PENDAHULUAN
Konsep pemakaian sediaan obat pada kulit telah lama diyakini dapat dilakukan. Hal ini
terbukti dari peninggalan zaman mesir kuno, berupa catatan pada papyrus yang telah
mencantumkan berbagai sediaan obat yang digunakan untuk pemakaian luar. Galen telah
menjelaskan tentang pemakaian sediaan pada zaman romawi, yang saat ini dikenal sebagai
vanishing cream. Sediaan obat yang digunakan pada kulit atau diselipkan ke dalam rongga
tubuh umumnya berada dalam bentuk cairan, semi padat atau padat.
Kulit merupakan bagian terbesar dari organ tubuh, rata-rata kulit manusia dewasa
mempunyai luas permukaan sebesar 2 m2 dan berperan sebagai lapisan pelindung tubuh
terhadap pengaruh dari luar, baik pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Meskipun kulit
relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan tertentu kulit
dapat ditembus oleh senyawa obat atau bahan berbahaya, yang dapat menimbulkan efek
terapeutik atau efek toksik yang bersifat setempat atau sistemik. Kulit juga merupakan sawar
(barrier) fisiologik yang penting, karena mampu menahan penembusan bahan gas, cair
maupun padat, baik yang berasal dari lingkungan luar tubuh maupun dari komponen
organisme.
Penilaian aktifitas farmakologik dari sediaan topikal menunjukkan bahwa, peranan
bahan pembawa sangat penting dalam proses pelepasan dan penyerapan zat aktif dan
pemilihan bahan pembawa yang tepat dapat meningkatkan kerja zat aktif, baik lama kerja
maupun intensitasnya. Penyerapan perkutan merupakan gabungan fenomena penemubusan
suatu senyawa dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan
dari struktur kulit ke dalam peredaran darah atau getah bening. Istilah “perkutan”
menunjukkan bahwa proses penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan
dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda.
Saat ini telah diketahui bahwa, sediaan obat dapat menembus ke dalam atau melalui
kulit dengan berbagai jalan (cara) yaitu diantara sel-sel dari stratum corneum, melalui saluran
dari folikel rambut, melalui kelenjar keringat (sweat glands), melalui kelenjar sebaseus
(sebaceous glands) dan melalui sel-sel dari stratum corneum. Untuk pengobatan setempat
sering diperlukan penembusan zat aktif ke dalam struktur kulit yang lebih dalam. Hal
tersebut penting dilakukan bila diperlukan konsentrasi dalam jaringan yang terletak di bawah
daerah pemakaian yang cukup tinggi agar diperoleh efek yang dikehendaki dan sebaliknya
penyerapan oleh pembuluh darah diusahakan agar seminimal mungkin sehingga terjadinya
efek sistemik dapat dihindari.
1.3 TUJUAN
1) Untuk mengetahui pengertian dari absorbsi perkutan
2) Untuk mengetahui mekanisme penetrasi obat secara perkutan
3) Untuk mengetahui factor yang mempengaruihi penetrasi obat secara perkutan
BAB II
PEMBAHASAN
b) Mekanisme Transappendageal
Mekanisme transappendageal adalah mekanisme penetrasi molekul zat
aktif melalui pori-pori yang ada pada kelenjar keringat dan folikel rambut. Folikel
rambut memiliki permeabilitas yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
stratum corneum sehingga absorpsi lebih cepat terjadi melewati pori folikel
daripada melewati stratum corneum. Mekanisme ini adalah mekanisme satu-
satunya yang mungkin bagi senyawa-senyawa dengan molekul besar dengan
kecepatan difusi rendah atau kelarutan yang buruk yang tidak dapat menembus
stratum corneum.
Fenomena absorpsi perkutan terdiri dari dua tahap, yaitu pelepasan zat
aktif dari pembawa untuk diabsorpsi di atas permukaan stratum corneum dan
difusi molekul zat aktif ke dalam lapisan bawah kulit (Troy, 2006).
BAB III
PENUTUP
Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam jaringan
dibawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan mekanisme difusi pasif.
Penetrasi melintasi stratum corneum dapat terjadi karena adanya proses difusi melalui
dua mekanisme yaitu:
o Transepidermal
Difusi pasif melalui mekanisme ini dapat terjadi melalui dua jalur kemungkinan
yaitu difusi transeluler yang melalui sel korneosit yang berisi keratin dan difusi
interseluler yang melalui ruang antar sel stratum corneum
o Transappendageal.