Anda di halaman 1dari 13

KARET ALAMI

A. Klasifikasi Karet

Klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Family : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg

B. Pengertian Karet

Karet merupakan salah satu bahan alam yang sangat berperan penting dalam
kehidupan sekarang ini. 80% barang yang kita gunakan dalam sehari-hari merupakan
barang yang bahan dasarnya karet. Pada dasarnya karet diperoleh dari tumbuhan pohon
karet yang kemudian diolah melalui berbagai cara sehingga menghasilkan produk yang
kita gunakan saat ini. Proses pengolahan karet sangat di pengaruhi oleh kualitas bahan
baku karet yang di olah, mesin-mesin yang digunakan, proses pengolahan, sumber daya
manusia dan kondisi lingkungan pabrik, sehinga di perlukan pembuatan standar
operasional prosedur (SOP) pengolahan karet sebagai standar tatacara kerja, proses
pengolahan terbaik yang menjamin konsistensi mutu yang berlaku untuk semua pabrik
karet.

Karet adalah polimer dari satuan isoprena (politerpena) yang tersusun dari 5000
hingga 10.000 satuan dalam rantai tanpa cabang. Diduga kuat, tiga ikatan pertama
bersifat trans dan selanjutnya cis. Senyawa ini terkandung pada lateks pohon
penghasilnya. Pada suhu normal, karet tidak berbentuk (amorf). Pada suhu rendah ia akan
mengkristal. Dengan meningkatnya suhu, karet akan mengembang, searah dengan sumbu
panjangnya. Penurunan suhu akan mengembalikan keadaan mengembang inilah alasan
mengapa karet bersifat elastis.Struktur dasar karet alam adalah rantai linear unit isoprene
(C5H8) yang berat molekul rata-ratanya tersebar antara 10.000 - 400.000.

C. Jenis-Jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan.
Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali
berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:

1. Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh
dari pohon karet Hevea brasiliensis. Beberapa kalangan menyebut bahan olah
karet bukan produksi perkebunan besar, melainkan merupakan bokar (bahan
olah karet rakyar) karena biasanya diperoleh dari petani yang mengusahakan
kebun karet.
2. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate
brown crepe, compo crepe)
3. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang di
buat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses
pemusingan atau centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan
untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.
4. Karet bongkah atau block rubber Karet bongkah adalah karet remah yang telah
dikeringkan dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah
ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya
mempunyai kode warna tersendiri.
5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber adalah karet alam yang dibuat khusus
sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan oleh sifat-sifat
teknis.
6. Karet siap olah atau tyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang
dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh
konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku
karet alam lainnya. Dibandingan dengan karet konvensional, tyre rubber lebih
baik untuk pembuatan ban atau produk karet lain. Tyre rubber juga memiliki
kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga mudah digabungkan dengan
karet sintetis.
7. Karet reklim atau reclaimed rubber. Karet reklim adalah karet yang diolah
kembali dari barang-barang karet bekas, terutama ban-ban mobil bekas dan bekas
ban-ban berjalan. yang sudah divulkanisir. Biasanya karet reklim banyak
digunakan sebagai bahan campuran sebab bersifat mudah mengambil bentuk
dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Produk yang dihasilkan
juga lebih kukuh dan tahan lama dipakai, boleh dibilang karet reklim adalah suatu
hasil pengolahan scrap.

D. Manfaat Karet Alam


Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang
dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha
industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara
lain aneka ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang),
sepeda karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator,
dan bahanbahan pembungkus logam. Bahan baku karet banyak digunakan untuk
membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan
getaran. Misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin.
Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain
membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam
pembuatan jembatan sebagai penahan getaran juga menggunakan karet.

E. Sifat-Sifat Karet Alam


Karet Alam maupun Karet sintetis sering juga disebut dengan Elastomer. Elastomer
adalah zat yang apabila ditarik/diberi tegangan akan dengan cepat kembali ke bentuk
semula bila tarikan atau tegangan dilepaskan/dibebaskan. Karet alam merupakan salah
satu jenis Elastomer yang terdapat di alam. Elastomer merupakan salah satu jenis dari
Polymer yang terdiri dari monomer-monomer. Monomer-monomer ini disebut dengan
isoprene. Karet alam merupakan linear polymer atau cis-1,4-polyisoprene dari
hidrokarbon tidak jenuh yang disebut (2-methyl-1,3butadiene). Ada sekitar 11.000
sampai 20.000 unit isoprene yang terdapat pada rantai polymer karet alam , rantai pajang
ini disebut polyisoprene polymer. Berat molekul berbeda-beda tergantung dari klon biji
karet Hevea brasiliensis yaitu antara 100.000 s/d 1.000.000. Karet alam memiliki sifat-
sifat unggul dan sifat-sifat yang lemah sbb :
1. Karet alam bersifat keras dan elastis, tetapi akan melunak dan lengket bila berada
pada suhu yang tinggi dan mengeras dan padat pada suhu rendah.
2. Spesifik gravity nya 0.915.
3. Memiliki daya elastisitas tinggi.
4. Memiliki ketahanan terhadap daya gesek dan kekuatan tensil rendah.

F. Proses Memperoleh Karet


1. Pengumpulan dalam kebun
Untuk dapat mencapai hasil karet yang bermutu tinggi sebanyak mungkin, maka
keberhasilan dalam bekerja merupakan syarat paling utama yang harus diperhatikan.
Hal ini pertama-tama berlaku untuk benda-benda yang berada di dalam kebun
bersentuhan dengan lateks. Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks
oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkannya, kotoran-kotoran tersebut
dapat pula menyebabkan terjadinya pra koagulasi dan terbentuknya lump.
Pengawasan yang keras atas pekerjaan penyadapan dan pengumpulan lateks perlu
dijalankan, karena hanya dengan jalan inilah banyaknya lump dapat dibatasi sampai
serendah-rendahnya. Banyaknya lump dan scrap selanjutnya bergantung pula dari
keadaan pertanaman dan sistem sadap yang dilakukan. Demikian pula sifat-sifat
lateks seperti kadar karetnya, warnanya, kecenderungan kepada pra koagulasi dan
lain-lain.
2. Membersihkan bidang sadap
Jika dipandang perlu, sebelum sadap dimulai, bagian kulit pohon yang akan
dibersihkan terlebih dahulu. Jika penyadapan dilakukan tiap dua hari sekali pekerjaan
membersihkan ini dapat dilakukan seperlunya saja.
3. Spout
Biasanya spout dipasang dengan sudut 45º pada jarak 10 cm di bawah titik terendah
sadap. Sebelum pohon-pohon disadap, scrap yang melekat pad spout harus
disingkirkan terlebih dahulu. Jika suatu masa sadap berakhir, spout dicabut untuk
dibersihkan sebaik-baiknya dan dipasang kembali sebelum masa sadap yang baru
dimulai. Pada penyadapan dua hari sekali, jika dianggap perlu spout dapat
dibersihkan pada waktu-waktu tertentu.
4. Saluran sadap
Dengan dipergunakannya gantungan mangkuk maka saluran sadap yang tegak
lurus dapat diperpendek, karena spout dapat dipasang tepat di bawah torehan sadap.
Dengan demikian jumlah scrap dapat diperkecil. Saluran sadap ini harus pula
dibersihkan secara teratur lebih-lebih pada penyadapan dekat permukaan tanah.
5. Pengumpulan lateks dan ember-ember lateks
Terjadinya pra-koagulasi selain disebabkan oleh kurang bersihnya pekerja, juga
dipercepat oleh pengaruh suhu yang tinggi dan jangka waktu yang terlalu lama antara
waktu menyadap dan koagulasi di dalam pabrik. Oleh karena itu harus senantiasa
diusahakan agar sesegera mungkin, yakni 3 atau 4 jam sesudah dimulai menyadap,
dimulai dengan pengumpulan lateks.
Pada umumnya, keuntungan lateks yang diperoleh dengan memperlambat waktu
pengumpulan, tidak sepadan dengan kerugian tersebut di atas. Lateks dalam
mangkuk dituangkan ke dalam ember-ember dan sisa lateks dibersihkan dengan
menggunakan sudip (spatel). Biar bagaimanapun hendaknya jangan diperkenankan
digunakannya bahan-bahan kain, scrap, atau rumput-rumput dan daun-daun untuk
keperluan membersihkan sisa lateks ini. Biasanya dipergunakan sebuah sudip terbuat
dari kayu, yang dibungkus dengan sehelai karet ban dalam, dan bentuk sudip dibuat
sedemikian rupa hinga dengan sekali gerak lateks dapat disingkirkan dari mangkuk-
mangkuk. Sudip-sudip harus dibersihkan dan diperiksa secara teratur dan harus
diperbaharui pada waktu-waktu tertentu. Ember-ember pengumpul lateks yang
terbaik adalah ember-ember yang dibuat dari aluminium.
6. Pengumpulan karet mutu rendah
Scrap (lateks yang membeku pada alur sadap) dikumpulkan pada saat penyadapan
akan dimulai. Jika mangkuk ditinggalkan dalam kebun, maka selaput mangkuk
disingkirkan dulu dengan tangan sebelum penyadapan dimulai. Bersamaan dengan
pemasangan mangkuk-mangkuk torehan kulit dikumpulkan segera sesudah pohon-
pohon ditoreh. Pada waktu senggang, yakni sesudah pohon-pohon selesai disadap
dan sebelum dimulai mengumpulkan lateks, scrap yang terkumpul dipilih-pilih dalam
scrap warna muda dan scrap warna tua, jika hal ini belum dilakukan sambil
menyadap.
7. Kadar lateks
Sedapat mungkin harus diusahakan agar lateks diterima dalam pabrik tanpa
diencerkan terlebih dahulu. Pencampuran lateks dengan air di dalam kebun yang
biasanya sudah mengandung kotoran-kotoran harus dicegah, karena hal ini
mempercepat proses pra-koagulasi dan pembentukan lump dan dapat memperbesar
timbulnya gelembung-gelembung udara pada pengolahan sheet.
8. Penerimaan Lateks
Jika pembayaran upah kepada para penyadap dilakukan untuk tiap satuan bobot
kering, atau diberikan suatu premi tambahan untuk banyaknya hasil yang diperoleh
di atas suatu ketetapan yang sudah ditentukan, maka sudah seharusnya untuk kedua
keadaan tersebut diatas ini ditentukan pendapatan tiap hari untuk tiap penyadap.
Walaupun penyadapan dilakukan dengan upah harian, suatu pengawasan atas tiap
penyadap seorang demi seorang juga perlu, baik pemeriksaan atas produksi, maupun
mengenai kadar karet dari lateks.
9. Pemakaian bahan anti koagulan
Pemakaian anti koagulan tidak selamanya perlu, dan harus dibatasi. Pemakaian
bahan-bahan kimia memakan biaya dan kadang-kadang larutan asam untuk koagulasi
terpaksa harus dinaikkan, yang dapat pula menghambat proses pengeringan. Jika
persentase lump tinggi, maka harus diselidiki lebih dahulu apakah peraturan-
peraturan tentang kebersihan yang diuraikan di atas sudah dijalankan dan apakah di
dalam kebun tidak terjadi kecurangan umpamanya pengenceran dengan air.
Dalam beberapa hal pemakaian anti koagulan memang sangat diperlukan,
umpamanya: selama musim rontok, sesudah hujan-malam, jika lateks harus diangkut
melalui jarak yang jauh, jika kebun muda baru disadap, dan teristimewa pada kebun-
kebun okulasi. Harus dipertimbangkan apakah pembubuhan anti koagulan harus
terjadi pada waktu penerimaan lateks di pabrik, atau sudah harus diberikan di dalam
kebun. Yang tersebut terakhir ini kadang-kadang perlu dan membutuhkan
pengawasan yang ketat sekali. Pembubuhan anti koagulan pada waktu menerima
lateks di pabrik hanya dapat dijalankan jika lateks menunjukan sedikit sekali
kecenderungan kepada pra koagulasi, atau jika anti koagulan terutama dipergunakan
sebagai desinfektan atau sebagai anti oksidan. Dalam keadaan yang sedemikian
pemakaian anti-koagulan dapat mempengaruhi penyaringan lateks.
Semakin cepat anti koagulan dibubuhkan ke dalam lateks, semakin besar
daya guna yang dapat diharapkan. Jika diinginkan daya lebih kuat dari anti koagulan,
maka bahan ini harus dibubuhkan ke dalam bejana atau tangki pengangkut, ke dalam
ember pengumpul atau ke dalam mangkuk. Banyaknya anti koagulan yang akan
diserahkan kepada tiap penyadap ditetapkan menurut jumlah liter lateks yang ditaksir
akan diperoleh tiap penyadap. Jika masih terdapat sisa anti koagulan, penyadap dapat
menuangkan sisa ini ke dalam ember pengumpul. Perbedaan kecil pada pembubuhan
dapat ditiadakan pada waktu pencampuran lateks di pabrik. Dalam paraktek dipakai 3
macam anti koagulan, yakni: soda, ammoniak dan natrium sulfit.

G. Biosintesis Karet
Partikel karet murni (Isopren) tersuspensi dalam serum lateks dan bergabung membentuk
rantai panjang yang disebut “poliisopren”. Berat molekul karet yang terdapat dalam
lateks untuk tanaman muda kira-kira 60.000 dan tanaman tua sekitar 200.000. Karet
dengan berat molekul rendah lebih dapat larut dibandingkan dengan karet yang memiliki
berat molekul tinggi dan ini memungkinkan fraksionasi dari karet dengan perbedaan
kelarutan. Perbedaan karet yang dihasilkan dari dua variable adalah pada berat molekul
dan bahan kimia non karet.
Proses biosintesis karet memerlukan 3 (tiga) komponen utama, yaitu :
1. Asetil Co-A sebagai blok pengembang

2. TPNH sebagai agen pereduksi

3. ATP sebagai sumber energi

Tahap- tahap biosintesis:

- Tahap pertama : Asam mevalonat yang di sintesis dari 3 molekul asetil Co-A.
Energi yang dihasilkan dari proses ini diperoleh 3 ikatan thio ester yang akan
dipecah untuk menghasilkan kembali Co-A bebas dan 2 molekul TPNH, yang
kemudian akan di oksidasi.
- Tahap kedua : Perubahan asam mevalonat menjadi isopentenyl- PP, unit
pembangun dari poliisopren yang telah diperoleh. Pengaktifan dari asam
mevalonat menghasilkan 3 molekul ATP dan reaksi dekarboksilasi.
- Tahap ketiga : Terjadi sintesis rantai karbon poliisoprenoid, tidak ada tambahan
sumber energi yang dihasilkan karena energi telah cukup dihasilkan atau
disediakan oleh pengeluaran sebelumnya dari ATP. PP merupakan leaving group
yang baik pada reaksi SN-2 yang berikutnya dan ini kemudian dihdrolisis menjadi
orthophosphate menghasilkan reaksi kondensasi yang irreversible. PP ada
dimana-mana pada semua sistem yang tinggal dan yang telah ditunjukkan pada
lateks juga.

H. Proses Pembuatan Lembaran Karet


Adapun tahapan dalam proses pembentukan lembaran karet, yaitu sebagai berikut:
1. Penyadapan
Proses penyadapan ini dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 04.00 sampai pada
pukul 08.00. Hasil sadapan ini berupa lateks yang di tampung dalam sebuah wadah
besar.
2. Pengangkutan Lateks Segar
Pihak pabrik telah menyediakan beberapa truk untuk mengangkut hasil penyadapan
karet yang diambil dari kebun karet yang jauh dari pabrik tersebut yang telah
dilengkapi dengan tangki besar untuk menampung lateks segar yang ada pada kebun
karet tersebut.
3. Penerimaan Lateks
Dipabrik karet telah disediakan tempat atau bak penampungan untuk menampung
semua hasil penyadapan yang berbentuk lateks. Sebelum di masukan ke dalam bak
penampungan, lateks sebelumnya ditambahkan Amonia. Proses penambahan
ammonia tersebut ditambahkan untuk mencegah terjadinya proses penggumpalan
oleh latex itu sendiri.
Lateks yang sudah di tambahkan Amonia kemudian di tuangkan ke bak
penampungan untuk di saring terlebih dahulu. Proses penyaringan ini di lakukan
untuk menyaring adanya bahan bahan campuran seperti plastik, daun-daun, karet
yang menggumpal dan masih banyak lagi kandungan yang lainnya. Lateks hasil
saringan ini kemudian di tampung lagi dalam sebuah wadah atau bak yang berbentuk
sumur.
Pada wadah yang berbentuk sumur ini semua karet hasil penyaringan ditampung
untuk diaduk agar supaya busa dari lateks tersebut dapat diambil dan dibuang. Pabrik
menyediakan tiga buah wadah berbentuk sumur untuk menampung hasil dari lateks
yang di kumpulkan dari kebun karet.
4. Ketersediaan Air Bersih
Tersedianya air bersih adalah salah satu bagian terpenting dari proses pengolahan
lateks menjadi lembaran karet. Ketersediaan air ini sangat berpengaruh terhadap hasil
yang di dapatkan. Pada proses pengolahan lateks, air yang di perlukan harus mengalir
setiap saat, karena semuah kebersihan tempat pengolahan akan di bersihkan dengan
menggunakan air, sehingga karet tidak mudah lengket pada wadah atau pada bak
penampungan cairan lateks.
Pihak pabrik menyediakan air bersih sesuai prosedur yang ada. Air bersih ini
selain digunakan untuk proses pembersihan tempat pengolahan, air bersih ini juga
digunakan untuk merendam lateks yang ditampung dalam wadah atau bak yang diberi
sekat sekat, dan juga digunakan untuk mengalirkan lateks yang telah digumpalkan
ketempat penggilingan.
5. Pengaliran Cairan Lateks
Pada pengolahan cairan lateks, cairan lateks yang sudah disaring dan diberi
amonia dialirkan melalui wadah panjang terbuka, dengan lebar kurang lebih 20 cm.
Cairan lateks tersebut di alirkan dan kemudian di tampung dalam 40 wadah atau bak
yang diberi 26 sekat yang telah di bersikan sebelumnya.
Wadah atau bak pengaliran cairan lateks ini di beri lubang setiap satu meter,
untuk memudahkan menampung cairan lateks tersebut pada wadah tempat untuk
menggumpalkan karet, dapat menggunakan potongan-potongan pengalir cairan ini
untuk menampungnya di wadah berikutnya. Panjang dari potongan potongan tersebut
kurang lebih dua meter.
6. Proses Penggumpalan
Proses penggumpalan adalah proses untuk menggumpalkan cairan lateks yang
akan membentuk persegi panjang dengan panjang kurang lebih 1 – 1,5 meter.
Sebelum digumpalkan, cairan lateks sebelumnya di alirkan dan di tampung kedalam
wadah atau bak yang memiliki panjang 2 -2,5 meter dan lebar 1 – 1,5 yang kemudian
di beri 26 sekat untuk membentuk 26 lembaran gumpalan lateks.
Lateks yang di tampung pada bak tersebut mempunyai ukuran banyaknya cairan
lateks yang akan di tampung pada wadah tersebut. Wadah atau bak penampung
tersebut memiliki tinggi 75 cm, sedangkan setiap wadah hanya dapat di isi kurang
lebih 24 cm cairan lateks untuk di gumpalkan. Setelah wadah atau bak tersebut di isi
dengan ukuran tersebut, maka 1 centi meternya di isi dengan asam semut. Berarti
semua cairan dalam wadah tersebut memiliki tinggi 25 cm yang berisi lateks dan
asam semut itu sendiri, kemudian cairan dalam wadah tersebut diaduk sebanyak
empat kali adukan secara bertahap.
Proses pengadukan ini bertujuan untuk mengambil busa busa cairan lateks yang
kemudian di buang pada tempat pembuangan yang tersalur pada penampungan
limbah. Kemudian sekat sekat tesebut di pasang dengan antara setiap sekatnya kurang
lebih 20 cm. Proses penambahan asam semut disini, bertujuan untuk mempercepat
penggumpalan lateks. Setelah proses pemasangan sekat selesai, wadah tersebut di
tutup dengan menggunakan terpal untuk mencegah terjadinya oksidasi oleh udara.
Dengan menunggu sekitar satu jam, lateks tersebut dengan sendirinya akan
menggumpal. Kemudian lateks yang telah menggumpal pada wadah tesebut di isi air,
dengan tujuan lateks tersebut tidak melekat pada wadah tersebut sehingga mudah
untuk di angkat dan di keluarkan. Dengan menunggu sekitar satu jam, barulah karet
di angkat kemudian di alirkan dengan air pada tempat penggilingan.
7. Proses Penggilingan
Proses penggilingan di lakukan setelah menunggu satu jam gumpalan karet yang
di diamkan pada pengaliran menuju alat penggilingan. Setelah menunggu kurang
lebih satu jam, barulah gumpalan lateks tersebut di giling sehingga membentuk
lembaran lembaran karet dengan ketebalan pada setiap lembaran karet tersebut
setebal tiga centi meter.Lembaran lembaran karet hasil penggilingan tersebut
kemudian di keringkan dahulu sebelum diangkut ke proses pengasapan.
Lembaran lateks yang di giling tersebut harus berbentuk lembaran panjang dan di
usahakan supaya tidak terbentuk lembaran pendek. Lembaran karet tersebut tudak
membentuk lembaran rata, akan tetapi lembaran terbentuk dengan lembaran berbintik
bintik yang telah di buat pada alat penggilingan. Proses pembuatan bintik bintik ini
supaya karet tidak mudah rusak oleh jamur dan pengaruh lainya. Setelah kering,
kemudian lembaran karet di angkut ke ruang pengasapan.
8. Proses Pengasapan
Proses pengasapan adalah proses yang di lakukan untuk merubah warna lembaran
karet dari warna putih menjadi warna cokelat. Pada proses pengasapan ini juga di
lakukan untuk mengeringkan lembaran karet. Proses pengasapan di lakukan pada
sebuah ruangan yang di sebut kamar asap. Proses pengasapan di lakukan sebanyak
lima hari dengan bahan bakar yang di gunakan adalah kayu karet 2,5 sampai dengan 3
M3/ton setiap harinya.
Setiap harinya proses pengasapan di lakukan dengan kemar asap yang mempunyai
suhu yang berbeda beda. Suhu kamar sesuai hari lembaran karet dalam kamar asap
sebagai berikut:
 Hari pertama suhu yang digunakan adalah 40 derajat celcius
 Hari kedua suhu yang digunakan adalah 45 derajat celcius
 Hari ketiga suhu yang digunakan adalah 50 derajat celcius
 Hari keempat suhu yang digunakan adalah 55 derajat celcius
 Hari kelima atau hari terakhir suhu yang digunakan adalah 60 derajat celcius
Setiap kamar asap, suhu tidak boleh kurang atau lebih. Jika suhu kurang atau
melebihi suhu yang di tentukan, maka akan sangat berpengaruh pada hasil yang
didapatkan. Setelah lima hari berada di dalam kamar asap, kemudian lembaran
lembaran karet di angkut keruang sortasi dengan warna lembaran karet yang sudah
ditentukan dan layak masuk kedalam ruang sortasi.
9. Sortasi
Sortasi adalah proses pengumpulan lembaran lembaran karet sebelum
pengepakan. Pada ruang sortasi ini lembaran lembaran karet akan di pisahkan sesuai
warna dari karet yang di sebut Riber Smoked sheat dan di singkat dengan RSS. Dalam
proses sortasi, lembaran karet di bedakan dengan empat RSS yaitu RSS 1, RSS 2,
RSS 3, dan RSS 4. Setiap RSS di bedakan dengan warna dari lembaran karet tersebut.
RSS 1,2,3, dan 4 mempunyai warna sama yaitu warna cokelat tetapi ada perbedaan di
setiap RSS seperti contoh RSS1 lebih cokelat di bandingkan RSS4 yang mempunyai
warna cokelat kehitaman, begitu juga pada RSS2 dan RSS3 dimana keempatnya
mempunyai warna mirip namun berbeda. Setelah proses pembedaan di setiap
RSSnya, di lakukan proses selanjutnya yang dinamakan cutting atau proses
pengguntingan.
Proses cutting juga dilakukan di dalam ruang sortasi. Proses cutting, dilakukan
pemeriksaan terhadap karet karet yang rusak. Kerusakan pada karet dapat di lihat
dengan adanya warna putih pada lembaran lembaran karet dengan menggunakan
lampu neon warana putih, kemudian lembaran karet yang mempunyai warna bintik
bintik putih di dalamnya akan di gunting. Lembaran karet yang bersih dari bintik
bintik berwarna putih di simpan sesuai warna RSS masing masing dan lembaran karet
yang memiliki warna bintik bintik putih di simpan untuk di daur ulang.
10. Pengepakan
Proses pengepakan dilakukan di dalam ruang sortasi. Pengepakan di lakukan
dengan melakukan penimbangan terlebih dahulu. Untuk RSS yang utuh berat yang
harus ditimbang untuk pengepakan adalah 113/ball, sedangkan untuk cutting 116/ball.
Namun setiap pengepakan tidak semuanya mempunyai berat seperti yang di tentukan
di atas. Berat dari pengepakan dapat di sesuaikan dengan pesanan pemasok. Sebelum
di lakukan pengepakan, lembaran karet tersebut di pres terlebih dahulu dan kemudian
dilakukan pengepakan setelah itu lembaran karet tersebut dibungkus yang dinamakan
pembungkusan ball dan di beri merk.
Diagram Alir

Penyadapan Pengangkutan Penerimaan Pembersihan


Latex Segar Latex

Sortasi Pengasapan Penggilingan Penampungan

Pengepakan

Anda mungkin juga menyukai

  • HJK
    HJK
    Dokumen5 halaman
    HJK
    antika nur krismunika
    Belum ada peringkat
  • Metode
    Metode
    Dokumen3 halaman
    Metode
    antika nur krismunika
    Belum ada peringkat
  • Ikan Patin
    Ikan Patin
    Dokumen6 halaman
    Ikan Patin
    antika nur krismunika
    Belum ada peringkat
  • BERAS
    BERAS
    Dokumen8 halaman
    BERAS
    antika nur krismunika
    Belum ada peringkat