Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS ELECTROSTATIC PRECIPITATOR (ESP) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS

BUANG PADA RECOVERY BOILER


Sepfitrah1, Yose Rizal 2

ABSTRAK
Jumlah emisi bahan bakar berupa gas buang dan partikulat hasil pembakaran pada recovery
boiler terhadap polusi udara yang ditimbulkannya merupakan masalah yang serius untuk
dipecahkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar emisi gas buang yang
dihasilkan sebuah recovery boiler dan rekayasa penggunaan electrostatic precipitator (ESP)
sehingga emisi gas buang dan partikulat dapat dikurangi. Tahapan yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah menghitung secara matematis kapasitas gas buang yang dikeluarkan oleh recovery boiler
(m3/jam) dan menganalisa data gas buang pada ESP yang tidak berfungsi pada salah satu recovery
boiler. Hasil yang diperoleh pada perhitungan SCA (luas area spesifik) pada ESP Recovery Boiler
dengan kondisi berfungsi normal adalah sebesar 19,87 m2 per 1000 m3/h, sedangkan bila salah satu
ESP tidak berfungsi, nilai SCA-nya adalah 14,9 m2 per 1000 m3/h. Baik dalam kondisi normal
maupun kondisi salah satu ESP tidak berfungsi, nilai SCA tersebut masih berada dalam range disain
ESP sebesar 11 – 45 m2 per 1000 m3/h, untuk menghasilkan efisiensi lebih dari 99 %.
Kata Kunci : Electrostatic Precipitator (Esp), Emisi Gas Buang dan Recovery Boiler
ABSTRACT
Total emissions of the fuel in the form of exhaust gases and particulates in the recovery
boiler combustion products to the air pollution it causes a serious problem to be solved. The
purpose of this study was to determine how much exhaust emissions produced a recovery boiler and
engineering use of electrostatic precipitator (ESP) so that the exhaust gas and particulate emissions
can be reduced. Steps in this research is mathematically compute capacity flue gas released by the
recovery boiler (m3/h) and analyzed data on the ESP exhaust gas that is not working on one of the
recovery boiler. The results obtained in the calculation of SCA (specific area) on ESP Recovery
Boiler with the normal functioning condition amounted to 19.87 m2 per 1000 m3 / h, whereas if one
of the ESP does not work, its value SCA is 14.9 m2 per 1,000 m3 / h. Either under normal
conditions or conditions of one of the ESP does not work, the value of the SCA is still in the design
of the ESP range of 11-45 m2 per 1000 m3 / h, to produce more than 99% efficiency.
Keywords : Electrostatic Precipitator (Esp), Emissions and Recovery Boiler

1. Pendahuluan mengatasi ekses dari hasil pembakaran ini.


Untuk sebuah recovery boiler dengan Komponen pencemar udarayang paling
kapasitas yang sangat besar seperti yang berpengaruh adalah Karbon Monoksida (CO),
terdapat pada sebuah perusahaan pembuatan Nitrogen Oksida(NOx), Sulfur Oksida (SOx),
kertas, berkapasitas 1080 ton uap/jam Hidrokarbon (HC) dan Partikulat (PM).
membutuhkan bahan bakar dalam jumlah Bahan bakar recovery boiler
besar. Jumlah emisi bahan bakar berupa gas menggunakan black liquar, yang merupakan
buang dan partikulat hasil pembakaran yang hasil sampingan dari pengolahan kayu pada
ditimbulkan oleh industri merupakan hal industri kertas. Hasil pembakaran black
penting yang perlu diperhatikan oleh liquar pada tahap pyrolisis menghasilkan gas
perusahaan. Perlu sebuah penanganan untuk buang berupa H2, CO, CH4, gas TRS (Total

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 53


Reduced Sulphur), CO2, H2O dan sejumlah tersebut keluar melalui cerobong, maka gas
karbonat. Selain itu juga menghasilkan emisi buang tersebut akan melewati kisi-kisi suatu
berupa partikulat Natrium Karbonat (Na2CO3) sistem electrostatic precipitator (ESP).
dan Natrium Sulfat (Na2SO4) yang merupakan
emisi utama dari sebuah recovery boiler
moderen.
Partikulat hasil pembakaran black liquar
tidak dapat langsung dibuang keudara bebas,
melainkan ditangkap oleh unit Electrostatic
Presipitator (ESP). Cara kerja ESP pada
dasarnya melewatkan gas buang pembakaran Gambar 1. Sistem elektrostatic presipitator
black liquor pada ruang yang berisi plat-plat (sumber : www.flowvision-energy.com)
elektroda (plat pengumpul), yang terbuat dari
tembaga, kuningan ataupun arang. Elektroda
yang terpasang pada konstruksi precipitator
diberi arus listrik searah (DC) dengan muatan
positif dan negatif. Antara batang-batang
elektroda yang bermuatan negatif dan plat-
plat pengumpul debu yang bermuatan positif
dialirkan arus dengan tegangan 70-90 KV. Gambar 2. Bagian-bagian dari electrostatic
Butiran-butiran debu yang melewati batang- precipitator.
batang elektroda akan terinduksi oleh muatan (sumber :
negatif. Butiran-butiran debu yang bermuatan http://www.endress.com)
negatif akan tertarik oleh plat-plat pengumpul
yang bermuatan positif. Kemudian pelat-pelat Cara kerja dari electro static
pengumpul digetarkan melalui pemukulan precipitator (ESP) adalah (1) melewatkan gas
untuk merontokan partikulat yang menempel buang (flue gas) melalui suatu medan listrik
yang selanjutnya disedot oleh blower. yang terbentuk antara discharge electroda
Ambang batas gas buang yang ditetapkan dengan plat pengumpul, flue gas yang
oleh standar BAPEDAL adalah sebesar 230 mengandung butiran debu pada awalnya
mg/Nm3 bermuatan netral dan pada saat melewati
Elektrostatik medan listrik, partikel debu tersebut akan
ElectroStatic Precipitator (ESP) adalah terionisasi sehingga partikel debu tersebut
salah satu alternatif penangkap debu dengan menjadi bermuatan negatif (-). (2) Partikel
effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan debu yang sekarang bermuatan negatif (-)
rentang partikel yang didapat cukup besar. kemudian menempel pada pelat-pelat
Dengan menggunakan electro static pengumpul (collector plate), lihat gambar 4.
precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu Debu yang dikumpulkan di pelat pengumpul
yang keluar dari cerobong diharapkan hanya dipindahkan kembali secara periodik dari
sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu pelat pengumpulmelalui suatu getaran
mencapai 99,84%), ukuran partikel debu (rapping). Debu ini kemudian jatuh ke bak
terkecil yang diperoleh < 2 μC. penampung (ash hopper), lihat gambar 1 dan
Hasil pembakaran di ruang bakar 2, dan ditransport (dipindahkan) ke flyash silo
tersebut mengandung banyak debu dan debu dengan cara di vakum atau dihembuskan.
tersebut akan terbawa bersama gas buang
menuju cerobong. Sebelum gas buang
Page 54 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015
Proses Pembentukan Medan Listrik Gambar 3. Metodologi Penelitian
Proses pembentukan medan listrik; (1)
Terdapat dua jenis elektroda, yaitu discharge Pengumpulan Data awal Bahan Bakar
electrode yang bermuatan negatif dan plat Data awal yang digunakan pada
pengumpul bermuatan positif. (2) Discharge penelitian ini diambil langsung pada unit ESP
electrode diletakkan diantara plat pengumpul yang ada di salah satu recovery boiler pada
pada jarak tertentu. (3) Discharge electrode sebuah perusahaan kertas.
diberi listrik arus searah (DC) dengan muatan Tabel 1. Elemen analisis unsur black liquor
minus (lihat gambar 4), pada level tegangan (dry solids)
antara 55 – 75 KvDC (sumber listrik awalnya Procentase berat
Elemen
adalah 380 volt AC, kemudian dinaikkan oleh (%)
transformer menjadi sekitar 55 – 75 Kv dan C 36.40
dirubah menjadi listrik DC oleh rectifier, Na 18.60
diambil hanya potensial negatifnya saja. (4) S 4.80
Plat pengumpul ditanahkan (di-grounding) H 3.50
agar bermuatan positif. (5) Dengan demikian, K 2.02
pada saat discharge electrode diberi arus DC Cl 0.24
maka medan listrik terbentuk pada ruang yang N 0.14
berisi tirai-tirai elektroda tersebut dan O (balance /sisa) 34.30
partikel-partikel debu akan tertarik pada pelat- TOTAL 100.00
pelat tersebut. Gas bersih akan terus bergerak Sistem aliran bahan bakar black liquor
ke cerobong asap. terlihat pada gambar 4. dibawah ini. Sistem
ini bertjuan untuk menyuplai bahan bahan
2. Metodologi Penelitian bakar black liquar yang akan digunakan pada
Survei Recovery Boiler. Pertama kali heavy black
Electrostatic Lapangan &
Presipitator (ESP) liquor dialirkan dari evaporator menuju tangki
Studi
Literatur penampungan. Black liquor kemudian
Pengambilan Data dipompakan secara langsung maupun tidak
langsung ke alat pemanas bahan bakar
(heater) untuk selanjutnya salurkan ke nozel
Bahan bakar & Operasion Disain ESP pada dinding tungku recovery boiler.
Gas buang al (Electrode) Sebagian black liquor masuk ke tanki
ESP
pencampuran dan kembali ke tangki
Pengolahan & penamungan dan dipompakan kembali ke
Analisa Data heater menuju nozel. Selanjutnya cairan black
liquor pada dump tank kembali disirkulasikan
- Emisi gas ke bagian evaporator.
buang
- Efisiensi ESP
()

Ambang
Batas Gas
Buang

Kesimpulan
& saran

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 55


Ruang pembakarann

Gun spray
Tangki Heavy
Black Liquor Dari evaporator

Liquor Mix
Heater Tank

Dump
Waste
liquor Tank
Kembali ke
pit evaporator

Gambar 4. Sistem aliran bahan bakar pada Recovery Boiler

Nozel black liquor berada pada Proses ini dilakukan guna mmpermudah
dinding tungku recovery boiler (gambar 5). terjadinya pembakaran black liquor. Material
Nozel akan mengalirkan black liquor ke nozel terbuat dari stainless stell SS306.
dalam tungku dengan memecah cairan Temperatur pembakaran di ruang bakar dapat
menjadi butiran burukuran 5 – 6 mm, dengan mencapai 1400 – 1700 oC.
menumbukkan aliran liquor ke lidah nozel.

Liquor
Heater Ruang
pembakaran
n

Gun spray

Gambar 5. Nozel pada pembakaran black liquor

Desain ESP Adapun disain ESP pada RB 1 adalah sebagai


Dalam penelitian ini data-data desain berikut :
diambil dari Recovery Boiler yaitu RB 1.

Page 56 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015


Isolator

Anoda
dischard

Manhole
Hopper
Screen
Pelat pengumpul Casing
Gambar 6. Komponen-komponen ESP
1. Komponen utama mekanikal ESP - Casing dan Manhole ESP berada pada
Bagian-bagian utama mekanikal ESP bagian luar. Casing terbuat dari pelat baja
terdiri dari Casing, Duct, Hopper, Hammer Fe 37B dengan ketebalan hingga 5mm.
dan Manhole. Panel-panel casing disambung dengan cara
dilas.
- Hopper terpasang pada bagian bawah ESP, - Hammer digunakan untuk memukul
sebagai tempat jatuhnya partikel dari elektroda pengumpul yang tergantung agak
elektroda pengumpul akibat mekanisme partikel jatuh akibat getaran mekanis yang
rapping menggunakan pemukul (hummer). diakibatkannya.
Selanjutnya dari hopper partikel dikirim ke
tangki penampung menggunakn sistem
konveyor.

Hammer
Pelat
pengumpul

Gambar 7. Hummer pada ESP

2. Komponen Elektrikal ESP pengumpul (kutub negatif). Selain itu


Komponen utama elektrikal ESP adalah terdapat pula satu fan penghisap gas
sistem kontrol panel, Rectifire, anoda dan buang yang berada saluran keluar gas
katoda. Rectifire akan menghasilkan arus buang ESP. Kontrol panel digunakan
searah (DC) yang dialirkan pada anoda untuk mengatur parameter kerja ESP
(kutub positif) dan katoda/ pelat berdasarkan sensor yang terpasang, seperti

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 57


sensor temperatur, flow rate gas buang dalam sebuah sistem, diamana satu komponen
dan lain-lain. akan mempengaruhi kinerja komponen
ESP pada recovery boiler 1, terdiri dari 3 field lainnya. Dalam peneletian ini hanya dibahas
seperti terlihat pada gambar 8. Masing masing komponen yang berpengaruh terhadap
field tersusun atas pelat pengumpul dan anoda efektifitas terhadap penanggulangan gas
dischard dalam jumlah yang sama. Susunan buang. Gas masuk ke dalam ESP merupakan
pelat pengumpul dan anoda dischard hasil tekanan gas dari hari hasil pembakaran
membentuk kisi-kisi, sebagai ruang antara bahan bakar dan daya hisap ID fan, yang
yang akan dilalui oleh partikel-partikel gas berada pada bagian akhir ESP sebelum
buang. partikel dilepas ke udara melalui cerobong
pembuangan.
Screen tidak hanya berfungsi sebagai
penangkap awal partikel gas buang tetapi juga
untuk memperlambat aliran gas buang yang
mengalir dari tungku pembakaran masuk ke
dalam ESP. Kecepatan awal gas buang
sebelum memasuki ESP antara 12 hingga 24
Gambar 8. Jumlah field dalam satu m/s, dengan adanya screen maka
ESP kecepatannya direduksi menjadi 0,6 – 2,4 m/s,
Tinjauan Desain ESP untuk mempermudah menangkap gas buang.
Kondisi operasional ESP mengacu pada Gambaran distribusi gas buang di dalam ESP
desain fisik ESP tersebut. Komponen dengan adanya screen diaharapkan dapat
mekanikal dan elektrikal saling terkoneksi seperti yang terlihat pada gambar 9. berikut:

Gas buang
ke udara

Stack
Gas flow
Tank
Flue
Gas
fro ID Fan
m
Boil
er

Gambar 9. Model aliran gas buang pembakaran didalam ESP

Page 58 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015


Screen
Partikulat

Gambar 10. Screen pada ESP dengan perforasi bulat

Tegangan Listrik Korona Anoda dan katoda (pelat pengumpul)


Gas buang hasil pembakaran bahan diatur pada jarak 150 mm. Pada kawat
bakar black liquor bersifat netral. Untuk pijar korona yang dialiri listrik dengan
menarik partikel-partikel yang terbawa oleh tegangan 0,501 kV/m, yang dapat
gas buang maka dilakukan proses ionisasi menghasilkan pancaran nyala pijar
terhadap partikel-partikel tersebut agar (spark) 123 spark/menit. Dengan data
menjadi bermuatan listrik. Dibutuhkan medan yang didapat tersebut dapat dihitung
listrik yang besar untuk mendapatkan efisiensi tegangan kritis korona atau tegangan
tangkapan partikel debu yang tinggi. terkecil yang dapat membangkitkan
Sistem ionisasi partikel-partikel debu pada korona, sebagai berikut :
ESP adalah dengan menghasilkan korona 1. Tegangan kritis korona
(plasma lucutan pijar) melalui tegangan listrik Ro
Vo  Eo Ro ln ........................ (1)
yang dialirkan pada sebuah anoda. Tegangan R1
listrik akan menghasilkan tegangan korona. bila :
Besarnya tegangan untuk membangkitkan Eo = 0,501 kV/m
korona dapat dihitung dengan persamaan (1). R1= 0,15 m
Ro=
R  0,02 R  0,15 0,02 0,15  0,158m
1 1

maka :
0,158
Vo  0,501 x 0,158(ln )
0,15
Vo  0,00277kV
2. Tegangan Aplikasi
Gambar 11. Plasma lucutan pijar korona pada Tegangan yang diaplikasi
ruang antar elektroda ESP berdasarkan persamaan (2) :

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 59


Ro 2  R12 paper mills, berkisar antara 6.4 - 9.5 cm/s,
V  Vo  Eo maka nilai kecepatan ini jauh lebih rendah.
R1 ………….. (2)
Hal ini bisa diakibatkan oleh sistem perforasi
0,1582  0,152
V  0,0027  0,377 atau bentuk rongga screen yang sudah
0,15 mengalami modifikasi. Sebelumnya perforasi
 0,0089kV screen berbentuk petak-petak dengan luas
yang jauh lebih besar dari perforasi screen
Kecepatan Perpindahan Partikel saat ini yang berbentuk bulat-bulat. Hambatan
Perpindahan partikel dipengaruhi oleh pada screen dengan perforasi bulat ini jauh
kecepatan aliran gas yang dihisap oleh ID fan lebih besar dari perforasi screen berbentuk
dan medan listrik yang timbul dari proses petak.
ionisasi partikel. Kecepatan partikel Luas Spesifik Pelat Pengumpul (Collecting
berdasarkan persamaan (3) adalah : Plate)
Pelat pengumpul berbentuk lembaran
bergelombang (corugated plate), dengan
d p Eo E p
w ............................................ (3) dimensi seperti terlihat pada gambar 13.
4
Setelah partikulat melewati screen,
dimana : selanjutnya akan lewat diantara pelat
Diameter rata-rata partikulat (dp) hasil analisis pengumpul dan anoda. Pada bagian inilah
lab kimia adalah 65,3 µm. terjadi ionisasi partikulat agar dapat
Eo = 501 V/m menempel pada pelat pengumpul.
Ep = 448 V/m
µ = viskositas gas buang (2,57x107 Pa.s =
2,45x107 kg/m.s)
Maka kecepatan perpindahan partikel adalah:
65,3 x 501 x 448
w
4 x (2,57 x 107 ) x 3,14
1,47x107

3,23 x108
Gambar 12. Diemensi pelat pengumpul
 0,0454 m/s  4,54cm/s
Bila dilihat dari nilai kecepatan
perpindahan partikel untuk industri pulp and
Pelat pengumpul terpasang di dalam susunan
kisi-kisi, 6 kolom dan 31 baris pada satu unit
ESP. Sementara untuk satu RB terdapat 4 unit Pelat
pengumpul
ESP. Kasus yang sering terjadi pada saat
operasionalnya, salah satu unit ESP
mengalami kerusakan. Dengan demikian
hanya 3 unit ESP yang beroperasi untuk
mengatasi penurunan gas buang. Kondisi
pemasangan pelat pengumpul pada ESP dapat
dilihat pada gambar berikut :

Gambar 13. Kisi-kisi pelat


pengumpul

Page 60 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015


Banyak pelat pengumpul 3 unit ESP =
Berdasarkan persamaan (2-7), luas spesifik Baris x Kolom x Field x 3
pelat pengumpul (SCA) adalah : = 6 x 31 x 3 x 3 = 1674 pelat
Jumlah luas permukaanplat pengumpul(m2 ) Jadi luas pelat pengumpul adalah =
SCA  Luas permukaan pelat x jumlah pelat
Kapasitas aliran gas buang (m3 /h)
Jumlah luas pelat pengumpul (A) =
................................................................... (4) (1,056 x 10 ) x 1674 = 1,77 x10 mm2 =
7 10

1. Bila plat dianggap rata maka luas 17700 m2


permukaan pelat pengumpul adalah : Kapasitas gas buang rata-rata diketahui (Q) =
Luas satu permukaan pelat pengumpul = 1,188x106 m3/h
Panjang x lebar x 2 permukaan = 11000 x 17700 m2
SCA 
480 x 2 = 1,056 x 107 mm2 1188000m3/h
Banyak pelat pengumpul 1 unit RB = 14.9 m2

Baris x Kolom x Field x jumlah ESP 1000 m3 / h
= 6 x 31 x 3 x 4 = 2232 pelat Nilai SCA dengan 3 unit ESP menjadi
Jadi luas pelat pengumpul adalah = lebih kecil dari desain standar pabrikasi dan
Luas permukaan pelat x jumlah pelat hampir mencapai level bawah range SCA
Jumlah luas pelat pengumpul (A)= secara umum, walaupun demikian nilainya
(1,056 x 107) x 2232 = 2,36 x1010 mm2 masih tetap berada diantara 11 – 45 m2 per
= 23600 m2 1000 m3/h (ref 2). Dengan kondisi nilai SCA
dibawah range SCA pabrikasi 20 – 25 m2 per
Kapasitas aliran gas buang rata-rata diketahui 1000 m3/h tentu akan menurunkan efisiensi
(Q) = 1,188x106 m3/h ESP, sehingga akan berakibat meningkatnya
Maka luas spesifik pelat pengumpul adalah : level gas buang yang mengandung partikulat
23600 m2 ke udara.
SCA  Aspek Rasio (AR)
1188000m3/h
19,87m2 Nilai aspek rasio ditentukan berdasarkan

1000 m3 / h persamaan (5) sebagi berikut :
Panjang efektif pelat pengumpul(m)
AR 
Nilai SCA untuk ESP RB 1 masih dalam Tinggi efektif pelat pengumpul(m)
kategori (range) desain SCA secara umum ….(5)
yaitu 11 – 45 m2 per 1000 m3/h(ref 2). Nilai Panjang efektif pelat pengumpul =
SCA yang sering digunakan oleh pabrikasi jumlah susunan memanjang x lebar pelat x3
berada pada range 20 – 25 m2 per 1000 m3/h = 6 x 0,48 x 3 = 8,64 m
akan menghasilkan efisiensi ESP sebesar Tinggi efektif pengumpul = 11 m
99,5%. Bila dilihat dari nilai SCA sebesar
19,87 m2 per 1000 m3/h, nilai SCA ini masih Sehingga ;
lebih kecil dari range 20 – 25m2 per 1000
m3/h. Ini berarti efisiensi ESP berada dibawah 8,64 m
berada antara 99,0 - 99,5 %. AR 
11 m
Bila pada kondisi terjadi gangguan pada salah  0.785
satu ESP (trip), maka hanya tiga unit ESP
yang berfungsi. Dari kondisi ini nilai SCA Dari perhitungan Aspek Rasio-nya
ESP untuk 3 unit ESP adalah : adalah 0.785 masih berada dalam range
1. Nilai SCA dengan tiga unit ESP desain ESP. Ketentuan range nilai Aspek

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 61


rasio untuk ESP adalah antara 0,5 – 2,0 , 1. Pecahnya keramik isolasi arus listrik,
namun untuk menghasilkan tingkat efisiensi seperti terlihat pada gambar 14.
pengumpulan yang tinggi (> 99 %), nilai AR Pecahnya keramik isolator bisa
harus lebih besar dari 1,0 (biasanya 1,0 – 1,5) diakibatkan oleh kondisinya yang
bahkan dapat mencapai 2,0. panas dan menerima beban berat
Efisiensi ESP sebagai tempat tumpuan anoda
Efisiensi ESP dihitung berdasarkan dischard mengantung.
persamaan (6) Deutsch-Anderson, dengan
mengasumsikan bahwa ukuran partikel adalah
seragam.
  1 - e-w(A/Q) ..........................................
(6)
dimana :
e = tetapan (2,718)
w = kecepatan perpindahan partikel (4,54
Pecah
cm/s = 0,0454 m/s)
A = Luas permukaan pelat pengumpul efektif Gambar 14. Keramik isolator
(23600 m2) elektroda
Q = Kapasitas aliran gas (1,188x106 m3/h = 2. Terjadinya hubungan pendek antara
1,863 x 104 m3/s) pelat pengumpul dengan anoda karena
Maka : tumpukan partikel bermuatan pada
pelat pengumpul saling bersentuhan.
  1 - 2,718-0,0454(23600/18630)
Kedua penyebab gangguan tersebut
 1 - 2,78-5,7522 yang paling sering mengakibatkan
 0,9968 99,68% terhentinya operasional ESP.
Hasil perhitungan efisiensi ESP pada recovery 3. Korosi, pada bagian komponen dalam
boiler 1 mencapai 99,68%, berarti ada lebih body ESP hampir seluruhnya mengalmi
kurang 0,32 % partikel dari gas buang yang korosi. Hal ini disebabkan oleh kondisi
lepas ke udara. Bila kapasitas gas buang pH diatas netral yang pada ruang ESP,
6 3
sebesar 1,188x10 m /h, maka 0,32 % - nya yaitu pH 9 (basa). Kondisi basa, lembab
adalah : dan temperatur ruangan ESP hingga 145
0,32 – 200 oC, memicu cepatnya reaksi korosi
Jumlah partikel  x 1188000m3/h  3801,6m3/h
100 pada logam-logam komponen ESP.
Kondisi korosi mengakibatkan daya
Gangguan Pada Kinerja ESP hantar listrik pada pelat pengumpul
Hasil investigasi terhadap kinerja ESP, maupun elektroda dischard menjadi
ditemukan beberapa kerusakan yang dialami turun.
ESP anatara lain :

Page 62 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015


(b) (c)
(a)
Gambar 15. Korosi pada komponen ESP (a) Anoda dichard, (b) pelat pengumpul, (c) Poros
dan bantalan hammer

Data Gas Buang terdapat beberapa kali kerusakan pada salah


Hasil data bulan Mei hingga Juni ESP di Recovery Boiler 1, yang menyebabkan
jumlah gas buang yang dihasilkan terlihat terhentinya salah satu unit ESP dari empat
pada gambar 17, data gas buang. Pada bulan unit terpasang. Adapun data gas buang pada
Mei tidak terjadi kerusakan pada unit ESP bulan Juni seperti terlihat pada grafik berikut :
atau proses berjalan normal. Pada bulan Juni

Data Jumlah Particulate satu bulan


350
Paticulate mg/Nm3

300
250
200
150 Particulate
100
50 Ambang batas
0
1 8 15 22 29
hari

Gambar 16. Grafik jumlah gas buang ke udara dalam 1 bulan

Catatan pengoperasian ESP RB1, tersebut terjadi pengeluaran gas buang


memeperlihatkan terjadinya proses perawatan keudara mencapai batas ambang yang di
pada salah satu ESP, pada hari 4 – 5, 11 – 13, tetapkan oleh BAPEDAL, terutamapada hari
dan hari ke 20. Pada hari dilakukan perawatan ke 11 – 13.

Kesimpulan ESP. Berdasarkan hasil perhitungan


1. Kecepatan partikel melewati ESP kecepatan perpindahan partikel melewati
mempengaruhi efisiensi penangkapan gas ESP didapat nilai sebesar 4,54 cm/s.
buang oleh pelat pengumpul. Kecepatan Nilai kecepatan ini masih tergolong
partikel masuk ke ESP dipengaruhi oleh rendah dibanding, 6,4 – 9,5 cm/s
perforasi screen pada awal masuknya berdasarkan tetapan/referensi kecepatan

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Page 63


partikel gas buang di industri pulp and 5. Dari hasil survey dan invetigasi pada alat
papper. ESP, terdapat beberapa hal yang sering
2. Luas area spesifik (SCA) pelat menjadi penyebab gangguan pada fungsi
pengumpul jugamenentukan terhadap ESP dan erpotensi menurunkan efisiensi-
tingginya efisiensi ESP. Semakin tinggi nya.
SCA maka efisiensi juga akan semakin
tinggi, dengan diimbangi naikknya kuat Daftar Pustaka
arus yang harus dialirkan pada pelat Anonim, “ Operation and Maintanance
pengumpul dan elektroda dischard. Manual ESP Basic”, TAI & Chyun
3. Hasil perhitungan SCA, pada ESP RB1 Association, Inc. Korea
dengan kondisi keempatnya berfungsi Anonim,”ESP Design Parameters and Their
normal adalah sebesar 19,87 m2 per 1000 Effects on Collection Efficiency”,Leson
m3/h, sedangkan bila salah satu ESP 1,3, and 4. Tahun 1998
tidak berfungsi, nilai SCA-nya adalah
14,9 m2 per 1000 m3/h. Baik dalam Anonim,” Electrstatic Presipitation Basics”,
kondisi normal maupun kondisi salah BHA group, Inc, Denmark ,Tahun1992
satu ESP tidak berfungsi, nilai SCA dy Rustandi “ Maentenance for ESP, Fly Ash
tersebut masih berada dalam range disain and Sand Handling System”, PT. Truba
ESP sebesar 11 – 45 m2 per 1000 m3/h, Jaya Engineering.
untuk menghasilkan efisiensi lebih dari
Mikael Risberg,” Black Liquar Gasification”,
99 %.
Lulea University of Technology,
4. Nilai efisiensi ESP secara keseluruhan
Sweden, 2011.
berdasarkan hitungan menggunakan
persamaan Deutsch-Andersondengan Thomas M Grace,”Recovery Boiler
asumsi diameter partikel adalah seragam, Equipment and Operation”, T.M. Grace
didapat efisiensi sebesar 99,68 %. Co,Inc. Appleton, Wisconsin.

Page 64 JURNAL APTEK Vol. 7 No. 1 Januari 2015

Anda mungkin juga menyukai