Anda di halaman 1dari 186

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Salah satu mata pelajaran yang termuat pada kurikulum

yang diberikan pada semua jenjang pendidikan yaitu matematika. Matematika

berperan dalam mempersiapkan siswa agar mampu berpikir logis, analitis,

sistematis, kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan bekerjasama sehingga

seharusnya siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari matematika secara

mendalam dan dengan pemahaman agar memiliki kemampuan matematika

yang berguna bagi masa depannya. Hal ini senada dengan National Council of

Teachers of Mathematics (NCTM) yang menyatakan bahwa,

In this changing world, those who understand and can do mathematics will
have significantly enhanced opportunities and options for shaping their
futures. Mathematical competence opens doors to productive futures. A lack
of mathematical competence keeps those doors closed. All students should
have the opportunity and the support necessary to learn significant
mathematics with depth and understanding (NCTM, 2000, p. 5).

Pentingnya kemampuan matematika dalam membentuk masa depan

siswa mewajibkan seluruh komponen pendidikan untuk berpartisipasi

meningkatkan kemampuan matematika siswa. Salah satu upaya yang dapat


2

dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika diperlukan inovasi

dalam pembelajaran agar siswa memiliki minat dan motivasi yang tinggi untuk

mempelajari matematika secara mendalam dan dengan pemahaman. Siswa

diharapkan tidak hanya mampu menghafal rumus-rumus matematika tetapi

juga memiliki kemampuan menerapkannya untuk menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu cabang matematika yang dipelajari di jenjang SMP yaitu

geometri. Geometri merupakan materi yang penting untuk diajarkan kepada

siswa karena geometri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki

kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, menanamkan pengetahuan

untuk menunjang materi yang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Yılmaz &

Koparan (2016, p. 129) yang menyatakan bahwa “the aim of teaching

geometry is to provide an opportunity for the students in order to have

critical thinking and problem solving ability and better understanding

ability of mathematic topics by gaining high level of geometric thinking

ability”.

Salah satu materi yang terdapat dalam geometri yaitu prisma dan limas.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami

kesulitan dalam memahami materi tersebut. Faktor penyebab kesulitan dalam

memahami materi tersebut diantaranya karena sifatnya yang abstrak dan

kecenderungan guru dalam mengajarkan materi secara konvensional dengan

hanya memberikan definisi dan rumus siap pakai kepada siswa. Hal tersebut
3

sesuai dengan pernyataan Hutkemri dan Zakaria (Azizul dan Din, 2016, p. 40)

“geometry is one of the topics in mathematics with abstract learning” dan

menurut Heruman (2009, p. 109) bahwa dalam pengenalan geometri ruang,

selama ini guru seringkali langsung memberikan informasi pada siswa tentang

ciri-ciri bangun geometri ruang tersebut. Sebenarnya, hal ini menunjukkan

kurang tepatnya guru dalam penyampaian topik geometri ruang melalui metode

dan teknik pembelajaran matematika yang benar.

Dalam pembelajaran konvensional pengajar memegang peranan

utama dalam menyampaikan materi kepada siswa. Proses pembelajaran

berlangsung membosankan dan siswa menjadi pasif karena tidak diberikan

kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Pengetahuan

yang diperoleh melalui model ini lebih cepat terlupakan dan dapat

menyebabkan belajar siswa hanya menjadi belajar menghafal yang tidak

mengakibatkan timbulnya pengertian (Purwoto, 2003, p. 67). Hal tersebut

berdampak pada kualitas pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan

yang pada akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam

pembelajaran prisma dan limas yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

yang dapat menggali kemampuan awal siswa serta meningkatkan minat dan

motivasi siswa sehingga siswa akan tertarik untuk mempelajari materi secara

mendalam dan dengan pemahaman. Hal ini senada dengan pendapat Sumantri

dan Permana (2001, p. 273) yang menyatakan bahwa “untuk ketepatan

pemilihan suatu metode hendaknya guru mempertimbangkan betul kebangkitan


4

minat dan gairah serta kemampuan siswa dalam kegiatan belajar yang akan

dialami”. Hudojo (Hobri, 2010, p. 30) mengemukakan bahwa seorang guru

yang tidak menguasai berbagai cara penyampaian dapat menimbulkan

kesulitan siswa dalam memahami matematika. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dapat

mengatasi kesulitan siswa dalam memahami materi

Penerapan model pembelajaran hendaknya dapat memberikan

kesempatan siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan

mengaitkan apa yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Proses belajar tidak hanya sekedar menghafal fakta, konsep, atau prinsip tetapi

merupakan kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan

pemahaman yang utuh, sehingga materi yang dipelajari akan dipahami secara

baik dan tidak mudah dilupakan. Dengan demikian guru harus selalu berusaha

mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dan

membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan

pengetahuan baru yang akan diajarkan sehingga terjadi pembelajaran yang

bermakna. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipilih untuk

melaksanakan pembelajaran yang bermakna tersebut yaitu model pembelajaran

learning cycle.

Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada

siswa yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi dengan jalan berperan aktif. Dengan terlibat aktif dalam kegiatan

belajar diharapkan proses asimilasi dan akomodasi dalam struktur kognitif


5

siswa tercapai. Bila proses konstruksi pengetahuan dalam strukur kognitif

tercapai dengan baik maka diharapkan dapat meningkatkan pemahamannya

terhadap materi yang dipelajari. Salah satu jenis model pembelajaran learning

cycle yaitu learning cycle 7E yang terdiri dari tujuh fase yaitu elicit, engage,

explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Elicit, fase untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Engage, fase

dimana guru memfokuskan perhatian dan memotivasi siswa agar berminat

untuk melibatkan diri dalam pembelajaran. Explore, fase yang memberikan

kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan pengalaman

langsung. Explain, fase yang memberikan kesempatan siswa untuk

menjelaskan hasil fase explore. Elaborate, fase untuk memberikan kesempatan

siswa untuk menerapkan pengetahuan pada situasi baru. Evaluate, fase untuk

mengevaluasi pemahaman siswa. Extend, fase yang bertujuan untuk

mengaplikasikan atau memperluas konsep yang telah dipelajari.

Penerapan pembelajaran learning cycle 7E diharapkan dapat

menciptakan pembelajaran yang efektif yang dapat membantu siswa

meningkatkan kemampuan matematika melalui pembelajaran yang bermakna

dan menyenangkan bagi siswa sehingga siswa dapat mempelajari matematika

secara mendalam dan dengan pemahaman. Hal ini sesuai dengan penelitian

yang dilakukan Yilmaz, Ertem dan Cepni (2010) yang menyimpulkan bahwa

“the 7E model is an effective teaching method, the worksheets and conceptual

text prepared according to the 7E model gave positive impressions, that

materials based on the 7E model have an influence on lesson permanence, and


6

student said that they liked the lesson and also mathematics lesson was

entertaining them”.

Untuk melaksanakan pembelajaran learning cycle 7E diperlukan sarana

penunjang diantaranya yaitu perangkat pembelajaran yang dapat digunakan

untuk memfasilitasi guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran agar

proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik. Dengan pembelajaran

matematika yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika sehingga dapat meningkatkan kemampuan matematika dan hasil

belajar siswa. Dengan demikian hendaknya perlu mempersiapkan perangkat

pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kelas sebelum memulai pembelajaran

di kelas sehingga dapat memandu guru dan siswa dalam melaksanakan

pembelajaran di kelas untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan.

Pentingnya pengembangan perangkat pembelajaran tertuang dalam

Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses, yang antara

lain mengatur tentang perencanan proses pembelajaran yang

mengisyaratkan bagi pendidik pada satuan pendidikan untuk

mengembangkan perencanaan pembelajaran. Setiap guru pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis

agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
7

didik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mengembangkan perangkat

pembelajaran matematika yang berkualitas baik yang dapat memfasilitasi siswa

dan guru dalam pembelajaran merupakan hal yang penting untuk dilakukan

sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pertanyaan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle

7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII dengan menggunakan

model ADDIE?

2. Bagaimana hasil pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E

pada materi prisma dan limas di kelas VIII yang berkualitas baik?

3. Bagaimana keefektifan pembelajaran learning cycle 7E untuk

mengajarkan materi prisma dan limas di kelas VIII?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan proses pengembangan perangkat pembelajaran learning

cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII dengan menggunakan

model ADDIE.

2. Menghasilkan perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas di kelas VIII yang berkualitas baik.


8

3. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas di kelas VIII.

D. Batasan Istilah

Agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda dalam penelitian ini, maka

peneliti memberi batasan-batasan istilah sebagai berikut:

1. Pembelajaran learning cycle 7E adalah pembelajaran yang berpusat pada

siswa yang terdiri dari tujuh tahap pembelajaran yaitu elicit, engage,

explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend yang disusun sedemikian

rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi dengan cara berperan

aktif.

2. Perangkat pembelajaran learning cycle 7E adalah sekumpulan sumber

belajar yang digunakan guru dan siswa dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelas yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB).

3. Perangkat pembelajaran yang berkualitas baik adalah perangkat

pembelajaran yang memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif.

a. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika: (1) Penilaian validator

terhadap setiap kriteria perangkat RPP dan perangkat LKS dalam

kategori minimal baik; (2) THB dinyatakan valid oleh validator dan

memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, dan sensitivitas.

b. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika: (1) Perangkat dapat

digunakan oleh guru yang ditunjukkan oleh hasil pengamatan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yaitu penilaian


9

setiap aspek dalam setiap pertemuan mempunyai kategori minimal

baik; (2) Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa

dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran pada setiap fase sesuai

dengan alokasi waktu ideal yang termuat dalam RPP dengan toleransi

10%.

c. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika: (1) Respons siswa

terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif,

yaitu jika jumlah siswa yang merespons memilih pernyataan positif

atau memberi tanggapan “Ya” minimal 70% untuk setiap aspek yang

ditanyakan; (2) Tercapainya ketuntasan belajar klasikal, yaitu jika

minimal 80% siswa mendapat nilai ≥ KKM dengan KKM = 73.

4. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah tahap-tahap yang dilakukan

untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang berkualitas baik. Dalam

penelitian ini proses pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan

model pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahap yaitu analyze,

design, develop, implement, dan evaluate.

5. Keefektifan pembelajaran adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan

pembelajaran. Pembelajaran learning cycle 7E efektif apabila memenuhi

indikator: (1) Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik; (2)

Aktivitas siswa dalam pembelajaran efektif; (3) Respons siswa terhadap

pembelajaran positif; dan (4) ketuntasan belajar klasikal tercapai yaitu jika

minimal 80% siswa mencapai ketuntasan belajar.


10

6. Materi prisma dan limas adalah submateri bangun ruang yang diajarkan di

kelas VIII semester genap yang termuat dalam KTSP.

E. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, diharapkan hasil penelitian ini

dapat bermanfaat sebagai berikut:

1. Perangkat pembelajaran learning cycle 7E yang dihasilkan dapat

digunakan guru matematika untuk mengajar materi prisma dan limas di

kelas VIII.

2. Sebagai bahan referensi pada penelitian lebih lanjut tentang

pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi

yang lain.
11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai

komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut meliputi tujuan,

materi, metode, dan evaluasi (Rusman dkk, 2012, p. 15). Mempelajari

matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-

operasinya, melainkan juga berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur, dan

hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu berkaitan

dengan konsep-konsep yang abstrak. Karena objek dan kajian matematika

bersifat abstrak maka dalam pembelajaran konsep-konsep dan prinsip-prinsip

dalam matematika tersebut sebaiknya tidak diberikan secara langsung dalam

bentuk barang jadi kepada siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat kennedy

et al.,(2008, p. 55) yang menyatakan bahwa,

Mathematical meaning is constructed by the learner rather than imparted


by the teacher. Mathematical learning occurs most effectively through
guided discovery, meaningful application and problem solving rather than
imitation and reliance on the rote use of algorithms for manipulating
symbols.

Senada dengan pernyataan di atas, NCTM (2000, p. 20) menyatakan bahwa

”students must learn mathematics with understanding, actively building new

knowledge from experience and prior knowledge”.

Tidak diberikannya konsep-konsep secara langsung bertujuan agar

siswa melewati proses abstraksi dan generalisasi yang membutuhkan aktivitas


12

mental, dimana siswa dilibatkan dalam proses penemuan konsep-konsep

tersebut. Siswa dituntut untuk memberikan ide-ide dan mencari hubungan

dalam mempelajari suatu konsep. Karena matematika bersifat abstrak maka

konsep yang akan dikonstruksi siswa sebaiknya dikaitkan dengan konteks

nyata yang lebih dikenal oleh siswa.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

matematika adalah proses kegiatan yang dilakukan oleh guru yang meliputi

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk menciptakan interaksi antara

siswa dengan sumber belajar untuk mengembangkan kemampuan matematika

sesuai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

B. Pembelajaran Learning Cycle 7E

1. Perkembangan Model Learning Cycle

Billing (2001) mendefinisikan “learning cycle as a student-centred

teaching model” dan Sokmen (1999) menyatakan bahwa “learning cycle

transforms the learning process into an enjoyable endeavour as well as

providing meaningful learning” (Gokkurt et al., 2012, p. 3130). Learning

cycle patut dikedepankan karena sesuai dengan teori belajar Piaget

(Renner et al., 1988), suatu teori belajar yang berbasis konstruktivisme.

Ergin et al., (2008) mengemukakan bahwa “Learning cycle model is a

constructivist model which provides learning a new concept or

comprehension deeply a known concept”.

Learning cycle merupakan metode perencanaan yang cukup

berpengaruh dalam ilmu pendidikan dan konsisten dengan berbagai


13

teori kontemporer mengenai bagaimana individu belajar. Metode ini

mudah dipelajari dan sangat bermanfaat dalam menciptakan

kesempatan dalam belajar sains dan model pembelajaran yang

didasarkan pada penyelidikan (Lorsbach, 2012, p. 1). Demir & Maskan

menyatakan bahwa “Although this model is mainly used in Science

courses, it can be also used in some other subjects such as Mathematics,

Physics, English, Economics, Psychology and Geology. Therefore, the

cycle learning model which is student-centred can be applied in all stages

of mathematics teaching” (Gokkurt et al., 2012, p. 3130).

Pembelajaran learning cycle menekankan pada proses penemuan

konsep yang menggunakan struktur inkuiri, hal ini sesuai dengan pendapat

Marek (2008, p. 63) yang menyatakan bahwa,

The learning cycle is a way structure inquiry in school science and


occurs in several sequential phases. A learning cycle moves children
through a scientific investigation by having them first explore
materials, then constructs a concept, and finally apply or extend the
concept to other situation.

Model learning cycle dikembangkan oleh J. Myron Atkin, Robert

Karplus, dan kelompok Science Curriculum Improvement Study sejak

tahun 1960. Pada tahun 1967 Karplus dan Thier mengemukakan fase

model learning cycle yaitu exploration, invention, dan discovery yang

kemudian dimodifikasi menjadi exploration, term introduction, dan

concept application (Bybee et al., 2006, p. 3). Tahap eksplorasi

menyediakan siswa pengalaman langsung. Tahap pengenalan konsep

memungkinkan siswa untuk membangun pemahaman konsep melalui


14

interaksi dengan teman sebaya, teks, dan guru. Tahap aplikasi konsep

mengharuskan siswa untuk menerapkan pemahaman mereka pada situasi

baru (Hanuscin & Lee., 2008, p. 51).

Pada tahun 1980 kurikulum BSCS telah menggunakan model

learning cycle 5E yang terdiri dari lima fase yaitu engagement,

exploration, explanation, elaboration, dan evaluation (Bybee et al., 2006,

p. 2). Model ini dikembangkan oleh Rodger W Bybee, pemimpin

Biological Sciences Curriculum Study (Yenilmez & Ersoy, 2008, p. 50).

Pengembangan ini dilakukan dengan menambahkan fase engage di awal

pembelajaran yang bertujuan untuk menggali pengetahuan awal siswa dan

fase evaluate ditambahkan diakhir pembelajaran yang bertujuan untuk

menilai pemahaman siswa, sedangkan fase term introduction dan concept

application diganti dengan istilah baru yaitu explain dan elaborate (Bybee

et al., 2006, p. 3).

Pada tahun 2003 Arthur Eisenkraft, ketua projek fisika dari

National Science Teachers Association mengembangkan learning cycle

menjadi learning cycle 7E yang terdiri dari tujuh fase yaitu elicit, engage,

explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Tujuan model learning

cycle 7E yaitu untuk menekankan semakin pentingnya memunculkan

pemahaman awal dan transfer belajar atau memperluas konsep (Eisenkraft,

2003, p. 59). Perubahan yang terjadi pada fase 5E menjadi 7E terjadi pada

fase engage menjadi dua yaitu elicit dan engage, sedangkan fase elaborate

dan evaluate menjadi tiga fase yaitu elaborate, evaluate, dan extend.
15

Perubahan fase learning cycle 5E menjadi 7E ditunjukkan pada Gambar

2.1.

(sumber: Eisenkraft, 2003)


Gambar 2.1 Bagan Perubahan Learning Cycle 5E Menjadi 7E

Implementasi learning cycle dalam pembelajaran menempatkan

guru sebagai fasilitator yang mengelola kelangsungan fase-fase tersebut

dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Fajaroh dan Dasna (2008)

menyatakan bahwa pembelajaran learning cycle dilihat dari dimensi guru

dapat memperluas wawasan dan meningkatkan kreativitas guru dalam

merancang kegiatan pembelajaran sedangkan ditinjau dari dimensi siswa

penerapan pembelajaran learning cycle memberikan keuntungan antara

lain yaitu meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara

aktif dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap

ilmiah, dan pembelajaran menjadi lebih bermakna.

2. Fase Pembelajaran Learning Cycle 7E

Learning cycle 7E merupakan model pembelajaran yang berpusat

pada siswa yang didalamnya terdapat 7 tahapan pembelajaran yaitu elicit,


16

engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend. Dalam learning

cycle 7E proses belajar yang dilalui siswa dalam suatu proses yang

disarankan mengikuti alur seperti daur. Diagram alur fase pembelajaran

learning cycle 7E ditunjukkan pada Gambar 2.2.

(Sumber: Bentley, Ebert & Ebert, 2007)

Gambar 2.2 Fase Pembelajaran Learning Cycle 7E

a. Elicit

Tujuan utama fase elicit yaitu untuk memunculkan

pengalaman masa lalu tentang pembelajaran dan membuat latar

belakang yang kuat untuk fase lainnya. Dengan demikian harus

membangkitkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar.

Dengan menyadari bahwa pengetahuan siswa dibentuk dari

pengetahuan yang sudah ada guru perlu mencari tahu pengetahuan

yang telah dimiliki siswa. Bransford, Brown dan Cocking (2000)

menyatakan bahwa “failure to do so may result in students developing

concepts very different from the ones the teacher intends” (Eisenkraft,

2003, p. 57). Sarana langsung untuk menimbulkan pengetahuan awal

yaitu dengan mengajukan pertanyaan diawal pembelajaran. Pertanyaan

tersebut bertujuan untuk merangsang pengetahuan awal siswa agar


17

menimbulkan respons dari pemikiran siswa. Fase ini dimulai dengan

pertanyaan mendasar yang berhubungan dengan materi yang akan

dipelajari dengan mengambil contoh yang diketahui siswa.

b. Engage

Fase dimana guru akan saling memberikan informasi dan

pengalaman tetang pertanyaan awal tadi, memberitahu siswa

tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa

dan membangkitkan minat dalam pembelajaran. Fase ini dapat

dilakukan dengan memberi demonstrasi atau dengan menunjukkan

sebuah objek, gambar atau video, diskusi, membaca, atau aktivitas

lain yang digunakan untuk membuka pengetahuan siswa dan

mengembangkan rasa keigintahuan siswa. Fase ini digunakan guru

untuk menarik perhatian siswa pada pelajaran dan melibatkan siswa

untuk berpikir tentang topik pelajaran.

c. Explore

Fase eksplorasi memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung. Siswa

diberi kesempatan untuk mengobservasi, merekam data, mengisolasi

variabel, mendesain dan merencanakan percobaan, membuat grafik,

menginterprestasikan hasil, mengembangkan hipotesis, dan mengelola

temuan mereka. Siswa bekerja dengan manipulatif (misalnya benda-

benda, alam, model) untuk melakukan pengamatan atau menyelidiki.

Pada fase ini mintalah siswa untuk membuat prediksi,


18

mengembangkan hipotesis, eksperimen, mengumpulkan data, menarik

kesimpulan, dan sebagainya. Peran guru pada fase ini yaitu

memberikan dukungan dan peran siswa yaitu membangun

pemahaman melalui pengalaman aktif.

d. Explain

Fase explain memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka

dapatkan dalam fase explore. Kemudian dari definisi dan konsep yang

telah ada didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju konsep dan

definisi yang lebih formal. Guru memandu siswa untuk generalisasi

yang jelas dan konsisten dan membantu siswa untuk menjelaskan hasil

ekplorasi mereka. Siswa melaporkan hasil tahap eksplorasi di depan

kelas. Guru memberikan kesempatan untuk verbalisasi dan

memperjelas konsep, memperkenalkan konsep, dan merangkum hasil

dari tahap eksplorasi berdasarkan penjelasan guru, teks, dan media

yang digunakan untuk panduan belajar.

e. Elaborate

Fase elaborate memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menerapkan pengetahuan mereka pada situasi baru. Fase ini

mencakup masalah perhitungan numerik untuk dipecahkan siswa.

Pada fase ini siswa berpikir lebih mendalam pada hal-hal yang mereka

pelajari dan mereka terapkan pada kasus yang berbeda. Mintalah

siswa menerapkan konsep-konsep yang baru dipelajari pada konteks


19

baru. Thorndike menyatakan bahwa “the elaboration phase ties

directly to the psychological construct called transfer of learning”

(Eisenkraft, 2003, p. 58).

f. Evaluate

Pada fase ini guru dapat menggunakan berbagai strategi

penilaian baik formatif maupun sumatif. Evaluasi formatif tidak

terbatas pada fase tertentu. Evalusi formatif dapat berlangsung selama

guru berinteraksi dengan siswa. Guru diharapkan terus menerus

dapat mengobservasi dan memperhatikan kemampuan dan

keterampilannya untuk menilai tingkat pemahaman. Penilaian

sumatif dapat dilaksanakan diakhir pertemuan setelah mempelajari

satu kompetensi dasar atau lebih untuk mengukur pemahaman siswa

atau menentukan kelompok siswa.

g. Extend

Fase ini dimaksudkan secara eksplisit untuk mengingatkan

guru tentang pentingnya siswa untuk berlatih transfer belajar dan

mengarahkan siswa untuk menghubungkan konsep kepada konteks

yang berbeda atau mentransfer pembelajaran. Pada fase ini guru

mengarahkan siswa untuk berpikir, mencari, menemukan hubungan

antar konsep atau memperluas konsep yang telah mereka pelajari.

Deskripsi desain pembelajaran dengan model learning cycle 7E

yang direkomendasikan oleh NSTA disajikan pada Tabel 2.1.


20

Tabel 2.1 Instructional Design Model Recomended by the NSTA


Phase Description Example/Sugestion for Classroom Instruction
Elicit  extract or draw  Think-Pair-Share
attention to prior  Draw-What-You-Know
understandings and
knowledge
 new knowledge is
built on existing
knowledge
Engage  focus student thinking  Students ask open-ended question
on content  Think-Pair-Share to provide conversation
 provide conversation opportunities as response to question
opportunities for all prompts
students, not a select  Demonstration by teacher with written
few observations by students
 Foldables for creating visual
representations of content and/or
vocabulary
 Student created skits to explain or represent
knowledge
 One-to-one technologies (ie: graphing
calculators, interactive white boards,
interactive Websites)
 Inquiry-Based Learning Stations: discovery,
student-centered
Explain  Jigsaw groups where  Students construct explanations and design
student become group solutions
experts and then  Engage in arguments from evidence
travel to other groups  Obtain, evaluate and communicate
to share their specific information
components  Oral presentation of lab results
 Oral presentation of project
Elaborate/  transfer of learning  Assessments which include questions
Extend  transfer one concept related to labs and require application of
to another new knowledge
 transfer subject to  Students design a product which applies
subject findings to authentic situations
 application to a new  Students create performance tasks
context  Students design real-life solutions to
existing problems based on new knowledge
Evaluate  formative  Student converse during learning activities
 summative for student and teacher commentary/
 informal feedback.
 formal  Rubrics
 Self-Assessment
21

Berdasarkan tabel di atas maka disusun desain pembelajaran

learning cycle 7E dalam pembelajaran di kelas. Penyusunan desain

pembelajaran berorietasi pada tujuan (Degeng, 1997, p. 6). Menurut

Sukmadinata (1997) prinsip penyusunan desain pembelajaran meliputi: (1)

Relevansi, berhubungan dengan kurikulum dan komponen-komponenya;

(2) Fleksibilitas, memiliki sifat luwes, lentur, dan fleksibel dalam

pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian

berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang,

serta kemampuan dan latar belakang peserta didik; (3) Kontinuitas,

pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan harus memperhatikan

kesinambungan baik dalam tingkat kelas maupun antar jenjang

pendidikan; (4) Efisiensi, dalam desain pembelajaran mendayagunakan

waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan

tepat sehibgga hasilnya memadai; dan (5) Efektivitas, mengusahakan agar

kegiatan dalam desain pembelajaran mencapai tujuan tanpa kegiatan yang

mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Berdasarkan prinsip

tersebut, desain pembelajaran pada penelitian ini disusun dengan cara

memodifikasi desain pembelajaran yang direkomendasikan NCTA yang

disesuaikan dengan tujuan yang diharapkan. Desain pembelajaran di kelas

berdasarkan model learning cycle 7E pada penelitian ini ditunjukkan pada

Tabel 2.2.
22

Tabel 2.2 Desain Pembelajaran Learning Cycle 7E


Fase Deskripsi Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Elicit  Menyelidiki  Mengajukan  Mengingat
pengetahuan awal pertanyaan untuk kembali
yang telah menggali  Menjawab
dimiliki siswa pengetahuan awal pertanyaan yang
yang berkaitan siswa diajukan guru
dengan materi berdasarkan
pembelajaran pengtahuannya
Engage  Memfokuskan  Menyajikan gambar  Memperhatikan
perhatian dan atau bercerita penjelasan guru
memotivasi siswa tentang fenomena  Memberikan
 Bertukar informasi yang sering terjadi pendapatnya
dan pengalaman dalam kehidupan mengenai
dengan siswa sehari-hari dan pertanyaan yang
memberikan diajukan guru
pertanyaan untuk
membangkitkan
motivasi dan
keingintahuan siswa
Explore  Melakukan  Mendorong siswa  Melakukan
pengamatan atau untuk aktif eksplorasi
penyelidikan bekerjasama dalam  Mencatat data,
 Mencatat data, kelompok untuk membuat grafik
membuat grafik, melakukan dan
menginterprestasi eksplorasi menginterprestasik
hasil  Membimbing siswa an hasil
 Diskusi kelompok berdiskusi dan  Berdiskusi
menyiapkan laporan kelompok
Elabor-  Aplikasi pada  Memberikan  Menerapkan
ate konteks baru permasalahan dan pengetahuan yang
 Mengembangkan mengarahkan siswa telah diperoleh
apa yang siswa untuk pada situasi baru
dapat pada fase menyelesaiakannya
explore
Evaluate  Melakukan  Memberikan soal  Menggunakan
penilaian terhadap evaluasi konsep dan
aspek  Melakukan pengetahuan yang
pengetahauan dan penilaian kinerja telah diperoleh
keterampilan baik melalui observasi untuk
penilaian formatif, selama proses menyelesaikan soal
sumatif, informal, pembelajaran evaluasi
dan formal
23

Fase Deskripsi Kegiatan Guru Kegiatan siswa

Extend  Menghubungkan  Membimbing siswa  Menggunakan


satu konsep ke untuk menggunakan konsep yang telah
konsep lain konsep yang telah didapat ke dalam
 Menghubungkan didapat pada situasi situasi baru
subjek ke subjek baru sebagai aplikasi sebagai aplikasi
lain konsep dan konsep yang
 Transfer belajar hubungannya dipelajari baik dari
dengan konsep lain, suatu konsep ke
bidang ilmu lain konsep lain,
maupun kehidupan bidang ilmu lain
sehari-hari maupun kehidupan
sehari-hari

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

learning cycle 7E adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa yang

terdiri dari tujuh tahap pembelajaran yaitu elicit, engage, explore, explain,

elaborate, evaluate, dan extend yang disusun sedemikian rupa sehingga

siswa dapat menguasai kompetensi dengan cara berperan aktif. Elicit, fase

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terhadap materi yang akan

dipelajari. Engage, fase untuk memfokuskan perhatian dan memotivasi

siswa agar berminat untuk melibatkan diri dalam pembelajaran. Explore,

fase yang memberikan kesempatan siswa untuk memperoleh pengetahuan

dengan pengalaman langsung. Explain, fase yang memberikan kesempatan

siswa untuk menjelaskan hasil fase explore. Elaborate, fase untuk

memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan pada

situasi baru. Evaluate, fase untuk mengevaluasi pemahaman siswa. Extend,

fase yang bertujuan untuk mengaplikasikan konsep atau memperluas

konsep yang telah dipelajari.


24

3. Teori Pembelajaran yang Mendasari Learning Cycle

Gagasan konstruktivisme pertama kali diperkenalkan oleh Piaget

sebagaimana yang dikemukakan oleh Dahar (1989, p. 159) bahwa,

“Berdasarkan penilaiannya tentang bagaimana anak-anak memperoleh

pengetahuannya, Piaget sampai pada kesimpulan bahwa pengetahuan itu

dibangun dalam pemikiran anak. Penelitiannya inilah yang menyebabkan

dia dikenal sebagai konstruktivisme pertama”.

Konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi (bentukan)

kita sendiri. Pengetahuan dibentuk oleh struktur konsep seseorang

sewaktu berinteraksi dengan lingkungan. Berdasarkan teori

konstruktivisme siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan

informasi, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut

pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar tidak hanya tergantung

pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal

siswa. Prinsip penerapan konstruktivisme di sekolah yaitu pengetahuan

tidak dapat dipindahkan secara utuh dari guru kepada siswa, namun secara

aktif dibangun sendiri oleh siswa dengan bantuan guru melalui

pengalaman yang nyata.

Piaget dan para kontruktivisme lain pada umumnya berpendapat

bahwa dalam mengajar seharusnya memperhatikan pengetahuan yang

telah diperoleh sebelumnya. Dahar (1989, p. 167) menyatakan bahwa,


25

“mengajar bukan sebagai proses dimana gagasan dipindahkan pada siswa

melainkan sebagai proses untuk membangun gagasan siswa yang sudah

ada yang mungkin salah”.

Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori

belajar Piaget (Renner et al, 1988), teori belajar yang berbasis

konstruktivisme. Model pembelajaran ini menyarankan agar proses

pembelajaran melibatkan siswa agar proses asimilasi, akomodasi, dan

organisasi dalam struktur kognitif siswa tercapai. Karplus dan Their

mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan ide Piaget. Dalam hal

ini siswa diberi kesempatan untuk mengasimilasi informasi dengan cara

mengeksplorasi lingkungan, mengakomodasi informasi dengan cara

mengembangkan konsep, mengorganisasikan informasi dan

menghubungkan konsep-konsep baru dengan menggunakan atau

memperluas konsep yang dimiliki untuk menjelaskan suatu fenomena yang

berbeda. Implementasi teori Piaget oleh Karplus dikembangkan menjadi

fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.

C. Perangkat Pembelajaran Learning Cycle 7E

Perencanaan merupakan bagian penting dalam pembelajaran seperti

yang dinyatakan Moore (2009, p. 94) bahwa “planning is essential to achieving

excellence in instruction”. Guru matematika perlu membuat suatu perencanaan

terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran. Ediger dan Rao (2011, p.

53) menyatakan bahwa “mathematics teachers need to prepare daily lesson


26

plan involving the best objectives, learning activities, and assessment

approaches”.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65

Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

disebutkan bahwa perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana

pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat

penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Menurut Suhadi (2007, p.

2) perangkat pembelajaran adalah sejumlah bahan, alat, media, petunjuk dan

pedoman yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Perangkat

pembelajaran dirancang dan disusun untuk menunjang pelaksanaan proses

pembelajaran sehingga dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat mencapai

tujuan yang diharapkan. Sedangkan menurut Hobri (2010, p. 31) perangkat

pembelajaran merupakan sekumpulan sumber belajar yang memungkinkan

guru dan siswa melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini

perangkat pembelajaran meliputi RPP dan LKS yang disusun berdasarkan

model learning cycle 7E serta THB.

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk

mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan

dijabarkan dalam silabus (Supinah, 2008, p. 26). Menurut Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013, RPP adalah

rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau


27

lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan

pembelajaran dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. RPP dalam

penelitian ini disusun berdasarkan tahapan model learning cycle 7E pada

materi prisma dan limas yang terdiri dari tiga kegiatan yaitu:

a. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan meliputi fase elicit dan fase engage.

Pada fase elicit, guru menyelidiki pengetahuan awal yang telah

dimiliki siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

Pada fase engage, guru memfokuskan perhatian, membangkitkan

minat dan motivasi siswa untuk melibatkan diri dalam pembelajaran.

b. Kegiatan Inti

Kegiatan inti meliputi fase explore, fase explain, dan fase

elaborate. Pada fase explore, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk menemukan konsep yang dipelajari melalui pengalaman

langsung. Pada fase explain, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengemukakan hasil fase explore. Pada fase elaborate,

guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan

pengetahuannya pada situasi baru.

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan akhir meliputi fase evaluate dan fase extend. Pada

fase evaluate, guru mengevaluasi pemahaman siswa. Pada fase extend,

guru membimbing siswa untuk menggunakan konsep yang telah

didapat ke dalam situasi baru sebagai aplikasi pemahaman.


28

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kerja ini berisi petunjuk dan

langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang diberikan oleh

guru kepada siswanya (Widyantini, 2013, p. 3). Lebih lanjut dikatakan

bahwa kriteria LKS yang berkualitas yaitu menimbulkan minat baca,

menjelaskan tujuan instruksional, disusun berdasarkan pola belajar yang

fleksibel, struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang

akan dicapai, memberi kesempatan siswa untuk berlatih, mengakomodasi

kesulitan siswa, gaya penulisan komunikatif, dikemas untuk proses

instruksional, dan mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan

balik siswa.

Manfaat LKS yaitu memudahkan guru dalam melaksanakan

pembelajaran dan bagi siswa akan melatih belajar secara mandiri dan

belajar memahami suatu tugas secara tertulis. Langkah-langkah menyusun

LKS menurut Suyono dan Hariyanto (2015, p. 264) yaitu:

a. Mengkaji ulang dan mendalami materi yang akan dipelajari siswa

mulai dari kompetensi dasar, indikator hasil belajar, dan sistematika

keilmuannya.

b. Mengidentifikasi jenis keterampilan proses yang akan dikembangkan

pada saat mempelajari materi tersebut.

c. Menetapkan bentuk LKS yang sesuai dengan materi yang akan

diajarkan.
29

d. Merancang kegiatan yang akan ditampilkan pada LKS sesuai dengan

keterampilan proses yang akan dikembangkan.

e. Mengubah rancangan menjadi LKS dengan tata letak yang menarik,

mudah dibaca dan digunakan.

f. Menguji coba LKS apakah sudah dapat digunakan siswa untuk

melihat kekurangan-kekurangannya.

g. Merevisi LKS.

LKS yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan model

learning cycle 7E dan memperhatikan tiga aspek yaitu format, isi, dan

bahasa. Aspek format meliputi harus memiliki daya tarik, memiliki sistem

penomoran yang jelas, pengaturan ruang/tata letak, dan jenis dan ukuran

huruf sesuai. Aspek isi meliputi kebenaran materi, kesesuaian materi

dengan tujuan pembelajaran, masalah atau soal yang diajukan sesuai

dengan karakteristik pembelajaran learning cycle 7E, kesesuaian dengan

langkah-langkah model learning cycle 7E, peranannya dalam mendorong

siswa menemukan konsep secara mandiri atau kelompok, dan kesesuaian

gambar yang digunakan dengan materi. Aspek bahasa meliputi kebenaran

tata bahasa, kesederhanaan struktur kalimat, kejelasan petunjuk dan arahan

serta kekomunikatifan bahasa yang digunakan.

3. Tes Hasil Belajar (THB)

Tes hasil belajar atau achievement test adalah tes yang

dipergunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh

guru kepada murid-muridnya, atau oleh dosen kepada mahasiswa, dalam


30

jangka waktu tertentu (Purwanto, 2013, p. 33). THB dibuat mengacu pada

kompetensi dasar yang ingin dicapai, dijabarkan ke dalam indikator

pencapaian hasil belajar dan disusun berdasarkan kisi-kisi penulisan butir

soal lengkap dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran.

Prinsip penyusunan THB menurut Sudijono (2007) yaitu: (1) Tes

hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah

ditetapkan; (2) Butir-butir soal tes hasil belajar harus merupakan sampel

yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan; (3)

Bentuk soal yang dalam tes hasil belajar harus bervariasi; (4) Tes hasil

belajar harus dirancang sesuai kegunaannya; (5) Tes hasil belajar harus

memiliki reliabilitas yang dapat diandalkan; dan (6) Alat untuk mencari

informasi yang berguna untuk memperbaik cara belajar dan cara mengajar

guru itu sendiri.

Tes Hasil Belajar dalam penelitian ini merupakan alat penilaian

yang berisi butir-butir soal mengenai materi prisma dan limas yang

digunakan untuk menentukan validitas butir soal, reliabititas tes, dan

sensitivitas butir soal serta menentukan ketuntasan belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas perangkat pembelajaran learning cycle 7E

adalah sekumpulan sumber belajar yang digunakan guru dan siswa dalam

melaksanakan proses pembelajaran di kelas yang meliputi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil

Belajar (THB).
31

D. Kualitas Perangkat Pembelajaran

Untuk melaksanakan pembelajaran yang baik diperlukan sarana

penunjang diantaranya perangkat pembelajaran yang berkualitas baik.

Perangkat pembelajaran dapat dikatakan berkualitas baik apabila memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif. Nieveen (1999, p. 127) menyatakan bahwa,

The components of the intervention should be based on state-of-the-art


knowledge (content validity) and all componenets should be consistently
linked to each other (construct validity). If the intervention meets these
requirements it is considered to be valid. Another characteristic of high-
quality interventions is that end-users (for instance the teachers and
leaners) consider the intervention to be usable and that is easy fo them to
use the materials in a way that is largely compatible with the developers’
intentions. If these conditions are met, we call these interventions
practical. A third characteristic of high quality interventions is that they
result in the desired outcomes, i.e. that the intervention is effective.

Lebih lanjut Nieveen (1999, p. 127) menyatakan bahwa, “however, we

consider the three quality aspect (validity, practically and effectiveness) also to

be applicable to a much wider array of educational product”.

1. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika setiap komponen yang ada

pada setiap perangkat yang dikembangkan dalam kategori baik, yaitu

sesuai dengan subjek disiplin ilmu dan terhubung secara konsisten. Hal ini

ditunjukkan dengan hasil validasi perangkat pembelajaran yang dilakukan

oleh para validator. Suatu THB dikatakan valid, selain penilaian yang baik

dari validator, THB harus memenuhi kriteria validitas, reliabilitas dan

sensitivitas. Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap

konsep yang dinilai, sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya

dinilai (Sudjana, 2004:12). Sedangkan reliabilitas merupakan konsistensi

alat ukur yaitu jika dilakukan berulang kali hasilnya tidak jauh beda.
32

Kemudian sensitivitas merupakan ukuran seberapa baik butir soal

menunjukan tingkat kemampuan antara siswa yang telah menerima

pembelajaran dengan siswa yang belum menerima pembelajaran. Untuk

menentukan sensitivitas suatu pembelajaran, butir soal yang digunakan

pada uji awal dan uji akhir adalah sama.

2. Perangkat pembelajaran dikatakan berkualitas baik jika perangkat

pembelajaran tersebut praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi

jika kenyataan menunjukkan bahwa guru dan siswa menganggap bahwa

perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat dipergunakan dan

mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran sesuai dengan perangkat

pembelajaran tersebut. Ini berarti seharusnya terdapat kekonsistenan antara

perangkat pembelajaran yang dikembangkan dan secara operasional dalam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran memberikan hasil yang sesuai dengan

yang diharapkan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil data pengamatan

tentang kemampuan guru mengelola pembelajaran dan hasil pegamatan

aktivitas siswa yang menunjukan bahwa siswa dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.

3. Pembelajaran dikatakan efektif jika terdapat kekonsistenan antara

indikator pencapaian hasil belajar siswa yang ada dalam perangkat

pembelajaran dengan hasil dari pelaksanaan pembelajaran. Hal ini

ditunjukkan dengan data respon siswa dan data ketuntasan belajar siswa

secara klasikal.
33

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perangkat

pembelajaran yang berkualitas baik adalah perangkat pembelajaran yang

memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

1. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika:

a. Penilaian validator terhadap setiap kriteria perangkat RPP dan LKS

dalam kategori minimal baik.

b. THB dinyatakan baik oleh validator dan memenuhi kriteria validitas,

reliabilitas, dan sensitivitas.

2. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika:

a. Perangkat dapat digunakan oleh guru yang ditunjukkan oleh hasil

pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, yaitu

penilaian setiap aspek dalam setiap pertemuan mempunyai kategori

minimal baik.

b. Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran pada setiap fase sesuai dengan

alokasi waktu ideal yang termuat dalam RPP dengan toleransi 10%.

3. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika:

a. Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran positif, yaitu jika jumlah siswa yang merespons memilih

pernyataan positif atau memberi tanggapan “Ya” minimal 70% untuk

setiap aspek yang ditanyakan.

b. Tercapainya ketuntasan belajar klasikal, yaitu jika minimal 80% siswa

mendapat nilai ≥ KKM dengan KKM = 73.


34

E. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model ADDIE

Dalam melaksanakan pengembangan perangkat pembelajaran

diperlukan model pengembangan yang dijadikan pedoman. Dalam penelitian

ini, proses pengembangan perangkat berdasarkan model pengembangan

ADDIE. Badarudin (2011) menyimpulkan bahwa ADDIE menjadi

pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur perangkat

pembelajaran yang efektif, dinamis dan mendukung proses pembelajaran itu.

Dengan model pengembangan ADDIE, perangkat yang dihasilkan menjadi

perangkat yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, kurikulum yang

sedang dijalankan, kondisi siswa, dan materi pembelajaran. Dari kesesuaian

tersebut, didapatkan proses pembelajaran yang efektif serta hasil belajar yang

maksimal. Branch (2009, p. 2) menyatakan bahwa,

ADDIE is acronym for Analyze, Design, Develop, Implement, and Evaluate.


Creating products using an ADDIE process remains on of todays most
effective tools. Because ADDIE is merely a process that serves as a guiding
framework for complex situations, it is appropriate for developing
educational products and other learning resources.

Lebih lanjut Branch (2009, p. 3) menyatakan bahwa “the fundamental tenet of

ADDIE is that all planned activities focus on guiding the student as she or he

constructs knowledge in some learning space”. Dengan demikian model

pengembangan ADDIE sesuai apabila diterapkan untuk mengembangkan

produk pendidikan dan sumber belajar yang fokus pada pembinaan siswa

dalam membangun pengetahuannya. Tahap pengembangan model ADDIE

menurut Branch ditunjukkan pada Tabel 2.3.


35

Tabel 2.3 Tahap Pengembangan Model ADDIE Menurut Branch


Analyze Design Develop Implement Evaluate
Identify the probable Verify the Generate and Prepare the Assess the
causes for a desired validate the learning quality of the
Concept

performance gap performance learning environment and instructional


and resources engage the products and
appropriate students processes, both
testing before and after
methods implementation

1. Validate the 1. Conduct a 1. Generate 1. Prepare the 1. Determine


performance gap task content teacher evaluation
2. Determine inventory 2. Select or 2. Prepare the criteria
instructional 2. Compose develop students 2. Select
goals performan supporting evaluation
3. Confirm the ce media tools
intended objectives 3. Develop 3. Conduct
Common Procedures

audience 3. Generate guidance for evaluations


4. Identify required testing the student
resources strategies 4. Develop
5. Determine 4. Calculate guidance for
potential delivery return on the teacher
systems investment 5. Conduct
(including cost formative
estimate) revisions
6. Compose a 6. Conduct a
project pilot test
management plan
Analysis Summary Design Brief Learning Implementation Evaluation Plan
Resources Strategy
(Sumber: Branch, 2009, p.3)
Tahapan pengembangan model ADDIE menurut Branch terdiri dari

tahap analyze, design, develop, implement, dan evaluate.

1. Analyze

Tujuan tahap analisis yaitu untuk mengidentifikasi kemungkinan

penyebab adanya kesenjangan atau permasalahan. Prosedur umum yang

berkaitan dengan tahap analyze yaitu sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi Masalah

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menghasilkan tujuan yang

didasarkan pada permasalahan yang ada. Oleh karena itu, langkah


36

awal dalam proses pengembangan yaitu mencari tahu penyebab

terjadinya permasalahan. Penyebab terjadinya performance gap:

1) Lack of Resources

Kesenjangan kinerja yang disebabkan oleh lack of

resources atau kurangnya sumber belajar mengindikasikan bahwa

siswa memiliki motivasi untuk meraih pencapaian tertentu dalam

proses pembelajaran tetapi sumber belajar yang dibutuhkan tidak

tersedia. Hal ini bisa dikarenakan kapasitas teknologi yang

terbatas, kapasitas kognitif yang terbatas, dan kapasitas proses

yang terbatas pula.

2) Lack of Motivation

Kesenjangan kinerja yang dikarenakan lack of motivation

mengindikasikan bahwa siswa memiliki kapasitas untuk meraih

suatu pencapaian dalam proses pembelajaran tetapi mereka

memilih untuk tidak melakukan itu, sehingga memotivasi siswa

untuk meraih pencapaian pembelajaran menjadi solusi terbaik.

3) Lack of Knowledge and Skill

Kesenjangan kinerja yang diakibatkan kurangnya

pengetahuan atau keterampilan mengindikasikan bahwa siswa

memiliki sumber belajar dan memiliki keinginan untuk meraih

suatu pencapaian, tetapi siswa tidak memiliki pengetahuan atau

keterampilan yang dibutuhkan sehingga pembelajaran menjadi

solusi terbaik.
37

b. Menentukan Tujuan Umum Pembelajaran

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menghasilkan tujuan yang

didasarkan pada performance gap yang disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan keterampilan. Tujuan ini menggambarkan tugas yang

secara umum akan ditampilkan siswa diakhir pembelajaran.

c. Menganalisis Siswa

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi kemampuan,

pengalaman, preferensi, dan motivasi siswa. Salah satu tugas penting

bagi peneliti dalam tahap analisis yaitu mengumpulkan data untuk

mengetahui karakteristik siswa. Data yang dapat dikumpulkan

meliputi: (1) Group Identification; (2) General Characteristics; (3)

Numbers of Students; (4) Location of Students; (5) Experience Levels;

(6) Students Attitudes; dan (6) Skills that impact potential to succeed

in the learning encironment.

d. Mengaudit Sumber yang Ada

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi semua

sumber yang dibutuhkan untuk melengkapi proses pegembangan

ADDIE. Adapun tipe sumber tersebut meliputi:

1) Content Resources

2) Technology Resources

3) Instructional Facilities

4) Human Resources
38

e. Merekomendasikan Sistem Penyampaian yang Memiliki Potensi

(termasuk perkiraan biaya)

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menentukan sistem

penyampaian yang potensial serta perkiraan biaya yang diperlukan.

Adapun sistem penyampaian yang dapat dilakukan meliputi: (1)

Pertemuan tatap muka; (2) Pembelajaran berbasis komputer; (3)

Video; (4) Sistem manajemen berbasis internet; dan (5) Pencampuran

dua atau lebih cara.

f. Menyusun Rencana Manajemen Proyek

Tujuan prosedur ini yaitu untuk membuat dokumen penting

tentang semua yang diharapkan oleh semua pihak yang terlibat dalam

pengembangan.

2. Design

Tujuan tahap desain yaitu untuk memverifikasi kinerja yang

diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Prosedur umum yang terkait

dalam tahap ini yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan Inventarisasi Tugas

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi tugas penting

yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melakukan

inventaris tugas merupakan prosedur pertama dalam tahap desain

proses ADDIE dan merupakan proses yang penting karena: (1)

Menentukan pencapaian yang diinginkan; (2) Mengidentifikasi tugas

belajar utama yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; (3)


39

Menginventarisasikan langkah-langkah yang diperlukan untuk

melakukan tugas-tugas yang kompleks; dan (4) Memfasilitasi cara

untuk mengetahui kesiapan belajar

b. Menyusun Tujuan Khusus Pembelajaran

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menyusun tujuan yang

meliputi komponen kondisi, komponen kinerja, dan komponen

kriteria. Tujuan ini menunjukkan kinerja spesifik yang diinginkan.

c. Menghasilkan Strategi Penilaian

Tujuan prosedur ini yaitu untuk membuat item untuk menilai

kinerja siswa. Penilaian merupakan bagian terintegrasi dari

pembelajaran. Penilaian memberikan umpan balik kepada guru

tentang bagaimana pembelajaran yang sedang terjadi, untuk siswa

tentang kemajuan yang dia buat, dan untuk perancang tentang

seberapa baik pembelajaran tersebut memfasilitasi tercapainya tujuan.

Dengan kata lain, penilaian diperlukan untuk mengetahui apakah

siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan selama proses ADDIE

atau tidak.

d. Menghitung Return on Invesment

Tujuan prosedur ini yaitu memperkirakan biaya untuk

menyelesaikan keseluruhan proses ADDIE. Prosedur menghitung

Return on Investment yaitu: (1) Menghitung biaya pembelajaran; (2)

Menghitung manfaat yang didapat; dan (3) Membandingkan manfaat

dengan biaya pembelajaran.


40

3. Develop

Tujuan tahap pengembangan yaitu untuk menghasilkan dan

memvalidasi sumber belajar yang telah dipilih. Prosedur umum yang

dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Menentukan Isi

Tujuan prosedur ini untuk menghasilkan isi pembelajaran. Isi

atau konten merupakan poin penting untuk melibatkan siswa selama

proses pembelajaran. Konten haruslah dapat dijelaskan dengan baik

selama proses pembelajaran.

b. Memilih atau Mengembangkan Media

Tujuan tahap ini yaitu untuk memilih atau mengembangkan

media yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media yang

digunakan harus dapat mendukung pembelajaran. Secara teori alasan

pemilihan media yaitu meningkatkan kualitas pembelajaran,

memberikan dan menguatkan pengetahuan dan keterampilan, dan

mengakomodir berbagai gaya belajar.

c. Mengembangkan Panduan untuk Siswa

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menyediakan informasi untuk

membimbing siswa selama proses pembelajaran.

d. Mengembangkan Panduan untuk Guru

Tujuan prosedur ini yaitu untuk menyediakan informasi untuk

membimbing guru dalam memfasilitasi proses pembelajaran.


41

e. Melakukan Revisi Formatif

Tujuan prosedur ini yaitu untuk merevisi proses dan hasil

pengembangan sebelum implementasi.

f. Melakukan Uji Coba

Tujuan prosedur ini yaitu untuk melakukan uji lapangan

sebagai tahap akhir dari tahap evaluasi formatif. Evaluasi formatif

pada tahap ini bertujuan untuk mengumpulkan data yang dapat

digunakan untuk merevisi perangkat pembelajaran yang

dikembangkan sebelum diterapkan pada tahap implementasi.

4. Implement

Tujuan tahap implementasi yaitu untuk mengadakan pembelajaran

dengan melibatkan siswa. Tahap ini mengindikasikan kesimpulan dari

tahap pengembangan dan akhir dari evaluasi formatif. Prosedur umum

yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut:

a. Mempersiapkan Guru

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi dan

mempersiapkan guru untuk memfasilitasi pembelajaran di kelas

dengan menggunakan sumber belajar yang telah dikembangkan.

b. Mempersiapkan Siswa

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi dan

mempersiapkan siswa untuk secara aktif berpartisipasi dalam

pembelajaran dan berinteraksi dengan sumber belajar yang telah

dikembangkan.
42

5. Evaluate

Tujuan tahap evaluasi yaitu untuk menilai kualitas produk

pembelajaran yang dikembangkan. Prosedur umum yang dilakukan pada

tahap ini meliputi:

a. Menentukan Kriteria Evaluasi

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi kriteria yang

digunakan terkait desain pembelajaran.

b. Menentukan Instrumen Evaluasi

Tujuan prosedur ini yaitu untuk mengidentifikasi atribut utama

untuk masing-masing alat evaluasi yang dipilih dalam pengembangan

model ADDIE.

c. Melakukan Evaluasi

Tujuan prosedur ini yaitu untuk melakukan evaluasi untuk

mengetahui kualitas pembelajaran berdasarkan dari kriteria evaluasi

yang telah ditentukan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model ADDIE dengan

beberapa langkah yang dimodifikasi sesuai kepentingan penelitian. Langkah-

langkah pengembangan ADDIE pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Analyze

Pada tahap analisis peneliti melakukan empat dari enam langkah

yang ada, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, (2) menentukan tujuan

umum pembelajaran; (3) menganalisis siswa; dan (4) menentukan sistem

penyampaian. Pada penelitian ini tahap rencana manajemen proyek tidak


43

dilakukan karena hanya peneliti yang terlibat dalam pengembangan

perangkat pembelajaran. Tahap mengaudit sumber belajar juga tidak

dilakukan karena perangkat yang akan dikembangkan mencakup LKS

sebagai salah satu sumber belajar siswa. Khusus untuk tahap penentuan

sistem penyampaian yang memiliki potensi, peneliti tidak mendeskripsikan

tentang biaya karena tidak relevan dengan penelitian.

2. Design

Pada tahap desain peneliti tidak melakukan prosedur menghitung

return on investmen karena tidak menjadi pertimbangan dalam penelitian.

Deskripsi tahap desain dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

a. Melakukan Inventarisasi Tugas

Dalam tahap ini peneliti melakukan kegiatan yang meliputi

melihat kembali pernyataan tujuan pembelajaran, menetapkan tujuan

pembelajaran, mengidentifikasi tugas pembelajaran yang utama, dan

menspesifikasikan pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

b. Menyusun Tujuan Khusus Pembelajaran

Dalam tahap ini, peneliti menyusun tujuan khusus

pembelajaran yang didasarkan pada tujuan umum pembelajaran yang

telah ditetapkan pada tahap analisis.

c. Menentukan Strategi Penilaian

Dalam tahap ini, peneliti menyusun tes untuk menilai hasil

belajar siswa yaitu Tes Hasil Belajar (THB).


44

3. Develop

Pada tahap pengembangan peneliti menghasilkan apa yang sudah

direncanakan pada tahap desain. Prosedur yang dilakukan pada tahap

desain yaitu sebagai berikut:

a. Menentukan Isi

Dalam tahap ini peneliti menentukan isi atau konten yang akan

disampaikan kepada siswa.

b. Memilih atau Mengembangkan Media

Dalam tahap ini peneliti memilih media yang digunakan dalam

pembelajaran yaitu model kubus, balok, prisma dan limas.

c. Mengembangkan Panduan untuk Siswa

Dalam tahap ini peneliti mengembangkan LKS yang disusun

berdasarkan model learning cycle 7E.

d. Mengembangkan Panduan untuk Guru

Dalam tahap ini peneliti mengembangkan RPP yang disusun

berdasarkan model learning cycle 7E.

e. Melakukan Revisi Formatif

Sebelum melakukan revisi formatif peneliti menyusun

instrumen penelitian terlebih dahulu yang selanjutnya dikonsultasikan

kepada kedua pembimbing. Revisi formatif dilakukan dengan cara

memvalidasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan. Hasil

penilaian dan saran dari validator dijadikan bahan untuk merevisi

perangkat pembelajaran sebelum diujicobakan. Sebelum perangkat


45

digunakan pada tahap uji coba terlebih dahulu dilakukan uji

keterbacaan.

f. Melakukan Uji Coba

Dalam tahap ini peneliti melakukan uji coba lapangan sebagai

tahap akhir dari evaluasi formatif. Hasil uji coba menjadi bahan untuk

mengevaluasi perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebelum

digunakan pada tahap implementasi.

4. Implement

Tahap ini merupakan tahap untuk menerapkan perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan. Tujuan tahap ini yaitu untuk

mendapatkan data keefektifan pembelajaran dengan menggunakan

perangkat yang telah dikembangkan. Hasil tahap ini digunakan sebagai

bahan untuk evaluasi pada tahap evaluate. Prosedur tahap implementasi

pada penelitian ini sebagai berikut:

a. Mempersiapkan Guru

Pada tahap ini peneliti memastikan kesiapan guru sebelum

melakukan pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan. Kesiapan yang dimaksud

yaitu pemahaman guru terhadap perangkat yang akan digunakan.

b. Mempersiapkan Siswa

Pada tahap ini peneliti memastikan kesiapan siswa yang akan

menjadi subjek penelitian ini apakah sudah siap mengikuti seluruh

proses pembelajaran yang akan dilakukan.


46

5. Evaluate

Tahap evaluate merupakan proses untuk melihat apakah

pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran learning

cycle 7E pada materi prisma dan limas yang telah dikembangkan efektif

atau tidak. Tahap evaluasi ini merupakan tahap evaluasi sumatif, yaitu

mengevaluasi empat tahapan sebelumnya, dengan cara menganalisis

semua tahap apakah sudah sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

perangkat pembelajaran adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk

menghasilkan perangkat pembelajaran yang berkualitas baik. Dalam penelitian

ini proses pengembangan perangkat pembelajaran berdasarkan model

pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahap yaitu analyze, design,

develop, implement dan evaluate. Analyze, meliputi mengidentifikasi masalah,

menentukan tujuan umum pembelajaran, menganalisis siswa, dan menentukan

sistem penyampaian. Design, yaitu melakukan inventarisasi tugas, menyusun

tujuan khusus pembelajaran, dan menentukan strategi penilaian. Develop,

meliputi menentukan isi, mengembangkan media, mengembangkan panduan

untuk guru, melakukan revisi formatif, dan melakukan uji coba. Implement,

yaitu untuk menerapkan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan.

Evaluate, yaitu proses untuk mengetahui keefektifan pembelajaran learning

cycle 7E dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan.
47

F. Keefektifan Pembelajaran Learning Cycle 7E

Menurut Pasaribu dan Simanjuntak (Suryosubroto, 1997, p. 9),

efektivitas pembelajaran dapat ditinjau dari dua segi yaitu guru dan siswa.

Efektivitas dari segi guru berkaitan dengan pengelolaan guru dalam

pembelajaran, yaitu ukuran keterlaksanaan kegiatan belajar mengajar yang

telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan efektivitas dari segi siswa

berkaitan dengan sejauh mana tujuan pembelajaran yang diinginkan tercapai

melalui kegiatan belajar mengajar.

Slavin (2006) mengemukakan empat aspek yang menentukan

keefektifan pembelajaran, yaitu: (1) Kualitas pembelajaran, yaitu seberapa

besar kadar informasi yang disajikan sehingga siswa dengan mudah dapat

mempelajarinya; (2) Kesesuaian tingkat pembelajaran, yaitu sejauh mana guru

memastikan tingkat kesiapan siswa untuk mempelajari materi baru; (3)

Intensif, yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk mengerjakan

tugas-tugas dan mempelajari materi yang diberikan; (4) Waktu, yaitu lamanya

waktu yang diberikan kepada siswa untuk mempelajari materi. Berdasarkan

pendapat Slavin tersebut, keefektifan pembelajaran lebih menekankan pada

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, motivasi yang akan

berpengaruh terhadap aktivitas siswa, dan siswa dapat menyelesaikan pelajaran

sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Terkait dengan efektivitas, Kemp (2011, p. 354) menyatakan bahwa,

Effectiveness answer the question, ‘To what degree did students accomplish
the learning objectives prescribed for each unit of the course?”
Measurement of effectiveness can be ascertained from test score, ratings of
48

projects and performance, and records of observations of learner’s


behaviors.

Berdasarkan pendapat Kemp, keefektifan pembelajaran lebih menekankan pada

pencapaian tujuan pembelajaran dalam waktu yang telah ditentukan. Tujuan

pembelajaran tercapai jika siswa tuntas dalam mempelajari suatu materi.

Eggen dan Kauchak (2011, p. 2) mengemukakan bahwa “Effective

learning occurs when students are actively involved in organizing and finding

relationships in the information”. Maksudnya adalah proses pembelajaran itu

efektif apabila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian, penemuan

informasi, dan keterkaitan informasi yang diperoleh tersebut, siswa tidak hanya

menerima informasi secara pasif dari gurunya saja. Hasil pembelajaran tersebut

juga tidak hanya dapat meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa tetapi

juga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Sebagai

implikasi pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas, keterlibatan siswa dalam

pengorganisasian dan penemuan informasi harus diperhatikan sehingga

semakin aktif siswa dalam pembelajaran maka hasil belajarpun diharapkan

akan lebih baik dengan demikian keefektifan pembelajaran diharapkan dapat

tercapai. Eggen dan Keuchak lebih menekankan pada aktivitas siswa.

Sedangkan Djamarah (2002, p. 157) menyatakan bahwa minat mempengaruhi

proses dan hasil belajar siswa. Jika siswa tidak berminat untuk mempelajari

sesuatu maka tidak dapat diharapkan dia akan berhasil dengan baik dalam

mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika siswa belajar sesuai dengan minatnya

maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik


49

Pendapat-pendapat di atas sejalan dengan pendapat Kyiriacou (2009, p.

7) “Effective teaching can be defi ned as teaching that successfully achieves

the learning by pupils intended by the teacher”. Berdasarkan beberapa

pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah

suatu ukuran untuk menentukan seberapa jauh tujuan pembelajaran telah

tercapai. Dalam penelitian ini untuk mengukur keefektifan pembelajaran

learning cycle 7E ditetapkan empat indikator yaitu kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran, aktivitas siswa dalam pembelajaran, respons siswa

terhadap perangkat dan kegiatan pembelajaran, dan ketuntasan belajar siswa.

1. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan

dalam RPP sangat penting untuk diupayakan secara maksimal agar

siswa terlibat aktif baik mental, fisik maupun sosialnya agar proses

pembentukan pengetahuan menjadi efektif, untuk itu diperlukan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran sangat penting karena berhubungan langsung

dengan aktivitas belajar siswa di kelas yang dapat menentukan

keberhasilan guru dan siswa dalam pembelajaran. Menurut Woolfolk

(Ismail, 2010) keberhasilan guru dalam pembelajaran, disamping

ditentukan oleh pengetahuan guru tentang bahan ajar dan metode-

metode mengajar juga ditentukan oleh pengelolalan kelas.

Ismail (2010) menjelaskan bahwa kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran adalah upaya guru dalam mengelola


50

pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung dengan

dimensi: (1) menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang

optimal, (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran, (3) membina hubungan

yang positif dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Berdasarkan dimensi tersebut dapat disusun kriteria untuk mengetahui

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Dalam penelitian ini,

kriteria yang ditentukan ditekankan pada keterampilan operasional yaitu

keterampilan dalam interaksi belajar mengajar dalam pembelajaran

learning cycle 7E, meliputi:

a. Menyelidiki kemampuan awal yang telah dimiliki siswa (fase elicit).

b. Memfokuskan perhatian dan membangkitkan motivasi dan minat

siswa terhadap materi yang akan dipelajari (fase engage).

c. Membentuk kelompok belajar dan membimbing siswa untuk

mengamati, menyelidiki, mengumpulkan data, menganalisis, dan

menyimpulkan untuk menyelesaikan permasalahan (fase explore).

d. Membimbing siswa untuk merencanakan, menyiapkan, dan

menyajikan hasil fase explore dan mendorong siswa untuk

memberikan tanggapan, bertanya atau mengajukan pendapat terhadap

hasil diskusi kelompok lain (fase explain).

e. Mengarahkan siswa untuk menerapkan pemahamannya pada situasi

baru (fase elaborate).

f. Mengevaluasi pemahaman siswa (fase evaluate).


51

g. Mengarahkan dan membimbing siswa untuk menggunakan konsep

yang telah didapat pada situasi baru sebagai aplikasi konsep dan

hubungannya dengan konsep lain, bidang ilmu lain maupun dalam

kehidupan sehari-hari (fase extend).

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada penelitian

ini merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan setiap fase

pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan limas yang telah

direncanakan dalam RPP. Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dikatakan baik jika guru dapat melaksanakan setiap fase

pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan limas minimal

dalam kategori baik.

2. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran

Aktivitas siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam

kegiatan pembelajaran. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran

merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

Aktivitas belajar siswa adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar

yang meliputi kegiatan fisik dan psikis (Dimyati dan Mudjiono, 2006, p.

114). Aktivitas dalam pembelajaran bervariasi tidak hanya sekedar

melihat, mendengar, dan mencatat. Oleh karena itu, kreativitas guru

diperlukan agar dapat merencanakan kegiatan siswa yang bervariasi

sehingga pembelajaran berlangsung dinamis dan tidak membosankan.

Pada penelitian ini aktivitas siswa yang dimaksud yaitu aktivitas

yang dilakukan siswa pada setiap fase model learning cycle 7E, meliputi:
52

a. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta menjawab

pertanyaan guru (fase elicit).

b. Memfokuskan perhatian dan menunjukkan motivasi dan minat

terhadap materi yang akan dipelajari (fase engage).

c. Berdiskusi kelompok untuk mengamati, menyelidiki mengumpulkan

data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil untuk untuk

menyelesaikan permasalahan (fase explore).

d. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok, memperhatikan,

memberikan tanggapan, mengajukan pertanyaan, dan memberikan

pendapat terhadap presentasi kelompok lain (fase explain).

e. Membaca, memahami, dan menyelesaikan latihan pada LKS sebagai

penerapan pemahamannya pada situasi baru (fase elaborate).

f. Menyelesaikan soal evaluasi secara individual (fase evaluate).

g. Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi baru sebagai

aplikasi konsep dan hubungannya dengan konsep lain, bidang ilmu

lain maupun dalam kehidupan sehari-hari (fase extend).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa

merupakan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang meliputi

seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik fisik maupun psikis. Dengan

demikian aktivitas siswa dalam pembelajaran pada penelitian ini

merupakan keterlibatan siswa dalam pembelajaran learning cycle 7E pada

materi prisma dan limas sesuai yang telah direncanakan dalam RPP.

Aktivitas siswa dikatakan efektif apabila setiap aspek aktivitas siswa yang
53

diamati berada pada kategori baik, dimana siswa dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran pada setiap fase sesuai dengan alokasi waktu ideal

yang termuat dalam RPP dengan toleransi 10%.

3. Respons Siswa

Menurut KBBI respons berarti tanggapan, reaksi, jawaban.

Respons siswa dalam pembelajaran dapat dipengaruhi beberapa hal

diantaranya minat dan motivasi. Minat siswa dalam proses pembelajaran

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dimana semakin tinggi minat

siswa terhadap proses pembelajaran, semakin tinggi pula keinginan siswa

untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai maksimal. Hal

tersebut sejalan dengan pernyataan Suherman (2001, p. 78) bahwa minat

mempengaruhi hasil belajar siswa, jika siswa tidak berminat untuk

mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan berhasil

dengan baik dalam mempelajari hal tersebut, sebaliknya jika siswa belajar

sesuai dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik.

Selain minat belajar, motivasi belajar siswa juga mempunyai

pengaruh terhadap suksesnya hasil belajar siswa. Uno (2011, p. 23)

menyatakan bahwa motivasi belajar siswa dapat timbul karena faktor

intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor instrinsik berupa hasrat, keinginan

berhasil, dorongan belajar dan harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsik

berupa penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan

belajar yang menarik. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan


54

tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas

belajar yang lebih giat.

Berdasarkan uraian di atas maka yang dimaksud respons siswa

dalam penelitian ini adalah tanggapan atau pendapat siswa terhadap

komponen-komponen kegiatan pembelajaran. Salah satu cara untuk

mengetahui respons seseorang terhadap sesuatu yaitu dengan

menggunakan angket. Pembelajaran dikatakan efektif jika jumlah siswa

yang merespons memilih pernyataan positif atau memberi tanggapan “Ya”

minimal 70% untuk setiap aspek yang ditanyakan.

4. Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar berkaitan erat dengan hasil belajar siswa.

Degeng (1989, p. 166) menyatakan bahwa hubungan hasil belajar siswa

terhadap keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari tingkat persentase

siswa yang mencapai tingkat penguasaan tujuan dan persentase rata-rata

penguasaan tujuan oleh semua siswa. Ketuntasan belajar siswa dapat

dilihat secara kelompok maupun perorangan (Suryosubroto, 1997, p. 77).

Secara perorangan, ketuntasan belajar dinyatakan tercapai apabila siswa

telah mencapai taraf penguasaan minimal yang telah ditetapkan.

Sedangkan secara kelompok, ketuntasan belajar dinyatakan tercapai

apabila jumlah siswa yang telah memenuhi kriteria ketuntasan secara

perorangan dalam kelompok bersangkutan mencapai batas minimal

kriteria yang telah ditentukan. Dengan demikian pembelajaran dikatakan


55

efektif jika ketuntasan belajar siswa baik secara individual maupun

klasikal dapat tercapai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan

belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam

mengikuti pembelajaran terhadap standar ketuntasan yang telah

ditentukan. Dalam penelitian ini siswa dikatakan tuntas secara individu

jika memperoleh skor minimal sama dengan KKM. Ketuntasan belajar

klasikal tercapai jika 80% siswa dalam kelas mendapat nilai minimal sama

dengan KKM.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keefektifan

pembelajaran adalah ukuran keberhasilan pelaksanaan pembelajaran.

Pembelajaran learning cycle 7E efektif apabila memenuhi indikator: (1)

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik; (2) Aktivitas siswa

dalam pembelajaran efektif; (3) Respons siswa terhadap pembelajaran positif;

dan (4) ketuntasan belajar klasikal tercapai yaitu jika minimal 80% siswa

mencapai ketuntasan belajar.

G. Pembelajaran Prisma dan Limas

Prisma dan limas merupakan bagian dari geometri. Battista (Van de

Walle, Karp, Bay-Williams, 2014, p. 426) mendefinisikan geometry is a “

network of concepts, ways of reasoning and representation system” used to

explore and analyze shape and space. Salah satu cabang matematika yang

dipelajari di jenjang SMP yaitu geometri. Sahin menyatkan bahwa,

Geometry is one of the most important branches of mathematics education,


because the aim of the geometry teaching is to provide students with the
56

ability of critical thinking, problem solving and a better understanding of


the other subjects in mathematics by making the students have a high
level of geometric thinking skills (Aydogdu & Kesan, 2014, p. 53).

Sedangkan Ozerem (2012, p. 30) menyatakan bahwa, “studying geometry is an

important component of learning mathematics because it allows students to

analyse and interpret the world they live in as well as equip them with tools

they can apply in other areas of mathematics”. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa geometri merupakan materi yang penting untuk diajarkan

kepada siswa karena geometri memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memiliki kemampuan berpikir kritis, pemecahan masalah, kemampuan

pemahaman yang lebih baik terhadap topik matematika dengan memperoleh

kemampuan berpikir geometris.

Meskipun geometri merupakan materi yang penting tetapi banyak siswa

mengalami kesulitan dalam mempelajari geometri. Carroll menyatakan bahwa

“junior high and senior high school students often lack experience in reasoning

about geometric ideas” dan Mistretta meyatakan bahwa “middle school

students are capable of developing good reasoning about geometric situations

when students have had substantial experience in geometry during elementary

school, many students develop misconceptions and others fail to gobeyond

simple visualization of geometric figures” (Duru, 2010, p. 586).

Faktor penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari geometri

dimungkinkan karena geometri yang sifatnya abstrak. Sebagaimana pendapat

Hutkemri & Zakaria (Azizul & Din, 2016, p. 40) “geometry is one of the topics

in mathematics with abstract learning”. Menurut Tutkun & Ozturk “Learning


57

which involves abstract concepts is more difficult than learning concrete

concept (Azizul & Din, 2016, p. 40). Senada dengan pernyataan di atas, Hoyles

(Ozerem, 2012, p. 30) menjelaskan bahwa “geometry instruction is often more

complex than that of numerical operations or elementary algebra”. Oleh

karena itu, penting dalam pembelajaran geometri menggabungkan pendekatan

baru seperti menggunakan alat visual dan multimedia di dalam kelas. Gal,

Linchevski dan Van Hiele (Ozerem, 2012, p. 24) menyatakan bahwa “research

also indicates that children prefer to rely on a visual prototype rather than a

verbal definition when classifying and identifying shapes”.

Ozerem (2012, p. 33) menyatakan bahwa salah satu hal yang perlu

dipertimbangakan dan direkomendasikan dalam mempelajari geometri yaitu

“providing experiences in two and three dimensionals”. Dalam pengajaran

konsep-konsep abstrak, diperlukan kegiatan yang akan membantu siswa belajar

dengan mencoba, membuktikan dan menggunakan bahan konkret di mana

siswa secara aktif terlibat (Duru, 2010, p. 590).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

mengajarkan materi prisma dan limas diperlukan benda konkret ataupun

bantuan teknologi untuk membantu proses visualisasi, diperlukan adanya

kegiatan eksplorasi untuk memperoleh pengalaman langsung dalam

pembelajaran, dan melibatkan siswa dalam pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran tersebut sesuai dengan fase-fase pembelajaran learning cycle 7E

yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.


58

Standar Kelulusan materi kubus, balok, prisma, limas dalam KTSP

yaitu memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas, dan bagian-bagiannya,

serta menentukan ukurannya dan Kompetensi Dasar meliputi: (1)

mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok, prisma dan limas serta bagian-

bagiannya; (2) membuat jaring-jaring kubus, balok, prisma dan limas; (3)

Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas.

Penelitian ini menitikberatkan pada Kompetensi Dasar menghitung luas

permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas dan secara khusus

memfokuskan pada menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas.

Berikut uraian materi prisma dan limas pada penelitian ini.

1. Luas Permukaan Prisma

Gambar di bawah ini menunjukkan prisma segitiga beserta jaring-

jaringnya.

Luas permukaan = luas bidang alas + luas bidang atas + luas bidang-

bidang tegak

= luas alas + luas alas + (a × t + b × t + c × t )

= (2 × luas alas) + (a + b + c) t

= 2 × luas alas + keliling alas × tinggi

Jadi, untuk prisma berlaku rumus:

Luas permukaan prisma = 2 × luas alas + keliling alas × tinggi


59

2. Luas Permukaan Limas

Gambar di bawah ini menunjukkan limas segiempat beserta jaring-

jaringnya.

Luas permukaan limas segiempat di atas yaitu:

= luas ABCD + luas ∆ ABT + luas ∆ BCT + luas ∆ DCT + luas ∆ ADT

= luas ABCD + (luas ∆ ABT + luas ∆ BCT + luas ∆ DCT + luas ∆ ADT)

= luas alas + jumlah luas bidang tegak

Jadi, untuk limas berlaku rumus:

Luas permukaan prisma = luas alas + jumlah luas bidang tegak

3. Volume Prisma dan Volume Limas

a. Volume Prisma

Untuk menentukan rumus volume prisma dapat ditentukan

berdasarkan rumus volume balok.

Jika balok dipotong tegak sepanjang salah satu bidang diagonalnya

maka akan terbentuk dua prisma segitiga dengan ukuran yang sama.
60

Dengan demikian volume balok sama dengan dua kali volume prisma

dimana tinggi prisma sama dengan tinggi balok dan dapat dinyatakan,

Volume balok = 2 × volume prisma segitiga


1
Volume prisma segitiga = 2 × volume balok
1
=2×p×l×t
1
= 2 × alas ∆ × tinggi ∆× t prisma

= luas ∆ × t prisma
= luas alas × t prisma
Jadi, untuk prisma berlaku rumus:

Volume prisma = Luas alas × tinggi prisma

b. Volume Limas

Untuk menentukan rumus volume limas dapat ditentukan

berdasarkan rumus volume kubus.

H G

E F
O s
O

C 𝑠 C
D D 2
s s
T
A s B A s B

Gambar di atas menunjukkan kubus ABCD.EFGH. Kubus tersebut

memiliki 4 buah diagonal ruang yang saling berpotongan di titik O.

Jika diamati, keempat diagonal ruang tersebut membentuk 6 limas

dengan alas persegi yaitu limas O.ABCD, O.EFGH, O.ABFE,


61

O.CDHG, O.BCGF, dan O.ADHE. Dengan demikian volume kubus

ABCD.EFGH merupakan gabungan volume keenam limas tersebut.

6 volume limas O.ABCD = volume kubus ABCD.EFGH


1
Volume limas O.ABCD = 6 × volume kubus ABCD.EFGH

1
= 6 × AB × BC × CG
1
=6 × 𝑠×s×s
1
= 6 × s2 × s
1 𝑠
= 6 × s2 × 2 2
1 𝑠
= 3 × s2 × 2
𝑠
Karena s2 merupakan luas alas dan 2 merupakan tinggi limas maka:

1 𝑠
Volume limas O.ABCD = 3 × s2 × 2

1
= 3 × luas alas × tinggi limas

Jadi, untuk limas berlaku rumus:


1
Volume limas = 3 × luas alas × tinggi

Berdasrakan Standar Kelulusan, Kompetensi Dasar dan uraian materi di

atas, dapat disimpulkan bahwa materi prisma dan limas adalah submateri

bangun ruang yang diajarkan di kelas VIII semester genap yang termuat dalam

KTSP.

H. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sestri Nela Kurnia (2016) mengenai

pengembangan perangkat pembelajaran matematika kelas VIII semester 2


62

dengan menggunakan model learning cycle 7E berorientasi pada prestasi

belajar, kemampuan berfikir kritis, dan self efficacy siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa proses pengembangan perangkat pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pengembangan Plomp

menghasilkan perangkat pembelajaran RPP, LKS, dan THB (tes prestasi

belajar, tes kemampuan berfikir kritis, dan angket self efficacy) yang

memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif. Persamaan antara penelitian

yang dilakukan Sestri Nela Kurnia dengan peneliti adalah pengembangan

perangkat dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 7E.

Sedangkan perbedaannya terletak pada:

a. Model pengembangan yang digunakan, Sestri Nela Kurnia

menggunakan model pengembangan Plomp sedangkan peneliti

menggunakan model pengembangan ADDIE.

b. Penelitian Sestri Nela Kurnia menekankan pada prestasi belajar,

kemampuan berfikir kritis, dan self efficacy siswa sedangkan

penelitian ini hanya untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang

berkualitas baik.

c. Materi yang digunakan dalam penelitian Sestri Nela Kurnia adalah

SPLDV, persamaan kuadrat, perbandingan, dan peluang sedangkan

peneliti memfokuskan pada materi prisma dan limas.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Anis Kholilah (2014) mengenai

pengembangan perangkat pembelajaran matematika model pembelajaran

learning cycle 7E berbasis karakter teliti dan percaya diri pada subpokok
63

bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok kelas VIII SMP.

Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan menggunakan model

pengembangan model Thiagarajan dan Semmel (4D), telah dihasilkan

perangkat pembelajaran model learning cycle 7E berupa RPP, LKS, dan

THB yang memenuhi kriteria perangkat yang baik. Hasil analisis

menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan telah

memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan. Persamaan

antara penelitian yang dilakukan Anis Kholilah dengan peneliti adalah

pengembangan perangkat dengan menggunakan model pembelajaran

learning cycle 7E. Sedangkan perbedaannya terletak pada:

a. Model pengembangan yang digunakan, Anis Kholilah menggunakan

model pengembangan 4D sedangkan peneliti menggunakan model

pengembangan ADDIE.

b. Penelitian Anis Kholilah menekankan pada karakter teliti dan percaya

diri sedangkan penelitian ini hanya untuk menghasilkan perangkat

pembelajaran yang berkualitas baik.

c. Materi yang digunakan dalam penelitian Anis Kholilah adalah kubus

dan balok sedangkan peneliti memfokuskan pada materi prisma dan

limas.
64

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan karena bertujuan

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas yang meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Lembar

Kegiatan Siswa, dan Tes Hasil Belajar.

B. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Rembang

dan siswa kelas VIII A SMP Negeri 5 Rembang Kabupaten Purbalingga Jawa

Tengah tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII A

SMP Negeri 1 Rembang sebagai kelas uji coba dan di kelas VIII A SMP

Negeri 5 Rembang sebagai kelas implementasi pada semester 2 tahun pelajaran

2016/2017.

C. Metode Pengembangan Perangkat Pembelajaran

1. Prosedur Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian

ini menggunakan model ADDIE dengan langkah sebagi berikut:

a. Analyze

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini meliputi

mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan umum pembelajaran,

menganalisis siswa, dan menentukan sistem penyampaian.


65

b. Design

Pada tahap ini peneliti merancang perangkat pembelajaran

learning cycle 7E pada materi prisma dan limas. Prosedur yang

dilakukan yaitu:

1) Melakukan inventarisasi tugas

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi mengkaji

ulang pernyataan tujuan pembelajaran, menetapkan tujuan

pembelajaran, dan mengidentifikasi tugas pembelajaran yang

utama.

2) Menyusun tujuan khusus pembelajaran

Pada tahap ini peneliti menyusun tujuan pembelajaran

yang spesifik berdasarkan tujuan umum pembelajaran pada tahap

analisis.

3) Menentukan strategi penilaian

Pada tahap ini peneliti membuat tes untuk menilai hasil

belajar siswa yaitu Tes Hasil Belajar (THB).

c. Develop

Pada tahap ini peneliti mengembangkan perangkat

pembelajaran yang sudah dirancang pada tahap desain. Prosedur yang

dilakukan yaitu:

1) Menentukan Isi

Dalam tahap ini peneliti menentukan isi atau konten yang

disampaikan kepada siswa.


66

2) Memilih atau Mengembangkan Media

Dalam tahap ini peneliti memilih media yang digunakan

untuk mendukung pembelajaran learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas yaitu model kubus, balok, prisma, dan limas.

3) Mengembangkan Panduan untuk Siswa

Dalam tahap ini peneliti mengembangkan LKS yang

disusun berdasarkan model learning cycle 7E.

4) Mengembangkan Panduan untuk Guru

Dalam tahap ini peneliti mengembangkan RPP yang

disusun berdasarkan model learning cycle 7E.

5) Melakukan Revisi Formatif

Sebelum melakukan revisi formatif peneliti menyusun

instrumen penelitian yang selanjutnya dikonsultasikan kepada

kedua pembimbing. Instrumen penelitian yang disusun terdiri dari

lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar

pengamatan aktivitas siswa, dan angket respons siswa terhadap

perangkat dan kegiatan pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan dan

dikonsultasikan dengan dosen pembimbing selanjutnya divalidasi

oleh validator. Pengkajian diarahkan untuk penilaian formatif

untuk memperoleh saran untuk perbaikan perangkat

pembelajaran. Peneliti melakukan revisi perangkat pembelajaran


67

berdasarkan saran dari para validator. Setelah perangkat

pembelajaran dinyatakan valid oleh setiap validator selanjutnya

dilakukan uji keterbacaan. Uji keterbacaan bertujuan untuk

memperoleh masukan apakah perangkat tersebut dapat terbaca

dengan jelas dan dapat dipahami serta dapat dilaksanakan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada uji keterbacaan yaitu:

a) Memilih 6 siswa SMP Negeri 1 Rembang dengan

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah untuk membaca dan

memahami permasalahan yang terdapat pada LKS dan THB

dan memberikan tanda jika terdapat tulisan yang tidak dapat

terbaca dengan jelas.

b) Meminta guru mitra untuk membaca dan mencermati RPP,

LKS, dan THB dan memberikan tanda jika terdapat tulisan

yang tidak dapat terbaca dengan jelas dan menyampaikan jika

terdapat hal-hal yang tidak dapat dilaksanakan.

c) Melakukan analisis hasil uji keterbacaan dan melakukan

revisi perangkat pembelajaran berdasarkan analisis uji

keterbacaan.

6) Melakukan Uji Coba

Dalam tahap ini peneliti melakukan uji coba lapangan

untuk mengetahui kepraktisan dan keefektifan perangkat

pembelajaran dan untuk mengetahui validitas butir soal,


68

reliabilitas tes, dan sensitivitas butir soal. Langkah-langkah

pelaksanaan uji coba yaitu sebagai berikut:

a) Memberikan pretest sebelum dilaksanakan pembelajaran.

b) Melaksanakan pembelajaran learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas menggunakan perangkat pembelajaran yang

sedang dikembangkan.

c) Memberikan posttest setelah pembelajaran.

d) Memberikan angket respons siswa terhadap perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran learning cycle 7E.

Rancangan uji coba perangkat pembelajaran pada

penelitian ini menggunakan desain one-group pretest-posttest

yang yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Rancangan Uji Coba Perangkat Pembelajaran


Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Uji Coba T1 X T2

Keterangan:
T1 = Pretest, tes sebelum perlakuan
T2 = Posttest, tes setelah perlakuan
X = Perlakuan, yaitu penerapan pembelajaran dengan perangkat
pembelajaran learning cycle 7E
Pembelajaran pada saat uji coba dilakukan oleh guru mitra

disertai dua orang guru matematika yang bertindak sebagai

pengamat, satu guru sebagai pengamat kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran dan satu guru mengamati aktivitas siswa

dalam pembelajaran. Pemberian soal yang sama pada saat pretest


69

dan posttest dimaksudkan untuk menentukan sensitivitas butir soal

THB. Untuk menentukan validitas butir soal dan reliabilitas tes

menggunkan hasil posttest. Pada akhir pembelajaran siswa diberikan

angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran. Hasil uji coba ini menjadi bahan untuk mengevaluasi

perangkat pembelajaran yang dikembangkan sebelum

diimplementasikan pada tahap implementasi.

d. Implement

Pada tahap ini dilakukan implementasi perangkat pembelajaran

yang telah dikembangkan. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui

keefektifan pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan

limas menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan. Prosedur yang dilakukan pada tahap implementasi

dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Mempersiapkan Guru

Dalam tahap ini peneliti memastikan kesiapan guru

sebelum melakukan pembelajaran dengan menggunakan

perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan meliputi

pemahaman guru terhadap pembelajaran yang akan dilakukan.

2) Mempersiapkan Siswa

Dalam tahap ini peneliti memastikan kesiapan siswa untuk

mengikuti seluruh fase pembelajaran.


70

Pelaksanaan implementasi perangkat pembelajaran dilakukan

di kelas VIII A SMP Negeri 5 Rembang. Kelas yang digunakan

sebagai kelas implementasi perangkat pembelajaran berada di sekolah

yang berbeda dengan kelas uji coba perangkat pembelajaran

dimaksudkan agar tidak terjadi komunikasi diantara siswa kelas uji

coba dan kelas implementasi agar tidak mempengaruhi hasil THB

pada kelas implementasi. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan

sama dengan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas uji coba. Pada

saat implementasi perangkat pembelajaran di kelas implementasi

siswa tidak diberikan pretest. Pada akhir pembelajaran siswa

diberikan angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran.

e. Evaluate

Pada tahap ini peneliti mengevaluasi apakah pembelajaran

learning cycle 7E pada materi prisma dan limas dengan menggunakan

perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan efektif atau tidak.

Tahap evaluasi ini merupakan tahap evaluasi sumatif, yaitu

mengevaluasi empat tahapan sebelumnya, dengan cara menganalisis

semua tahap yang dilaksnakan apakah sudah sesuai dengan prosedur

dan tujuan yang telah ditetapkan.

Skema pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E

pada materi prisma dan limas di kelas VIII dengan menggunakan model

pengembangan ADDIE pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 3.1.


71

Mulai

Analyze
Mengidentifikasi Masalah Menentukan Tujuan Umum Pembelajaran

Menentukan Sistem Penyampaian Menganalisis Siswa

Design
Melakukan Inventarisasi Tugas Menyusun Tujuan Khusus Pembelajaran

Menentukan Strategi Penilaian

Develop
Mengembangkan RPP, LKS, THB dan Instrumen Menentukan Isi
Penelitian
Revisi
Draf 1i
Draf 1 Tidak

Valid?
Validasi ke- i , i 1 Analisis Hasil Validasi

Ya
Uji Keterbacaan

Draf 1i Uji Coba Ke- i , i 1

RPP & LKS Praktis,


Revisi Efektif? THB valid, Analisis Hasil Uji Coba
reliabil, sensitif?
Tidak

Ya

Perangkat Baik

Implement
Implementasi ke- i , i 1 Analisis Hasil Implementasi

Evaluate
Pembelajaran Efektif?
Tidak

Ya

Selesai

Gambar 3.1 Skema Pengembangan Perangkat Pembelajaran


72

Keterangan:

= Urutan kegiatan = Hasil kegiatan


= Siklus perbaikan = Mulai atau selesai
= Fase pengembangan = Pengambilan keputusan
= Kegiatan

2. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Pengembangan

Perangkat

a. Instrumen Pengumpulan Data Pengembangan Perangkat

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

lembar validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, lembar pengamatan

aktivitas siswa, dan lembar angket respons siswa terhadap perangkat

dan kegiatan pembelajaran.

1) Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran

Lembar validasi digunakan untuk memperoleh informasi

tentang kualitas perangkat pembelajaran berdasarkan penilaian

validator. Lembar validasi terdiri atas lembar validasi RPP,

lembar validasi LKS, dan lembar validasi THB. Lembar validasi

diisi oleh validator untuk menilai perangkat pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan aspek format, isi, dan bahasa.

2) Instrumen Validitas Tes Hasil Belajar

Instrumen validitas THB yaitu lembar THB dan hasil

pretest dan posttest. Instrumen validitas THB digunakan untuk


73

menentukan validitas butir soal, reliabilitas tes, dan sensitivitas

butir soal serta menentukan ketuntasan belajar siswa.

3) Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Dalam Mengelola

Pembelajaran

Lembar pengamatan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar

pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

berdasarkan model learning cycle 7E yang meliputi:

a) Kemampuan menyelidiki kemampuan awal yang telah

dimiliki siswa (fase elicit).

b) Kemampuan memfokuskan perhatian dan membangkitkan

motivasi dan minat siswa terhadap materi yang akan

dipelajari (fase engage).

c) Kemampuan membentuk kelompok belajar dan

membimbing siswa untuk mengamati, menyelidiki,

mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil

untuk menyelesaikan permasalahan (fase explore).

d) Kemampuan membimbing siswa untuk merencanakan,

menyiapkan, dan menyajikan hasil fase explore dan

mendorong siswa untuk memberikan tanggapan, bertanya

atau mengajukan pendapat terhadap hasil diskusi kelompok

lain (fase explain).


74

e) Kemampuan mengarahkan siswa untuk menerapkan

pemahamannya pada situasi baru (fase elaborate).

f) Kemampuan mengevaluasi pemahaman siswa (fase evaluate).

g) Kemampuan mengarahkan dan membimbing siswa untuk

menggunakan konsep pada situasi baru sebagai aplikasi

konsep dan hubungannya dengan konsep lain, bidang ilmu

lain maupun dalam kehidupan sehari-hari (fase extend).

h) Kemampuan guru dalam mengelola waktu.

4) Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa pada penelitian ini

yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa dalam melakukan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan fase-fase kegiatan

pembelajaran learning cycle 7E, meliputi:

a) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta

menjawab pertanyaan guru (fase elicit).

b) Memfokuskan perhatian dan menunjukkan motivasi dan

minat terhadap materi yang akan dipelajari (fase engage).

c) Berdiskusi kelompok untuk mengamati, menyelidiki,

mengumpulkan data, menganalisis, dan menyimpulkan hasil

untuk menyelesaikan permasalahan (fase explore).

d) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok, memperhatikan,

memberikan tanggapan, mengajukan pertanyaan, dan


75

memberikan pendapat terhadap presentasi kelompok lain

(fase explain).

e) Membaca, memahami, dan menyelesaikan latihan yang

terdapat pada LKS sebagai penerapan pemahamannya pada

situasi baru (fase elaborate).

f) Menyelesaikan soal evaluasi secara individual (fase evaluate).

g) Menggunakan konsep yang telah dipelajari pada situasi

baru sebagai aplikasi konsep dan hubungannya dengan

konsep lain, bidang ilmu lain maupun dalam kehidupan

sehari-hari (fase extend).

5) Angket Respons Siswa

Lembar angket respons siswa digunakan untuk

mendapatkan informasi tentang respons siswa terhadap perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran learning cycle 7E pada

materi prisma dan limas. Angket diberikan kepada siswa pada

akhir kegiatan pembelajaran.

b. Teknik Pengumpulan Data Pengembangan Perangkat

Pengumpulan data pengembangan perangkat dilakukan dengan

cara sebagai berikut:

1) Validasi Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan

terlebih dahulu divalidasi oleh validator sebelum diujicobakan

untuk memperoleh perangkat pembelajaran yang berkualitas baik.


76

Validator memberikan tanda (√) pada kolom penilaian yang

sesuai. Kolom tersebut memuat penilaian dengan kategori: “1”

berarti “tidak baik”, “2” berarti “kurang baik”, “3” berarti “cukup

baik”, “4” berarti “baik”, dan “5” berarti “sangat baik”. Hasil

penilaian validator tersebut dianalisis untuk mengetahui validitas

perangkat pembelajaran.

2) Tes Hasil Belajar

Sebelum dan sesudah pembelajaran siswa diberikan tes

tentang prisma dan limas. Hasil tes ini digunakan untuk

mengetahui validitas butir soal, reliabilitas tes, dan sensitivitas

butir soal serta untuk menentukan ketuntasan belajar siswa.

3) Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengumpulkan data

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan data

aktivitas siswa dalam pembelajaran.

a) Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran dilakukan oleh seorang pengamat.

Pengamat memberikan penilaian terhadap setiap kategori

pengamatan dengan memberikan tanda (√) pada kolom

penilaian yang sesuai. Kolom tersebut memuat penilaian

dengan kategori: “1” berarti “tidak baik”, “2” berarti “kurang

baik”, “3” berarti “cukup baik”, “4” berarti “baik”, dan “5”
77

berarti “sangat baik”. Hasil penilaian tersebut dianalisis untuk

memperoleh data tentang kemampuan guru mengelola

pembelajaran.

b) Data Aktivitas Siswa

Data tentang aktivitas siswa diperoleh melalui

pengamatan terhadap aktivitas siswa oleh pengamat selama

kegiatan pembelajaran berlangsung. Pengamat mengamati

waktu dan nomor kategori pengamatan secara berurutan

sesuai dengan kejadian pada baris dan kolom yang tersedia di

lembar pengamatan aktivitas siswa.

4) Angket

Angket digunakan untuk mengumpulkan data data respons

siswa terhadap perangkat dan pelaksanaan pembelajaran learning

cycle 7E. Angket diberikan kepada siswa pada akhir kegiatan

pembelajaran. Siswa menyampaikan responsnya dengan

memberikan tanda (√) pada kolom yang menunjukkan perasaan

atau pendapat siswa tentang perangkat dan pelaksanaan

pembelajaran.

3. Teknik Analisis Data

a. Analisis Data Validitas

Data hasil penilaian para ahli untuk tiap-tiap perangkat

pembelajaran dianalisis dengan mempertimbangkan komentar dan


78

saran dari validator. Hasil analisis dijadikan sebagai pedoman untuk

merevisi perangkat pembelajaran. Draft 1 yang telah divalidasi oleh

validator dikatakakan valid jika mempunyai kategori minimal baik.

Kategori tersebut meliputi: “1” berarti “tidak baik”, “2” berarti

“kurang baik”, “3” berarti “cukup baik”, “4” berarti “baik”, dan “5”

berarti “sangat baik”.

b. Analisis Data Tes Hasil Belajar

Data hasil pretest dan posttest dianalisis untuk menentukan

validitas butir soal, reliabilitas tes, dan sensitivitas butir soal.

1) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dipertimbangkan berdasarkan

koefisien korelasi antara skor total dengan skor item. Statistik

korelasi yang digunakan adalah statistik product moment.

𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗𝑌𝑖 − (∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗) (∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖)


𝑟𝑋𝑌𝑗 =
√{𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗)2 }{𝑛 ∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 2 − (∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖)2 }

(Arikunto, 2013, p. 87)

keterangan:

rXYj = koefisien validitas butir ke- j


Xij = skor responden ke-i untuk butir soal ke-j
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 = jumlah skor responden ke-i untuk butir soal ke-j
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 2 = jumlah kuadrat skor responden ke-i untuk butir
soal ke-j
Yi = skor total responden ke-i, Yi   Nj1 X ij
∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 = jumlah skor total
∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 2 = jumlah kuadrat skor total
𝑋𝑖𝑗𝑌𝑖 = perkalian skor responden ke-i untuk butir soal ke-j
dan skor total responden ke-i
79

∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗𝑌𝑖 = jumlah perkalian skor responden ke-i untuk butir


soal ke-j dan skor total responden ke-i
n = banyak responden yang mengikuti tes
N = banyak butir soal

Nilai rxy diinterpresentasikan sebagai berikut:

0,80 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 1,00 : validitas butir soal tes sangat tinggi

0,60 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,80 : validitas butir soal tes tinggi

0,40 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,60 : validitas butir soal tes cukup

0,20 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,40 : validitas butir soal tes rendah

0,00 < 𝑟𝑥𝑦 ≤ 0,20 : validitas butir soal tes sangat rendah

𝑟𝑥𝑦 ≤ 0 : validitas butir soal tes tidak valid

Dalam penelitian ini butir soal dikatakan valid jika mempunyai

validitas cukup, tinggi atau sangat tinggi.

2) Reliabilitas Tes

Reliabilitas tes dihitung untuk mengetahui konsistensi

hasil tes. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika hasil evaluasi

tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama

beberapa kalipun diambil. Reliabilitas tes ditentukan dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach.

𝑁 ∑𝑛𝑖=1 𝜎𝑖 2
𝑟11 = ( ) (1 − )
𝑁−1 𝜎𝑡 2
𝑛 2 2
(∑𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 ) 𝑛
∑𝑛 2 ∑𝑛 2 (∑𝑖=1 𝑌𝑖 )
𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 − 𝑖=1 𝑌𝑖 −
𝜎𝑖 2 = ( 𝑛
) dan 𝜎𝑡 2 = ( 𝑛
)
𝑛 𝑛

(Arikunto, 2013, p. 122)


80

Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
2
𝜎𝑖 = varians skor tiap-tiap item
∑ 𝜎𝑖 2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
2
𝜎𝑡 = varians skor total
𝑋𝑖𝑗 = skor responden ke-i untuk butir soal ke-j
𝑛
∑𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 = jumlah skor responden ke-i untuk butir soal ke-j
∑𝑛𝑖=1 𝑋𝑖𝑗 2 = jumlah kuadrat skor responden ke-i untuk butir
soal ke-j
Yi = skor total responden ke-i, Yi   Nj1 X ij
∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 = jumlah skor total
∑𝑛𝑖=1 𝑌𝑖 2 = jumlah kuadrat skor total
n = banyak responden yang mengikuti tes
N = banyak butir soal

Nilai 𝑟11 diinterpresentasikan sebagai berikut:

0,80 < 𝑟11 ≤ 1,00 : derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < 𝑟11 ≤ 0,80 : derajat reliabilitas tinggi

0,40 < 𝑟11 ≤ 0,60 : derajat reliabilitas cukup

0,20 < 𝑟11 ≤ 0,40 : derajat reliabilitas rendah

0,00 < 𝑟11 ≤ 0,20 : derajat reliabilitas sangat rendah

𝑟11 ≤ 0 : derajat reliabilitas tidak reliabel

Dalam penelitian ini tes dikatakan reliabel jika mempunyai

koefisien reliabilitas minimal cukup.

3) Sensitivitas Butir Soal

Sensitivitas soal dihitung untuk mengetahui pengaruh atau

efek dari suatu pembelajaran. Indeks suatu butir soal pada

dasarnya merupakan ukuran seberapa baik soal itu membedakan

kemampuan antara siswa yang telah menerima dan kemampuan


81

siswa yang belum menerima pembelajaran. Soal yang efektif

adalah soal yang dijawab benar oleh lebih banyak siswa setelah

proses pembelajaran daripada sebelum proses pembelajaran.

Rumus sensitivitas butir soal menurut Groundlund (Hobri, 2010,

p. 46) sebagai berikut:

∑𝑛𝑖=1 𝑅𝑖𝑗 − ∑𝑛𝑖=1 𝐵𝑖𝑗


𝑆𝑗 =
𝑛𝑇𝑗
Keterangan:
Sj = indeks sensitivitas butir soal ke-j
n = banyak responden yang mengikuti tes
∑𝑛𝑖=1 𝑅𝑖𝑗 = jumlah skor responden ke-i untuk butir ke-j pada
posttest
∑𝑛𝑖=1 𝐵𝑖𝑗 = jumlah skor responden ke-i untuk butir ke-j pada
pretest
𝑇𝑗 = selisih skor maksimum dan skor minimum untuk
butir soal ke-j
Butir soal dikatakan sensitif apabila indeks sensitivitasnya

berkisar antara 0 dan 1. Menurut Aiken (Hobri, 2010, p. 46) suatu

butir soal dikatakan sensitif terhadap pembelajaran jika indeks

sensitivitasnya S ≥ 0,30.

Pada penelitian ini ditetapkan kriteria validitas butir soal,

reliabilitas tes, dan sensitivitas butir soal sebagai berikut:

a) Validitas butir soal cukup, yaitu 0,40 < rxy ≤ 0,60

b) Reliabilitas tes cukup, yaitu 0,40 < 𝑟11 ≤ 0,60

c) Sensitivitas butir soal sensitif, yaitu S ≥ 0,30


82

Selain untuk menentukan validitas THB analisis data THB

digunakan juga untuk menentukan ketuntasan belajar secara klasikal.

Dalam penelitian ini ditentukan bahwa ketuntasan belajar secara

klasikal tercapai jika minimal 80% siswa mencapai ketuntasan belajar

atau mendapat nilai ≥ KKM dengan KKM = 73.

c. Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dikatakan

baik jika penilaian yang diberikan pengamat minimal dalam kategori

baik. Kategori tersebut meliputi: “1” berarti “tidak baik”, “2” berarti

“kurang baik”, “3” berarti “cukup baik”, “4” berarti “baik”, dan “5”

berarti “sangat baik”.

d. Analisis Data Aktivitas Siswa

Data hasil pengamatan aktivitas siswa dianalisis dengan

mendeskripsikan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran.

Persentase waktu yang digunakan siswa dalam melakukan aktivitas

dihitung dengan rumus:

𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑒𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑡𝑎ℎ𝑎𝑝


% 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = × 100%
𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑚𝑢𝑎𝑛

Aktivitas siswa dikatakan efektif apabila siswa melakukan aktivitas

pembelajaran sesuai dengan waktu ideal yang termuat dalam RPP

dengan toleransi 10%. Kriteria waktu ideal aktivitas siswa dalam

pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.2.


83

Tabel 3.2 Kriteria Waktu Ideal Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran


Alokasi Persentase Waktu Toleransi
Waktu Ideal Ideal Setiap 10% dari Rentang
Kategori Pengamatan Setiap Kategori Persentase Persentase
Aktivitas Siswa Kategori Pengamatan
𝒙 Setiap Waktu Ideal (P)
Pengamatan
𝑷𝒙 = × 𝟏𝟎𝟎% Pengamatan
(x) 𝟖𝟎
Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan 13,5% ≤ P ≤
guru serta menjawab 12' 15% 1,5%
16,5%
pertanyaan guru
Memfokuskan perhatian
dan menunjukkan minat
4' 5% 0,5% 4,5% ≤ P ≤ 5,5%
dan motivasi terhadap
materi yang akan dipelajari
Berdiskusi kelompok untuk
mengamati menyelidiki,
mengumpulkan data,
22,5% ≤ P ≤
menganalisis, dan 20 ' 25% 2,5%
27,5%
menyimpulkan hasil untuk
menyelesaikan
permasalahan
Mempresentasikan hasil
diskusi kelompok,
memperhatikan,
memberikan tanggapan, 13,5% ≤ P ≤
12' 15% 1,5%
16,5%
mengajukan pertanyaan,
dan memberikan pendapat
terhadap presentasi
kelompok lain
Membaca, memahami, dan
menyelesaikan latihan yang 13,5% ≤ P ≤
terdapat pada LKS sebagai 12' 15% 1,5%
16,5%
penerapan pemahamannya
pada situasi baru
Menyelesaikan soal
evaluasi secara induvidual
8' 10% 1,0% 9,0% ≤ P ≤ 11,0%
Menggunakan konsep yang
telah dipelajari pada situasi
baru sebagai aplikasi
13,5% ≤ P ≤
konsep dan hubungannya 12' 15% 1,5%
16,5%
dengan konsep lain, bidang
ilmu lain maupun dalam
kehidupan sehari-ha.ri
Jumlah 80 ' 100% 10% 90% - 110%
84

e. Analisis Data Respons Siswa

Analisis data respons siswa dilakukan dengan cara menghitung

banyaknya siswa yang memberi respons positif terhadap perangkat

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan aspek yang

ditanyakan dan menghitung persentasenya untuk setiap aspek. Rumus

untuk menghitung persentase setiap respons siswa:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑛𝑐𝑢𝑙


% 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑠 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

Kriteria yang ditetapkan untuk mengatakan bahwa siswa memiliki

respons positif yaitu jika jumlah siswa yang merespons memilih

pernyataan positif atau memberi tanggapan “Ya” minimal 70% untuk

setiap aspek yang ditanyakan.

4. Kriteria Perangkat Pembelajaran Berkualitas Baik

Perangkat pembelajaran yang berkualitas baik adalah perangkat

pembelajaran yang memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.

a. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika:

1) Penilaian validator terhadap setiap kriteria perangkat RPP dan

perangkat LKS dalam kategori minimal baik.

2) THB dinyatakan valid oleh validator dan memenuhi kriteria

validitas, reliabilitas, dan sensitivitas.

b. Perangkat pembelajaran dikatakan praktis jika:

1) Perangkat dapat digunakan oleh guru yang ditunjukkan hasil

pengamatan kemampuan guru mengelola pembelajaran, yaitu


85

penilaian setiap aspek setiap pertemuan mempunyai kategori

minimal baik.

2) Hasil pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa siswa dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran pada setiap fase sesuai

dengan alokasi waktu ideal yang termuat dalam RPP dengan

toleransi 10%.

c. Perangkat pembelajaran dikatakan efektif jika:

1) Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran positif, yaitu jika jumlah siswa yang merespons

memilih pernyataan positif atau memberi tanggapan “Ya”

minimal 70% untuk setiap aspek yang ditanyakan.

2) Tercapainya ketuntasan belajar klasikal yaitu minimal 80% siswa

mendapat nilai ≥ KKM dengan KKM=73.

C. Metode Implementasi Perangkat Pembelajaran

1. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data Implementasi

Instrumen yang digunakan pada saat implementasi perangkat

pembelajaran yaitu instrumen yang sama dengan instrumen yang digunakan

di kelas uji coba. Instrumen tersebut terdiri dari lembar THB, lembar

pengamatan yang terdiri dari lembar pengamatan guru dalam mengelola

pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas siswa, dan angket respons

siswa terhadap perangkat dan kegiatan pembelajaran. Teknik pengumpulan

data yang dilakukan pada tahap implementasi perangkat pembelajaran sama

dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan pada tahap uji coba.
86

2. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada tahap implementasi yaitu

teknik analisis deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis keefektifan

pembelajaran menggunkan perangkat pembelajaran learning cycle 7E. Data

yang dianalisis meliputi data kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, data aktivitas siswa, data respons siswa, dan data hasil belajar

siswa. Teknik analisis data kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, data aktivitas siswa, dan data respons siswa pada tahap

implementasi perangkat pembelajaran sama dengan teknik analisis yang

dilakukan pada tahap uji coba. Analisis data hasil belajar yang diperoleh

dari posttest hanya untuk menentukan ketuntasan belajar siswa.

3. Kriteria Pembelajaran Efektif

Keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini merupakan ukuran

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang dapat tercapai apabila

memenuhi indikator: (1) Kemampuan guru mengelola pembelajaran baik;

(2) Aktivitas siswa efektif; (3) Respons siswa terhadap perangkat dan

kegiatan pembelajaran positif; dan (4) Ketuntasan belajar klasikal tercapai

yaitu jika minimal 80% siswa mencapai ketuntasan belajar.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi:

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu menyusun proposal

penelitian dan dikonsultasikan kepada kedua pembimbing.


87

2. Tahap Pengembangan dan Implementasi Perangkat Pembelajaran

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan umum pembelajaran,

menganalisis siswa, dan menentukan sistem penyampaian.

b. Melakukan inventarisasi tugas, menyusun tujuan khusus

pembelajaran, menentukan isi, memilih media, mengembangkan

panduan untuk siswa, mengembangkan panduan untuk guru, dan

membuat instrumen penelitian.

c. Melakukan validasi perangkat pembelajaran, menganalisis hasil

validasi, dan melakukan revisi sesuai saran validator.

d. Melaksanakan uji keterbacaan dan menganalisis hasilnya.

e. Melaksanakan uji coba perangkat pembelajaran di kelas uji coba.

f. Menganalisis data hasil uji coba perangkat pembelajaran.

g. Melaksanakan implementasi perangkat pembelajaran di kelas

implementasi.

h. Menganalisis data hasil implementasi perangkat pembelajaran.

3. Tahap Pembuatan Laporan

Pada tahap ini peneliti membuat laporan kegiatan penelitian mulai

dari tahap persiapan sampai tahap pengambilan dan analisis data.


88

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di

kelas VIII yang dikembangkan terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes Hasil Belajar (THB). Perangkat

pembelajaran dikembangkan berdasarkan model pengembangan ADDIE yang

terdiri dari tahap analyze, design, develop, implement, dan evaluate. Deskripsi

pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E menggunakan model

pengembangan ADDIE pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.

A. Deskripsi Tahap Analyze

Tahap analisis merupakan landasan seluruh kegiatan pengembangan

perangkat pembelajaran learning cycle 7E. Analisis yang dilakukan pada tahap

ini meliputi:

1. Mengidentifikasi Masalah

Pengembangan perangkat pembelajaran pada penelitian ini diawali

dengan mengidentifikasi masalah pembelajaran. Identifikasi masalah

bertujuan untuk mengetahui penyebab adanya masalah pembelajaran dan

menentukan perlakuan yang akan diberikan dalam pembelajaran di kelas

agar dapat mengatasi masalah tersebut. Proses identifikasi masalah

pembelajaran yang dilakukan yaitu menentukan audiens target,

menentukan teknik pengumpulan data, dan melakukan pengumpulan data.


89

Pada proses audiens target peneliti memilih siswa kelas VIII SMP

Negeri 1 Rembang dan siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Rembang di

Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah. Kelas VIII A SMP Negeri 1

Rembang sebagai kelas uji coba dan kelas VIII A SMP Negeri 5 Rembang

sebagai kelas implementasi. Kelas uji coba dan kelas implementasi yang

berada pada sekolah yang berbeda bertujuan agar tidak terjadi komunikasi

diantara siswa di kedua kelas tersebut sehingga tidak mempengaruhi hasil

THB di kelas implementasi. Langkah selanjutnya, peneliti menentukan

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu wawancara

terhadap guru matematika, pengamatan, dan dokumentasi.

Berdasarkan wawancara terhadap guru matematika, pengamatan

kegiatan pembelajaran di kelas, dan dokumentasi diketahui bahwa sekolah

menerapkan kurikulum KTSP dan teridentifikasi beberapa masalah

diantaranya yaitu siswa hafal rumus tetapi tidak dapat mengaplikasikannya

untuk menyelesaikan permasalahan, kemampuan siswa dalam memberikan

tanggapan, mengajukan pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan guru

masih rendah, siswa kurang termotivasi dalam mengikuti pembelajaran,

dalam melaksanakan kegiatan diskusi kelompok tidak semua anggota

terlibat aktif, siswa kurang berani untuk mempresentasikan hasil diskusi,

belum mencapai hasil belajar yang maksimal, dan belum tersedianya

perangkat pembelajaran yang dapat memfasilitasi guru dan siswa untuk

melaksanakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam

pembelajaran yang sesuai kondisi siswa. Selain melakukan pengamatan


90

kegiatan pembelajaran peneliti juga melakukan pengamatan pada buku

paket yang digunakan siswa. Dalam pengamatan, peneliti tidak

menemukan buku yang di dalamnya memuat langkah-langkah yang dapat

melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan rumus luas permukaan

dan volume prisma dan limas serta permasalahan yang disajikan kurang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.

Untuk mengatasi masalah yang telah teridentifikasi tersebut, perlu

adanya peningkatan keaktifan dan minat siswa dalam pembelajaran yang

dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran salah satunya

dengan menerapkan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat

dan motivasi dalam menemukan konsep-konsep matematika melalui

pengalaman langsung sehingga siswa dapat mempelajari materi secara

mendalam dan dengan pemahaman. Salah satu model pembelajaran yang

dapat dipilih yaitu model learning cycle 7E yang merupakan model

pembelajaran yang berpusat pada siswa dan memuat tahap-tahap

pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa untuk belajar

secara bermakna dan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Billing (2001) yang menyatakan bahwa “learning cycle as a student-

centred teaching model” dan Sokmen (1999) yang menyatakan bahwa

“learning cycle transforms the learning process into an enjoyable

endeavour as well as providing meaningful learning” (Gokkurt et al.,

2012, p. 3130).
91

Untuk menerapkan pembelajaran learning cycle 7E diperlukan

sarana penunjang seperti perangkat pembelajaran yang sesuai dengan

kondisi siswa agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik sehingga

tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai. Perangkat

pembelajaran tersebut meliputi RPP yang dapat memandu guru

melaksanakan pembelajaran agar pembelajaran dapat berlangsung dengan

baik, sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk menemukan

konsep secara mandiri atau kelompok dan dapat meningkatkan motivasi

dan minat belajar siswa dalam mempelajari materi pembelajaran seperti

memuat materi atau permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari sehingga siswa akan merasa bahwa materi yang dipelajari

penting dan bermanfaat dalam kehidupannya, dan alat evaluasi yang dapat

mengukur pemahaman siswa pada materi yang telah dipelajari. Oleh

karena itu, peneliti mengembangkan perangkat pembelajaran model

learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII yang dapat

digunakan untuk memfasilitasi pembelajaran sebagai solusi untuk

mengatasi masalah pembelajaran yang teridentifikasi tersebut.

2. Menentukan Tujuan Umum Pembelajaran

Dalam menentukan tujuan umum pembelajaran diawali dengan

meninjau Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran

matematika kelas VIII dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada

materi kubus, balok, prisma, dan limas. SK dan KD dalam KTSP materi

kubus, balok, prisma, dan limas disajikan pada Tabel 4.1.


92

Tabel 4.1 SK dan KD Materi Kubus, Balok, Prisma, dan Limas


Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Memahami sifat-sifat 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok,
kubus, balok, prisma, prisma dan limas serta bagian-bagiannya.
limas, dan bagian- 5.2 Membuat jaring-jaring kubus, balok,
bagiannya, serta prisma dan limas
menentukan 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume
ukurannya kubus, balok, prisma dan limas

Pada penelitian ini peneliti memilih KD 5.3 dan secara khusus

memilih materi prisma dan limas. Dengan demikian tujuan umum

pembelajaran pada penelitian ini yaitu memahami cara menghitung luas

permukaan dan volume prisma dan limas.

3. Menganalisis Siswa

Analisis siswa dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

karakteristik siswa yang akan digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam merancang perangkat pembelajaran. Karakteristik siswa yang dikaji

dalam penelitian ini meliputi jumlah siswa, tingkat perkembangan kognitif

siswa, kemampuan akademik siswa, dan pengetahuan awal yang meliputi

pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa.

Siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Rembang tahun pelajaran


2016/2017 berjumlah 274. Distribusi data siswa disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Rembang
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A 36
2 VIII B 36
3 VIII C 34
4 VIII D 36
5 VIII E 34
6 VIII F 34
7 VIII G 32
8 VIII H 32
Jumlah 274
93

Siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Rembang tahun pelajaran

2016/2017 berjumlah 54 . Data distribusi siswa disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Tabel Distribusi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Rembang
No Kelas Jumlah Siswa
1 VIII A 28
2 VIII B 26
Jumlah 54

Siswa di kedua kelas tersebut rata-rata berada pada usia 14 – 15

tahun. Berdasarkan tahap perkembangan Piaget, siswa pada usia tersebut

berada pada tahap perkembangan operasional formal dimana siswa sudah

mampu berpikir logis, bila dihadapkan pada suatu masalah maka ia dapat

mencari jalan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Berdasarkan wawancara dengan guru matematika diperoleh

informasi bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan dan keterampilan

yang relevan dengan materi yang akan diajarkan diantaranya telah

memiliki pengetahuan dan keterampilan mengenai luas bangun datar,

teorema pythagoras, dan menemukan rumus luas permukaan bangun

ruang dengan cara mengidentifikasi luas bangun datar pada jaring-

jaringnya. Sebagian besar siswa di kedua kelas tersebut memiliki gaya

belajar visual dan kinestetik, mereka akan lebih mudah belajar dengan cara

melihat dan memanipulasi benda-benda secara langsung daripada hanya

mendengarkan penjelasan guru.

Informasi tentang kemampuan akademik siswa diperoleh melalui

dokumentasi nilai matematika siswa pada ulangan harian dijadikan sebagai

dasar untuk membentuk kelompok siswa yang heterogen. Data


94

kemampuan matematika kelas VIII A SMP Negeri 1 Rembang terdapat

pada lampiran C.4 dan data kemampuan matematika kelas VIII A SMP

Negeri 5 Rembang terdapat pada lampiran D.1.

Informasi mengenai karakteristik siswa dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran dan bagaimana kegiatan pembelajaran

yang akan diterapkan di kelas serta materi pembelajaran yang akan

diajarkan kepada siswa. Dalam hal ini akan mengembangkan perangkat

pembelajaran berdasarkan model learning cycle 7E yang dapat

memfalisitasi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mempelajari

materi melalui pengalaman langsung dan mengaplikasikannya untuk

menyelesaikan permasalahan yang diberikan pada materi luas permukaan

dan volume prisma dan limas. Struktur isi materi luas permukaan dan

volume prisma dan limas disajikan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Struktur Isi Luas Permukaan dan Volume


Prisma dan Limas
Fakta Gambar prisma, gambar limas, simbol L (luas), V
(volume), t (tinggi)
Konsep Luas permukaan prisma, luas permukaan limas, volume
prisma, volume limas
Prinsip dan a. Rumus luas permukaan prisma = 2 × luas alas +
aturan keliling alas × tinggi
b. Rumus luas permukaan limas = luas alas + jumlah
luas sisi tegak
c. Rumus volume prisma = luas alas × tinggi
1
d. Rumus volume limas = 3 × luas alas × tinggi
Prosedur a. Langkah-langkah menghitung luas permukaan
prisma
b. Langkah-langkah menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan luas permukaan prisma
95

c. Langkah-langkah menghitung luas permukaan limas


d. Langkah-langkah menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan luas permukaan limas
e. Langkah-langkah menghitung volume prisma
f. Langkah-langkah menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan volume prisma
g. Langkah-langkah menghitung volume limas
h. Langkah-langkah menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan volume limas

4. Menentukan Sistem Penyampaian

Dalam pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E

pada materi prisma dan limas, peneliti memilih sistem penyampaian tatap

muka karena sistem pembelajaran yang akan digunakan yaitu sistem

pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, sistem penyampaian yang paling

potensial yaitu sistem penyampaian tatap muka.

B. Deskripsi Tahap Design

Tahap desain merupakan tahap perancangan perangkat pembelajaran

berdasarkan hasil pengkajian informasi pada tahap analisis. Hasil tahap desain

pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan Inventarisasi Tugas

Berdasarkan tujuan umum pembelajaran pada tahap analisis,

inventarisasi tugas bertujuan untuk mengidentifikasi tugas-tugas yang

harus dikerjakan siswa agar memiliki pengetahuan dan keterampilan

menghitung luas permukaan dan volume prisma dan limas. Dengan

pembelajaran yang diterapkan diharapkan siswa dapat menguasai materi

pembelajaran yang meliputi: (1) Luas permukaan prisma; (2) Luas

permukaan limas; dan (3) Volume prisma dan volume limas. Untuk dapat
96

menguasai materi tersebut dengan baik diperlukan pengetahuan awal atau

kemampuan prasyarat yang harus dimiliki oleh siswa sebelum mempelajari

materi tersebut meliputi pengetahuan tentang pengertian prisma dan limas,

jaring-jaring prisma dan limas, luas beberapa bangun datar, dan teorema

pythagoras.

2. Tahap Penyusunan Tujuan Khusus Pembelajaran

Untuk menyusun tujuan khusus pembelajaran peneliti menyusun

indikator-indikator pada KD 5.3 yang dipilih dalam penelitian ini.

Indikator materi prisma dan limas pada KD 5.3 disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Kompetensi Dasar dan Indikator KD 5.3


Kompetensi Dasar Indikator
5.3 Menghitung luas 5.3.1 Menemukan kembali rumus luas
permukaan dan volume permukaan prisma
kubus, balok, prisma 5.3.2 Menghitung luas permukaan prisma
dan limas 5.3.3 Menyelesaikan masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan luas
permukaan prisma
5.3.4 Menemukan kembali rumus luas
permukaan limas
5.3.5 Menghitung luas permukaan limas
5.3.6 Menyelesaikan masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan luas
permukaan limas
5.3.7 Menemukan kembali rumus volume
prisma
5.3.8 Menghitung volume prisma
5.3.9 Menyelesaikan masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan volume prisma
5.3.10 Menemukan kembali rumus volume
limas
5.3.11 Menghitung volume limas
5.3.12 Menyelesaikan masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan volume limas
97

Berdasarkan indikator pada Tabel 4.5 dirumuskan tujuan

pembelajaran dalam penelitian ini yaitu:

a. Siswa dapat menemukan kembali rumus luas permukaan prisma.

b. Siswa dapat menghitung luas permukaan prisma.

c. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas permukaan prisma.

d. Siswa dapat menemukan kembali rumus luas permukaan limas.

e. Siswa dapat menghitung luas permukaan limas.

f. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas permukaan limas.

g. Siswa dapat menemukan kembali rumus volume prisma.

h. Siswa dapat menghitung volume prisma.

i. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas volume prisma.

j. Siswa dapat menemukan kembali rumus volume limas.

k. Siswa dapat menghitung volume limas.

l. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan volume limas.

m. Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan volume limas.

Setelah menentukan tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya

menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada Kompetensi Dasar

yang dipilih. KKM pada KD 5.3 ditunjukkan pada Tabel 4.6


98

Tabel 4.6 Perhitungan KKM Pada KD 5.3


Standar Kompetensi Indikator Skor KKM
Kompetensi Dasar Intake Kompleksitas Daya IN KD
Siswa Dukung
Memahami Menghitung Menemukan kembali rumus 2 1 3 66,67 73,15
sifat-sifat luas luas permukaan prisma =
kubus, permukaan 73
Menghitung luas 3 3 2 88,89
balok, dan volume permukaan prisma
prisma, kubus, Menyelesaikan masalah 2 2 2 66,67
limas, dan balok, sehari-hari yang berkaitan
bagian- prisma dan dengan luas permukaan
bagiannya, limas prisma
serta
menentukan Menemukan kembali rumus 2 1 3 66,67
ukurannya luas permukaan limas
Menghitung luas 3 3 2 88,89
permukaan limas
Menyelesaiakan maslah 2 2 2 66,67
sehari-hari yang berkaitan
dengan luas permukaan
limas
Menemukan kembali rumus 2 1 3 66,67
volume prisma
Menghitung volume prisma 3 3 2 88,89
Menyelesaiakan maslah 2 1 2 55,56
sehari-hari yang berkaitan
dengan volume prisma
Menemukan kembali rumus 2 1 3 66,67
volume limas
Menghitung volume limas 3 3 2 88,89
Menyelesaiakan maslah 2 2 2 66,67
sehari-hari yang berkaitan
dengan volume limas
Keterangan: 1 = Rendah
2 = Sedang
3 = Tinggi

3. Menentukan Strategi Penilaian

Pada tahap ini peneliti merancang tes untuk menilai hasil belajar

siswa yaitu dengan mengembangkan Tes Hasil Belajar (THB). Dasar

penyusunan THB yaitu mengacu pada materi, inventarisasi tugas, dan

tujuan khusus pembelajaran. THB yang disusun pada penelitian ini hanya

untuk mengukur kemampuan kognitif siswa pada materi prisma dan limas.
99

THB yang dirancang berupa serangkaian soal tentang materi prisma dan

limas yang terdiri dari 5 soal uraian dengan waktu penyelesaian 80 menit.

Perancangan THB meliputi kisi-kisi butir soal, soal THB, alternatif kunci

jawaban dan pedoman penskoran. Kisi-kisi THB disajikan pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar


Kompetensi No Aspek
Materi Indikator
Dasar Soal Kemampuan
Menghitung Prisma Menghitung luas 1 C3
luas dan permukaan prisma
permukaan dan limas Menghitung luas 2 C3
volume kubus, permukaan limas
balok, prisma Menghitung volume 3 C3
dan limas gabungan prisma dan
limas
Menyelesaikan 4 C4
masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan
luas permukaan limas
Menyelesaikan 5 C4
masalah sehari-hari
yang berkaitan dengan
luas permukaan
prisma
Keterangan:
C3 = Penerapan
C4 = Analisis

C. Deskripsi Tahap Develop

Tahap develop merupakan tahap produksi segala sesuatu yang telah

dirancang pada tahap desain. Tahap develop yang dilakukan sebagai berikut:

1. Menentukan Isi

Isi atau konten yang akan disampaikan kepada siswa dalam

perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu materi prisma dan limas

yang meliputi luas permukaan prisma, luas permukaan limas, dan volume

prisma dan volume limas.


100

2. Memilih atau Mengembangkan Media

Pada penelitian ini peneliti hanya memilih media yang digunakan

untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yaitu model kubus,

balok, prisma, dan limas sedangkan mengembangkan media tidak

dilakukan karena penelitian ini menitikberatkan pada pengembangan

perangkat pembelajaran yang merupakan sekumpulan sumber belajar yang

terdiri dari RPP, LKS, dan THB.

3. Mengembangkan Panduan Untuk Siswa

Panduan untuk siswa yang dikembangkan dalam penelitian ini

yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS yang dikembangkan merupakan

lembaran-lembaran tertulis yang berisi kegiatan yang dilakukan siswa

dalam kegiatan pembelajaran pada materi prisma dan limas berdasarkan

model learning cycle 7E. LKS yang dikembangkan terdiri 3 LKS yaitu

LKS 1, LKS 2, dan LKS 3 beserta alternatif jawaban tiap-tiap LKS.

Kegiatan pada LKS 1 bertujuan agar siswa dapat menemukan

kembali rumus luas permukaan prisma, menghitung luas permukaan

prisma, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas permukaan prisma. Kegiatan pada LKS 2 bertujuan agar siswa

dapat menemukan kembali rumus luas permukaan limas, menghitung luas

permukaan limas, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang

berkaitan dengan luas permukaan limas. Kegiatan pada LKS 3 bertujuan

agar siswa dapat menemukan kembali rumus volume prisma, menghitung

volume prisma, menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan


101

luas volume prisma, menemukan kembali rumus volume limas,

menghitung volume limas, dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari

yang berkaitan dengan volume limas.

Pengembangan LKS meliputi penyusunan sampul depan dan

sampul subtopik dan penyusunan isi LKS.

a. Penyusunan Sampul Depan dan Sampul Subtopik

Pada sampul depan LKS peneliti mencantumkan gambar tenda,

piramida, dan bangunan pada monumen tugu pahlawan Surabaya.

Pemilihan gambar tersebut bertujuan untuk menunjukkan kepada

siswa bahwa materi prisma dan limas terdapat dan bermanfaat dalam

kehidupan sehari-hari. Pada sampul subtopik peneliti mencantumkan

judul subtopik, tujuan pembelajaran, dan identitas kelompok. Pada

halaman setelah sampul depan terdapat satu halaman yang memuat

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada materi prisma dan

limas serta informasi mengenai ahli matematika yang berperan dalam

menemukan rumus yang digunakan dalam bangun ruang.

b. Penyusunan Isi LKS

Penyusunan isi LKS berdasarkan fase-fase model learning

cycle 7E yaitu fase elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate

dan extend. Sebelum fase-fase model learning cycle 7E isi LKS

didahului dengan informasi mengenai pemanfaatan bentuk prisma dan

limas pada bentuk bangunan rumah adat atau bangunan lain pada
102

informasi “Do You Know?”. Deskripsi penyusunan isi LKS yaitu

sebagai berikut:

1) Do You Know?

Informasi “Do You Know?” berada pada halaman pertama

LKS berisi informasi tentang bangunan rumah adat atau bangunan

lain yang berbentuk prisma dan limas. Pemberian informasi ini

bertujuan untuk memberitahukan kepada siswa bahwa terdapat

bangunan dalam kehidupan sehari-hari yang pembangunannya

memanfaatkan bentuk prisma dan limas.

2) Fase Elicit

Fase elicit merupakan fase untuk menyelidiki pengetahuan

awal yang dimiliki siswa yang berkaitan dengan materi yang akan

dipelajari. Fase elicit pada LKS diawali dengan penulisan

pertanyaan “Apa yang kalian ketahui?” dan dilanjutkan materi

prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

Fase elicit pada LKS 1 memuat materi prasyarat yang berkaitan

dengan luas permukaan prisma, pada LKS 2 memuat materi

prasyarat yang berkaitan dengan luas permukaan limas, dan pada

LKS 3 memuat materi prasyarat yang berkaitan dengan volume

prisma dan limas.

3) Fase engage

Fase engage merupakan fase untuk memfokuskan

perhatian siswa, memotivasi dan membangkitkan minat siswa


103

agar siswa tertarik untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Fase ini dapat dilakukan dengan memberikan demonstrasi atau

menunjukkan sebuah objek, gambar atau video, diskusi, membaca

atau aktivitas lain untuk mengembangkan rasa keingintahuan

siswa. Fase engage pada LKS dilakukan dengan menunjukkan

gambar prisma dan limas dan cerita tentang manfaat mempelajari

prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan

gambar dan cerita bertujuan agar siswa termotivasi dan berminat

untuk mempelajari materi yang diajarkan karena siswa merasa

materi yang dipelajari bermanfaat dalam kehidupannya. Pada

LKS 1 ditunjukkan gambar prisma yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari dan cerita yang berkaitan dengan

permasalahan luas permukaan prisma, pada LKS 2 ditunjukkan

gambar limas yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan

cerita yang berkaitan dengan permasalahan luas permukaan limas,

dan pada LKS 3 ditunjukkan gambar prisma dan limas yang

terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan cerita yang berkaitan

dengan permasalahan volume prisma dan volume limas.

4) Fase Explore

Fase explore memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung. Pada

fase ini siswa diberikan kesempatan untuk mengkonstruksi

pengetahuan melalui serangkaian kegiatan yang dilakukan secara


104

kelompok. Fase explore pada LKS 1 memuat serangkaian

kegiatan untuk menemukan rumus luas permukaan prisma, pada

LKS 2 memuat serangkaian kegiatan untuk menemukan rumus

luas permukaan limas, dan pada LKS 3 memuat serangkaian

kegiatan untuk menemukan rumus volume prisma dan limas.

5) Fase Explain

Fase explain memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengemukakan hasil fase explore. Fase explain Pada LKS

1, LKS 2, dan LKS 3 memuat arahan kepada setiap kelompok

untuk mempresentasikan hasil fase explore yang telah dilakukan

dan memberikan tanggapan dengan bertanya atau mengajukan

pendapat terhadap presentasi kelompok lain.

6) Fase Elaborate

Fase elaborate memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menerapkan pemahaman pada situasi baru. Fase elaborate

pada LKS memuat arahan untuk menyelesaikan latihan soal cerita

yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari secara kelompok.

Fase elaborate pada LKS 1 memuat soal yang berkaitan dengan

luas permukaan prisma, pada LKS 2 memuat soal yang berkaitan

dengan luas permukaan limas, dan pada LKS 3 memuat soal yang

berkaitan dengan volume prisma dan volume limas.


105

7) Fase Evaluate

Fase evaluate bertujuan untuk mengevaluasi pemahaman

siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Fase evaluate pada

LKS memuat arahan untuk menyelesaikan soal evaluasi secara

individual. Fase evaluate pada LKS 1 memuat soal tentang luas

permukaan prisma, pada LKS 2 memuat soal tentang luas

permukaan limas, dan pada LKS 3 memuat soal tentang volume

prisma dan volume limas.

8) Fase Extend

Fase extend memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan konsep dan menghubungkannya dengan konsep

lain, materi lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Fase

extend pada LKS dilakukan dengan memberikan latihan soal yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan

konsep lain untuk memberikan kesempatan siswa

mengaplikasikan pemahamannya. Fase extend pada LKS 1

memuat soal yang berkaitan dengan luas permukaan prisma, pada

LKS 2 memuat soal yang berkaitan dengan luas permukaan limas,

dan pada LKS 3 memuat soal yang berkaitan dengan volume

prisma dan volume limas.

4. Mengembangkan Panduan untuk Guru

Panduan untuk guru yang dikembangkan berupa Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan model learning cycle 7E.


106

RPP yang dikembangkan sebanyak satu set untuk tiga kali pertemuan

dengan alokasi waktu 6 × 40 menit.

Langkah-langkah penyusunan RPP dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut:

a. Menuliskan Identitas

Identitas pada RPP meliputi satuan pendidikan, mata pelajaran,

kelas/semester, materi pokok, dan alokasi waktu.

b. Menuliskan Standar Kompetensi

Standar Kompetensi berdasarkan kurikulum KTSP yaitu

memahami sifat-sifat kubus, balok, prisma, limas dan bagian-

bagiannya serta menentukan ukurannya.

c. Menuliskan Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar berdasarkan kurikulum KTSP yaitu

menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan

limas.

d. Merumuskan Indikator Pembelajaran

Berdasarkan SK dan KD dirumuskan indikator pembelajaran

sebagai berikut:

1) Menemukan kembali rumus luas permukaan prisma.

2) Menghitung luas permukaan prisma.

3) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan luas

permukaan prisma.

4) Menemukan kembali rumus luas permukaan limas.


107

5) Menghitung luas permukaan limas.

6) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan luas

permukaan limas.

7) Menemukan kembali rumus volume prisma.

8) Menghitung volume prisma.

9) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan

volume prisma.

10) Menemukan kembali rumus volume limas.

11) Menghitung volume limas.

12) Menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan

volume limas.

e. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Berdasarkan SK, KD, dan indikator pembelajaran dirumuskan

tujuan pembelajaran sebagai berikut:

Pertemuan ke-1

1) Siswa dapat menemukan kembali rumus luas permukaan prisma

menggunakan model prisma.

2) Siswa dapat menghitung luas permukaan prisma.

3) Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas permukaan prisma.

Pertemuan ke-2

1) Siswa dapat menemukan kembali rumus luas permukaan limas

menggunakan menggunakan model limas.


108

2) Siswa dapat menghitung luas permukaan limas.

3) Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas permukaan limas.

Pertemuan ke-3

1) Siswa dapat menemukan kembali rumus volume prisma.

2) Siswa dapat menghitung volume prisma.

3) Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan luas volume prisma.

4) Siswa dapat menemukan kembali rumus volume limas.

5) Siswa dapat menghitung volume limas.

6) Siswa dapat menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan

dengan volume limas.

f. Menentukan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran pada RPP yang dikembangkan yaitu luas

permukaan prisma, luas permukaan limas, dan volume prisma dan

volume limas.

g. Menentukan Model dan Metode Pembelajaran

RPP yang dikembangkan berdasarkan model learning cycle 7E

dengan metode demonstrasi, tanya jawab, dan diskusi.

h. Menentukan Media dan Sumber Belajar

Media pembelajaran yang digunakan adalah LCD, model

kubus, balok, prisma, limas dan sumber belajarnya yaitu LKS yang

dikembangkan oleh peneliti.


109

i. Menyusun Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran disusun untuk tiga kali pertemuan

dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 40 menit. Kegiatan

pembelajaran terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup. Kegiatan awal terdiri dari fase elicit dan fase

engage. Kegiatan inti terdiri dari fase explore, fase explain, dan fase

elaborate. Kegiatan akhir terdiri dari fase evaluate dan fase extend.

j. Menentukan Penilaian

Teknik penilaian yang dipilih yaitu tes dengan bentuk

instrumen tes tertulis uraian yang berupa Tes Hasil Belajar (THB).

Pada tahap pengembangan selain mengembangkan perangkat

pembelajaran yang terdiri dari RPP, LKS, dan THB sesuai rancangan THB

pada tahap desain juga menyusun instrumen penelitian yang terdiri dari lembar

validasi perangkat pembelajaran, lembar pengamatan, dan angket respons

siswa. Deskripsi instrumen penelitian yang disusun sebagai berikut:

1. Lembar validasi perangkat pembelajaran

Peneliti menyusun lembar validasi yang terdiri dari lembar validasi

RPP, lembar validasi LKS, dan lembar validasi THB.

a. Lembar validasi RPP

Penyusunan lembar validasi RPP dilengkapi dengan rubrik

penilaian yang terlampir pada lampiran B.2. Penyusunan lembar

validasi RPP mengacu pada 3 aspek yaitu aspek format, isi, dan
110

bahasa. Skala penilaian menggunkan skala 1 sampai 5 dengan

penjabaran tiap-tiap nilai terdapat pada lembar rubrik validasi.

b. Lembar validasi LKS

Penyusunan lembar validasi LKS dilengkapi dengan rubrik

penilaian yang terlampir pada lampiran B.4. Penyusunan lembar

validasi LKS mengacu pada 3 aspek yaitu aspek format, isi, dan

bahasa. Skala penilaian menggunkan skala 1 sampai 5 dengan

penjabaran tiap-tiap nilai terdapat pada lembar rubrik validasi.

c. Lembar validasi THB

Penyusunan lembar validasi THB mengacu pada 2 aspek yaitu

validasi isi dan bahasa dan penulisan soal. Penilaian terhadap validasi

isi menggunakan penilaian valid, cukup valid, kurang valid, dan tidak

valid dan untuk penilaian bahasa dan penulisan soal menggunakan

penilaian sangat dapat dipahami, dapat dipahami, kurang dapat

dipahami, dan tidak dapat dipahami.

2. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan terdiri dari lembar pengamatan kemampuan

guru mengelola pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas siswa.

a. Lembar Pengamatan Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran

Penyusunan instrumen ini mengacu pada aspek kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, kegiatan penutup, dan kemampuan dalam

mengelola waktu. Skala penilaian yang digunakan yaitu skala 1

sampai 5 dengan penjabaran tiap-tiap nilai terdapat dalam lembar


111

rubrik penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

yang terlampir pada lampiran B.7.

b. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa

Lembar pengamatan aktivitas siswa yang disusun terdiri dari

tabel yang berisi kolom pengamatan pada menit ke-1 sampai menit ke-

80. Aktivitas yang diamati meliputi aktivitas yang dilakukan siswa

pada setiap fase pembelajaran.

3. Angket Respons Siswa

Penyusunan angket respons siswa mengacu pada dua indikator

yaitu respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan respons siswa

terhadap kegiatan pembelajaran.

5. Melakukan Revisi Formatif

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini sebagai berikut:

a. Validasi Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu RPP, LKS,

dan THB divalidasi oleh 3 orang validator. Nama-nama validator

terlampir pada lampiran E.2. Hasil validasi oleh ketiga validator dan

revisi yang dilakukan pada perangkat pembelajaran yang

dikembangkan yaitu sebagai berikut:

1) Hasil Validasi dan Revisi RPP

Hasil validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari

ketiga validator disajikan pada Tabel 4.8.


112

Tabel 4.8 Hasil Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Validator
No Aspek yang Dinilai
1 2 3
I Format
1. Sistem penomoran jelas 4 5 5
2. Pengaturan ruang/tata letak 4 4 4
3. Jenis dan ukuran huruf sesuai 5 5 5
II Isi
1. Kesesuaian materi dengan KTSP 5 4 5
2. Kesesuaian antara indikator dan KD 5 5 5
3. Kesesuaian antara tujuan pembelajaran 5 5 5
dan KD
4. Kesesuaian antara materi dan tujuan 5 5 5
pembelajaran
5. Kesesuaian dengan langkah-langkah 4 4 4
pembelajaran learning cycle 7E
6. Kegiatan guru dirumuskan secara 4 5 5
operasional dan mudah dipahami
7. Kesesuaian alokasi waktu yang digunakan 5 4 5
dalam setiap fase
8. Kesesuian kegiatan guru dalam setiap fase 4 4 5
III Bahasa
1. Kebenaran tata Bahasa 4 4 4
2. Kesederhanaan struktur kalimat 4 5 5
3. Kejelasan petunjuk dan arahan 5 5 5
4. Komunikatifan bahasa yang digunakan 5 5 5

Tabel 4.8 menunjukkan bahwa setiap validator

memberikan nilai minimal 4 untuk setiap aspek penilaian. Dalam

penelitian ini ditetapkan bahwa perangkat pembelajaran RPP

dikatakan valid jika penilaian setiap validator terhadap setiap

kriteria perangkat minimal baik yaitu penilaian terhadap setiap

aspek minimal 4. Berdasarkan hasil penilaian validator dan

kriteria kevalidan RPP yang telah ditetapkan dapat disimpulkan

bahwa RPP yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid.

Berdasarkan hasil validasi dan saran validator dilakukan

revisi terhadap perangkat pembelajaran RPP. Revisi yang telah


113

dilakukan sesuai dengan saran validator terhadap perangkat

pembelajaran RPP disajikan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Revisi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


Bagian yang Sebelum Sesudah
direvisi
Rumus volume Sebelum
prisma 1
Volume prisma segitiga = 2 × volume balok
1
= 2×p×l×t
= luas alas × tinggi
Sesudah
1
Volume prisma segitiga = 2 × volume balok
1
=2×p×l×t
1
= 2 × alas ∆ × tinggi ∆× t prisma
= luas ∆ × t prisma
= luas alas × tinggi prisma

Gambar kubus Sebelum


dan limas

Sesudah
H G
H G
E H F G
E OF s
O
E OF O
O
C O𝑠 C
D C D 2 C
s s
C D T 2𝑠 C
A s B A s T𝑠 B
D s
A B A T2 B s
A B A B
114

2) Hasil Validasi dan Revisi Lembar Kerja Siswa

Hasil validasi Lembar Kerja Siswa dari ketiga validator

disajikan pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil Validasi Lembar Kerja Siswa


No Aspek yang dng Dinilai Validator
1 2 3
I Format
1. Memiliki daya Tarik 5 5 5
2. Sistem penomoran jelas 5 5 5
3. Pengaturan ruang/tata letak 5 4 4
4. Jenis dan ukuran huruf sesuai 5 5 4
II Isi
1. Kebenaran materi 4 4 5
2. Kesesuaian antara materi atau tugas dan tujuan 4 5 5
pembelajaran
3. Masalah atau soal yang diajukan sesuai dengan 4 4 4
karakteristik model learning cycle 7E
4. Kesesuaian dengan langkah model learning cycle 7E 4 4 5
5. Peranannya mendorong siswa menemukan konsep 4 4 5
atau prosedur secara mandiri atau kelompok
6. Kesesuaian antara gambar dan konsep atau materi 5 4 5
III Bahasa
1. Kebenaran tata Bahasa 4 4 4
2. Kesederhanaan struktur kalimat 4 5 5
3. Kejelasan petunjuk dan arahan 4 4 5
4. Kekomunikatifan bahasa yang digunakan 5 5 5

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa setiap validator

memberikan nilai minimal 4 untuk setiap aspek penilaian. Dalam

penelitian ini ditetapkan bahwa perangkat pembelajaran LKS

dikatakan valid jika penilaian setiap validator terhadap setiap

kriteria perangkat minimal baik yaitu penilaian terhadap setiap

aspek minimal 4. Berdasarkan hasil penilaian validator dan kriteria

kevalidan LKS yang telah ditetapkan dapat disimpulkan bahwa

LKS yang dikembangkan termasuk dalam kategori valid.


115

Berdasarkan hasil validasi dan saran validator dilakukan

revisi terhadap perangkat pembelajaran LKS. Revisi yang telah

dilakukan sesuai dengan saran validator terhadap perangkat

pembelajaran LKS disajikan pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Revisi Lembar Kerja Siswa


Bagian
yang Sebelum Sesudah
direvisi
Gambar
T
limas
D 5 cm
C

A 6 cm B

Gambar
12 cm 16 cm
prisma

30 cm

20 cm

Latihan Sebuah akuarium berbentuk Sebuah akuarium berbentuk


soal pada prisma terbuat dari kaca prisma tanpa tutup terbuat
fase alasnya berbentuk dari kaca alasnya berbentuk
elaborate belahketupat dengan panjang belahketupat dengan panjang
LKS 1 sisi 30 cm dan panjang sisi 30 cm dan panjang
diagonal-diagonalnya 36 cm diagonal-diagonalnya 36 cm
dan 48 cm. Jika tinggi dan 48 cm. Jika tinggi
akuarium 25 cm, hitunglah akuarium 25 cm, hitunglah
luas kaca yang diperlukan luas kaca yang diperlukan
untuk membuat akuarium untuk membuat akuarium
tersebut. tersebut.
116

3) Hasil Validasi dan Revisi THB

Hasil validasi Tes Hasil Belajar dari ketiga validator

disajikan pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil Validasi Tes Hasil Belajar


No Bahasa dan Penulisan
Validator Validasi Isi
Soal Soal
1 Validator 1 Valid Dapat Dipahami
Validator 2 Valid Sangat Dapat Dipahami
Validator 3 Valid Sangat Dapat Dipahami
2 Validator 1 Valid Dapat Dipahami
Validator 2 Valid Sangat Dapat Dipahami
Validator 3 Valid Sangat Dapat Dipahami
3 Validator 1 Valid Dapat Dipahami
Validator 2 Valid Dapat Dipahami
Validator 3 Valid Sangat Dapat Dipahami
4 Validator 1 Valid Dapat Dipahami
Validator 2 Valid Sangat Dapat Dipahami
Validator 3 Valid Dapat Dipahami
5 Validator 1 Valid Dapat Dipahami
Validator 2 Valid Dapat Dipahami
Validator 3 Valid Dapat Dipahami

Tabel 4.12 menunjukan bahwa penilaian setiap validator

terhadap perangkat THB yang dikembangkan termasuk dalam

kriteria valid.

Berdasarkan hasil validasi dan saran validator dilakukan

revisi terhadap perangakat THB. Revisi yang telah dilakukan

sesuai saran validator disajikan pada Tabel 4.13.


117

Tabel 4.13 Revisi Tes Hasil Belajar


Bagian
yang Sebelum Sesudah
direvisi
Soal No 1 Sebelum
Gambar
bangun

Sesudah

6 cm

5 cm 15 cm
12 cm
Soal No 4 Atap sebuah rumah Atap sebuah rumah
berbentuk limas dengan berbentuk limas dengan
alas berbentuk persegi alas berbentuk persegi
yang berukuran 12 m × yang berukuran 12 m × 12
12 m dan tinggi segitiga m dan tinggi segitiga pada
pada bidang tegaknya 5 bidang tegaknya 5 m.
m. Tentukan banyak Tentukan banyak genteng
genteng yang diperlukan minimal yang diperlukan
untuk menutup atap jika untuk menutup atap jika
tiap 1 m 2 memerlukan 8 tiap 1 m 2 memerlukan 8
genteng. genteng.

4) Uji Keterbacaan

Uji keterbacaan dilakukan untuk memperoleh informasi

apakah perangkat pembelajaran dapat terbaca dengan jelas dan dapat

dipahami oleh siswa maupun guru. Uji keterbacaan dilakukan oleh

guru mitra dan 6 siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rembang dengan

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kelas ini tidak digunakan


118

untuk kelas uji coba ataupun kelas implementasi. Daftar nama guru

dan siswa yang melaksanakan uji keterbacaan terlampir pada lampiran

E.3.

Hasil analisis uji keterbacaan menunjukkan bahwa guru mitra

dapat memahami maksud dan tujuan pada perangkat pembelajaran,

dan perangkat LKS dan THB dapat terbaca dengan jelas dan maksud

soal atau permasalahan pada LKS dan THB dapat dipahami oleh

siswa. Dengan demikian perangkat pembelajaran yang sudah

dinyatakan valid oleh para validator dan direvisi sesuai saran validator

tidak direvisi lagi.

5. Melakukan Uji Coba

Perangkat pembelajaran yang telah direvisi dan diuji

keterbacaannya selanjutnya diujicobakan di kelas uji coba. Hasil uji coba

ini digunakan untuk melihat kepraktisan dan keefektifan perangkat

pembelajaran yang telah dikembangkan serta untuk menentukan validitas

THB. Pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memberikan pretest sebelum dilaksanakan pembelajaran.

b. Melaksanakan pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan

limas menggunkan perangkat yang sedang dikembangkan.

c. Memberikan posttest setelah melaksanakan pembelajaran.

d. Memberikan angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran.


119

Uji coba perangkat pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII A

SMP Negeri 1 Rembang. Jadwal pelaksanaan uji coba perangkat

pembelajaran terlampir pada lampiran E.1. Kegiatan uji coba perangkat

pembelajaran melibatkan seorang guru mitra sebagai pengajar, seorang

guru sebagai pengamat kemampuan guru dalam megelola pembelajaran,

dan seorang guru sebagai pengamat aktivitas siswa dalam pembelajaran,

sedangkan peneliti berperan sebagai pengamat umum yang mengamati

secara keseluruhan proses pembelajaran dan mendokumentasikan kegiatan

pembelajaran. Terdapat empat jenis data yang dikumpulkan dalam

pelaksanaan uji coba perangkat pembelajaran yaitu:

a. Data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

b. Data aktivitas siswa

c. Data respons siswa

d. Data Tes Hasil Belajar

Analisis data hasil uji coba perangkat pembelajaran yaitu sebagai

berikut:

a. Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Hasil pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran learning cycle 7E dalam 3 kali pertemuan disajikan pada

Tabel 4.14.
120

Tabel 4.14 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Guru dalam Mengelola


Pembelajaran Kelas Uji Coba
Pertemuan ke-
No Aspek yang Dinilai
1 2 3
1 Kegiatan Awal
Fase Elicit
a. Kemampuan menyelidiki kemampuan awal yang 4 4 5
telah dimiliki siswa
Fase Engage
b. Kemampuan memfokuskan perhatian dan 4 5 5
membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap
materi yang akan dipelajari
2 Kegiatan Inti
Fase Explore
a. Kemampuan membentuk kelompok belajar siswa 5 5 5
b. Kemampuan membimbing siswa untuk 4 5 5
mengamati, menyelidiki, mengumpulkan data,
menganalisis, dan menyimpulkan hasil untuk
menyelesaikan permasalahan
Fase Explain
c. Kemampuan membimbing siswa untuk 4 5 5
merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan hasil
Fase explore
d. Kemampuan mendorong siswa untuk memberikan 4 5 5
tanggapan, bertanya atau mengajukan pendapat
terhadap hasil diskusi kelompok lain
Fase Elaborate
e. Kemampuan mengarahkan siswa untuk 5 5 5
menerapkan pemahamannya pada situasi baru
3 Kegiatan Akhir
Fase Evaluate
a. Kemampuan mengevaluasi pemahaman siswa 5 5 5
Fase Extend
b. Kemampuan mengarahkan dan membimbing 4 4 4
siswa untuk menggunakan konsep yang telah
didapat pada situasi baru sebagai aplikasi konsep
dan hubungannya dengan konsep lain, bidang
ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari
4 Kemampuan dalam mengelola waktu 4 4 4

Tabel 4.14 menunjukkan bahwa penilaian pengamat dalam 3


kali pertemuan minimal 4. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dalam
kriteria baik.
121

b. Analisis Data Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan model learning cycle 7E disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran


Kelas Uji Coba
Persentase Aktivitas Siswa
Kategori Pengamatan Aktivitas Rentang Persentase
No Pertemuan ke- (%)
Siswa Waktu Ideal (P)
1 2 3
1 Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru
15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
serta menjawab pertanyaan guru
(fase elicit)
2 Memfokuskan perhatian dan
menunjukkan motivasi dan minat
5 5 5 4,5% ≤ P ≤ 5,5%
terhadap materi yang akan
dipelajari (fase engage)
3 Berdiskusi kelompok untuk
mengamati, menyelidiki,
mengumpulkan data,
25 25 25 22,5% ≤ P ≤ 27,5%
menganalisis, dan menyimpulkan
hasil untuk menyelesaikan
permasalahan (fase explore)
4 Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, memperhatikan,
memberikan tanggapan,
mengajukan pertanyaan, dan 15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
memberikan pendapat terhadap
presentasi kelompok lain (fase
explain)
5 Membaca, memahami, dan
menyelesaiakan latihan yang
terdapat pada LKS sebagai 15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
penerapan pemahaman pada
situasi baru (fase elaborate)
6 Menyelesaikan soal evaluasi
10,625 10,625 9,375 9,0% ≤ P ≤ 11,0%
secara induvidual (fase evaluate)
7 Menggunakan konsep yang telah
dipelajari pada situasi baru
sebagai aplikasi konsep dan
hubungannya dengan konsep lain, 14,375 14,375 15,625 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
bidang ilmu lain maupun dalam
kehidupan sehari-hari (fase
extend)
122

Tabel 4.15 menunjukkan bahwa persentase waktu yang

digunakan siswa untuk melakukan setiap aktivitas pada setiap fase

pembelajaran setiap pertemuan sesuai dengan persentase waktu ideal

yang termuat dalam RPP dengan toleransi 10%. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas

uji coba dikatakan efektif.

c. Analisis Data Respons Siswa

Data respons siswa dalam penelitian ini terdir i dari respons

siswa terhadap perangkat pembelajaran dan respons siswa terhadap

kegiatan pembelajaran. Persentase respons siswa terhadap perangkat

pembelajaran disajikan pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran


Kelas Uji Coba
Respons Siswa Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah kamu senang terhadap materi 32 4 88,9 11,1
yang diberikan?
2 Apakah kamu merasa senang 33 3 91,7 8,3
menggunkan LKS yang diberikan?
3 Apakah kamu dapat memahami
dengan jelas bahasa yang digunakan 34 2 94,4 5,6
dalam LKS?
4 Apakah kamu dapat memahami
dengan jelas bahasa yang digunakan 34 2 94,4 5,6
dalam THB?
5 Apakah kamu tertarik dengan
penampilan (tulisan, ilustrasi/ gambar, 35 1 97,2 2,8
dan letak gambar) yang terdapat
dalam LKS?
6 Apakah kamu berminat untuk
mengikuti pembelajaran dengan 32 4 88,9 11,1
menggunakan perangkat pembelajaran
seperti yang sudah dilakukan?
123

Respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model learning cycle 7E disajikan pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil Respons Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran


Kelas Uji Coba
Respons Siswa Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Saya merasa senang dan jelas cara
guru menggali pengetahuan awal dan 31 5 86,1 13,9
menghubungkan dengan materi yang
akan dipelajari
2 Saya merasa termotivasi dan
berminat untuk mengikuti dan
berhasil dalam pembelajaran setelah 32 4 88,9 11,1
guru memberikan motivasi belajar
3 Permasalahan yang diberikan
berkaitan dengan kehidupan sehari-
har sehingga saya mengetahui 31 5 86,1 13,9
manfaat materi yang akan dipelajari
dan memotivasi saya untuk belajar
dan menyelesaikan tugas dengan
baik
4 Saya merasa tertantang dengan tugas 30 6 83,3 16,7
yang diberikan oleh guru
5 Saya dapat menemukan konsep
sendiri dengan kegiatan 31 5 86,1 13,9
pembelajaran yang telah dilakukan
6 Suasana belajar dengan diskusi
kelompok membantu saya lebih 33 3 91,7 8,3
memahami materi pelajaran
7 Saya dapat mengungkapkan ide-ide 32 4 88,9 11,1
dalam diskusi kelompok
8 Saya merasa termotivasi untuk
bersaing dalam diskusi kelompok 33 3 91,7 8,3
agar menjadi kelompok yang terbaik
9 Saya merasa percaya diri pada saat
presentasi kelompok, memberikan
tanggapan, mengajukan pertanyaan, 29 7 80,6 19,4
dan memberikan pendapat
124

Respons Siswa Persentase (%)


No Pernyataan
Ya Tidak Ya Tidak
10 Saya merasa lebih mudah dalam
mempelajari materi karena guru
selalu memberikan penguatan 34 2 94,4 5,6
terhadap materi yang telah dipelajari
11 Saya merasa senang karena guru
memberikan penghargaan kepada 34 2 94,4 5,6
siswa atau kelompok yang
berprestasi
12 Saya merasa diperhatikan pada saat
guru membantu saya menyelesaikan
permasalahan matematika yang saya 33 3 91,7 8,3
atau kelompok saya anggap sulit
13 Saya merasa lebih mudah
menyelesaikan permasalahan
matematika setelah mengikuti 32 4 88,9 11,1
langkah-langkah pembelajaran yang
telah dilakukan
14 Saya merasa senang karena materi
yang dipelajari dikaitkan dengan
permasalahan sehari-hari ataupun
materi lain sehingga saya dapat 29 7 80,6 19,4
mengingat kembali materi atau
mencari materi yang dikaitkan
dengan materi yang sedang dipelajari
tersebut
15 Saya berminat untuk mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran seperti yang 33 3 91,7 8,3
sudah dilakukan

Tabel 4.16 dan Tabel 4.17 menunjukkan bahwa jumlah siswa

yang memberikan respons positif terhadap perangkat pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran minimal 80,6% dari setiap aspek yang

ditanyakan. Kriteria yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa

respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran positif yaitu jika jumlah siswa yang merespons dengan

memberikan respons positif atau memilih pernyataan “Ya” minimal


125

70% untuk setiap aspek yang ditanyakan. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa respons siswa terhadap perangkat pembelajaran

dan kegiatan pembelajaran dikatakan positif.

d. Analisis Data Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini hasil THB digunakan untuk menentukan

validitas butir soal, reliabilitas tes, dan sensitivitas butir soal serta

menentukan ketuntasan belajar siswa. Data hasil posttest digunakan

untuk menentukan validitas butir soal dan reliabilitas tes dan untuk

menentukan sensitivitas butir soal menggunakan data hasil pretest dan

potstest.

1) Validitas Butir Soal

Hasil analisis validitas butir soal disajikan pada Tabel


4.18.
Tabel 4.18 Validitas Butir Soal THB
No Soal Koefisien Validitas Kriteria Validitas
1 0,57 Cukup
2 0,74 Tinggi
3 0,81 Sangat Tinggi
4 0,71 Tinggi
5 0,65 Tinggi

Tabel 4.18 menunjukkan bahwa kriteria validitas setiap

butir soal minimal cukup. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa setiap butir soal valid karena karena kriteria validitas yang

dicapai minimal cukup.

2) Reliabilitas Tes

Berdasarkan prosedur perhitungan koefisien reliabilitas tes

diperoleh perhitungan koefisien reliabilitas tes sebesar 0,71


126

dengan kriteria reliabilitas tinggi. Kriteria reliabilitas tes yang

ditetapkan dalam penelitian ini yaitu tes dikatakan reliabel jika

mempunyai koefisien reliabilitas minimal cukup atau koefisien

reliabilitas tes lebih dari 0,40. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tes reliabel karena memiliki koefisien

reliabilitas lebih dari 0,40.

3) Sensitivitas Butir Soal

Hasil analisis sensitivitas butir soal tes disajikan pada

Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Sensitivitas Butir Soal THB


No Soal Indeks Sensitivitas Interpretasi
1 0,51 Sensitif
2 0,53 Sensitif
3 0,53 Sensitif
4 0,60 Sensitif
5 0,48 Sensitif

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa semua butir soal memiliki

indeks sensitivitas S ≥ 0,30. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa semua butir soal memiliki sensitivitas butir soal yang baik.

Selain untuk menentukan validitas perangkat THB, hasil THB

digunakan untuk menentukan ketuntasan belajar siswa. Dalam

penelitian ini ditetapkan bahwa ketuntasan belajar siswa dalam kelas

tercapai jika sekurang-kurangnya 80% siswa dalam kelas tersebut

mencapai ketuntasan belajar. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila

nilai yang diperoleh siswa pada saat tes hasil belajar minimal sama
127

dengan KKM yaitu 73. Data yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar

siswa pada kelas uji coba disajikan pada Tabel 4.20.

Tabel 4.20 Data Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Uji Coba
Keterangan
No Kode Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 U-01 88 
2 U-02 76 
3 U-03 92 
4 U-04 76 
5 U-05 100 
6 U-06 40 
7 U-07 44 
8 U-08 44 
9 U-09 80 
10 U-10 96 
11 U-11 76 
12 U-12 76 
13 U-13 92 
14 U-14 48 
15 U-15 100 
16 U-16 76 
17 U-17 76 
18 U-18 88 
19 U-19 60 
20 U-20 76 
21 U-21 84 
22 U-22 100 
23 U-23 88 
24 U-24 80 
25 U-25 100 
26 U-26 100 
27 U-27 80 
28 U-28 84 
29 U-29 76 
30 U-30 56 
31 U-31 76 
32 U-32 76 
33 U-33 96 
34 U-34 80 
35 U-35 100 
36 U-36 100 
Persentase Ketuntasan (%) 83,33 16,7
128

Tabel 4.20 menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas

belajar yaitu 83,33%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

ketuntasan belajar siswa di kelas uji coba secara klasikal tercapai.

Berdasarkan hasil analisis data pada tahap uji coba perangkat

pembelajaran diperoleh pencapaian kriteria perangkat pembelajaran yang

sedang dikembangkan. Pencapaian kriteria perangkat pembelajaran

learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII yang

dikembangkan ditunjukkan pada Tabel 4.21.

Tabel 4.21 Pencapaian Kriteria Perangkat Pembelajaran


No Kategori Keterangan
1 Validasi Perangkat Pembelajaran Valid
Memenuhi kriteria validitas,
2 Tes Hasil Belajar
reliabilitas dan sensitivitas
Kemampuan Guru Dalam
3 Baik
Mengelola Pembelajaran
4 Aktivitas Siswa Efektif
5 Respons Siswa Positif
6 Ketuntasan Belajar Siswa Tercapai

Tabel 4.21 menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang

dikembangkan memenuhi kriteria valid ditunjukkan dengan hasil validasi

perangkat pembelajaran valid dan THB memenuhi kriteria validitas,

reliabilitas, dan sensitivitas, memenuhi kriteria praktis ditunjukkan dengan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik dan aktivitas siswa

efektif, dan memenuhi kriteria efektif ditunjukkan dengan respons siswa

positif dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal tercapai. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang

dikembangkan berkualitas baik.


129

D. Deskripsi Tahap Implement

Pada tahap implement perangkat pembelajaran yang telah memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif diimplementasikan di kelas VIII A SMP

Negeri 5 Rembang untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Kelas

implementasi ini berada di sekolah yang berbeda dengan kelas uji coba

perangkat pembelajaran. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

komunikasi diantara siswa kelas uji coba dan kelas implementasi sehingga

tidak mempengaruhi hasil THB dikelas implementasi. Jadwal pelaksanaan

implementasi perangkat pembelajaran terlampir pada lampiran E.1.

Pada tahap implementasi terdapat empat jenis data yang dikumpulkan

meliputi: (1) Data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran; (2) Data

aktivitas siswa; (3) Data respons siswa; dan (4) Data tes hasil belajar. Analisis

data hasil implementasi perangkat pembelajaran yaitu sebagai berikut:

1. Analisis Data Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran

Pengambilan data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dilaksanakan selama tiga kali pertemuan yang diamati oleh seorang guru

matematika yang berperan sebagai pengamat kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran. Adapun hasil pengamatan terhadap kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran berdasarkan model learning cycle 7E

pada materi prisma dan limas selama tiga kali pertemuan disajikan pada

Tabel 4.22.
130

Tabel 4.22 Data Hasil Pengamatan Kemampuan Guru


dalam Mengelola Pembelajaran Kelas Implementasi
Pertemuan ke-
No Aspek yang Dinilai
1 2 3
1 Kegiatan Awal
Fase Elicit
a. Kemampuan menyelidiki kemampuan awal yang 4 4 5
telah dimiliki siswa
Fase Engage
b. Kemampuan memfokuskan perhatian dan 4 4 5
membangkitkan motivasi dan minat siswa
terhadap materi yang akan dipelajari
2 Kegiatan Inti
Fase Explore
a. Kemampuan membentuk kelompok belajar siswa 5 5 5
b. Kemampuan membimbing siswa untuk 4 4 5
mengamati, menyelidiki, mengumpulkan data,
menganalisis, dan menyimpulkan hasil untuk
menyelesaikan permasalahan
Fase Explain
c. Kemampuan membimbing siswa untuk 4 5 5
merencanakan, menyiapkan, dan menyajikan hasil
fase explore
d. Kemampuan mendorong siswa untuk memberikan 4 5 5
tanggapan, bertanya atau mengajukan pendapat
terhadap hasil diskusi kelompok lain
Fase Elaborate
e. Kemampuan mengarahkan siswa untuk 5 5 5
menerapkan pemahamannya pada situasi baru
3 Kegiatan Akhir
Fase Evaluate
a. Kemampuan mengevaluasi pemahaman siswa 5 5 5
Fase Extend
c. Kemampuan mengarahkan dan membimbing
siswa untuk menggunakan konsep yang telah 4 4 4
didapat pada situasi baru sebagai aplikasi konsep
dan hubungannya dengan konsep lain, bidang
ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari
4 Kemampuan dalam mengelola waktu 4 4 4

Tabel 4.22 menunjukkan bahwa penilaian pengamat dalam 3


kali pertemuan minimal 4. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dalam
kriteria baik.
131

2. Analisis Data Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas

implementasi sebanyak tiga kali pertemuan disajikan pada Tabel 4.23.

Tabel 4.23 Data Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran


Kelas Implementasi
Persentase Aktivitas Siswa
Kategori Pengamatan Aktivitas Rentang Persentase
No Pertemuan ke- (%)
Siswa Waktu Ideal (P)
1 2 3
1 Mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan guru
15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
serta menjawab pertanyaan guru
(fase elicit)
2 Memfokuskan perhatian dan
menunjukkan motivasi dan minat
5 5 5 4,5% ≤ P ≤ 5,5%
terhadap materi yang akan
dipelajari (fase engage)
3 Berdiskusi kelompok untuk
mengamati, menyelidiki,
mengumpulkan data,
25 25 25 22,5% ≤ P ≤ 27,5%
menganalisis, dan menyimpulkan
hasil untuk menyelesaikan
permasalahan (fase explore)
4 Mempresentasikan hasil diskusi
kelompok, memperhatikan,
memberikan tanggapan,
mengajukan pertanyaan, dan 15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
memberikan pendapat terhadap
presentasi kelompok lain (fase
explain)
5 Membaca, memahami, dan
menyelesaiakan latihan yang
terdapat pada LKS sebagai 15 15 15 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
penerapan pemahaman pada
situasi baru (fase elaborate)
6 Menyelesaikan soal evaluasi
10,625 9,375 9,375 9,0% ≤ P ≤ 11,0%
secara induvidual (fase evaluate)
7 Menggunakan konsep yang telah
dipelajari pada situasi baru
sebagai aplikasi konsep dan
hubungannya dengan konsep lain, 14,375 15,625 15,625 13,5% ≤ P ≤ 16,5%
bidang ilmu lain maupun dalam
kehidupan sehari-hari (fase
extend)
132

Tabel 4.23 menunjukkan bahwa persentase waktu yang digunakan

siswa untuk melakukan setiap aktivitas pada setiap pertemuan sesuai

dengan persentase waktu ideal yang direncanakan dengan toleransi 10%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E pada materi

prisma dan limas di kelas implementasi dapat dikatakan efektif.

3. Analisis Data Respons Siswa

Data respons siswa terdiri dari data respons siswa terhadap

perangkat dan kegiatan pembelajaran di kelas. Respons siswa terhadap

perangkat pembelajaran disajikan pada Tabel 4.24.

Tabel 4.24 Hasil Respons Siswa Terhadap Perangkat Pembelajaran


Kelas Implementasi
Respons Siswa Persentase (%)
No Pertanyaan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Apakah kamu senang terhadap materi 22 6 78,6 21,4
yang diberikan?
2 Apakah kamu merasa senang 24 4 85,7 14,3
menggunkan LKS yang diberikan?
3 Apakah kamu dapat memahami
dengan jelas bahasa yang digunakan 24 4 85,7 14,3
dalam LKS?
4 Apakah kamu dapat memahami
dengan jelas bahasa yang digunakan 23 5 82,1 17,9
dalam THB?
5 Apakah kamu tertarik dengan
penampilan (tulisan, ilustrasi/ gambar, 25 3 89,3 10,7
dan letak gambar) yang terdapat
dalam LKS?
6 Apakah kamu berminat untuk
mengikuti pembelajaran dengan 24 4 85,7 14,3
menggunakan perangkat pembelajaran
seperti yang sudah dilakukan?

Respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran di kelas

implementasi disajikan pada Tabel 4.25.


133

Tabel 4.25 Hasil Respons Siswa Terhadap Kegiatan Pembelajaran


Kelas Implementasi
Respons Siswa Persentase (%)
No Pernyataan
Ya Tidak Ya Tidak
1 Saya merasa senang dan jelas cara guru
menggali pengetahuan awal dan 24 4 85,7 14,3
menghubungkan dengan materi yang akan
dipelajari
2 Saya merasa termotivasi dan berminat untuk
mengikuti dan berhasil dalam pembelajaran 25 3 89,3 10,7
setelah guru memberikan motivasi belajar
3 Permasalahan yang diberikan berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari sehingga saya
mengetahui manfaat materi yang akan 24 4 85,7 14,3
dipelajari dan memotivasi saya untuk belajar
dan menyelesaikan tugas dengan baik
4 Saya merasa tertantang dengan tugas yang 23 5 82,1 17,9
diberikan oleh guru
5 Saya dapat menemukan konsep sendiri
dengan kegiatan pembelajaran yang telah 22 6 78,6 21,4
dilakukan
6 Suasana belajar dengan diskusi kelompok
membantu saya lebih memahami materi 25 3 89,3 10,7
pelajaran
7 Saya dapat mengungkapkan ide-ide dalam 23 5 82,1 17,9
diskusi kelompok
8 Saya merasa termotivasi untuk bersaing
dalam diskusi kelompok agar menjadi 23 5 82,1 17,9
kelompok yang terbaik
9 Saya merasa percaya diri pada saat
presentasi kelompok, memberikan
tanggapan, mengajukan pertanyaan, dan 22 6 78,6 21,4
memberikan pendapat
10 Saya merasa lebih mudah dalam
mempelajari materi karena guru selalu
memberikan penguatan terhadap materi 24 4 85,7 14,3
yang telah dipelajari
11 Saya merasa senang karena guru
memberikan penghargaan kepada siswa atau 26 2 92,9 7,1
kelompok yang berprestas
12 Saya merasa diperhatikan pada saat guru
membantu saya menyelesaikan
permasalahan matematika yang saya atau 26 2 92,9 7,1
kelompok saya anggap sulit
134

No Pernyataan Respons Siswa Persentase (%)


Ya Tidak Ya Tidak
13 Saya merasa lebih mudah menyelesaikan
permasalahan matematika setelah mengikuti 23 5 82,1 17,9
langkah-langkah pembelajaran yang telah
dilakukan
14 Saya merasa senang karena materi yang
dipelajari dikaitkan dengan permasalahan
sehari-hari ataupun materi lain sehingga
saya dapat mengingat kembali materi atau 23 5 82,1 17,9
mencari materi yang dikaitkan dengan
materi yang sedang dipelajari
dipelajari tersebut
15 Saya berminat untuk mengikuti
pembelajaran dengan menggunakan model 25 3 89,3 10,7
pembelajaran seperti yang sudah dilakukan

Tabel 4.24 dan Tabel 4.25 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang

memberikan respons positif terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran minimal 78,6% dari setiap aspek yang ditanyakan. Kriteria

yang ditetapkan untuk menyatakan bahwa respons siswa positif yaitu jika

jumlah siswa yang merespons memilih pernyataan positif minimal 70%

untuk setiap aspek yang ditanyakan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran di kelas implementasi positif.

4. Analisis Data Tes Hasil Belajar

Data tes hasil belajar dianalisis untuk menentukan ketuntasan

belajar siswa. Kriteria ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini

ditetapkan tercapai jika minimal 80% siswa dalam kelas tersebut mencapai

ketuntasan belajar. Siswa dikatakan tuntas belajar apabila mendapatkan

nilai pada saat tes minimal sama dengan KKM yaitu 73. Data hasil tes

hasil belajar siswa pada kelas implementasi disajikan pada Tabel 4.26.
135

Tabel 4.26 Data Tes Hasil Belajar Siswa Kelas Implementasi


Keterangan
No Kode Siswa Nilai
Tuntas Tidak Tuntas
1 I-01 80 
2 I-02 80 
3 I-03 80 
4 I-04 80 
5 I-05 76 
6 I-06 88 
7 I-07 76 
8 I-08 80 
9 I-09 92 
10 I-10 76 
11 I-11 80 
12 I-12 100 
13 I-13 100 
14 I-14 80 
15 I-15 84 
16 I-16 100 
17 I-17 60 
18 I-18 100 
19 I-19 48 
20 I-20 80 
21 I-21 56 
22 I-22 48 
23 I-23 76 
24 I-24 100 
25 I-25 44 
26 I-26 96 
27 I-27 84 
28 I-28 76 
Persentase Ketuntasan (%) 82,14 17,86

Tabel 4.26 menunjukkan bahwa persentase siswa yang tuntas

belajar di kelas implementasi yaitu 82,14%. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketuntasan belajar siswa di kelas implementasi secara

klasikal tercapai.
136

E. Deskripsi Tahap Evaluate

Tahap ini merupakan tahap untuk melihat apakah pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma

dan limas menggunakan perangkat pembelajaran yang telah berkualitas baik

yang sudah dikembangkan efektif atau tidak. Keefektifan pembelajaran dalam

penelitian ini merupakan ukuran keberhasilan pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model learning cycle 7E yang dapat tercapai apabila

memenuhi empat indikator yaitu: (1) Kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik; (2) Aktivitas siswa efektif; (3) Respons siswa terhadap

pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif; dan (4) Ketuntasan belajar

siswa dalam kelas tercapai. Data hasil kegiatan pembelajaran dengan model

learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas implementasi

disajikan pada Tabel 4.27.

Tabel 4.27 Pencapaian Keefektifan Pembelajaran


No Indikator Keterangan
1 Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran Baik
2 Aktivitas Siswa Efektif
3 Respons Siswa Positif
4 Ketuntasan Belajar Siswa Tercapai

Tabel 4.27 menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan

model learning cycle 7E memenuhi keempat indikator keefektifan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas

VIII menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan efektif.


137

BAB V

DISKUSI HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

untuk mendeskripsikan proses pengembangan dan menghasilkan perangkat

pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII yang

berkualitas baik dan untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran learning

cycle 7E pada materi prisma dan limas di kelas VIII. Adapun deskripsinya sebagai

berikut.

A. Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan

limas di kelas VIII dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan

ADDIE. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Tes Hasil

Belajar (THB). Pengembangan perangkat tersebut diawali dengan melakukan

kegiatan pada tahap analisis. Analisis yang dilakukan meliputi

mengidentifikasi masalah, menentukan tujuan umum pembelajaran,

menganalisis siswa, dan menentukan sistem penyampaian. Hasil dari tahap

analisis tersebut digunakan untuk mendesain draft perangkat pembelajaran

pada tahap desain.

Perangkat pembelajaran yang sudah didesain (draft 1) selanjutnya

divalidasi oleh validator. Setelah divalidasi, peneliti merevisi perangkat

pembelajaran sesuai dengan saran dari para validator. Setelah semua perangkat
138

pembelajaran dinyatakan valid oleh validator, peneliti melakukan uji

keterbacaan terhadap perangkat pembelajaran. Uji keterbacaan dilakukan oleh

guru mitra dan 6 siswa kelas VIII B SMP Negeri 1 Rembang yang terdiri dari 2

siswa dengan kemampuan tinggi, 2 siswa dengan kemampuan sedang, dan 2

siswa dengan kemampuan rendah. Dalam pelaksanaan uji keterbacaan ini, guru

membaca dan mencermati RPP, LKS, dan THB serta memberikan tanda dan

saran untuk perbaikan perangakat, siswa membaca dan memahami materi dan

permasalahan pada LKS dan THB. Kegiatan siswa pada saat melaksanakan uji

keterbacaan ditunjukkan pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Kegiatan Uji Keterbacaan

Hasil analisis uji keterbacaan menunjukkan bahwa guru mitra dapat

memahami maksud dan tujuan setiap kalimat dan kegiatan pada perangkat

pembelajaran, materi dan latihan soal atau permasalahan pada LKS dan THB

dapat dibaca dan dipahami oleh siswa. Sehingga peneliti tidak melakukan

revisi terhadap perangkat pembelajaran setelah pelaksanaan uji keterbacaan.

Setelah melaksanakan uji keterbacaan dan guru mitra memahami perangkat

pembelajaran yang akan digunakan, tahap selanjutnya peneliti melaksanakan

uji coba perangkat pembelajaran di kelas uji coba.


139

Uji coba perangkat pembelajaran dilaksanakan di kelas VIII A SMP

Negeri 1 Rembang. Dalam pelaksanaan uji coba peneliti mengumpulkan data

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, data aktivitas siswa, data

respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran dan

data ketuntasan belajar siswa. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan

menggunakan model learning cycle 7E pada materi prisma dan limas dan

perangkat pembelajaran yang sedang dikembangkan. Guru melaksanakan

kegiatan pembelajaran menggunkan RPP yang sedang dikembangkan selama

tiga kali pertemuan dan siswa menggunakan LKS yang dikembangkan pada

setiap pertemuan yaitu LKS 1 pada pertemuan pertama, LKS 2 pada pertemuan

kedua, dan LKS 3 pada pertemuan ketiga. Sebelum pelaksanaan kegiatan

pembelajaran pertemuan pertama siswa di kelas uji coba diberikan pretest dan

setelah pelaksanaan pembelajaran pertemuan ketiga siswa diberikan posttest

dan mengisi angket respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran.

Data yang didapatkan di kelas uji coba dianalisis untuk mengetahui

kualitas perangkat pembelajaran yang sedang dikembangkan. Dalam penelitian

ini kegiatan uji coba hanya dilaksanakan satu kali karena hasil analisis data

pada tahap ini menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang telah

diujicobakan memenuhi kriteria praktis dan efektif dan THB memenuhi kriteria

validitas, reliabilitas, dan sensitivitas. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut berkualitas baik

karena perangkat pembelajaran memenuhi kriteria valid, praktis, dan efektif.


140

Perangkat pembelajaran yang telah berkualitas baik selanjutnya

diimplementasikan di kelas implementasi. Kegiatan implementasi dilakukan di

kelas VIII A SMP Negeri 5 Rembang. Kegiatan pembelajaran di kelas

implementasi bertujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas implementasi sama dengan kegiatan

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas uji coba, akan tetapi pada kelas

implementasi siswa tidak diberikan pretest. Data yang dikumpulkan di kelas

implementasi sama dengan data yang di kumpulkan di kelas uji coba dengan

instrumen dan teknik analisis yang sama, akan tetapi hasil THB pada kelas

implementasi hanya di analisis untuk menentukan ketuntasan belajar siswa.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa pembelajaran learning cycle 7E

dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan

efektif untuk mengajarkan materi prisma dan limas.

B. Hasil Pengembangan Perangkat Pembelajaran

1. Validasi Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi prisma dan

limas di kelas VIII yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari

RPP, LKS, dan THB. Perangkat pembelajaran dikatakan valid apabila

penilaian setiap validator terhadap setiap kriteria perangkat pembelajaran

dalam kriteria minimal baik dan THB memenuhi kriteria validitas,

reliabilitas, dan sensitivitas. Berdasarkan penilaian validator terhadap

perangkat RPP dan LKS yang dikembangkan memenuhi kriteria valid


141

karena untuk setiap aspek setiap validator memberikan nilai minimal 4

atau baik serta perangkat THB berdasarkan penilaian validator THB

memenuhi kriteria valid dan berdasarkan analisis validitas THB telah

memenuhi kriteria validitas, reliabilitas, dan sensitivitas.

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran pada bab

VI menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh dalam setiap aspek yang

diamati dalam mengelola pembelajaran adalah 4 atau 5. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan berdasarkan

model learning cycle 7E yang terdiri dari fase elicit, engage, explore,

explain, elaborate, evaluate dan extend. Kegiatan guru dalam

pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E terdiri dari

kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Deskripsi

kegiatan guru dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pada pembelajaran dengan model

learning cycle 7E terdiri dari dua fase yaitu fase elicit dan fase

engage. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran. Pada fase elicit guru menyelidiki kemampuan awal

siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pada

pertemuan kesatu, guru menyelidiki pengetahuan awal melalui tanya

jawab dan meminta siswa menuliskan jawabannya pada LKS yaitu


142

menanyakan pengertian prisma, gambar jaring-jaring prisma, luas

beberapa bangun datar, dan teorema pythagoras.

Pada pertemuan kedua guru memulai pembelajaran dengan

mengingatkan materi pada pertemuan sebelumnya dan melalui tanya

jawab menanyakan pengertian limas, gambar jaring-jaring limas, luas

beberapa bangun datar, dan teorema pythagoras. Pada pertemuan

ketiga guru memulai pembelajaran dengan mengingatkan tentang

materi pada pertemuan sebelumnya dilanjutkan menanyakan

pengetahuan awal siswa tentang volume kubus dan volume balok, luas

beberapa bangun datar, dan teorema pythagoras. Kegiatan guru pada

fase elicit ditunjukkan pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Kegiatan Guru Pada Fase Elicit

Pada fase engage guru memotivasi siswa agar siswa memiliki

minat dan ketertarikan untuk melibatkan dan memfokuskan diri dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru pada fase ini dilakukan dengan

menunjukkan gambar dan menceritakan manfaat mempelajari materi

prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar

siswa merasa materi yang dipelajari penting dan nantinya akan dapat
143

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang

berkaitan dengan prisma dan limas. Pada pertemuan kesatu guru

menunjukkan gambar benda berbentuk prisma yang terdapat dalam

kehidupan sehari-hari dan menceritakan manfaat mempelajari materi

luas permukaan prisma, pada pertemuan kedua guru menunjukkan

gambar benda berbentuk limas yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari dan menceritakan manfaat mempelajari materi luas permukaan

limas, pada pertemuan ketiga guru menunjukkan gambar benda

berbentuk prisma dan limas yang terdapat dalam kehidupan sehari-

hari dan menceritakan manfaat mempelajari materi volume prisma dan

limas. Kegiatan guru pada fase engage ditunjukkan pada gambar 5.3.

Gambar 5.3 Kegiatan Guru Pada Fase Engage

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti guru melakukan kegiatan pada fase explore,

fase explain, dan fase elaborate. Pada fase explore guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui

pengalaman langsung dengan berpartisipasi secara aktif dalam

pembelajaran melalui diskusi kelompok yang terdiri dari 4 anggota


144

kelompok. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai

kelompoknya untuk melakukan kegiatan yang terdapat pada LKS.

Guru meminta siswa untuk membaca dan memahami isi atau petunjuk

kegiatan pada LKS dan dilanjutkan dengan menjelaskan kegiatan yang

akan dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pada LKS dan

mengarahkan siswa membahas permasalahan pada LKS dengan cara

berdiskusi kelompok. Pada saat siswa berdiskusi guru berkeliling

mengawasi jalannya diskusi dan membimbing setiap kelompok agar

teliti dan cermat dalam menyelesaikan permasalahan serta

memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan.

Kegiatan guru pada fase explore ditunjukkan pada Gambar 5.4.

Gambar 5.4 Kegiatan Guru Pada Fase Explore

Pada fase explain guru memberikan kesempatan pada setiap

kelompok untuk mempresentasikan hasil fase explore. Pada fase ini

guru membimbing kelompok untuk menyiapkan presentasi kelompok,

membimbing dan mengawasi jalannya diskusi, dan memberikan


145

penguatan, klarifikasi, dan konfirmasi jika diperlukan. Kegiatan guru

pada fase explain ditunjukkan pada Gambar 5.5.

Gambar 5.5 Kegiatan Guru Pada Fase Explain

Pada fase elaborate guru memberikan kesempatan siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh pada situasi baru.

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan

latihan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara

kelompok. Pada pertemuan kesatu guru memberikan kesempatan

siswa untuk menyelesaikan latihan soal tentang permasalahan yang

berkaitan dengan luas permukaan prisma, pada pertemuan kedua

tentang permasalahan yang berkaitan dengan luas permukaan limas,

dan pada pertemuan ketiga tentang permasalahan yang berkaitan

dengan volume prisma dan limas. Kegiatan guru selanjutnya meminta

beberapa siswa untuk menuliskan jawabannya di depan kelas dan

kemudian membahasnya bersama-sama. Kegiatan guru pada fase

elaborate ditunjukkan pada Gambar 5.6.


146

Gambar 5.6 Kegiatan Guru Pada Fase Elaborate

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup pembelajaran learning cycle 7E terdiri dari

fase evaluate dan fase extend. Pada fase evaluate guru mengevaluasi

pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Guru

meminta siswa menyelesaikan soal evaluasi dalam LKS secara

individual. Pada pertemuan kesatu guru mengevaluasi pemahaman

siswa tentang luas permukaan prisma, pada pertemuan kedua tentang

luas permukaan limas, dan pada pertemuan ketiga tentang volume

prisma dan limas. Kegiatan guru pada fase evaluate ditunjukkan pada

Gambar 5.7.

Gambar 5.7 Kegiatan Guru Pada Fase Evaluate


147

Pada fase extend guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru. Guru

meminta siswa menyelesaikan latihan soal yang berkaitan dengan

kehidupan sehari-hari yang dikaitkan dengan konsep atau materi lain.

Pada pertemuan kesatu guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menyelesaiakan latihan soal tentang luas permukaan prisma

yang dikaitkan dengan konsep untung pada aritmetika sosial, pada

pertemuan kedua tentang permasalahan luas permukaan limas yang

dikaitkan dengan konsep biaya keseluruhan pada aritmetika sosial,

dan pada pertemuan ketiga tentang permasalahan volume prisma dan

volume limas yang dikaitkan dengan konsep waktu dan biaya per unit

pada aritmetika sosial. Kegiatan guru pada fase extend ditunjukkan

pada Gambar 5.8.

Gambar 5.8 Kegiatan Guru Pada Fase Extend

Kegiatan guru selanjutnya membimbing siswa secara klasikal

untuk merangkum dan menarik kesimpulan materi pembelajaran yang

telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan


148

menginformasikan bahan PR dan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya.

3. Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa semua aspek aktivitas siswa pada setiap pertemuan

berada pada interval kriteria batas toleransi waktu ideal. Sehingga secara

keseluruhan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model learning cycle 7E pada materi prisma dan limas

efektif. Aktivitas siswa yang diamati dalam penelitian ini merupakan

aktivitas yang dilakukan siswa pada setiap fase pembelajaran learning

cycle 7E.

Aktivitas siswa pada fase elicit yaitu mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru serta menjawab pertanyaan guru tentang

materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dan

menulisakn jawabannya pada LKS. Aktivitas siswa pada fase elicit

ditunjukkan pada Gambar 5.9.

Gambar 5.9 Aktivitas Siswa Pada Fase Elicit


149

Aktivitas siswa pada fase engage yaitu memfokuskan perhatian

untuk melibatkan diri pada pembelajaran dengan memperhatikan gambar

yang ditampilkan dan mencermati cerita tentang permasalahan sehari-hari

yang disampaikan oleh guru. Gambar dan cerita yang ditampilkan

berkaitan dengan materi yang akan dipelajari pada setiap pertemuan.

Aktivitas siswa pada fase engage ditunjukkan pada Gambar 5.10.

Gambar 5.10 Aktivitas Siswa Pada Fase Engage

Setelah guru menyampaikan informasi mengenai pembelajaran

yang akan dilaksanakan, guru meminta siswa berkumpul sesuai kelompok

yang telah ditetapkan sebelumnya untuk melaksanakan kegiatan pada fase

explore. Siswa berkelompok dalam kelompoknya dan memperhatikan

penjelasan guru mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan

kegiatan yang terdapat pada LKS. Selanjutnya siswa melaksanakan

kegiatan yang termuat dalam LKS dengan berdiskusi kelompok. Aktivitas

siswa pada fase explore ditunjukkan pada Gambar 5.11.


150

Gambar 5.11 Aktivitas Siswa Pada Fase Explore

Kegiatan fase explore pada pertemuan kesatu bertujuan untuk

menemukan kembali rumus luas permukaan prisma, setiap kelompok

memilih potongan kertas bernomor dan menyusunnya membentuk model

prisma dari potongan kertas yang telah disediakan. Potongan kertas yang

disediakan terdiri dari potongan kertas yang dapat membentuk model

prisma beserta pengecohnya. Potongan kertas yang telah dipilih

selanjutnya ditempelkan pada lembar kertas yang telah disediakan.

Kemudian siswa menentukan rumus luas permukaan prisma berdasarkan

luas bangun datar pada potongan kertas yang dipilih. Secara umum siswa

dapat memilih potongan kertas yang dapat membentuk model prisma

secara tepat dan mereka menempelkannya dalam bentuk jaring-jaring

prisma. Bentuk penempelan kertas ini hasil kreasi siswa tanpa instruksi
151

dari guru untuk menempelkannya dalam bentuk apapun. Sebagian besar

kelompok dapat menemukan rumus luas permukaan prisma secara tepat

akan tetapi ada yang masih belum tepat. Pada pertemuan kesatu terlihat

beberapa siswa masih kurang aktif dalam melaksanakan kegiatan

kelompok.

Kegiatan fase explore pada pertemuan kedua bertujuan untuk

menemukan kembali rumus luas permukaan limas, setiap kelompok

memilih potongan kertas bernomor dan menyusunnya membentuk model

limas dari potongan kertas yang telah disediakan. Potongan kertas yang

diberikan terdiri dari potongan kertas yang dapat membentuk model

prisma beserta pengecohnya. Potongan kertas yang telah dipilih

selanjutnya ditempelkan pada lembar kertas yang telah disediakan.

Kemudian siswa menentukan rumus luas permukaan limas berdasarkan

luas bangun datar pada potongan kertas yang dipilih. Secara umum siswa

dapat memilih potongan kertas yang dapat membentuk model limas secara

tepat dan mereka menempelkannya dalam bentuk jaring-jaring limas.

Bentuk penempelan kertas ini hasil kreasi siswa tanpa instruksi dari guru

untuk menempelkannya dalam bentuk apapun. Sebagian besar kelompok

dapat menemukan rumus luas permukaan limas secara tepat akan tetapi

ada masih belum tepat. Fase explore pertemuan kedua berlangsung lebih

lancar daripada pertemuan kesatu, siswa terlihat lebih antusias dalam

melaksanakan kegiatan kelompok, bahkan mereka seperti berlomba untuk

menjadi kelompok terbaik.


152

Kegiatan siswa fase explore pada pertemuan ketiga bertujuan untuk

menemukan rumus volume prisma dan volume limas. Terdapat dua

kegiatan yang dilakukan siswa pada fase explore yaitu: (1) menemukan

rumus volume prisma dengan memotong model balok sepanjang salah satu

bidang diagonalnya menjadi 2 prisma segitiga yang kongruen kemudian

menemukan rumus volume prisma dengan menghubungkan volume

prisma dan volume balok berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan

(2) menemukan rumus volume limas dengan memasukan enam model

limas ke dalam model kubus tanpa tutup dengan ukuran alas model limas

sama dengan ukuran alas model kubus dan tinggi model limas setengah

tinggi model kubus kemudian menemukan rumus volume limas dengan

menghubungkan volume kubus dan volume limas berdasarkan percobaan

yang telah dilakukan dan menemukan rumus volume limas dengan

memasukan beras dari model limas ke dalam model balok dengan ukuran

alas model limas sama dengan alas model balok dan tinggi model limas

sama dengan tinggi model balok kemudian menemukan rumus volume

limas dengan menghubungkan volume limas dan volume balok

berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Fase explore pada pertemuan

ketiga berlangsung dengan baik dan guru lebih sering mengingatkan siswa

untuk memanfaatkan dengan baik. Hasil kerja siswa pada fase explore

ditunjukkan pada Gambar 5.12.


153

Gambar 5.12 Hasil Kerja Siswa Pada Fase Explore

Aktivitas siswa pada fase explain yaitu mempresentasikan hasil

fase explore di depan kelas dan saling menanggapi dengan memberikan


154

pendapat ataupun mengajukan pertanyaan atas presentasi kelompok lain.

Aktivitas siswa pada fase explain ditunjukkan pada Gambar 5.13.

Gambar 5.13 Aktivitas Siswa Pada Fase Explain

Pada fase elaborate siswa menyelesaikan latihan soal sebagai

aplikasi pemahaman pada situasi baru secara kelompok. Pada pertemuan

pertama siswa menyelesaikan latihan soal yang berkaitan dengan

permasalahan luas permukaan prisma, pada pertemuan kedua siswa

menyelesaikan latihan soal yang berkaitan dengan permasalahan luas

permukaan limas, dan pada pertemuan ketiga siswa menyelesaikan latihan

soal yang berkaitan dengan permasalahan volume prisma dan limas.

Selanjutnya beberapa siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan

siswa membahas jawaban tersebut secara bersama-sama. Pada fase ini

terdapat siswa yang menanyakan jika jawaban mereka berbeda dengan

yang telah dibahas. Aktivitas siswa dan hasil kerja pada fase elaborate

ditunjukkan pada Gambar 5.14.


155

Gambar 5.14 Aktivitas Siswa dan Hasil Kerja Pada Fase Elaborate

Aktivitas siswa pada fase evaluate yaitu menyelesaikan soal

evaluasi secara individual. Pada pertemuan pertama siswa menyelesaikan

soal evaluasi tentang luas permukaan prisma, pada pertemuan kedua siswa

menyelesaikan soal evaluasi tentang luas permukaan limas, dan pada

pertemuan ketiga siswa menyelesaikan soal evaluasi tentang volume

prisma dan volume limas. Aktivitas siswa pada fase evaluate ditunjukkan

pada gambar 5.15.

Gambar 5.15 Aktivitas Siswa Pada Fase Evaluate

Aktivitas siswa pada fase extend yaitu menyelesaikan latihan soal

yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan

konsep atau materi lain secara kelompok. Aktivitas siswa pada pertemuan

pertama yaitu menyelesaikan latihan soal tentang luas permukaan prisma


156

yang berkaitan dengan konsep untung pada aritmetika sosial, pada

pertemuan kedua menyelesaikan latihan soal tentang permasalahan luas

permukaan limas yang berkaitan dengan konsep biaya keseluruhan pada

aritmetika sosial, dan pada pertemuan ketiga siswa menyelesaikan soal

tentang permasalahan volume prisma dan volume limas yang berkaitan

dengan konsep waktu dan biaya per unit pada aritmetika sosial. Aktivitas

siswa dan hasil kerja pada fase extend ditunjukkan pada Gambar 5.16.

Gambar 5.16 Aktivitas Siswa dan Hasil Kerja Pada Fase Extend

Aktivitas siswa selanjutnya yaitu menyimpulkan dan merangkum

materi pembelajaran, merefleksi kegiatan pembelajaran mengenai kesan

pada pembelajaran yang sudah dilakukan, mencermati informasi tentang

bahan PR dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya,

menjawab salam guru, dan mengucapkan terimakasih atas pembelajaran

yang diberikan guru.

4. Respons Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran

Hasil analisis respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran pada bab VI menunjukkan bahwa lebih dari 70%


157

dari 36 siswa memberikan respons positif terhadap setiap aspek pernyataan

dalam angket. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa respons siswa

terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan pembelajaran positif.

Pada tahap uji coba persentase siswa yang memberikan respons

positif terhadap perangkat pembelajaran yang meliputi senang terhadap

materi pelajaran sebanyak 88,9%, senang terhadap LKS sebanyak 91,7%,

memahami dengan jelas bahasa yang digunakan pada LKS sebanyak

94,4%, memahami dengan jelas bahasa yang digunakan pada THB

sebanyak 94,4%, tertarik dengan penampilan LKS sebanyak 97,2%, dan

berminat untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan perangkat

pembelajaran seperti yang sudah dilaksanakan sebanyak 88,9%. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa siswa memberikan respons positif terhadap

perangkat pembelajaran atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa

siswa cenderung senang atau berminat mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran yang sudah dikembangkan.

Persentase siswa yang memberikan respons positif terhadap

kegiatan pembelajaran pada setiap fase learning cycle 7E yaitu sebagai

berikut:

a. Pada fase elicit siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan senang dan jelas dengan cara guru menggali pengetahuan

awal dan menghubungkannya dengan materi sebanyak 86,1%.

b. Pada fase engage siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa termotivasi dan berminat untuk mengikuti dan


158

berhasil dalam pembelajaran setelah guru memberikan motivasi

belajar sebanyak 88,9% dan pada pernyataan permasalahan yang

diberikan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa

mengetahui manfaat belajar matematika dan memotivasi untuk

melaksanakan pembelajaran dengan baik sebanyak 86,1%.

c. Pada fase explore siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa tertantang dengan tugas yang diberikan guru

sebanyak 83,3%, pada pernyataan dapat menemukan konsep sendiri

dengan kegiatan yang telah dilakukan sebanyak 86,1%, pada

pernyataan suasana belajar dengan diskusi kelompok dapat membantu

lebih memahami materi pembelajaran sebanyak 91,7%, pada

pernyataan dapat mengungkapkan ide-ide dalam diskusi kelompok

sebanyak 88,9%, dan pada pernyataan merasa termotivasi untuk

bersaing dalam diskusi kelompok agar dapat menjadi kelompok yang

terbaik sebanyak 91,7%.

d. Pada fase explain siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa percaya diri pada saat persentasi kelompok,

memberikan tanggapan dengan mengajukan pertanyaan atau

memberikan pendapat sebanyak 80,6%, pada pernyataan merasa lebih

mudah dalam mempelajari materi karena guru selalu memberikan

penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari sebanyak 94,4%, dan

pada pernyataan merasa senang karena guru memberikan penghargaan

kepada siswa atau kelompok yang berprestasi sebanyak 94,4%.


159

e. Pada fase elaborate siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa senang menyelesaikan permasalahan melalui

diskusi kelompok dan merasa diperhatikan pada saat guru membantu

menyelesaikan permasalahan yang dianggap sulit sebanyak 91,7%.

f. Pada fase evaluate siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa lebih mudah menyelesaikan permasalahan

matematika yang diberikan setelah mengikuti pembelajaran yang telah

dilakukan sebanyak 88,9%.

g. Pada fase extend siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa senang karena materi yang dipelajari berkaitan

dengan permasalahan sehari-hari, konsep lain, atau materi lain

sehingga dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan

merasa tertantang untuk mencari materi lain yang berkaitan dengan

materi yang sedang dipelajari sebanyak 80,6%.

Persentase respons siswa terhadap minat dalam menggunakan

model learning cycle 7E yaitu 91,7% siswa menyatakan berminat untuk

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

tersebut. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif atau dengan kata lain

dapat dinyatakan bahwa siswa cenderung senang atau berminat mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E.


160

5. Tes Hasil Belajar

Analisis data THB yang terdiri dari 5 butir soal pada Bab IV

menunjukkan bahwa semua butir soal THB dalam kriteria valid. Soal

nomor 1 dengan kriteria validitas cukup, soal nomor 2, 4, dan 5 dengan

kriteria validitas tinggi, dan soal nomor 3 memiliki kriteria validitas sangat

tinggi. Koefisien reliabilitas THB 0,71 dengan kriteria reliabilitas tinggi.

Seluruh butir soal tes sensitif dimana soal nomor 1 sampai dengan soal

nomor 5 memiliki indeks sensitivitas berturut-turut yaitu 0,51, 0,53, 0,53,

0,60, dan 0,48. Selain untuk menentukan validitas THB analisis data THB

digunakan juga untuk menentukan ketuntasan belajar siswa. Berdasarkan

Tabel 4.19 ketuntasan belajar di kelas uji coba sebesar 83,33%.

C. Keefektifan Pembelajaran

Keefektifan pembelajaran dalam penelitian ini adalah ukuran

keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat model

learning cycle 7E yang dapat tercapai apabila memenuhi indikator: (1)

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik; (2) Aktivitas siswa

efektif; (3) Respons siswa positif; dan (4) Ketuntasan belajar siswa secara

klasikal tercapai.

1. Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran

Analisis kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas

implementasi pada bab VI menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh pada

setiap aspek yang diamati pada setiap pertemuan minimal 4. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan guru dalam mengelola


161

pembelajaran baik. Kegiatan guru dalam pembelajaran terdiri dari kegiatan

pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Deskripsi kegiatan guru

dalam pembelajaran di kelas implementasi sebagai berikut:

a. Kegiatan Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan pada pembelajaran dengan model

learning cycle 7E terdiri dari dua fase yaitu fase elicit dan fase

engage. Kegiatan pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran. Pada fase elicit guru menyelidiki kemampuan awal

siswa yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari melalui

tanya jawab dan meminta siswa menuliskan jawaban pada LKS.

Kegiatan guru pada fase elicit ditunjukkan pada gambar 5.17.

Gambar 5.17 Kegiatan Guru Pada Fase Elicit

Pada fase engage guru memotivasi siswa agar siswa memiliki

minat dan ketertarikan untuk melibatkan dan memfokuskan diri dalam

kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru pada fase ini dilakukan dengan

menunjukkan gambar dan menceritakan manfaat mempelajari materi

prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan agar

siswa merasa materi yang dipelajari penting dan nantinya akan dapat
162

digunakan untuk menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang

berkaitan dengan prisma dan limas. Kegiatan guru pada fase engage

ditunjukkan pada gambar 5.18.

Gambar 5.18 Kegiatan Guru Pada Fase Engage

b. Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti guru melakukan kegiatan pada fase explore,

fase explain, dan fase elaborate. Pada fase explore guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan melalui

pengalaman langsung melalui diskusi kelompok yang terdiri dari 4

anggota kelompok. Guru meminta siswa untuk berkelompok sesuai

kelompok yang telah ditentukan sebelumnya dan meminta siswa untuk

membaca dan memahami isi atau petunjuk kegiatan pada LKS, guru

mengarahkan siswa untuk membahas permasalahan pada LKS dengan

cara berdiskusi kelompok. Pada saat siswa berdiskusi guru berkeliling

mengawasi jalannya diskusi dan membimbing setiap kelompok agar

teliti dan cermat dalam menyelesaikan permasalahan serta

memberikan bantuan pada kelompok yang mengalami kesulitan.

Kegiatan guru pada fase explore ditunjukkan pada Gambar 5.19.


163

Gambar 5.19 Kegiatan Guru Pada Fase Explore

Pada fase explain guru memberikan kesempatan pada setiap

kelompok untuk mempresentasikan hasil fase explore. Pada fase ini

guru membimbing kelompok untuk menyiapkan presentasi kelompok,

membimbing dan mengawasi jalannya diskusi, dan memberikan

penguatan, klarifikasi, dan konfirmasi jika diperlukan. Kegiatan guru

pada fase explain ditunjukkan pada Gambar 5.20.

Gambar 5.20 Kegiatan Guru Pada Fase Explain

Pada fase elaborate guru memberikan kesempatan siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuannya pada situasi baru. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan latihan soal yang

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari secara kelompok. Kegiatan


164

guru selanjutnya meminta beberapa siswa menuliskan jawaban di

depan kelas dan kemudian membahasnya bersama-sama. Kegiatan

guru pada fase elaborate ditunjukkan pada Gambar 5.21.

Gambar 5.21 Kegiatan Guru Pada Fase Elaborate

c. Kegiatan Penutup

Kegiatan penutup pembelajaran learning cycle 7E terdiri dari

fase evaluate dan fase extend. Pada fase evaluate guru mengevaluasi

pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Guru

meminta siswa untuk menyelesaikan soal evaluasi secara individual.

Kegiatan guru pada fase evaluate ditunjukkan pada Gambar 5.22.

Gambar 5.22 Kegiatan Guru Pada Fase Evaluate

Pada fase extend guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengaplikasikan pemahamannya pada situasi baru sebagai


165

aplikasi konsep ataupun memperluas konsep. Guru meminta siswa

menyelesaikan latihan soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari yang dikaitkan dengan konsep atau materi lain. Kegiatan guru

pada fase extend ditunjukkan pada Gambar 5.23.

Gambar 5.23 Kegiatan Guru Pada Fase Extend

Kegiatan guru selanjutnya membimbing siswa secara klasikal

untuk merangkum dan menarik kesimpulan materi pembelajaran yang

telah dipelajari. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan

menginformasikan bahan PR dan materi yang akan dipelajari pada

pertemuan selanjutnya.

2. Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran

menunjukkan bahwa semua aspek aktivitas siswa pada setiap pertemuan

berada pada interval kriteria batas toleransi waktu ideal. Sehingga secara

keseluruhan aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan

menggunakan model learning cycle 7E pada materi prisma dan limas

efektif.
166

Aktivitas siswa pada fase elicit yaitu mendengarkan dan

memperhatikan penjelasan guru serta menjawab pertanyaan guru tentang

materi prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari, dan

menulisakn jawabannya pada LKS. Aktivitas siswa pada fase elicit

ditunjukkan pada Gambar 5.24.

Gambar 5.24 Aktivitas Siswa Pada Fase Elicit

Aktivitas siswa pada fase engage yaitu memfokuskan perhatian

untuk melibatkan diri pada pembelajaran dengan memperhatikan gambar

yang ditampilkan dan mencermati cerita tentang permasalahan sehari-hari

yang disampaikan oleh guru. Aktivitas siswa pada fase engage ditunjukkan

pada Gambar 5.25.

Gambar 5.25 Aktivitas Siswa Pada Fase Engage


167

Aktivitas siswa pada fase explore yaitu berdiskusi kelompok

untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung. Aktivitas

siswa pada fase ini diawali dengan berkelompok sesuai kelompok yang

telah ditentukan sebelumnya, kemudian memperhatikan penjelasan guru

mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan. Aktivitas siswa selanjutnya

yaitu melaksanakan kegiatan yang termuat dalam LKS dengan berdiskusi

kelompok. Aktivitas siswa pada fase explore ditunjukkan pada Gambar

5.26.

Gambar 5.26 Aktivitas Siswa Pada Fase Explore

Kegiatan fase explore pada pertemuan pertama bertujuan untuk

menemukan kembali rumus luas permukaan prisma, setiap kelompok

memilih potongan kertas bernomor dan menyusunnya membentuk model


168

prisma dari potongan kertas yang telah disediakan. Potongan kertas yang

diberikan terdiri dari potongan kertas yang dapat membentuk model

prisma beserta pengecohnya. Potongan kertas yang telah dipilih

selanjutnya ditempelkan pada lembar kertas yang telah disediakan.

Kemudian siswa menentukan rumus luas permukaan prisma berdasarkan

luas bangun datar pada potongan kertas yang dipilih. Secara umum siswa

dapat memilih potongan kertas yang dapat membentuk model prisma

secara tepat dan mereka menempelkannya dalam bentuk jaring-jaring

prisma. Sebagian besar kelompok dapat menemukan rumus luas

permukaan prisma akan tetapi masih terdapat kelompok yang kebingungan

dalam walaupun sudah mendapat bimbingan guru.

Kegiatan fase explore pada pertemuan kedua bertujuan untuk

menemukan kembali rumus luas permukaan limas, setiap kelompok

memilih potongan kertas bernomor dan menyusunnya membentuk model

limas dari potongan kertas yang telah disediakan. Potongan kertas yang

diberikan terdiri dari potongan kertas yang dapat membentuk model limas

beserta pengecohnya. Potongan kertas yang telah dipilih selanjutnya

ditempelkan pada lembar kertas yang telah disediakan. Kemudian siswa

menentukan rumus luas permukaan limas berdasarkan luas bangun datar

pada potongan kertas yang dipilih. Secara umum siswa dapat memilih

potongan kertas yang dapat membentuk model limas secara tepat dan

mereka menempelkannya dalam bentuk jaring-jaring limas. Sebagian besar


169

kelompok dapat menemukan rumus luas permukaan limas. Aktivitas siswa

pada fase ini terlihat lebih lancar daripada pertemuan kesatu.

Kegiatan siswa fase explore pada pertemuan ketiga bertujuan untuk

menemukan rumus volume prisma dan volume limas. Terdapat dua

kegiatan yang dilakukan siswa pada fase explore yaitu: (1) menemukan

rumus volume prisma dengan memotong model balok sepanjang salah satu

bidang diagonalnya menjadi 2 prisma segitiga yang kongruen kemudian

menemukan rumus volume prisma dengan menghubungkan volume

prisma dan volume balok berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dan

(2) menemukan rumus volume limas dengan memasukan enam model

limas ke dalam model kubus tanpa tutup dengan ukuran alas model limas

sama dengan ukuran alas model kubus dan tinggi model limas setengah

tinggi model kubus kemudian menemukan rumus volume limas dengan

menghubungkan volume kubus dan volume limas berdasarkan percobaan

yang telah dilakukan dan menemukan rumus volume limas dengan

memasukan beras dari model limas ke dalam model balok dengan ukuran

alas model limas sama dengan alas model balok dan tinggi model limas

sama dengan tinggi model balok kemudian menemukan rumus volume

limas dengan menghubungkan volume limas dan volume balok

berdasarkan percobaan yang telah dilakukan. Pada pertemuan ketiga ini

guru berkali-kali mengingatkan akan waktu diskusi. Siswa kelihatan lebih

bersemangat dalam melakukan aktivitas pada pertemuan ketiga ini


170

daripada pertemuan sebelumnya. Hasil kerja siswa pada fase explore

ditunjukkan pada Gambar 5.27.

Gambar 5.27 Hasil Kerja Siswa Pada Fase Explore


171

Aktivitas siswa pada fase explain yaitu mempresentasikan hasil

diskusi kelompok di depan kelas sedangkan kelompok lain menanggapi

dengan memberikan pendapat ataupun mengajukan pertanyaan. Aktivitas

siswa pada fase explain ditunjukkan pada Gambar 5.28.

Gambar 5.28 Aktivitas Siswa Pada Fase Explain

Pada fase elaborate siswa menyelesaikan latihan soal sebagai

aplikasi pemahaman pada situasi baru secara kelompok. Selanjutnya

beberapa siswa menuliskan jawabannya di papan tulis dan membahas

jawaban tersebut secara bersama-sama. Aktivitas siswa dan hasil kerja

pada fase elaborate ditunjukkan pada Gambar 5.29.

Gambar 5.29 Aktivitas Siswa dan Hasil Kerja Pada Fase Elaborate

Aktivitas siswa pada fase evaluate yaitu menyelesaikan soal

evaluasi secara individual. Pada fase ini beberapa siswa terlihat belum
172

dapat menyelesaikan soal sesuai waktu yang telah direncanakan. Aktivitas

siswa pada fase evaluate ditunjukkan pada gambar 5.30.

Gambar 5.30 Aktivitas Siswa Pada Fase Evaluate

Aktivitas siswa pada fase extend yaitu menyelesaikan latihan soal

yang berkaitan dengan permasalahan sehari-hari yang dihubungkan

dengan konsep atau materi lain secara kelompok. Aktivitas siswa dan hasil

kerja pada fase extend ditunjukkan pada Gambar 5.31.

Gambar 5.31 Aktivitas Siswa dan Hasil Kerja Pada Fase Extend

Aktivitas siswa selanjutnya yaitu menyimpulkan dan merangkum

materi pembelajaran, merefleksi kegiatan pembelajaran mengenai kesan

pada pembelajaran yang sudah dilakukan, mencermati informasi tentang

bahan PR dan materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya,


173

menjawab salam guru, dan mengucapkan terimakasih atas pembelajaran

yang diberikan guru.

3. Respons Siswa Terhadap Perangkat dan Kegiatan Pembelajaran

Hasil analisis respons siswa terhadap perangkat dan kegiatan

pembelajaran pada bab VI menunjukkan bahwa lebih dari 70% dari 28

siswa memberikan respons positif terhadap setiap aspek pernyataan yang

ditanyakan pada angket respons siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan

kegiatan pembelajaran positif.

Pada tahap implementasi perangkat pembelajaran persentase

siswa yang memberikan respons positif terhadap perangkat pembelajaran

yang meliputi senang terhadap materi pelajaran sebanyak 78,6%, senang

terhadap LKS sebanyak 85,7%, memahami dengan jelas bahasa yang

digunakan pada THB sebanyak 85,7%, memahami dengan jelas bahasa

yang digunakan pada THB sebanyak 82,1%, tertarik dengan penampilan

LKS sebanyak 89,1%, dan berminat untuk mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan perangkat pembelajaran seperti yang sudah dilaksanakan

sebanyak 85,7%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa memberikan

respons positif terhadap perangkat pembelajaran atau dengan kata lain

dapat dinyatakan bahwa siswa cenderung senang atau berminat mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang telah

dikembangkan.
174

Persentase siswa yang memberikan respons positif terhadap

kegiatan pembelajaran pada setiap fase learning cycle 7E yaitu sebagai

berikut:

1. Pada fase elicit siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan senang dan jelas dengan cara guru menggali pengetahuan

awal dan menghubungkannya dengan materi sebanyak 85,7%.

2. Pada fase engage siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa termotivasi dan berminat untuk mengikuti dan

berhasil dalam pembelajaran setelah guru memberikan motivasi

belajar sebanyak 89,3% dan pada pernyataan permasalahan yang

diberikan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa

mengetahui manfaat belajar matematika dan memotivasi untuk

melaksanakan pembelajaran dengan baik sebanyak 85,7%.

3. Pada fase explore siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa tertantang dengan tugas yang diberikan guru

sebanyak 82,1%, pada pernyataan dapat menemukan konsep sendiri

dengan kegiatan yang telah dilakukan sebanyak 78,6%, pada

pernyataan suasana belajar dengan diskusi kelompok dapat membantu

lebih memahami materi pembelajaran sebanyak 89,3%, pada

pernyataan dapat mengungkapkan ide-ide dalam diskusi kelompok

sebanyak 82,1%, dan pada pernyataan merasa termotivasi untuk

bersaing dalam diskusi kelompok agar dapat menjadi kelompok yang

terbaik sebanyak 82,1%.


175

4. Pada fase explain siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa percaya diri pada saat persentasi kelompok,

memberikan tanggapan dengan mengajukan pertanyaan atau

memberikan pendapat sebanyak 78,6%, pada pernyataan merasa lebih

mudah dalam mempelajari materi karena guru selalu memberikan

penguatan terhadap materi yang sudah dipelajari sebanyak 85,7%, dan

pada pernyataan merasa senang karena guru memberikan penghargaan

kepada siswa atau kelompok yang berprestasi sebanyak 92,9%.

5. Pada fase elaborate siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa senang menyelesaikan permasalahan melalui

diskusi kelompok dan merasa diperhatikan pada saat guru membantu

menyelesaikan permasalahan yang dianggap sulit sebanyak 92,9%.

6. Pada fase evaluate siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa lebih mudah menyelesaikan permasalahan

matematika yang diberikan setelah mengikuti pembelajaran yang telah

dilakukan sebanyak 82,1%.

7. Pada fase extend siswa yang memberikan respons positif pada

pernyataan merasa senang karena materi yang dipelajari berkaitan

dengan permasalahan sehari-hari, konsep lain, atau materi lain

sehingga dapat mengingat kembali materi yang telah dipelajari dan

merasa tertantang untuk mencari materi lain yang berkaitan dengan

materi yang sedang dipelajari sebanyak 82,1%.


176

Persentase respons siswa terhadap minat dalam menggunakan

model learning cycle 7E yaitu 89,3% siswa menyatakan berminat untuk

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

tersebut. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

respons siswa terhadap kegiatan pembelajaran positif atau dengan kata lain

dapat dinyatakan bahwa siswa cenderung senang atau berminat mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model learning cycle 7E.

4. Ketuntasan Belajar Siswa

Ketuntasan belajar siswa pada kelas implementasi yang

ditunjukkan pada Tabel 4.25 Bab VI yaitu 82,14%. Dengan demikian

ketuntasan belajar siswa dalam pembelajaran learning cycle 7E di kelas

implementasi secara klasikal tercapai.

D. Kelemahan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kelemahan dantaranya yaitu:

1. Pengamatan terhadap aktivitas siswa hanya dilakukan kepada satu

kelompok yang terdiri dari 4 siswa. Sedangkan siswa lainnya dalam kelas

tersebut tidak diamati. Hal tersebut menyebabkan aktivitas yang muncul

belum tentu mencerminkan aktivitas seluruh siswa, sehingga untuk

penelitian selanjutnya pengamatan terhadap aktivitas siswa dapat

dilakukan terhadap setiap siswa.

2. Pengamatan terhadap kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dan aktivitas siswa dilakukan oleh guru yang bekerja pada tempat

penelitian sehingga masih dimungkinan terjadinya subjektivitas terhadap


177

penilaian yang dilakukan, sehingga untuk penelitian selanjutnya

hendaknya pengamat bukan berasal dari sekolah yang sama dengan tempat

penelitian.

3. Pengamatan terhadap aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran hanya dilakukan oleh satu pengamat sehingga

hasilnya tidak bisa dibandingkan, untuk penelitian selanjutnya hendaknya

pengamatan dilakukan oleh lebih dari satu pengamat sehingga diharapkan

dapat memperoleh hasil pengamatan yang lebih mencerminkan keadaan

yang sebenarnya.

4. Dalam penelitian ini menggunakan media diantaranya model kubus, balok,

prisma, dan limas tetapi media tersebut tidak dilakukan validasi media

oleh ahli terlebih dahulu sebelum digunakan sehingga kevalidan media

yang digunakan belum dapat diketahui. Pada penelitian selanjutnya apabila

menggunakan media hendaknya di validasi terlebih dahulu oleh ahli

media.

5. Pengembangan perangkat pembelajaran hanya terbatas pada RPP, LKS,

dan THB pada materi prisma dan limas serta menitikberatkan pada luas

permukaan dan volume prisma dan limas, sehingga untuk penelitian

selanjutnya hendaknya mengembangkan perangkat yang lebih bervariasi

pada materi lain dalam pelajaran matematika.


178

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian dapat diperoleh kesimpulan

sebagai berikut:

1. a. Proses pengembangan perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada

materi prisma dan limas di kelas VIII dengan menggunakan model

pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Develop, Implement, dan

Evaluate) diawali dengan tahap analisis. Hasil dari analisis tersebut

digunakan untuk mendesain draft perangkat pembelajaran pada tahap

design. Perangkat pembelajaran yang sudah didesain selanjutnya

divalidasi oleh validator. Setelah divalidasi oleh validator, perangkat

pembelajaran direvisi sesuai dengan saran validator. Setelah semua

perangkat pembelajaran valid, peneliti melakukan uji keterbacaan

perangkat pembelajaran dan selanjutnya diujicobakan di kelas uji coba.

Data yang didapat di kelas uji coba dianalisis untuk mengetahui apakah

perangkat pembelajaran yang sudah dibuat berkualitas baik atau tidak.

b. Dengan menggunakan model pengembangan ADDIE telah dihasilkan

perangkat pembelajaran learning cycle 7E yang terdiri dari Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan Tes

Hasil Belajar (THB) pada materi prisma dan limas yang memenuhi
179

kriteria perangkat yang berkualitas baik, yaitu perangkat pembelajaran

yang valid, praktis, dan efektif.

1) Perangkat pembelajaran valid, ditunjukkan dengan:

a) Penilaian validator terhadap setiap kriteria perangkat RPP dan

perangkat LKS dalam kategori minimal baik.

b) Tes Hasil Belajar dinyatakan valid oleh validator dan

memenuhi kriteria validitas, reliabilitas dan sensitivitas.

2) Perangkat pembelajaran praktis, ditunjukkan dengan:

a) Perangkat dapat digunakan oleh guru yang ditunjukkan oleh

hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, yaitu penilaian setiap aspek dalam setiap

pertemuan mempunyai kategori minimal baik.

b) Hasil pengamatan siswa menunjukkan bahwa siswa dapat

melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi

waktu ideal yang termuat dalam RPP.

3) Perangkat pembelajaran efektif, ditunjukkan dengan:

a) Respons siswa terhadap perangkat pembelajaran dan kegiatan

pembelajaran positif.

b) Ketuntasan belajar klasikal tercapai, yaitu 83,33% siswa

mendapat skor ≥ nilai KKM dengan KKM = 73.


180

2. Pembelajaran learning cycle 7E dengan menggunakan perangkat yang

telah dikembangkan efektif untuk mengajarkan materi prisma dan limas.

Hal tersebut didasarkan pada indikator:

a. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik, ditunjukkan

oleh hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran, yaitu penilaian setiap aspek dalam setiap pertemuan

mempunyai kategori minimal baik.

b. Aktivitas siswa dalam pembelajaran efektif, ditunjukkan dengan hasil

pengamatan siswa menunjukkan bahwa siswa dapat melaksanakan

kegiatan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu ideal yang termuat

dalam RPP.

c. Respons siswa terhadap perangkat dan kegiatan pembelajaran positif,

ditunjukkan dengan hasil respons siswa yaitu jumlah siswa yang

merespons memilih pernyataan positif atau memberi tanggapan “Ya”

minimal 70% untuk setiap aspek yang ditanyakan.

d. Ketuntasan belajar klasikal tercapai, ditunjukkan dengan ketuntasan

belajar siswa yaitu 82,14% siswa memperoleh nilai minimal ≥ KKM.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas saran yang dapat disampaikan antara

lain:

1. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini berkualitas

baik maka dapat digunakan oleh guru sebagai perangkat pembelajaran

alternatif dalam pembelajaran prisma dan limas.


181

2. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan efektif untuk mengajarkan materi

prisma dan limas ditunjukkan dengan hasil respons siswa terhadap

perangkat dan kegiatan pembelajaran positif dan tercapainya ketuntasan

belajar secara klasikal maka dapat dicoba untuk mengembangkan

perangkat pembelajaran learning cycle 7E pada materi lain dalam

pelajaran matematika.

3. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian yang serupa disarankan

untuk mengembangkan perangkat pembelajaran learning cycle 7E dengan

memperhatikan kelemahan-kelemahan penelitian yang ada dalam

penelitian ini sehingga diperoleh hasil yang lebih optimal.


182

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.
Arikunto, S. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Aydogdu, M. Z., & Kesan, C. (2014).A Research On Geometry Problem Solving
Strategies Used By Elementary Mathematics Teacher Candidates. Journal
Of Educational And Instructional Studies In The World. Volume: 4 Issue: 1
Article: 07 Page 53-62.
Azizul, S. M. J. & Din R. (2016). Teaching And Learning Geometry Using
Geogebra Software Via Mooc. Journal of Personalized Learning, 2(1)
2016, 40-51.
Badarudin. (2011). Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Tersedia:
http://ayahalby.wordpress.com/2011/02/23/model-pengembangan-
perangkat-pembelajaran/. Diakses tanggal 15 Desember 2016.
Bentley, M., Ebert, E., & Ebert, C. (2007). Teaching Constructivist Science, K-8:
Nurturing Natural Investigators In The Standar-Based Classroom.
Thousand Oaks. CA: Corwin Press.
Borg, W. R., & Gall, M. D. (1983). Educational Research An Introduction. New
York: Longman.

Branch, R. M. (2009). Instructional Design: The ADDIE Approach. Georgia:


University of Georgia.
Bybee, R. W., Taylor, J. A., Gardner, A., Scotter, P. V., Poweell, J. C., Wesbrook,
A., & Landes, N. (2006). The BSCS 5E Instructional Model: Origin,
Effectiveness, and Applications. Tersedia:
http://www.bscs.org/pdf/bscs5eexecsummary.pdf. Diakses tanggal 20
Desember 2016.
Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Degeng, I. N. S. (1989). Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta: P2LPTK.

Degeng, I. N. S. (1997). Ilmu Pengajaran: Taksonomi Variabel. Jakarta: P2LPTK.

Depdiknas. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64,


Tahun 2013, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
183

Depdiknas. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66


Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan.
Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22, Tahun
2006 tentang Standar Isi.
Depdiknas. (2008). Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Atas.
Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S. B. (2002). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Duru, Adem. (2010). The Experimental Teaching in Some of Topics Geometry.


Educational Research and Review Vol. 5 (10), pp. 584-592.
Ediger, M., & Rao, D. B. (2011). Essay on Teaching and Learning. India:
Discovery Publishing House Pvt. Ltd.
Eggen, P.D., & Kauchak, D.P. (2011). Strategies for Teacher Teaching Content
and Thinking Skills. Boston: Allyn and Bacon.

Eisenkraft, A. (2003). Expanding the 5E Model: a Proposed 7E Model Emphasizes


“Tranfer of learning” and The Importance of Eliciting Prior Understanding.
Journal the Science Teacher. Vol 70. Hal 58-59.

Ergin, I., Kanli, U., & Unsal, Y. (2008). An example for the effect of the 5E model
on the academic success and attitude levels of students: Inclined projectile
motion. Journal of Turkish Science Education. 5 (3): 47—59.

Fajaroh, F., & Dansa, I. W. (2008). Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar
(Learning Cycle). Tersedia: http//massofa.wordpress.com. Diakses tanggal
28 November 2016.

Gokkurt, B., Dundar, S., Soylu, Y., & Tatar, E. (2012). Developing Suitable
Materials for the Computer Enriched Learning Cycle Model: Teaching the
“Pyramid” Subject. Procedia - Social and Behavioral Sciences 46
(2012) 3129 – 3133.
Hanuscin, D. L. & Lee, M. H. (2008). Using the Learning Cycle as a Model for
Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers. Journal of
Elementary Science Education. Vol. 20, No. 2 (Spring 2008), pp. 51-66.
Heruman. (2007). Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Hobri. (2010). Metodologi Penelitian Pengembangan. Jember: Pena Salsabila.
184

Hudojo, H. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.


Malang: Universitas Negeri Malang
Ismail, M. I. (2010). Kinerja dan Kompetensi Guru dalam
Pembelajaran.Tersedia:http://ejurnal.uinalaudin.ac.id/artikel/04%20Kinerja
%20dan%20Kompetensi%20Guru%20Muh%20Ilyas%20Ismail.pdf.
Diakses tanggal 2 Desember 2016.
Jacobsen, D. A., Eggen, P., & Kauchak, D. P. (2009). Methods for Teaching:
Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-SMA Edisi
ke-8. Terjemahan Achmad Fawaid dan Khoirul Anam. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jinfa, C., Kaiser, G., Perry, B., & Wong, N. Y. (2009). Effective Mathematics
Teaching from Teacher’s Perspectives. Rotterdam, The Netherlands: Sense
Publishers.
Joyce, B., Weil, M & Calhoun, E. (1992). Models of Teaching, 5th Edition. USA:
Allyn and Bacon.
Kemp, J. E., Morrison, G. R., & Ross, S. M. (2011). Designing Effective
Instructional. New York: Macmillan College Publishing Company.

Kennedy, L. M., Tipps, S., & Johnson, A. (2008). Guiding Children’s Learning of
Mathematics. Belmont: Thomson Higher Education.
Kholilah, A. (2014). Pengembangan Perangakat Pembelajaran Matematika Model
Pembelajaran Learning Cycle 7E Berbasis Karakter Teliti dan Percaya
Diri Pada Sub Pokok Bahasan Luas Permukaan dan Volume Kubus dan
Balok Kelas VIII SMP (Skripsi yang tidak dipublikasikan), Universitas
Jember, Jember.
Kunandar. (2013). Penilaian Autentik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Kurnia, S. N. (2016). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Kelas


VIII SMP Semester 2 dengan Menggunakan Model Learning Cycle 7E
Berorientasi pada Prestasi Belajar, Kemampuan Berfikir Kritis, dan Self
Efficacy Siswa (Tesis yang tidak dipublikasikan),UNY, Yogyakarta.
Kyriacou, C. (2009). Effective Teaching: Theory and Practice. Bandung: Nusa
Media. Penerjemah: M. Khozim.
Lorsbach, A.W. (2012). The Learning Cycle as a Tool for Planning Science
Instruction.http://www.dese.mo.gov/divimprove/curriculum/science/Learnin
gCyclePlanInst11.05.pdf . Diakses tanggal 20 November 2016.

Moore, K. D. (2009). Effective Instructional Strategis From Theory to Practice.


Thousand Oaks, California: SAGE.
185

NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Reston,VA:


NCTM.

Nieveen, N. (1999). Prototyping to Reach Product Quality. Dalam Akker, J. V.,


Branch, R. M., Gustafson, K., Nieveen, N., & Plomp, T. Design Approaches
and Tools in Education and Training. Dordrecht, The Netherlands: Kluwer
Academic Publishers.

Nitko, A. J., & Brookhart, S. M. (2011). Educational Assessment Of Students.


Upper Sale River, New Jersey: SAGE Pearson Education.

Ozerem, Aysen. (2012). Misconceptions In Geometry and Suggested Solutions For


Seventh Grade Students. International Journal of New Trends in Arts, Sports
& Science Education. Volume 1. Issue 4.

Plomp, T. (2010). Educational Design Research: an Introduction. Dalam Plomp, T.


& Nieveen, N. An Introduction to Educational Design Research. Enschede:
SLO Netherlands Institute for Curriculum Development.

Purwanto, N. (2013). Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Purwoto, A. (2003). Panduan Laboratorium Statistik Inferensial. Jakarta: Gramedia


Widiasarana Indonesia.

Ratumanan, T. G., & Laurens, T. (2011). Evaluasi Hasil Belajar yang Relevan
dengan Kurikulum Bebasis Kompetensi. Surabaya: Unesa University Press.

Renner, J. W., Abraham, M. R., & Birnie, H. H. (1988). The Necessity of Each
Phase of The Learning Cycle in Teaching High School Physics. Journal of
Research in Science Teaching. Vol 25 (1), pp 39-58.

Rusman, Kurniawan, D., & Riyana, C. (2012). Pembelajaran Berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi: Mengembangkan Profesionalitas Guru. Jakarta:
Raja Grafindo Persada.

Schunk, D. H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective (6𝑡ℎ Ed.).


Boston: Pearson Education.
Slavin, R. E. (2006). Educational Psychology Theory and Practice 8th Ed. Allyn &
Bacon, Boston: Pearson Education, Inc.
Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Suhadi. (2007). Penyusunan Perangkat Pembelajaran Dalam Kegiatan Lesson
Study. http://suhadinet.wrdpress.com/2008/05/28/penyusunan-perangkat-
perangkat-pembelajaran-dalam-kegiatan-lesson-study/. Diakses tanggal 1
Desember 2016.
186

Suherman, E. (2001). Evaluasi Proses dan Hasil Belajar Matematika. Jakarta: UT.
Suherman, E. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung:
UPI.

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya

Sumantri, M., & Purnama, J. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV.
Maulana.

Supinah. (2008). Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


(RPP) Matematika SD dalam Rangka Pengembangan KTSP. Yogyakarta:
P4TK.
Suryosubroto, B. (1997). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Suyono & Haryanto. (2015). Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Uno, H. B. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Van de Walle, J. A., Karp, K. S., & Bay-Williams, J.M. (2014). Elementary and
Middle School Mathematics: Teaching Developmentally (8th Ed.). Boston:
Pearson Education Inc.

Wahyuni, T. T. (2013). Penerapan Model Learning Cycle 7E Untuk Meningkatkan


Kemampuan Pemecahan Masalah matematis Siswa SMA. (Skripsi yang
tidak dipublikasikan), UPI, Bandung.
Widyantini, T. (2013). Penyusunan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Sebagai Bahan
Ajar. Yogyakarta: P4TK.
Yenilmez, K. & Ersoy, M. (2008). Opinions Of Mathematics Teacher Candidates
Towards Applying 7E Instructional Model On Computer Aided instructions
Environments. International Journal of Instruction. Vol.1. No.1.
Yilmaz, G. K., Ertem, E., & Cepni, S. (2010).The Effect Of The Material Based
On The 7E Model On The Fourth Grade Students Comprehension Skill
About Fraction Concepts. Procedia Social and Behavioral Sciences 2
(2010) 1405–1409.
Yılmaz, G. K. & Koparan, K. (2016). The Effect of Designed Geometry Teaching
Lesson to the Candidate Teachers’ Van Hiele Geometric Thinking Level.
Journal of Education and Training Studies.Vol. 4 No. 1 P. 129-141.

Anda mungkin juga menyukai