vibrasi bending CH sp3.
2854,65cm-1 menunjukkan serapan khas dari

71 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 13 Nomor 2 Mei 2016 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Penentuan Harga HLB (Hidrophilic-Lipophilic polihidroksi dari minyak biji kakao lebih kecil
Balance) Sabun Lunak Yang Mengandung dibandingkan bilangan iodin minyak biji kakao.
Polihidroksi dari Minyak Biji Kakao Hal ini dikarenakan ikatan rangkap dalam
Dari pembuatan sabun lunak dari minyak trigliserida minyak biji kakao mengalami
biji kakao dan polihidroksi dari minyak biji kakao pemutusan menjadi senyawa polihidroksi dari
ditentukan harga HLB (Hidrophilic-Lipophilic minyak biji kakao melalui reaksi epoksidasi dan
Balance) dengan menggunakan metode titrasi hidroksilasi.
dengan menetukan bilangan penyabunan dan
bilangan asam. Bilangan penyabunan dari sabun KESIMPULAN
lunak dari minyak biji kakao yang diperoleh Dari hasil penelitian dapat disimpulkan beberapa
sebesar 4,838 mg KOH/g. sedangkan bilangan kesimpulan sebagai berikut:
asam dari sabun Lunak dari minyak biji kakao 1. Sabun Lunak dari Minyak Biji Kakao dapat
yang diperoleh sebesar 8,5838 mg KOH/g. dihasilkan melalui reaksi saponifikasi
bilangan penyabunan dari polihidroksi dari polihidroksi dari minyak biji kakao dengan
minyak biji kakao yang diperoleh sebesar 4,572 kalium hidroksida menghasilkan rendemen
mg KOH/g. sedangkan bilangan asam dari sebesar 86,45 %.
polihidroksi dari minyak biji kakao yang 2. Hasil analisa penyabunan yang didapat dari
diperoleh sebesar 10,098 mg KOH/g. sabun lunak dari minyak biji kakao yaitu
Diperoleh harga HLB dari polihidroksi dari 4,838 mg KOH/g dan untuk polihidroksi dari
minyak biji kakao adalah 6,946 dan harga HLB minyak biji kakao didapat yaitu 4,572 mg
dari sabun lunak dari minyak biji kakao adalah KOH/g, pada analisa bilangan asamnya
8,727. Berdasarkan harga HLB yang diperoleh sendiri sabun lunak dari minyak biji kakao
maka sabun lunak dari minyak biji kakao diperoleh sebesar 8,5838 mg KOH/g dan
berfungsi sebagai surfaktan untuk zat pembasah polihidroksi dari minyak biji kakao diperoleh
dan penyebar. Berdasarkan harga HLB yang sebesar 10,098 mg KOH/g, sedangkan pada
diperoleh maka sabun lunak dari minyak biji analisa bilangan iodin minyak Biji kakao
kakao berfungsi sebagai surfaktan untuk w/o zat diperoleh sebesar 102,93 mg I/gram dan
pengemulsi. Secara teori harga HLB dari sabun polihidroksi dari minyak biji kakao diperoleh
lunak dari minyak biji kakao dan harga HLB dari sebesar 20,21 mg I/gram hal ini dikarenakan
polihidroksi dari minyak biji kakao adalah: ikatan rangkap dalam trigliserida minyak biji
Dalam sistim HLB, di samping menentukan kakao mengalami pemutusan.
nilai untuk agen – agen pengemulsi, nilai – nilai di 3. Nilai HLB yang diperoleh dari sabun lunak
samping juga diberikan untuk zat minyak atau dari minyak biji kakao adalah 8,74 dan Harga
yang mirip minyak. Dalam menggunakan konsep HLB dari polihidroksi dari minyak biji kakao
HLB pada pembuatan sebuah emulsim seseirang adalah 10,94 dimana polihidroksi dari minyak
akan memilih agen pengemulsi yang memiliki biji kakao ini berfungsi untuk mempolarkan
nilai HLB yang sama atau hamper sama dengan sabun lunak dari minyak biji kakao
fase minyak dari emulsi yang diinginkan
Penentuan Bilangan Iodin SARAN
Minyak biji Kakao dan senyawa Pada penelitian berikutnya diharapkan supaya
polihidroksi dari minyak biji kakao yang lebih dikembangkan lagi sabun lunak yang
diperoleh ditentukan bilangan iodinnya. Bilangan mengandung polihidroksi dari minyak biji kakao
iod didefinisikan sebagai jumlah gram iodin yang untuk uji stabilitas dan kekuatan busan dan uji
diserap oleh 100 gram minyak. Nilai yang alkalinitas bebas.
diperoleh menunjukkan derajat ketidak jenuhan
minyak.Pada penelitian ini, metode penentuan DAFTAR PUSTAKA
bilangan iod dilakukan dengan metode Hanus.
[1] Minifie, B.W., 1999. Chocolate, Cocoa and
Bilangan iodin minyak biji kakao yang diperoleh
Confectionary: Science and Technology. The
adalah 102,93 mg I/gram minyak sedangkan
AVI Publishing Connecticut USA.
Bilangan iodin senyawa polihidroksi dari minyak
[2] Susanto, F.X., 1994. Tanaman Kakao
biji kakao yang diperoleh adalah 20,21 mg I/gram
Budidaya dan Pengolahan Hasil.Yogyakarta:
polihidroksi. Berdasarkan hasil yang diperoleh
Kanisius.
terlihat bahwa bilangan iodin senyawa

Kimia FMIPA Unmul 72

Anda mungkin juga menyukai