Anda di halaman 1dari 10

Agregat adalah sekumpulan butir - butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral

lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan. Agregat adalah material granular,

misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sama dengan suatu media

pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau adukan.

Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan jalan,yaitu 90% –

95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 –85% agregat berdasarkan

persentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan. Ditentukan juga

dari sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain. Agregat

diperoleh dari sumber daya alam yang telah mengalami pengecilan ukuran secara

alamiah (misalnya kerikil). Agregat alami dapat diklasifikasikan ke dalam sejarah

terbentuknya peristiwa geologi, yaitu agregat beku, agregat sedimen, dan agregat

metamorf, yang kemudian di bagi lagi menjadi kelompok –kelompok yang lebih

kecil, yaitu:

a. Pasir galian

Pasir galian ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara

menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas

dari kandungan garam.

b. Pasir sungai

Pasir ini diperoleh langsung dari dasr sungai, yang pada umumnya berbutir halus

dan bulat-bulat akibat proses gesekan. Pada sungai yang dekat dengan hutan

kadang-kadang banyak mengandung humus.

c. Pasirpantai

Pasir pantai ialah pasir yang diambil dari pantai. Pasir pantai berasal dari sungai

yang mengendap di muara sungai (di pantai) atau hasil gerusan air di dasar laut
yang terbawa arus air laut dan mengendap di pantai. Pasir pantai biasanya

berbutir halus.Bila merupakan pasir dari dasar laut maka pasirnya banyak

mengandung garam. Oleh karena itu maka sebaiknya pasir pantai diperiksa dulu

sebelum di pakai. Jika mengandung garam maka sebaiknya dicuci dulu dengan

air tawar sebelum tawar sebelum dipakai.

Klasifikasi Agregat :

a. Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur

mempunyai berat 1000 kg/m3 atau kurang.

b. Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami bantuan

atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai

ukuran butir terbesar 5,0 mm.

c. Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan

atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan

mempunyai ukuran butir antara 5 – 40 mm. Agregat kasar, adalah agregat

dengan ukuran butiran butiran lebih lebih besar dari saringan No.88 (2,36

mm).

d. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum

75% lolos saringan no. 30 (0,06 mm).

Jenis agregat berdasarkan proses pengolahannya :

a. Agregat Alam adalah agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana

bentuknya di alam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini

terbentuk melalui proses erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari

agregat alam ditentukan proses pembentukannya.


b. Agregat melalui proses pengolahan. Digunung –gunung atau dibukit‐

bukit, dan sungai –sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk

batu gunung, dan ukuran yang besar –besar sehingga diperlukan proses

pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat

konstruksi jalan.

c. Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan mineral filler/pengisi

(partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik

–pabrik semen atau mesin pemecah batu.

Persyaratan agregat halus secara umum menurut SNI 03 – 6821 – 2002 adalah

sebagai berikut:

a. Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras.

b. Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh

pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh

garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah

10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat.

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% (terhadap

berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

d. Modulus halus butir (fineness modulus) ialah suatu indeks yang sering

dipakai untuk menjadi ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat.

Modulus halus butir (MHB) ini didefinisikan sebagai jumlah persen

kumulatif dari butir-buitr agregat yang tertinggal di atas suatu set ayakan

dan kemudian dibagi seratus.


𝛴 % Tertahan
Modulus halus butir= (1.2)
100

Agregat halus untuk beton aspal, harus memenuhi persyaratan, yaitu :

a. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau

penyaringan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos saringanNo. 8 (2,36

mm).

b. Pasir boleh digunakan dalam campuran beraspal. Persentase maksimum

yang diizinkan untuk laston (AC) adalah 10%.

c. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung,

atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh

dari batu yang memenuhi ketentuan mutu.Agregat halus harus memenuhi

ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Ketentuan Agregat Halus (Tabel 1.1)

Sumber : Departemen Pekerjaan umum, 2010

Persyaratan agregat secara umum menurut Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan

Jembatan tahun 2010. Departemen Pekerjaan Umum agregat halus untuk beton

aspal, harus memenuhi persyaratan, sebagai berikut :

a. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3%.


b. Berat jenis (bulk specific grafity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan

perbedaannya tidak boleh lebih dari 0,2.

1.1 Maksud

Maksud dari percobaan ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam

pemeriksaan untuk menentukan butir gradasi halus dengan menggunakan

saringan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memperoleh distribusi besaran atau

jumlah persentase butiran agregat halus. Distribusi yang diperoleh dapat

ditunukan dalam tabel atau grafik.

1.3 Benda Uji

Benda uji yang dipakai dalam percobaan ini adalah abu batu.

1.4 Peralatan

a. Satu set saringan no. 1; ¾ ; ½ ; 3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 200.

b. Mesin pengguncang ( sieve shaker ).

c. Timbangan elektrik.

d. Oven.

e. Kuatring ( alat pemisah benda uji ).

f. Desicator.

g. Cawan.

h. Pan.

i. Kuas.

j. Sendok.
1.5 Cara Pengujian

a. Mengambil benda uji abu batu, kemudian menuangkannya kedalam kuatring

(alat pemindah benda uji) untuk memperoleh 2 sample yang seragam,

kemudian mengambil salah satu bagian dari benda uji tersebut.

b. Memindahkan benda uji kedalam cawan yang telah disiapkan, kemudian

memasukannya kedalam oven selama ± 24 jam dengan suhu 110 ± 5o.

c. Mengeluarkan benda uji dan memasukannya kedalam Desicator atau

mendiamkannya hingga dingin atau sampai beratnya tetap.

d. Setelah dingin, kemudian menimbang benda uji tersebut.

e. Menyusun saringan berdasarkan urutan no. 1; ¾ ; ½ ; 3/8; 4; 8; 16; 30; 50; 200

dan pan.

f. Memasukan benda uji kedalam saringan yang telah tersusun, kemudian

mengayaknya dengan mesin pengguncang ( sieve shaker )selama 15 menit.

g. Menimbang berat benda uji yang tertahan pada masing – masing saringan.

h. Mencatat hasil timbangan dan melakukan perhitungan % tertahan dan

modulus halus butir dengan rumus sebagai berikut :

Σ % Tertahan
Modulus halus butir= (1.3)
100

Berat tertahan
% Tertahan= x100% (1.4)
Berat total

1.6 Data Pengamatan dan Perhitungan

1.6.1 Data Pengamatan

Data Pengamatan Pada Tabel 1.2 (Terampir)

1.6.2 Perhitungan

Abu Batu = 354


Perhitungan Berat Agregat Tertahan

Berat Tertahan = Berat agregat dalam sieve - Berat sieve (1.5)

Sieve No :

1 = 0 gram

¾ = 0 gram

½ = 0 gram
3
/8 = 0 gram

4 = 0 gram

8 = 425,5 - 421,0 = 4,5 gram

16 = 564,0 - 417,0 = 147 gram

30 = 557,0 - 413,5 =143,5 gram

50 = 430,5 - 402,0 =28,5 gram

200 = 307,0 - 283,0 = 24 gram

Pan = 462,0 - 455,5 = 6,5 gram

Perhitungan Komulatif Berat Tertahan

Sieve No :

1 = 0 gram

¾ =0+0 =0 gram

½ =0+0 =0 gram
3
/8 =0+0 =0 gram

4 =0+0 =0 gram

8 = 4,5 + 0 = 4,5 gram

16 = 4,5 + 147 = 151,5gram

30 = 151,5 +143,5 = 295 gram


50 = 295 + 28,5 = 323,5gram

200 = 323,5 + 24 = 347,5gram

Pan = 347,5 + 6,5 = 354 gram

Perhitungan % Tertahan

∑ Komulatif tertahan
% tertahan= ( ∑ Berat Sample
) x 100 % (1.6)

0
1 =(
354
) 𝑥 100 % = 0,00 %

0
3/4 =( ) 𝑥 100 % = 0,00 %
354

0
1/2 =( ) 𝑥 100 % = 0,00 %
354

0
3/8 =( ) 𝑥 100 % = 0,00 %
354

0
4 =( ) 𝑥 100 % = 0,00 %
354

4,5
8 =( ) 𝑥 100 % = 1,27 %
354

151,5
16 =( ) 𝑥 100 % = 42,80 %
354

295
30 =( ) 𝑥 100 % = 83,33 %
354

323,5
50 =( ) 𝑥 100 % = 91,38 %
354

347,5
200 =( ) 𝑥 100 % = 98,16 %
354

354
Pan =( ) 𝑥 100 % = 100 %
354

Perhitungan % Lolos

% Lolos = 100% - %berat tertahan (1.7)


1 = 100%

3/4 = 100% - 0,00 % = 100 %

1/2 = 100% - 0,00 % = 100 %

3/8 = 100 % - 0,00 % = 100 %

4 = 100% - 0,00 % = 100 %

8 = 100% - 1,27 % = 98,73 %

16 = 100% - 42,80 % = 57,20 %

30 = 100% - 83,33 % = 16,67 %

50 = 100% - 91,38 % = 8,62 %

200 = 100% - 98,16 % = 1,84 %

Pan = 100% - 100 % = 0,00 %

Perhitungan FM (Fineness Modulus)

∑ % Berat Tertahan
FM(Fineness Modulus)= (1.8)
100

0+0 +0+0+0+1,27+42,80+83,33+91,38+98,16
FM =
100

= 3,1694

1.8 Gambar Alat dan Gambar Kerja

1.8.1 Gambar Alat

Gambar Alat Pada (Tabel 1.3 Terlampir)

1.8.2 Gambar Kerja

Gambar Kerja Pada (Tabel 1.4 Terlampir)

1.9 Kesimpulan dan Saran

1.9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan ini didapat modulus halus benda uji adalah

3,1694

Hasil Pengujian Analisa Saringan Halus (Tabel 1.5)

Hasil
SNI 03 – 1750 -
Benda Uji Percobaan Keterangan
1990
FM

Sesuai dengan
Abu Batu 3,1694 1,50-3,8
SNI

Abu batu atau benda uji yang digunakan dalam praktikum ini masuk dalam

kategori gradasi halus menurut (SNI 03 – 1750 - 1990).

1.9.2 Saran

a. Praktikan harus teliti pada saat menimbang setiap saringan yang

digunakan.

b. Menyusun saringan dengan benar sesuai dengan urutannya.

c. Berhati – hati dalam menggunakan alat – alat praktikum.

d. Mencatat hasil percobaan dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai