Langkah RJP
Langkah RJP
Penatalaksanaan pada pasien henti jantung dan nafas adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru (Cardio pulmonary Resuscitation/CPR). Resusitasi Jantung Paru adalah suatu
tindakan darurat sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti nafas dan atau
henti jantung ke fungsi optimal untuk mencegah kematian biologis. Terdapat perubahan
sistematika dari A-B-C (Airway-Breathing-Chestcompressions) menjadi C-A-B
(Chestcompressions-Airway-Breathing), kecuali pada neonatus. Alasan perubahan adalah
pada sistematika A – B – C, seringkali chestcompression tertunda karena proses airway.
Dengan mengganti langkah C – A – B maka kompresi dada akan dilakukan lebih awal dan
ventilasi hanya sedikit tertunda satu siklus kompresi dada (30 kompresi dada secara ideal
dilakukan sekitar 18 detik) (Tyas, 2016). Hal yang perlu diperhatikan saat melakukan RJP
adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan Awal Henti Jantung dan Aktifasi Sistem Emergensi
Sebelum penolong melakukan pertolongan pada pasien henti jantung, perhatikan
lingkungan sekitar, hati-hati terhadap bahaya seperti arus listrik, kebakaran,
kemungkinan ledakan, pekerjaan konstruksi, atau gas beracun. Pastikan tempat
tersebut aman untuk melakukan pertolongan. Setelah penolong yakin bahwa
lingkungan telah aman, penolong harus memeriksa kesadaran korban. Cara
melakukan penilaian kesadaran, tepuk atau goyangkan korban pada bahunya
sambil berkata “ Apakah Anda baik-baik saja?”. Apabila korban ternyata bereaksi
tetapi dalam keadaan terluka atau perlu pertolongan medis, tinggalkan koban
segera mencari bantuan atau menelepon ambulance, kemudian kembali sesegera
mungkin dan selalu menilai kondisi korban. Apabila klien tidak berespon, segera
hubungi ambulance. Beri informasi tentang lokasi kejadian, kondisi & jumlah
korban dan pertolongan yang dilakukan. Kemudian kembali ke korban dan segera
melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP). Apabila ada dua penolong atau lebih,
salah satu penolong melakukan RJP dan penolong lainnya mengaktifkan sistem
emergensi.
2. Resusitasi Jantung Paru Secara Segera
Setiap melakukan Resusitasi Jantung Paru selalu ingat sistematika C-A-B.
Setelah selesai memberikan Bantaun Hidup Dasar (BLS) dan dari hasil pemeriksaan
dapatkan sirkulasi, airway dan breathing baik makan korban berikan posisi recovery
position. Posisi sisi mantap dipergunakan untuk korban dewasa yang tidak sadar yang telah
bernafas dengan normal dan sirkulasi efektif. Posisi ini dibuat untuk menjaga agar jalan
nafas tetap terbuka dan mengurangi risiko sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Korban
diletakkan pada posisi miring pada salah satu sisi badan dengan tangan yang di bawah
berada di depan badan.
Sumber: AHA, 2015
Sumber: AHA, 2015
DAPUS:
American Heart Association (AHA). (2015). Fokus Utama Pembaruan Pedoman American
Heart Association 2015 untuk CPR dan EEC. (Online). Https://eccguidelines.heart.org.
Diakses pada tanggal 16 April 2019
Tyas, Maria D. C. (2016). Keperawatan Kegawatdaruratan dan Manajemen Bencana.
Jakarta: Kemenkes