Thailand dan Sri Lanka. Kayu Rambutan (N. lappaceum ), mempunyai berat jenis
rata-rata 0,91 berarti pori-pori dan seratnya rapat sehingga daya serap airnya kecil.
Tanaman ini dapat tumbuh baik pada suhu 250C pada pengukuran suhu siang hari,
ketinggian 30-500 m dpl, dengan curah hujan antara 1500-2500 mm pertahun dan
merata sepanjang tahun, pH tanaman yang baik adalah 6-7 (Wijayatrie, 2008).
Kelas awetnya III, yang berarti mampu bertahan sampai 10 tahun ke atas
bila diolah dengan baik. Kelas kuatnya I-II, yang berarti mampu menahan lentur
di atas 1100 kg/cm2 dan mengantisipasi kuat desak diatas 650 kg/cm2.
Berdasarkan sifat kembang susut kayu yang sedang, daya retaknya sedang,
kekerasannya sedang dan bertekstur agak kasar, serta berserat lurus, maka kayu
ini mempunyai sifat pengerjaan mudah sampai sedang, sehingga banyak diminati
berasal dari Indonesia. Populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh
pelosok nusantara. Selain itu ada yang menyebutkan duku berasal dari Asia
dari Indonesia. Tanaman ini dapat tumbuh baik di dataran rendah sampai pada
ketinggian 500 m dpl. Dengan tipe iklim basah sampai agak basah dengan curah
yang baik adalah 6-7 dan tanaman ini relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah.
Mempunyai berat jenis rata-rata 0,33. Termasuk pada kelas awetnya IV-V
1. Lingkar Tumbuh
bisa nyata atau kurang nyata dan memusat pada empulur. Garis-garis konsentris
ini disebut sebagai lingkaran tumbuh (growth ring) yang terjadi sehubungan
lintang batang dapat tampak mencolok ini disebabkan intensitas pertumbuhan dan
a. Jenis pohon, lebar dan kerapatan lingkaran tumbuh berbeda-beda menurut jenis
menyebabkan lingkaran tumbuh yang berbeda pula. Pada tempat tumbuh yang
sama dan umur yang sama, lebar lingkaran tumbuh tergantung pada kelas
d. Letak lingkaran tumbuh di dalam batang, makin tinggi dalam batang lingkaran
tumbuh semakin lebar. Juga semakin jauh dari empulur lingkaran tumbuh juga
semakin sempit
yang teduh) mempunyai variasi lebar lingkaran tumbuh yang lebih banyak
Apabila suatu lingkaran tumbuh dibentuk dalam jangka waktu 1 tahun, maka
lingkaran tumbuh tersebut disebut juga lingkaran tahun. Pada umumnya jenis-
jenis kayu di Indonesia tidak mempunyai batas lingkaran tumbuh yang jelas
Kayu gubal adalah sel-sel kayu yang baru dibentuk oleh kambium. Kayu
gubal ini berfungsi menyalurkan zat-zat makanan dari akar dan sebagai tempat
penimbunan makanan. Oleh sebab itu, bagian ini mempunyai sel pori yang lebar.
Sedangkan kayu teras terbentuk oleh perubahan sel-sel kayu gubal yang sudah tua
dan mengeras serta tidak lagi dapat berfungsi seperti kayu gubal. Fungsinya dalam
batang tinggal sebagai penguat. Warna bagian kayu ini lebih gelap daripada kayu
gubal. Warnanya berubah menjadi lebih tua karena pengendapan zat-zat ekstraktif
(Budianto, 1996). Pandit dan Ramdan (2002) menyatakan bahwa kayu teras
seringkali lebih awet dari pada kayu gubal, kayu teras lebih tahan terhadap
serangan jamur dan serangan serangga perusak kayu. Kayu teras mempunyai
keawetan tinggi, hal ini disebabkan karena adanya zat-zat ekstraktif yang bersifat
Dalam bidang pemanfaatan kayu, bagian kayu teras mempunyai nilai lebih
dibandingkan kayu gubal karena sifat warna dan keawetan alaminya yang tinggi.
Kayu gubal tersusun atas sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam
kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan juga sebagai tempat
penimbun zat-zat makanan. Sedangkan kayu teras secara fisiologis tidak berfungsi
lagi tetapi berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis. Kadar ekstraktif
suatu pohon mengalami penurunan dari pangkal (butt) menuju ujung pohon (top),
kayu bagian pangkal pohon mempunyai persentase zat ekstraktif yang lebih tinggi
karena bagian pangkal mempunyai persentase kayu teras yang lebih banyak, kayu
teras mempunyai lebih banyak zat ekstraktif dibandingkan kayu gubal karena
adanya ekstraktif minyak, lilin, getah yang menyumbat dinding sel. Kadar
umur, faktor genetik dan lokasi pada batang (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Warna kayu ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputih-
sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang
berikut: tempat di dalam batang, umur pohon, kadar air dan lama penyimpanan
kayu setelah ditebang maupun setelah digergaji. Kayu teras umumnya memiliki
warna yang lebih jelas atau lebih gelap daripada kayu gubal. Pada pengenalan
kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna kayu terasnya. Pada umumnya
warna suatu jenis kayu bukanlah warna yang murni, tetapi warna campuran
Corak yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh perbedaan
warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkar tumbuh. Corak dapat pula
2. Tekstur
relatif dari sel-sel yang mencolok besarnya di dalam kayu. Tekstur dikatakan
ditentukan atas dasar ukuran diameter tangensial pori, dikatakan bertekstur kasar
apabila ukuran diameter tangensial pori >200 (µm), bertekstur sedang apabila
ukuran diameter tangensial pori 100~200 (µm), dan bertekstur halus apabila
ukuran diameter tangensial pori < 100 (µm) (Brown et al. 1994).
Tekstur dinilai pula dari tingkat kerataannya, tekstur dikatakan tidak rata
permukaan yang sama. Hal ini disebabkan oleh pembuluh yang berkelompok atau
3. Arah Serat
Pengertian arah serat pada kayu sebenarnya adalah arah seluruh sel-sel
aksial pada suatu lapisan kayu terhadap sumbu batang pohon atau terhadap arah
sel-sel aksial dari lapisan kayu di sebelah luar dan sebelah dalam lapisan kayu
yang bersangkutan. Arah serat pada sepotong kayu mudah ditetapkan berdasarkan
arah sel-sel pembuluh yang pada permukaan kayu tampak seperti goresan-
goresan. Menurut Mandang dan Pandit (1997), secara garis besar arah serat
a. Serat lurus yaitu apabila sel-selnya membentang searah dengan sumbu batang
b. Serat melintang (cross grain), yaitu jika arah sel-sel aksial membentuk sudut
- Serat terpadu (interlocked grain), bila arah letak sel-sel aksial pada suatu
lapisan kayu berbeda dengan arah sel-sel yang serupa pada lapisan
berikutnya
seperti spiral
- Serat berombak atau bergelombang (curly grain atau wavy grain), jika sel-sel
- Serat miring, jika sel-sel aksial pada sebuah papan atau balok membentuk
4. Kilap
Kilap kayu adalah suatu sifat dari kayu yang memungkinkan kayu dapat
memantulkan cahaya. Beberapa jenis kayu tampak mengkilap atau buram ini
tergantung dari tingkat karakteristik yang dimiliki kayu. Kilap disini berbeda
dengan kilap yang diakibatkan oleh pemberian bahan seperti pernis. Kandungan
minyak atau wax (berlilin) dalam kayu teras saja umumnya mengurangi kilapnya.
Identifikasi kilap hanya bersifat sekunder saja (Pandit dan Ramdan, 2002).
5. Kesan Raba
permukaan kayu. Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang
mempunyai tekstur halus serta berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang
licin. Kesan licin juga dapat bertambah jika kayunya mengandung minyak
kesan raba juga tergantung dari bagian-bagian pohon yang diambil (Pandit dan
Ramdan, 2002).
identifikasi jenis kayu. Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak
keras, keras dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan cara menyayat
contoh pada arah tegak lurus serat. Makin keras makin sukar disayat. Bekas
relatif dinding serat. Makin tebal dinding serat makin keras kayu yang
lubang, karena itu sel-sel pembuluh ini juga sering disebut pori-pori kayu. Sel-sel
yang berbentuk pipa dinamakan pembuluh. Dalam batang kayu, sel-sel ini
berganda jika dua atau lebih pembuluh bersinggungan sedemikian rupa, sehingga
berderet ke arah radial ini disebut pengelompokan pori radial. Ada pori-pori yang
2. Parenkima
aksial (parenkima) yang tersusun secara vertikal dan parenkima jari-jari (jari-jari
kayu), yang tersusun secara horizontal. Ciri parenkima yang penting untuk
kayu. Pada bidang ini, dengan bantuan lup, parenkima biasanya dapat dilihat
berupa jaringan yang berwarna lebih cerah daripada jaringan serat: umumnya
hampir putih dan lainnya agak coklat atau coklat merah. Secara garis besar,
susunan parenkima dapat dibagi atas dua tipe berdasarkan hubungannya dengan
3. Jari-Jari Kayu
sejajar satu sama lain. Pada bidang radial, jari-jari tampak seperti pita putus-putus
ke arah horizontal. Jika tingginya cukup maka jari-jari akan tampak seperti
telanjang seperti bintik-bintik lensa cembung atau garis-garis tipis pendek ke arah
4. Serat (Fiber)
mikroskop, maka akan tampak sel-sel dengan berbagai macam bentuk dan ukuran,
ada yang mirip tong atau pipa, ada yang mirip kotak dan ada yang berbentuk
panjang dan sangat langsing. Sel-sel yang berbentuk panjang dan langsing ini
dikenal dengan nama serat. Dinding serat umumnya lebih tebal daripada dinding
pohon dan posisinya dalam batang. Diameternya antara 15-50 µm. Ketebalan
dindingnya relatif dibanding diameter, dapat tipis, tebal atau sangat tebal. Serat
dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya hampir
seluruhnya terisi dengan lapisan-lapisan dinding, dari ciri ini dipahami bahwa
serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mandang dan Pandit, 1997).
1. Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas sejumlah lapisan yaitu lamella tengah, dinding
primer, lapisan luar dinding sekunder, lapisan tengah dinding sekunder, lapisan
dalam dinding sekunder, dan lapisan kutikula. Lapisan-lapisan ini berbeda antara
satu sama lain dalam hal struktur maupun komposisi kimia. Mikofibril-mikofibril
membelit sekeliling sumbu sel dalam arah yang berbeda baik ke kanan maupun ke
(Sjőstrőm, 1995).
2. Dimensi Serat
Sel serat berfungsi sebagai pemberi tenaga mekanik pada batang, sehingga
mempunyai dinding sel yang relatif tebal. Pada kayu daun lebar serat dibagi atas
dua macam serat yaitu serat libriform dan serat trakeida. Serat libriform memiliki
noktah sederhana yang lebih kecil, memberi kekuatan karena diameternya lebih
kecil dan lumen selnya lebih sempit. Serat trakeida adalah serat yang mempunyai
Menurut Pandit dan Ramdan (2002), sel serat (fibers) hanya terdapat pada
golongan kayu daun lebar dimana 50 % atau lebih volume dari kayu daun lebar ini
disusun dari serat. Bahan baku serat yang memenuhi kriteria dalam produksi pulp
mempengaruhi dimensi serat meliputi umur kayu, tempat tumbuh, lingkar tahun
baku pulp antara lain panjang serat, diameter serta, diameter lumen, dan tebal
a. Panjang Serat
Serat kayu adalah kumpulan dari sel-sel individu penyusun kayu terutama
sel serat/sel trakeida, sel pembuluh, dan sel parenkim. Serat yang panjang
dianggap akan memberikan kertas dengan sifat kekuatan sobek tinggi dan dalam
batas yang lebih rendah memberikan pula kekuatan tarik, jebol, dan kekuatan lipat
yang tinggi. Serat panjang memungkinkan terjadinya ikatan antar serat yang lebih
dasar yang menentukan kekuatan kertas yang tinggi tetapi terdapat faktor lain
yang besar peranannya seperti tebal dinding serat, diameter serat, dan diameter
Secara umum dapat dikatakan bahwa kekuatan sobek dan lipat tergantung
pada panjang serat, sedangkan kekuatan jebol dan tahan regang dipengaruhi oleh
perbandingan panjang serat dengan diameternya, tipis tebalnya dinding serat serta
diameter lumen. Perbandingan panjang serat dan diameter serat disebut felting
maka semakin tinggi kekuatan sobek dan semakin baik daya tenun serat.
menentukan pula mudah tidaknya pulp dicuci dan disaring. Selain itu, distribusi
b. Diameter Serat
kekuatan serat, dan mobilitas serat dalam lembaran. Serat dengan diameter besar
dan berdinding tipis mampu memberikan ikatan antar serat yang kuat dengan
c. Diameter Lumen
dengan kekuatan tarik dan panjang putus (Haygreen dan Bowyer, 1996).
Tebal dinding serat merupakan salah satu ukuran dimensi serat yang ikut
terbentuknya lembaran yang kasar dan tebal (bulky). Serat berbanding tipis mudah
permukaan yang luas bagi terjadinya ikatan antar serat sedangkan serat dengan
dinding tebal sukar menjadi lembek/lembut dan bentuknya tetap membulat pada
dimana akan memberikan kekuatan sobek yang rendah tetapi kekuatan tarik yang
dimensi serat yang dipakai sebagai penduga mengenai sifat pulp yang dihasilkan.
Klasifikasi dimensi dan turunan dimensi serat tertera pada Tabel 1 dan 2.
a. Kelas 1 (≤ 0,25), dinding sel tipis sekali dan lumen lebar. Terdapat pada
jenis kayu ringan sekali. Serat dalam lembaran pulp memipih seluruhnya
b. Kelas II (0,26-0,50), dinding sel tipis dan lumen agak lebar, terdapat pada
jenis kayu ringan. Serat dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar
serat baik.
c. Kelas III (0,51-1,00), dinding sel dan lumen sedang, terdapat pada kayu
agak berat/sedang. Serat dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar
d. Kelas IV (1,01-2,00), dinding sel tebal dan lumen sempit, terdapat pada
kayu berat. Serat dalam lembaran pulp memipih dan ikatan antar serat
kecil.
e. Kelas V (>2,01), dinding sel sangat tebal dan lumen sangat sempit,
dimensi serat dalam hubungannya dengan kualitas pulp menjadi empat kelas:
a. Kelas I: serat yang mempunyai Muhlsteph sampai 30% untuk serat kayu
dan 20% untuk pulp. Serat membentuk lembaran pulp dan kertas yang
b. Kelas II: serat yang mempunyai nisbah Muhlsteph 31-60% untuk tipe serat
pulp dari conifer. Sifat seratnya merupakan kombinasi dari sifat serat kayu
c. Kelas III: serat yang mempunyai nisbah Muhlsteph 61-80% untuk kayu,
dengan mutu pulp yang dihasilkan. Kriteria penilaian serat ini dikeluarkan oleh
Pusat Penelitian Hasil Hutan Bogor. Menurut Kasmudjo (1998), kriteria serat
kayu Indonesia untuk bahan baku pulp dibagi menjadi 3 kelas mutu yaitu:
a. Kelas mutu I: jenis kayu agak ringan berdinding serat sangat tipis dengan
b. Kelas mutu II: jenis kayu agak ringan sampai berat, dinding sel serat tipis
sampai sedang dan lumen agak lebar. Dalam pembentukan lembaran pulp,
serat mudah menggepeng dengan ikatan antar serat dan tenunan baik,
c. Kelas mutu III: jenis kayu agak berat sampai berat, mempunyai dinding
serat tebal dan lumen sempit. Dalam pembentukan lembaran pulp, serat sulit
Kriteria penilaian serat kayu Indonesia untuk bahan baku pulp dan kertas
Kualitas pulp tidak hanya ditentukan oleh dimensi serat kayu, tetapi
Runkel Ratio adalah perbandingan antara dua kali tebal dinding serat
Perbandingan runkel ratio (bilangan runkle) rendah, berarti memiliki dinding sel
tipis dan lumen yang tebal pada waktu pembentukan lembaran serat akan
terjadinya ikatan antar serat yang tinggi melalui gugus hidroksilnya. Lembaran
kertas selain memiliki sifat kekuatan yang baik juga dihasilkan lembaran yang
Menurut Nawawi (1997), daya tenun serat sangat berpengaruh terhadap kekuatan
terhadap kekuatan panjang putus, tetapi negatif dengan koefisien kekuatan serat.
Mulhsteph Ratio akan memberikan sifat kekuatan tarik pulp yang tinggi dan
sebaliknya serat yang mempunyai dinding sel tebal dan diameter kecil cenderung
kontak antar serat kecil yang mengakibatkan kekuatan tarik dan sobek rendah
(Nawawi, 1997).
Coefficient of Rigidity = w
d
Keterangan: w = tebal dinding serat
perbesaran 40 kali untuk pengukuran panjang serat, diameter serat, dan diameter
lumen. Pengukuran tebal dinding serat diperoleh dari perhitungan diameter serat
dikurangi diameter lumen lalu dibagi dua. Dalam pengukuran dimensi serat, yaitu
panjang serat, diameter serat, diameter lumen dan tebal dinding serat, dipilih serat
yang utuh atau tidak patah, rusak terlipat, pecah, terpotong, dan kerusakan