Anda di halaman 1dari 4

Traveling sebagai Obat

“duhai kekasih,

sedihku bukan karenamu,

esensi bahagia bagiku bukan kamu.

Alam menjabat jiwa, memeluk ragaku.

Wahai Pengasih,

1000 maaf tak cukup,

1000 jiwa pun tak cukup,

untuk memaklumi cara kami memperlakukan alam.

Aku pelopor,

mau menjadi perubahan,

bukan untuk seorang kekasih.

Tetapi seorang penjaga dan penikmat semesta.”

Sedikit sajak yang saya tulis seraya menikmati semesta alam kala itu, jauh diujung matahari
sudah terbenam. Beberapa waktu ini saya disibukkan dengan segala macam tugas kuliah. Jauh dari
kata bahagia. Bosan dan ingin untuk berhenti kuliah mungkin saya rasakan, tetapi saya tahu itu bukan
jawaban dari masalah yang saya hadapi. Traveling terbukti menjadi obat untuk mengatasi rasa bosan
dengan rutinitas yang saya hadapi. Banyak dari kita yang belum memahami jelas dampak baiknya
traveling bagi hidup kita. Saya pribadi sudah merasakan banyak dampak dari traveling yang saya
laksanakan sejak umur 14 tahun. Ya, 14 tahun saya sudah pernah pergi ke Bali sendiri. Tidak ada
kenalan, teman, ataupun sanak keluarga. Saya benar-benar membuktikan makna dari kata “semua hal
tidak bisa dilihat dari umur”. Bahkan sejak kelas 6 SD, saya sudah pergi pulang-pergi Kalimantan-
Jakarta sendiri. Pernah satu waktu, saat duduk dibangku kelas 1 SMP saya membawa keponakan saya
yang masih berumur 3 tahun ke Jakarta dari Kalimantan.

Beberapa manfaat dari traveling yang sebenarnya umum diketahui, hanya saja kurang dimaknai
adalah:

1. Traveling menjadi jalan untuk mendapatkan teman dari berbagai penjuru dan bidang! Saat
traveling, saya bertemu dengan banyak orang, ada yang sebaya dengan saya, bahkan ada yang
jauh lebih tua dari saya. Saya juga bertukaran kontak pribadi dengan mereka. Ya, orang yang
baru saya temui dan baru saja kenal! Dari perjalanan traveling saya mendapatkan teman dari
berbagai universitas, profesi, dan umur. Bahkan sampai sekarang saya masih sering mengobrol
via online dengan mereka. Siapa tahu, disuatu waktu mereka bisa membantu saya saat saya
sedang traveling ataupun membutuhkan pekerjaan.
2. Traveling sebagai obat, banyak orang diluar sana yang takut untuk traveling karena melelahkan
atau bahkan mengidap sakit. Menurut saya pribadi, traveling itu menyehatkan terlebih lagi
kalau anda memilih traveling ke gunung ataupun pedesaan pedalaman seperti Baduy yang
untuk sampai ketujuan kita harus berjalan kaki selama berjam-jam. Sehat dan jelas nikmat!
Selain keringat yang berjatuhan disekeliling kita dikelilingi dengan berbagai pemandangan
semesta yang meneduhkan mata dan hati. Traveling juga sebagai obat, obat untuk rasa bosan
dan letih kita akan rutinitas yang hari lepas hari kita jalani. Traveling berperan penting untuk
menghilangkan rasa jenuh kita setelah sekian lama melakukan rutinitas, percaya sama saya.
Setelah kembali dari perjalanan anda, anda pasti merasa semangat kembali menjalani rutinitas!
3. Traveling membuka wawasan anda, saat traveling kita menjumpai banyak perbedaan dari
lingkup hidup kita selama ini. Kalau anda orang Jakarta misalnya, traveling mengunjungi Bali.
Disana kita menemukan banyak perbedaan yang jarang kita temui di Jakarta. Kita bisa
memahami makna hidup lebih luas terlebih lagi kita bisa memahami bahwa negara kita ini
unik. Perbedaan kita itu serasi, menyatu. Hanya saat traveling anda bisa merasakan itu semua!

Salah satu pengalaman traveling saya beberapa waktu lalu adalah saat saya mengunjungi suku
Baduy/Badui, Urang Kanekes, atau Orang Kanekes di wilayah Kab. Lebak, Banten. Suku Baduy
merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang mengisolasi diri dari dunia luar. Perjalanan
saya ke Baduy saya tempuh dari Depok. Saya mengikuti open trip, dari Depok saya menuju Tanah
Abang yang saya tempuh menggunakan kereta (kurang lebih 40 menit). Saya bertemu dengan
teman-teman trip saya yang lain di Stasiun Tanah Abang. Nah, teman trip saya kali ini berumur
diatas 20 tahun semua! Bahkan ada yang diatas 30! Singkat cerita kami saling berkenalan dan
bercerita. Perjalan kami menuju Baduy kami tempuh menggunakan KRL dari St. Tanah Abang dan
turun di St. Rangkas Bitung (waktu tempuh kurang lebih 2 jam). Dari Stasiun Rangkas Bitung
kami menaiki angkot/ELF yang ada disekitar stasiun menuju Ciboleger. Di stasiun kita bisa
melihat banyak juga traveler-traveler yang ingin berkunjung ke Baduy. Dari Ciboleger, perjalanan
menuju Baduy dimulai. Kami menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam jalan kaki untuk sampai ke
Baduy Dalam. Baduy sendiri terbagi menjadi Baduy Luar dan Baduy Dalam. Untuk Baduy Luar,
kita bisa berfoto bebas, sedangkan di kawasan Baduy Dalam kita tidak boleh mengambil satupun
foto dikawasan Baduy Dalam. Yang membedakan Baduy Dalam dan Baduy Luar adalah dari
baju/ikat kepala yang mereka pakai. Baduy Luar memakai ikat kepala berwarna biru, sedangkan
Baduy Dalam berwarna putih. Suku Baduy tidak memakai alas kaki, dan tidak boleh menaiki
kendaraan apa pun. Bahkan saya dengar, suku Baduy sendiri jika ingin berkunjung ke Jakarta
hanya berjalan kaki. Suku Baduy tidak memiliki kamar mandi ataupun WC terlebih Baduy Dalam,
untuk buang air kita bisa pergi ke sungai karena setiap desa di Baduy selalu dekat dengan sungai.
Untuk Baduy Luar, hanya ada kamar mandi yang hanya bisa kita gunakan untuk buang air kecil.
Di Baduy tidak ada listrik dan sinyal, saat malam sesudah sampai di Baduy Dalam kami
mengobrol di depan rumah. Kami menginap di salah satu rumah warga. Kami bercanda dan saling
sharing, itu salah satu yang saya suka dari traveling. Traveling kali ini hanya dua hari satu malam,
jadi keesokan harinya kami kembali ke Ciboleger dengan waktu tempuh yang sama sekitar 5 jam
jalan kaki.

Dari perjalan tersebut saya mendapatkan banyak tamparan, saya benar-benar merasa angkuh, di
Baduy orang mencari uang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tetapi saya masih
mencari yang lebih, tidak pernah merasa puas dengan yang ada. Ini juga salah satu dampak positif
dari traveling.

Beberapa tips yang bisa saya berikan untuk anda yang ingin melakukan perjalanan kemanapun
:

1. Membawa pakaian ‘secukupnya’, sudah termasuk perkiraan untuk pakaian cadangan.


2. Membawa peralatan mandi yang praktis, seperti sabun cair, sikat gigi dan odol yang khusus
untuk traveling (bisa anda temukan diberbagai minimarket), sabun cuci muka, dan handuk.
3. Membawa sarung atau selimut, terlebih lagi kalau anda pergi berkunjung ke daerah gunung
yang ditempuh dengan jalan kaki ataupun tempat yang tidak menyediakan kamar mandi. Anda
bisa menggunakan sarung untuk ganti baju dan buang air besar.
4. Jangan membeli banyak oleh-oleh, kalau ini opsional. Kalau anda tidak memiliki banyak uang
saku, jangan sampai anda menghabiskan uang anda hanya untuk membeli oleh-oleh.

Anda mungkin juga menyukai