TINJAUAN PUSTAKA
untuk meningkatkan kontrol terhadap kesehatannya. Jika dilihat dalam konteks yang
lebih luas, promosi kesehatan di tempat kerja adalah rangkaian kesatuan kegiatan
yang mencakup manajemen dan pencegahan penyakit baik penyakit umum maupun
kebutuhan setiap orang dan merangkul partner sejati di antara provider dan user
2.2 Penyuluhan
kegiatan yang dilakukan secara sistematik, terencana, dan terarah dengan peran serta
keluaran yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan tersebut. Tidak dapat
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,
tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara
2003).
perilaku menjadi perilaku hidup sehat, hal ini sesuai dengan pendapat Azwar dalam
saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang
baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau
inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai
masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku
Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap
masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya.
Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian
b. Wawancara
mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima
perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu
mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu
kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok
yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu
metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini
mencakup :
a. Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode
1) Ceramah
Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan
menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau
beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap
hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode
yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola
sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada
umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media
massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media
massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan di
majalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan
sebagainya
karena melalui media pesan disampaikan dengan mudah untuk dipahami. Media
pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu promosi
a. Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk
lembar balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi
b. Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun
gambar.
c. Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk
f. Rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah mengenai bahasan suatu
masalah kesehatan.
3. Media papan (Bill Board) yang dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan
kesehatan. Media papan disini juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada
penyuluhan dapat mengerti, memahami, tertarik dan mengikuti apa yang kita
suluhkan dengan baik dan benar atas kesadarannya sendiri berusaha untuk
(1974), indikasi yang dapat dilihat pada diri seseorang pada setiap tahapan adopsi
1. Tahap sadar (awarness), pada tahap ini seseorang sudah mengetahui sesuatu yang
2. Tahap minat (interest), pada tahap ini seseorang mulai ingin mengetahui lebih
banyak tentang hal-hal baru yang sudah diketahuinya dengan jalan mencari
3. Tahap menilai (evaluation), pada tahap ini seseorang mulai menilai atau
diri, misalnya kesanggupan serta resiko yang akan ditanggung, baik dari segi
4. Tahap mencoba (trial), pada tahap ini seseorang mulai menerapkan atau mencoba
dalam skala kecil sebagai upaya mencoba untuk meyakinkan apakah dapat
dilanjutkan.
5. Tahap penerapan (adoption), pada tahap ini seseorang sudah yakin akan hal baru
terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan
dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula
tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua
aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan
objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah kembali (recall) terhadap suatu
yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
yang telah paham terhadap objek atau materi dan dapat menjelaskan,
3. Aplikasi (Application)
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan
4. Analisa (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan materi atau objek analisa
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek.
2.4 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi
tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Seperti halnya dengan pengetahuan,
mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.
pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi
kecelakaan (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabiskan banyak
biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi jangka
panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang
(Prasetyo, 2009).
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dipisahkan
lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan tenaga kerja serta melindungi tenaga
mungkin.
pegawai/tenaga kerja.
kondisi kerja.
7. Agar setiap pegawai/tenaga kerja merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.
A. Pelatihan
Pelatihan ini bertujuan untuk membina sumber daya manusia dengan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan serta melatih kesiagaan karyawan dalam menghadapi keadaan darurat.
Pelatihan disini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan tenaga kerja dalam melaksanakan
pekerjaannya.
1). Pasal 9
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktivitas dan
kesejahteraan.
2). Pasal 11
Setiap tenaga kerja berhak untuk memperoleh dan atau meningkatkan dan atau mengembangkan
kompetensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
3). Pasal 13
a). Pelatihan kerja diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kerja pemerintah dan atau lembaga
pelatihan swasta.
b). Pelatihan kerja dapat diselenggarakan di tempat pelatihan atau di tempat kerja.
c). Lembaga pelatihan kerja pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (a) dalam
menyelenggarakan pelatihan kerja dapat bekerjasama dengan swasta.
4). Pasal 15
B. Komunikasi
Komunikasi adalah penyampaian informasi kepada pihak lain, sehingga pihak penerima
mengerti maksud informasi yang disampaikan tersebut. Komunikasi bisa menjadi hambatan
dalam organisasi, oleh karena itu pekerja, penyelia dan seluruh jajaran manajemen harus
menguasai dengan baik teknik komunikasi.
Dalam sebuah organisasi, kesalahan komunikasi merupakan hal yang sering terjadi. Setiap
kesalahan komunikasi dapat mengakibatkan kerugian baik kerugian materi, waktu maupun
kualitas produk atau terjadinya suatu kecelakaan. Maka dari itu komunikasi yang efektif perlu
mendapatkan perhatian, jika pengawasan cukup baik, maka kesalahan komunikasi dapat
diperbaiki. Namun apabila manajer tidak mengawasi pelaksanaannya maka akan terjadi
kesalahan komunikasi yang sampai berakibat terjadi kecelakaan, hal ini dapat menyebabakan
kerugian yang besar.
Komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja dapat menggunakan berbagai media baik lisan
maupun tulisan. Yang perlu diperhatikan dalam komunikasi yaitu efektifitas komunikasi,
informasi harus mudah diingat oleh penerima. Disamping untuk menyampaikan perintah dan
pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan, komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja
digunakan untuk mendorong perubahan perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk bekerja
dengan selamat (Sahab, 1997).
C. Kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di dalam pola kampanye nasional Keselamatan dan Kesehatan Kerja diterangkan tujuan program
kampanye K3 yaitu untuk menanamkan dan meningkatkan kesadaran pengusaha, pekerja,
masyarakat mengenai betapa pentingnya K3 sebagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja,
sehingga diharapkan mampu bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan ketentuan K3. Dalam
jangka panjang program ini tumbuh dan berkembang membantu menciptakan tenaga kerja,
masyarakat, dan lingkungan kerja yang bebas dari ancaman kecelakaan, kebakaran, peledakan,
penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan kerja, sehingga terwujud masyarakat yang
sehat, kuat, dan sejahtera lahir dan batin (Silalahi dan Silalahi, 1995).
a). Tujuan
Meningkatkan kesadaran dan partisipasi semua pihak untuk efektifitas pelaksanaan K3.
Mendorong terciptanya budaya K3 sebagai kebutuhan individu dan masyarakat.
Mendorong peningkatan peran perguruan tinggi dan lembaga lainnya dalam peningkatan
kualitas SDM dalam bidang K3.
b). Sasaran
Terciptanya kesadaran dan perilaku masyarakat yang mencerminkan budaya K3 di setiap tempat
kerja dalam mencegah serta menurunkan dan meniadakan terjadinya kecelakaan kerja dalam
menjamin stabilitas usaha guna mendukung iklim investasi yang kondusif.
Kampanye K3 secara nasional dimulai sejak tanggal 12 Januari 1984. Dalam pendahuluan
Petunjuk Pelaksanaan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tahun 2009 disebutkan bahwa
kampanye tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk pencegahan kecelakaan kerja yang ada
dilingkungan tempat kerja. Kampanye Nasional K3 ditetapkan menjadi Gerakan Efektif
Masyarakat Membudayakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja diharapkan seluruh lapisan
masyarakat, baik masyarakat umum maupun industri, para cendikiawan, organisasi profesi,
asosiasi dan lain-lain dapat termotivasi untuk berperan aktif dalam peningkatan pemasyarakatan
K3 sehingga tercipta pelaksanaan K3 secara mandiri dan menjadi budaya kerja yang aman,
nyaman, sehat sehingga tercapai nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja guna terwujudnya
peningkatan produksi dan produktivitas nasional (Depnakertrans RI, 2009).
Menurut Koentjaraningrat budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara
belajar.
Budaya kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang
menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan
tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang
terwujud sebagai kerja (Sumber Drs. Gering Supriyadi, MM dan Drs. Tri Guno, LLM).
Tujuan dari Budaya kerja adalah untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar
dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang
akan datang.
encegahan kecelakaan adalah merupakan program terpadu koordinasi dari berbagai aktivitas,
pengawasan yang terarah yang didasarkan atas “sikap, pengetahuan dan kemampuan”.
Undang-undang keselamatan kerja telah memberikan tanggung jawab kepada manajemen untuk
melaksanakan pencegahan kecelakaan (termasuk kebakaran dan peledakan) dan penyakit akibat
kerja. Agar dapat melaksanakan kewajiban ini dengan baik, maka pihak manajemen harus
menetapkan Kebijakan Pimpinan Perusahaan yang mencakup upaya pencegahan kecelakaan,
peledakan, kebakaran penyakit akibat kerja. Pada prinsipnya kebijakan pimpinan tersebut harus
bersifat formal, diatas kepala surat perusahaan. Isi yang penting adalah pernyataan pimpinan
bahwa perusahaan memandang pekerjaan sebagai aset utama perusahaan, oleh karena itu setiap
pekerja harus dilakukan dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan pekerja. Selanjutnya
dicantumkan bahwa pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan kewajiban setiap
orang mulai pimpinan tertinggi sampai kepada pelaksana/operator.
1). Internal audit : dengan mengidentifikasi setiap kejadian-kejadian hampir celaka di dalam
perusahaan untuk selanjutnya diambil tindakan koreksi agar prosedur-prosedur yang ditetapkan
secara terprogram dapat lebih efektif.
2). Penyelidikan insiden : mengidentifikasi setiap kejadian hampir celaka di dalam perusahaan.
3). Etiologi : mencari sumber (asal usul) terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK).
G. Penegakan hukum
Yaitu dengan membuat aturan-aturan dan norma-norma kerja seperti lebih mempertegas tentang
pemberian sanksi kepada pekerja yang melanggar peraturan perusahaan (Depnakertrans
RI,2004).
Pengendalian resiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dalam proses rekayasa harus
dimulai sejak tahap perancangan meliputi pengembangan, verifikasi tinjauan ulang, validasi dan
penyesuaian harus dikaitkan dengan identifikasi sumber bahaya, prosedur penilaian dan
pengendalian resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Personil yang memiliki kompetensi
kerja harus ditentukan dan diberi wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk melakukan
verifikasi persyaratan sistem manajemen K3.
Selain itu dapat juga dilakukan dengan pengendalian administratif yaitu prosedur dan instruksi
kerja yang terdokumentasi pada saat dibuat harus mempertimbangkan aspek keselamatan dan
kesehatan kerja pada setiap tahapan. Rancangan dan tinjauan ulang prosedur hanya dapat dibuat
oleh personil yang memiliki kompetensi kerja dengan melibatkan para pelaksana. Personil harus
dilatih agar memiliki kompetensi kerja dalam menggunakan prosedur. Prosedur harus ditinjau
ulang secara berkala terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau bahan baku yang
digunakan (Sahab, 1997).
kerja (work hazard) adalah suatu sumber potensi kerugian atau suatu situasi yang
menyebabkan kerugian/gangguan.
tersebut belum mendatangkan kecelakaan. Jika kecelakaan telah terjadi, maka bahaya
Tempat kerja merupakan salah satu tempat yang memiliki bahaya kerja yang
bahaya fisik, dan kedua, kesehatan kerja yang disebabkan bahaya psikososial.
Terpapar stresor bahaya psikososial di tempat kerja terkait dengan sejumlah masalah
penyakit menular, kimia, lingkungan, dan bahaya psikososial. Bahaya biologis dan
bahaya infeksi: agen infeksi dan biologis, seperti virus, jamur dan parasit,yang dapat
ditularkan melalui kontak dengan pasien terinfeksi atau cairan tubuh kontaminasi.
Penyakit menular yang menjadi perhatian besar saat ini, HIV, rubella (campak),
rubella (campak jerman), herperviruses (herpes simplek), varicella (cacar air/ herpes
Bahaya kimia : berbagai bentuk bahan kimia yang beracun atau berpotensi
lingkungan dan bahaya mesin : faktor-faktor yang dihadapi dalam lingkungan kerja
fisik : bahaya dalam lingkungan kerja seperti radiasi, listrik, suhu dan kebisingan
dapat menyebabkan trauma. Bahaya psikososial: masalah antar pekerja, stress (Iftadi,
2010)
bahaya yang ada di tempat kerja atau didalam proses produksi berasal dari:
1. Manusia
Pada suatu tempat kerja, hanya sejumlah kecil tenaga kerja mengalami
Mesin dan peralatan sering juga menimbulkan potensi bahaya maka seluruh
peralatan harus didesain, dipelihara dan digunakan dengan baik. Pengendalian potensi
bahaya dapat dipengaruhi oleh bentuk peralatan, ukuran, berat ringannya peralatan,
Cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang
b. Cara kerja yang mengakibatkan kecelakaan dan cedera terutama yang sering
c. Memakai Alat Pelindung Diri yang tidak semestinya dan cara pemakaiannya
salah.
d. Lingkungan Kerja, Bahaya dari Lingkungan kerja dapat digolongkan atas berbagai
jenis bahaya yang dapat mengaberbagai gangguan kesehatan dan penyakit akibat
Bahaya yang bersifat fisik seperti suhu yang panas, terlalu dingin, terpapar
bising, kurang penerangan, getaran yang berlebihan, dan adanya paparan radiasi.
2) Faktor Lingkungan Kimia
Bahaya yang bersifat kimia berasal dari bahan – bahan yang digunakan
maupun bahan yang dihasilkan selama proses produksi. Bahan ini terpapar di
lingkungan kerja karena cara kerja yang salah, kerusakan atau kebocoran dari
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari serangga maupun
4) Faktor Ergonomi
Gangguan yang disebabkan oleh beban kerja yang terlalu berat, peralatan
yang digunakan tidak serasi dengan tenaga kerja atau tidak sesuai dengan
5) Faktor Psikologi
Gangguan jiwa yang dapat terjadi karena keadaan lingkungan sosial tempat
kerja yang tidak sesuai dan menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti
Identifikasi risiko merupakan suatu proses yang secara sistematis dan terus
risiko ini mungkin adalah proses yang terpenting, karena dari proses inilah, semua
risiko yang ada atau yang mungkin terjadi pada suatu proyek, harus diidentifikasi
(Darmawi, 2008).
risiko karena hanya setelah bahaya diketahui maka dapat dirumuskan cara
mengatasinya. Identifikasi bahaya harus dimulai sejak suatu proyek dimulai yaitu
pada tahap desain atau konsep dan dilanjutkan dalam bentuk yang berbeda sepanjang
siklus kegiatan. Khusus untuk industri proses, identifikasi bahaya yang diterapkan
cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada risiko yang terlewatkan atau tidak
1. Brainstorming
2. Questionnaire
3. Industry benchmarking
4. Scenario analysis
6. Incident investigation
7. Auditing
8. Inspection
9. Checklist
tepat. Strategi ini didasarkan kepada sifat dan dampak potensial/ konsekuensi dari
risiko itu sendiri. Adapun tujuan dari strategi ini adalah untuk memindahkan dampak
potensial risiko sebanyak mungkin dan meningkatkan kontrol terhadap risiko. Ada
1. Menghindari risiko
3. Meretensi risiko
4. Mentransfer risiko
5. Asuransi