Anda di halaman 1dari 9

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Melalui Model Pembelajaran Think Talk Write


pada Siswa Kelas II SD N 1 Parangtritis

Tugas Akhir Skripsi

Ditujukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri


Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persayaratan Skripsi Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Alviana Kurniawati

NIM 15108241096

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2018
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................................i


DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1
B. Diagnosis Permasalahan Kelas .............................................................................5
C. Fokus Masalah .......................................................................................................5
D. Rumusan Masalah .................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................................5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................6
Daftar Pustaka ...............................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika sebagai ilmu dasar dari segala bidang ilmu pengetahuan

merupakan hal yang sangat penting untuk kita ketahui. Oleh sebab itu, matematika

perlu diajarkan di semua jenjang pendidikan formal, mulai dari sekolah dasar

sampai perguruan tinggi. Pentingnya matematika bisa dilihat dari manfaat dan

kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari, juga bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

Keterampilan menyelesaikan soal cerita matematika merupakan salah

satu bagian penting untuk dapat mencapai tujuan yang tertuang dalam kurikulum

pendidikan matematika. Menurut Permendiknas No 22 Tahun 2006 salah satu

tujuan matematika pada pendidikan dasar adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat dalam pemecahan masalah. Sejalan dengan hal tersebut Heruman

(2015:2) menyatakan bahwa tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu

agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Akan tetapi, berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada tanggal 10-

13 Januari 2018 di SD N 1 Parangtritis peneliti menemukan beberapa

permasalahan dalam kegiatan pembelajaran matematika yakni (1) kurangnya

motivasi belajar siswa, (2) tidak adanya media pembelajaran, dan (3) rendahnya

1
kemampuan menyelesaikan soal cerita. Deskripsi dari berbagai permasalahan

tersebut dijelaskan pada uraian di bawah ini.

Pertama, kurangnya motivasi belajar siswa. Ketika guru menerangkan,

para siswa justru mengobrol dengan teman sebangkunya. Selain itu, terdapat

siswa yang mengantuk dan hanya meletakkan kepalanya di meja. Antusiasme

siswa dalam mengikuti pembelajaran juga kurang nampak. Hal ini ditunjukkan

ketika guru memberikan soal rebutan berupa soal cerita kepada siswa, hanya

sedikit siswa yang dengan sukarela menjawab soal di depan kelas. Selebihnya,

terutama siswa laki-laki, harus dipaksa agar mau maju mengerjakan soal di depan

kelas.

Kedua, tidak adanya media pembelajaran. Selama mengajar matematika,

guru hampir tidak pernah menggunakan media pembelajaran. Menurut hasil

wawancara dengan guru kelas, guru mengalami kebingungan dalam menentukan

media pembelajaran yang sesuai. Media pembelajaran yang pernah digunakan

guru saat mengajar matematika hanya sempoa. Media tersebut digunakan ketika

mengajarkan materi operasi hitung penjumlahan dan pengurangan.

Ketiga, rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita. Berdasarkan

hasil tes dalam bentuk soal cerita matematika, hanya 8 siswa dari 25 siswa yang

mampu menyelesaikan soal cerita matematika dengan benar. Menurut guru kelas,

rata-rata siswa masih belum dapat menyelesaikan soal cerita yang memerlukan

beberapa operasi hitung. Selain itu, siswa mengalami kebingungan dalam

mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika.

2
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa terdapat beberapa

permasalahan dalam proses pembelajaran matematika. Mengingat luasnya

permasalahan tersebut, peneliti membatasi masalah pada rendahnya kemampuan

siswa dalam menyelesaikan soal cerita.

Menyelesaikan soal cerita matematika merupakan keterampilan yang

harus dikembangkan pada siswa sekolah dasar. Menurut Soedjadi (2000) bahwa

dengan menerapkan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam soal cerita

secara ketat dapat meningkatkan daya analisis siswa. Pentingnya pemilikan

kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika juga dikemukakan

oleh Branca (1980) sebagai berikut: (1) kemampuan pemecahan masalah

merupakan tujuan umum pengajaran matematika, bahkan sebagai jantungnya

matematika; (2) pemecahan masalah meliputi metode, prosedur, dan strategi

merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika; dan (3)

pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika.

Menurut hasil diskusi dengan guru kelas, penyebab rendahnya

kemampuan menyelesaikan soal cerita adalah kecenderungan siswa yang hanya

menghafalkan rumus-rumus. Selain itu juga karena model yang diterapkan guru

kurang sesuai untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah siswa.

Guru mengakui bahwa guru mengalami kebingungan dalam menentukan model

pembelajaran yang tepat karena minimnya pengetahuan guru akan berbagai model

pembelajaran matematika. Guru biasanya hanya menjelaskan materi dengan

ceramah kemudian sisa waktu pelajaran diisi dengan penugasan.

3
Mengingat luasnya penyebab rendahnya kemampuan menyelesaikan soal

cerita, peneliti membatasi penyebab pada model pembelajaran guru dalam

mengajar. Guru dalam membangun kemampuan memecahkan masalah diperlukan

adanya metode pembelajaran yang mengedepankan proses belajar dan dapat

mengkonstruksi pengetahuan siswa. Salah satu model tersebut adalah model

pembelajaran Think Talk Write. Model Think Talk Write dapat membantu siswa

mengontruksikan pengetahuannya sendiri sehingga pemahaman konsepnya

menjadi lebih baik. Hal tersebut seperti yang dikemukakan Jumantana (2002: 221)

bahwa model pembelajaran TTW dapat membantu siswa dalam mengkontruksi

pengetahuannya sendiri, pemahaman konsep siswa menjadi lebih baik, dan siswa

dapat mendiskusikan pemikirannya bersama teman sehingga dapat membantu

dalam memahami materi dan mampu menuangkan ide-ide kedalam bentuk tulisan.

Lebih jauh, Huinker dan Laughlin (1996: 82) menyatakan bahwa

berpikir dan berbicara adalah langkah penting dalam proses membawa


makna ke dalam tulisan siswa. Mereka menambahkan berbicara mendorong
eksplorasi kata-kata dan pengujian gagasan. Berbicara mempromosikan
pemahaman. Ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
berbicara, ketidak-pastian mereka tentang hal-hal yang tidak mereka yakini
sebelumnya akan menurun. Dengan demikian, para siswa akan dapat
membuat produk yang dapat dimengerti dan bermakna. Singkatnya, model
pembelajaran Think Talk-Write dibangun untuk pemikiran, refleksi,
pengaturan ide dan pengujian ide-ide tersebut sebelum para siswa
diharapkan untuk menulis.

Sejalan dengan hal tersebut, Yamin dan Ansari (2012: 84)

mengungkapkan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat

menumbuhkembangkan kemampuan pemecahan masalah. Menurut Yamin dan

Ansari (2012:88) setelah berpikir dan berbicara, pada fase menulis siswa diberi

4
kesempatan untuk mengorganisasikan semua pekerjaan langkah demi langkah

baik penyelesaiannya ada yang menggunakan diagram, grafik, atau pun tabel agar

mudah dibaca dan ditindaklanjuti.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik melakukan

penelitian dengan judul Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Matematika Melalui Model Pembelajaran Think Talk Write pada Siswa Kelas II

SD N 1 Parangtritis.

B. Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan latar belakang masalah, maka diagnosis permasalahan kelas

adalah:

1. kurangnya motivasi belajar siswa,

2. tidak adanya media pembelajaran,

3. rendahnya kemampuan menyelesaikan soal cerita.

C. Fokus Masalah

Sesuai uraian identifikasi masalah di atas dan karena keterbatasan waktu,

tenaga, dan biaya, maka penelitian ini hanya dibatasi pada rendahnya kemampuan

menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas II Semester 2 SD Negeri 1

Parangtritis.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada fokus masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita melalui model pembelajaraan Think Talk Write pada siswa kelas II SD

Negeri 1 Parangtritis?

5
E. Tujuan Penelitian

Tujuan pelaksanaan tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika melalui model pembelajaraan

Think Talk Write pada siswa kelas II SD Negeri 1 Parangtritis.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan khasanah pengetahuan bagi

pembaca dan menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Menambah wawasan tentang model pembelajaran, sehingga dapat memilih

model yang tepat sesuai dengan pokok bahasan dan kondisi siswa.

b. Bagi Siswa

1) Memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan dan sebagai motivasi

dalam belajar matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita matematika siswa.

2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan penalaran siswa.

c. Bagi Sekolah

1) Sebagai usaha peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa

khususnya di SD N 1 Parangtritis.

6
Daftar Pustaka

Branca, N.A. (1980). Problem Solving As A Goal, Process and Basic Skills. In S.

Krulik and R.E. Reys (Eds). Problem solving In School Mathematics.

Washington, DC: NCTM.

Heruman. (2007) Model Pembelajaran Matematika di SD. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Huinker, D. & Laughlin, C., (1996). Talk your way into writing. In P. C. Elliot &

M. J. Kenney (Eds.), Communication in mathematics k-12 and beyond (pp.

81-88). Reston, VA: National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Permendiknas Nomer 22 Tahun 2006

Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Direktorat

Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Yamin, Martinis & Bansu I. Ansari. 2012. Taktik Mengembangkan Kemampuan

Individual Siswa. Jakarta: Referensi.

Anda mungkin juga menyukai