Anda di halaman 1dari 5

Penilik PAUD Dan Dikmas

Fauzi Eko PranyonoNovember 29, 2016

Oleh Edi Basuki

Penilik adalah tenaga kependidikan dengan tugas utama melakukan kegiatan pengendalian mutu dan
evaluasi dampak program pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan kesetaraan dan keaksaraan,
serta kursus pada jalur Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). Dalam pelaksanaan tugasnya, penilik
mempunyai Standar Kopetensi yang meliputi empat komponen yaitu (1) kompetensi pendidikan, (2)
kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional.

Namun, dengan semangat otonomi daerah, ternyata tupoksi penilik itu tidaklah selalu sesuai dengan apa
yang ada di permenpan dan RB nomor 14 tahun 2010. Masing-masing daerah punya aturan sendiri.
Misalnya, pemda setempat mengeluarkan Surat Keputusan (SK) sebagai Penilik PAUD. Sehingga
tupoksinya banyak bersentuhan dengan program PAUD, TK, Kelompok Bermain, dan kegiatan sejenisnya.
Sementara, program keaksaraan, kesetaraan, kursus, serta satuan pendidikan nonformal yang ada,
kurang disentuh. Kecuali, jika ada “Perintah” dari atasan.

Bahkan, banyak juga penilik yang menangani kegiatan di sekolah formal. Seperti lomba wiyata mandala,
kegiatan pramuka, PMI, dan menjadi panitia peringatan hari besar nasional. Mengapa bisa begitu?.

Ya, itu artinya masih banyak daerah yang belum menyesuaikan nomenklatur penilik menjadi tiga jenis,
menjadi Penilik PAUD, Penilik Kesetaraan dan Keaksaraan, dan Penilik Kursus. Sehingga pelaksanaan
tugas penilik tidak mengacu kepada Permenpan & RB nomor 14 tahun 2010, yang pada akhirnya akan
bisa menghambat karir penilik, kecuali penguasa setempat mengeluarkan kebijakan lain yang
menguntungkan penilik.

Seperti diketahui, tugas pokok Penilik/Pengawas PAUD adalah melaksanakan kegiatan pengendalian mutu
dan evaluasi dampak Program PAUD. Kegiatan pengendalian mutu program PAUD, meliputi, Perencanaan
program pengendalian mutu PAUD; Pelaksanaan pemantauan program PAUD; Pelaksanaan penilaian
program PAUD; Pelaksanaan pembimbingan dan pembinaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan
pada satuan PAUD; dan Penyusunan laporan hasil pengendalian mutu PAUD. Sementara, kegiatan
evaluasi dampak program PAUD, meliputi, Penyusunan rancangan/desain evaluasi dampak program
PAUD; Penyusunan instrumen evaluasi dampak program PAUD; Pelaksanaan dan penyusunan laporan
hasil evaluasi dampak program PAUD; dan Presentasi hasil evaluasi dampak Program PAUD. Mungkin,
sementara ini tugas-tugas diatas masih dibijaksanai sesuai dengan aturan main yang telah ditetapkan
masing-masing daerah.

Dampaknya, dengan alasan tidak mendapat “perintah”, penilik jarang mengunjungi satuan pendidikan
nonformal lainnya yang ada di daerahnya, dalam rangka mengumpulkan butir-butir angka kredit untuk
prasyarat kenaikan pangkat. Sehingga yang terjadi, masing-masing pihak (PKBM, TBM, LKP) merasa tidak
pernah dibina dan didampingi. Celakanya, ada anggapan di sebagian daerah bahwa penilik baru mau
berkunjung ke satuan pendidikan nonformal itu hanya ketika ada acara formalitas, seperti pembukaan dan
penutupan program. Tidak banyak penilik yang mau mendampingi peserta program dalam proses
pembelajarannya karena pertimbangan “rugi laba” dan banyaknya acara.

Mungkin inilah salah satu dampak otonomi daerah yang berani menterjemahkan aturan dari pusat sesuai
daya nalar dan kepentingannya, dan itu tidak salah. Buktinya selama ini program penilik lancar-lancar saja
dalam “membelanjakan”Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Namun begitu, pihak Direktorat tidak lelah-lelahnya melakukan sosialisasi yang intensif terhadap
Permenpan & RB tentang Penilik dan Angka Kreditnya di berbagai kesempatan, agar penilik tetap
melaksanakan tupoksinya pada program PAUD, Kesetaraan, Keaksaraan, dan kursus yang dikelola oleh
satuan pendidikan nonformal secara proporsional untuk memenuhi butiran angka kredit sesuai dengan
nomenklaturnya. [edibasuki/ipabi-online]

Edi Basuki adalah Pamong Belajar Madya pada Balai Pengembangan PAUD dan Dikmas Jawa Timur
Penilik dalam Pusaran Akreditasi
Fauzi Eko PranyonoOktober 30, 20162

Yogyakarta (31/10/2016) Tugas pokok Penilik


diantaranya adalah melaksanakan kegiatan pengendalian mutu. Sementara itu untuk penjaminan dan pengendalian
mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi (PP 31
Tahun 2013 perubahan pertama Standar Nasional Pendidikan pasal 2 ayat 2). Kegiatan pengendalian mutu oleh
penilik berupa evaluasi yang pada gilirannya satuan pendidikan nonformal layak untuk diakreditasi. Persoalannya
bagaimana peran penilik dalam pengendalian mutu yang berujung pada akreditasi?

Mulai tahun 2016 ini pelaksanaan akreditasi sudah dilakukan dengan pengelolaan baru, di mana di setiap provinsi
terdapat Badan Akreditasi Provinsi PAUD dan PNF (BAP PAUD dan PNF) yang bertugas membantu Badan
Akreditasi Nasional PAUD dan PNF (BAN PAUD dan PNF) dalam pelaksanaan akreditasi. Adanya BAP PAUD dan
PNF pelaksanaan akreditasi dapat dilakukan lebih masif menjangkau lebih banyak satuan pendidikan nonformal.

Nah ketika pelaksanaan akreditasi mulai berjalan masif peran penilik masih saja belum nampak. Akreditasi kini sudah
menjadi gerakan, dan bahkan sudah menjadi kebutuhan. Menjadi sebuah kebutuhan karena satuan PAUD dan
pendidikan nonformal di samping diakui keberadaannya, juga ingin diakui kelayakannya melalui mekanisme
akreditasi.

Sangat disayangkan memang kinerja penilik tidak terintegrasi dengan mekanisme akreditasi. Dalam melakukan
pengendalian mutu penilik masih tergagap-gagap, bahkan dalam melaksanakan butir-butir kegiatan pengendalian
mutu masih kebingungan. Jika saja penilik mencermati instrumen akreditasi dan kebijakan BAN PAUD dan PNF
banyak yang bisa dikerjakan dalam kegaitan pengendalian mutu penilik. Dalam hal ini perlu kreativitas penilik dalam
melakukan pengendalian mutu: yaitu mulai dari perencanaan, pemantauan, penilaian program, pembimbingan dan
pembinaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan, serta penyusunan laporan hasil pengendalian mutu. Kreativitas
dalam mengkaitan pengendalian mutu dengan akreditasi. Karena pada hakekatnya kegiatanpengendalian mutu salah
satu muaranya adalah akreditasi.

Semestinya salah satu tolok ukur kinerja penilik adalah seberapa banyak satuan PAUD dan pendidikan nonformal di
wilayah kerjanya yang berhasil diakreditasi. Bukan sekedar angka-angka kunjungan ke satuan pendidikan nonformal
dan hasil bukti fisik angka kredit yang tidak berujung pada pengukuran kelayakan program (baca: akreditasi).

Sungguh ironis ketika satuan PAUD dan pendidikan nonformal mengajukan akreditasi justru meminta pendampingan
kepada asesor dalam rangka memenuhi dokumen delapan standar nasional pendidikan. Bukan meminta pendampingan
kepada penilik. Kenapa? Karena dianggap penilik tidak memahami borang akreditasi.

Kini mulai tahun 2016 Pusat Pengembangan PAUD dan Dikmas (PP PAUD dan Dikmas) serta Balai Pengembangan
PAUD dan Dikmas (BP PAUD dan Dikmas) se-Indonesia melaksanakan program pembimbingan atau pendampingan
akreditasi pada satuan PAUD dan pendidikan masyarakat yang belum mengajukan akreditasi. Pelaksanaan kegiatan
tersebut sesuai dengan salah satu fungsi PP PAUD dan Dikmas dan BP PAUD dan Dikmas yaitu melakukan supervisi
satuan pendidikan anak usia dini dan pendidikan masyarakat. Ini bukan persoalan tumpang tindih antara fungsi PP
PAUD dan Dikmas dan BP PAUD dan Dikmas serta tugas pokok penilik. Justru kegiatan ini bisa disinergikan dengan
penilik di lapangan.

Pada tahun 2017 kegiatan pembimbingan atau pendampingan akreditasi pada PAUD dan pendidikan masyarakat akan
lebih masif lagi karena akan bergabung 21 BPKB atau UPT sejenis di provinsi menjadi BP PAUD dan Dikmas
Provinsi. Jika penilik tidak segera berbenah maka dipastikan hanya akan tergagap dalam pusaran akreditasi. PP PAUD
dan Dikmas serta BP PAUD dan Dikmas dalam melakukan pendamping atau pembimbingan akreditasi akan
melibatkan penilik. Diharapkan perannya tidak sekedar seremonial pada saat koordinasi, namun juga melakukan
pembimbingan dalam rangka pelaksanaan jabatan fungsionalnya secara berkala. Karena penilik lah yang berada di
lapangan, bukan petugas dari PP PAUD dan Dikmas atau BP PAUD dan Dikmas.

Akan sangat membahagiakan jika banyak satuan PAUD dan Dikmas yang terakreditasi karena ulah kinerja penilik.
Bukan karena pembimbingan oleh asesor, yang seharusnya bukan menjadi tugas dan tanggung jawab asesor.

2 tanggapan pada “Penilik dalam Pusaran Akreditasi”

1.

Peningkatan mutu belum bepihak pada penilik, minim rasanya peningkatan sumber daya penilik

Ya mohon dimaklumi pak karena pengangkatan penilik itu saja bukan berdasarkan permenpan rb no 14 tahun
2010 tetapi berdasarkan suka atau tidak sukanya kepala dinas kepada sesorang untuk dijadikan penilik bahkan
yang terbaru penilik itu diisi oleh orang-oran yang bermasalah ( terutama guru yang tidak bisa sertifikasi )dan
wani piro yang nota bene tidak memahami paud dan dikmas.
Uji Kompetensi Pamong Belajar dan Penilik: Kenapa
Harus Takut?
Fauzi Eko PranyonoNovember 26, 2015

Semarang (26/11/2015) Senin 30 November 2015


sudah dipastikan akan dilaksanakan secara serentak uji kompetensi bagi pamong belajar dan penilik. Uji
kompetensi ini dilakukan untuk memetakan kompetensi pamong belajar dan penilik yang dapat bermanfaat
untuk pengambilan kebijakan dalam peningkatan kompetensi kedua insan pendidikan nonformal tersebut.
Tidak ada konsekuensi apa pun jika hasil uji kompetensi dinyatakan tidak layak atau di bawah standar.

Sebagian kalangan pamong belajar dan penilik ada yang resah jika hasil uji kompetensi akan menentukan
kedudukannya dalam jabatan fungsional. Sama sekali tidak. Konsekuensi terburuk hanya bagi yang akan
naik jabatan, jika tidak lulus uji kompetensi kenaikan pangkat dan jabatan tertunda. Tidak ada konsekuensi
dicopot dari jabatan fungsional pamong belajar atau penilik jika hasil uji kompetensi jeblok.

Jebloknya hasil uji kompetensi justru dapat dijadikan penanda bahwa pamong belajar dan penilik belum
mampu menguasai standar kompetensi. Artinya perlu ada upaya peningkatan kompetensi melalui
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Upaya untuk mencari bocoran soal atau tindakan tidak terpuji
lainnya pada saat uji kompetensi justru akan mengaburkan hasil uji kompetensi. Karena tidak bisa
menggambarkan peta kompetensi sesungguhnya.

Uji kompetensi pamong belajar dan penilik menjadi urgen dalam era globalisasi, karena kompetensi
merupakan persyaratan untuk melaksanakan tugas pokok jabatan secara profesional. Pelaksanaan tugas
pokok jabatan fungsional tidak lagi bisa dilaksanakan secara asal-asalan oleh orang yang tidak kompeten
karena akan menghadirkan mal praktik pelaksanakan jabatan fungsional.

Masih banyak di antara pamong belajar dan penilik yang resah menghadapi uji kompetensi, bahkan ada
yang terkesan menghindar khawatir jika hasilnya jelek. Hal ini menghinggapi sebagian pamong belajar
senior yang khawatir hasil uji kompetensi kalah dengan pamong belajar yunior. Di kalangan penilik
kekhawatiran muncul karena selama ini pelaksanaan tugas pokok penilik tidak berlandaskan kompetensi
yang seharusnya dimiliki.

Sebenarnya uji kompetensi tidak perlu ditakutkan jika selama ini melaksanakan tugas pokok sesuai
dengan butir angka kredit jabatan fungsional dan dalam melaksanakan bersendikan pada standar
kompetensi. Persoalannya, standar kompetensi pamong belajar dan penilik baru diterbitkan pada tahun
2014. Sehingga sebagai penanda kompetensi, standar kompetensi tersebut belum mendarahdaging di
kalangan pamong belajar dan penilik. Namun demikian, jika melaksanakan tugas pokok sesuai dengan
ketentuan yang ada dan dilaksananakan mengikuti kaidah keilmuan maka uji kompetensi akan dapat
dengan mudah dilalui. Sudah barang tentu hal tersebut hanya dapat terjadi jika pamong belajar atau penilik
selalu memutakhirkan informasi dan ilmu pengetahuan dalam tugas sehari-hari.

Memang, pelaksanaan uji kompetensi yang baru pertama kali ini dilakukan terkesan tergesa-gesa.
Informasi belum sampai di kalangan pamong belajar dan penilik secara merata. Namun dengan
mengandalkan media sosial dan jejaring organisasi profesi IPABI dan IPI dalam sosialisasi, pelaksanaan
uji kompetensi mudah-mudahan dapat dilaksanakan dengan lancar.
Saat ini (26/11/2015) soal uji kompetensi pamong belajar dan penilik sudah selesai dicetak dan siap untuk
didistribusikan. Tidak ada alasan bagi pamong belajar dan penilik untuk menghindar dari uji kompetensi ini.
Seharusnya memontum uji kompetensi yang pelaksanaannya beriringan dengan uji kompetensi guru dapat
dijadikan tonggak bahwa tidak ada diskriminasi perlakuan antara pendidik dan tenaga kependidikan jalur
pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Justru melalui uji kompetensi ini akan semakin meneguhkan
jabatan pamong belajar dan penilik sebagai jabatan profesional yang semakin diakui keberadaannya oleh
masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai