Anda di halaman 1dari 4

V.

TAHAP PERJALANAN PENYAKIT

Tahap perjalanan penyakit campak dilalui beberapa tahap, diantaranya;


1. Tahap Prepatogenesis
2. Tahap Pathogenesis
3. Tahap Akhir / Pasca Pathogenesis

1. Tahap Prepatogenesis
Pada tahap ini individu dalam keadaan sehat / normal. Tetapi tetap saja pada
dasarnya tubuh memiliki kepekaan terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan
agen penyakit. Pada tahap ini pula telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit
penyakit. Tahap interaksi ini masih di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih ada
di luar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang pejamu. Pada tahap ini tanda-tanda sakit tidak akan terjadi jika daya tahan
tubuh pejamu masih kuat. Namun, begitu daya tahan tubuh pejamu lengah atau
menurun ditambah bibit penyakit menjadi lebih ganas, maka keadaan akan segera
berubah. Penyakit akan melanjutkan perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap
pathogenesis (Nelson, 1999)

2. Tahap Pathogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu : Tahap Inkubasi, Tahap Dini, Tahap
Lanjut, dan Tahap Akhir.

 Tahap Inkubasi
Masa inkubasi dari penyakit campak adalah 10-20 hari. Pada tahap
Ini individu masih belum merasakan bahwa dirinya sakit.
 Tahap Dini
Pada tahap ini mulai timbul gejala dalam waktu 7-14 hari setelah infeksi, yaitu
berupa; panas, nyeri tenggorokan, hidung meler (coryza), batuk, bercak koplik,
nyeri otot, mata merah (conjunctivitis),
 Tahap Lanjut
Pada tahap ini barulah muncul ruam-ruam kulit yang berwarna merah bata
dari mulai kecil-kecil dan jarang kemudian menjadi banyak dan menyatu seperti
pulau-pulau. Ruam umumnya muncul pertama dari daerah wajah dan tengkuk, dan
segera menjalar menuju dada, punggung, perut serta terakhir kaki-tangan. Pada saat
ruam ini muncul, panas anak mencapai puncaknya, bisa mencapai 40°C, ingus
semakin banyak, hidung semakin mampat, tenggorokan semakin sakit dan batuk-
batuk kering dan juga disertai mata merah (Nelson, 2000)

3. Tahap Akhir / Pasca Pathogenesis


Pada tahap ini perjalanan penyakit campak berakhir dengan berada dalam lima pilihan
keadaan, diantaranya (Rampengan, 1993);
a. Sembuh sempurna, yaitu bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi sehat/pulih
kembali.
b. Sembuh dengan cacat, yaitu bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang
permanen berupa cacat.
c. Carrier, yaitu dimana tubuh penderita pulih kembali, namun penyakit masih tetap
ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
d. Penyakit tetap berlangsung kronik.
e. Berakhir dengan kematian.

VI. PENCEGAHAN
Pada pencegahan penyakit campak dapat dilakukan beberapa tahap, yaitu pencegahan
primordial, pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier (Hardjito,
2010)
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan untuk mencegah munculnya faktor resiko terhadap
penyakit campak. Sasaran dari pencegahan ini adalah anak-anak yang masih sehat
dan belum memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit campak. Dengan
melakukan edukasi kepada orang tua anak, seperti melakukan penyuluhan
pendidikan kesehatan, konseling nutrisi, dan penataan rumah yang baik.
b. Pencegahan Primer
Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok
beresiko, yakni anak yang belum terkena campak, tetapi berpotensi untuk terkena
penyakit campak. Pada pennegahan primer ini harus mengenal faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap terjadinya campak dan upaya untuk mengeliminasi faktor-
faktor tersebut.
c. Pencegahan Sekunder
Tujuan utama pencegahan sekunder ini adalah untuk mendeteksi kepada
orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang beresiko tinggi
untuk mengembangkan atau memperparah penyakit. Pencegahan ini dilakukan
untuk menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes
penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini campak serta penanganan
segera dengan efektif.
d. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat
komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari
komplikasi menjadi kecacatan tubuh dan melakukan rehabilitasi sedini mungkin
bagi penderita yang mengalami kecacatan. Dalam upaya ini diperlukan kerjasama
yang baik antara pasien pasien dengan dokter maupun antara dokter-dokter yang
terkait dengan komplikasinya.

VII. TRIAD EPIDEMIOLOGI


Triad Epidemiologi campak terdiri atas tiga yaitu, agen, host, dan environment
(Findra, 2010).
a. Agen : Agen dari penyakit campak ini, yaitu virus campak genus Morbillivirus
golongan Paramyxovirus.
b. Host : Host dari penyakit campak ini, yaitu semua orang yang belum pernah
menderita campak dan belum pernah imunisasi campak.
c. Environment : Environment atau lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit
campak, yaitu daerah tertutup, daerah iklim sedang, terutama pada akhir musim
semi. Daerah tropis campak timbul biasa muncul pada musim panas.

VIII. UPAYA PROMOSI KESEHATAN


DAFTAR PUSTAKA

Setianingrum, Findra. 2010. Campak; Manifestasi Klinis-Tatalaksana. Artikel Ilmiah


Kedokteran. [Internet]. Avalable from: http://www.exomedindonesia.com/referensi-
kedokteran/artikel-ilmiah-kedokteran/kulit/2010/11/27/campak-manifestasi-klinis-
tatalaksana/
Hardjito, Koekoeh Suwoyo. Asiyah Siti. 2010. Resiko Terjadinya Gejala Klinis Campak
Pada Anak Usia 1-14 Tahun Dengan Status Gizi Kurang dan Sering Terjadi Infeksi Di
Kota Kediri. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ISSN: 2086-3098.
Nelson. 1999. Ilmu Keperawatan Anak
Nelson, 2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta. EGC

Anda mungkin juga menyukai