ANASTESI UMUM
PERCOBAAN 4
DISUSUN OLEH :
1. Firdanita Ananda (PO.71.39.0.17.014)
2. Iva Lintang Anggraini (PO.71.39.0.17.016)
3. Khansha Berliani Liumona (PO.71.39.0.17.018)
4. Maresti Dwi Anggorisa (PO.71.39.0.17.020)
5. Melda Yunitasari (PO.71.39.0 17.022)
PARAF NILAI
II. Teori
Anastesi umum adalah suatu keadaan hilangnya persepsi sensorik terutama rasa
sakit disertai dengan hilangnya kesadaran yang bersifat reversibel. Obat-obat yang
menimbulkan anastesi umum disebut anastetika umum (general anaesthetics).
Menurut Guedeel ada 4 stadium anastesi:
stadium I : (stadium analgesia)
Penderita masih sadar dan responsif, perasaan sakit hilang, euforia, respirasi teratur,
pendengaran lebih tajam.
Stadium II : (Stadium eksitasi/delirium)
Penderita tampak tidak tenang sampai ribut/gelisah, tonos otot naik, respirasi irreguler,
pupil tampak membesar, takikardia, gerak bola mata bertambah, kesadaran menurun,
refleks masih ada. Stadium Idan II ini bersama-sama disebut stadium induksi. Kemudian
dapat mati mendadak karena inhibisi vagal atau sensitasi jantung terhadap adrenalin
(endogen atau eksogen)
Stadium III : (Stadium pembedahan) dibagi 4 plane yaitu
Plane 1 : Kesadaran hilang, tonus otot berkurang, respirasi teratur cepat dan dalam, gerak
bola mata berkurang, pupil kembali keukuran normal, refleks kornea masih ada, refleks
peritoneal masih ada, refleks muntah dan menelan hilang pada plane ini dilakukan
pembedahan kecil.
Plane 2 : Gerak bola mata berkurang sekali sampai tidak ada, relaksasi otot sempurna,
respirasi teratur, refleks kornea hilang pada plane ini biasanya dilakukan pembedahan
besar.
Plane 3 : Refleks hilang, pupil berdilatasi, palsus lemah tetapi tekanan darah temporer,
tonus otot masih ada tetapi relaksasi sempurna, respirasi dalam dan tidak sempurna.
Plane 4 : Respirasi jadi abnormal kecil dan dangkal, semua refleks hilang pupil dilatasi
maksimal, takikardia, tekanan darah merosot turun.
Stadium IV : (Stadium paralisa meduler)
Tekanan darah menurun terus akhirnya nol, respirasi hilang, kollaps vasomotor, hal ini
terjadi karena over dosis.
V. Hasil Pengamatan
1. Sebelum di anastesi
2. Setelah di anastesi
VI. Pembahasan
Pada praktikum anatesi umum kali ini, kami menggunakan hewan coba yakni kelinci
albino. Menganastesinya menggunakan kloroform, sebelum dianastesi, kami mengukur
respirasi abdomial dan torak, denyut jantung/menit, gerak bola mata, refleks kornea,
inhibisi tonus otot dan hasilnya adalah normal. Pada 08.15, ketika kelinci memasuki
stadium 1 ditandai dengan respirasi cepat, denyut jantung sedikit meningkat, gerak bola
mata sedikit meningkat, ukuran pupil mata masih normal, refleks kornea mulai
meninngkat, serta inhibisi yang mulai bertambah. Pada pukul 08.40 setelah kelinci diberi
kloroform selam 45 detik, kelinci memasuki stadium 2 ditandai dengan respirasi cepat,
denyut jantung sedikit menurun, gerak bola mata sedikit meningkat, ukuran pupil mata
mulai meningkat, refleks kornea sedikit meningkat, serta inhibisi tonus bertambah. Pada
pukul 09.05 kelinci mengalami stadium 3 ditandai dengan respirasi cepat, denyutjantung
sedikit mennurun, gerak bola mata berkurang, ukurab pupil mata mengecil, refleks kornea
menurun serta inhibisi tonus otot berkurang. Tetapi pada kellompok kami, kelinci kami
hanya mencapai stadium 3 plane 2, untunng plane 3 dan 4 tidak terjadi begitupun stadium
4.
VII. Kesimpulan
Pada percobaan yang kami lakukan, didapatkan baha anastesi umumyang dilakukan
pada kelinci albino merupakan anastesi inhalasi dengan menggunakan kloroform 5ml.
Adapun untuk 4 stadiumanastesi berdasarkan percobaan pada kelinci kami.
1. Stadium I : Kelinci sadar dan masih responsif
2. Stadium II : Kelinci gelisah dan bergerak aktif
3. Stadium III : Kelinci mulai tenang
4. Stadium IV : Tidak tejadi
LAMPIRAN