Anda di halaman 1dari 9

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

PARKINSON DISEASE

OLEH :

MIMI AMALUDIN (NPM : 1714101110008)


MURJANI (NPM : 1714101110009)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

BANJARMASIN

2018
B1 (Breathing)

Gangguan fungsi pernapasan yang terjadi berkaitan dengan hipoventilasi,


inaktivitas, aspirasi makanan atau saliva, dan berkurangnya fungsi pembersihan
saluran nafas.

Inspeksi : Ditemukan klien batuk atau mengalami penurunan kemampuan


untuk batuk efektif, peningkatan produksi sputum, sesak napas
dan penggunaan otot bantu napas.

Palpasi : Ditemukan taktil premitus seimbang kanan dan kiri.

Perkusi : Ditemukan adanya suara resonan pada seluruh lapangan paru.

Auskultasi : Ditemukan bunyi napas tambahan seperti napas berbunyi, stridor,


ronkhi pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan
kemampuan batuk yang menurun yang sering ditemukan pada klien
dengan inaktivitas.

B2 (Blood)

Hipotensi postural yang terjadi berkaitan dengan efek samping pemberian obat
dan juga gangguan pada pengaturan tekanan darah oleh sistem saraf otonom.
Menurut riset yang dilakukan oleh Clark CE (2017) Hipotensi postural terjadi
pada 203 peserta (15,4%) dimana faktor-faktor yang memprediksi terjadinya
postural hipotensi adalah pada penggunaan digoxin, penyakit parkinson,
hipertensi, stroke atau penyakit kardiovaskular dan suatu perbedaan tekanan darah
sistolik interarm.

Hipotensi ortostatik (OH) adalah tanda yang umum dilaporkan dari disfungsi
otonom kardiovaskular yang terkait dengan penyakit Parkinson (PD). Pasien
mungkin menderita berbagai gejala klinis OH, termasuk pusing, pusing, atau
masalah dengan penglihatan dan kelelahan. Gejala OH didefinisikan sebagai
penurunan tekanan darah sistolik atau diastolik ≥20 atau ≥10 mmHg dalam 3
menit berdiri dan skor Orthostatic Hypotension Questionnaire (OHQ) lebih dari
nol. Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Klanbut S (2018), dari 100 pasien
parkinson disease di Thailand secara berurutan ditemukan prevalensi OH
bergejala adalah 18%, OH yang asimtomatik 4%, sedangkan 78% werepatients
tanpa OH. Faktor yang terkait dengan OH bergejala adalah usia (OR, 95% CI:
1,06, 1,003-1,115, p = 0,038) dan hipertensi (OR, 95% CI: 6,16, 1,171-32,440, p
= 0,032).

B3 (Brain)

Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap


dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.

Pada inspeksi umum ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara
umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Menurut riset yang dilakukan oleh Virmani (2016) 5,9% pasien penyakit
Parkinson pada levodopa, dan 12,4% dengan fluktuasi motorik pada levodopa

berkorelasi fluktuasi mereka dengan waktu relatif levodopa dan asupan protein.
Pasien-pasien ini lebih muda dionset penyakit, memiliki fluktuasi motorik yang
lebih buruk dan memiliki insiden yang lebih tinggi dari anggota keluarga dengan
Parkinson penyakit.

Tingkat Kesadaran

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis dan juga bergantung pada
penurunan aliran darah serebri regional mengakibatkan perubahan pada status
kognitif klien.

Menurut riset yang dilakukan oleh Tanaka R (2018) 59 pasien (40,1%)


didiagnosis sebagai PDNC, 60 (40,8%) pasien sebagai PD-MCI, dan 28 (19,1%)
pasien sebagai PDD dalam hal ini kelompok. Usia, tahap Hoehn & Yahr, tingkat
pendidikan, diabetes, hipotensi ortostatik (OH), hipertensi supine (SH),
serebrovaskular lesi pada MRI seperti hiperintensitas periventrikular (PVH) atau
hyperintensity materi putih mendalam (DWMH) secara signifikan terkait dengan
penurunan kognitif. Tingkat pendidikan, OH, PVH adalah independen risiko
untuk PDD, tetapi hanya tingkat pendidikan yang berisiko untuk PD-MCI.

Pemeriksaan fungsi serebri

Status mental biasanya mengalami perubahan yang berhubungan dengan


penurunan status kognitif, penurunan persepsi, dan penurunan memori baik
jangka pendek dan memori jangka panjang.

Menurut riset yang dilakukan oleh Tarukbua (2016) menununjukkan dari 31


sampel parkinson yang diambil 27 pasien mengalami penurunan fungsi kognitif,
terbanyak dijumpai pada jenis kelamin laki-laki kelompok usia 61-70 tahun,
tingkat pendidikan SMA/sederajat dan sudah tidak bekerja termasuk laki-laki
pensiunan.

Pemeriksaan saraf kranial

Saraf I : Biasanya pada klien cedera tulang belakang tidak ditemukan kelainan
dan fungsi penciuman tidak ada kelainan.

Saraf II : Hasil uji ketajaman penglihatan mengalami perubahan sesuai tingkat


usia, biasanya klien lanjut usia dengan penyakit Parkinson mengalami
penurunan ketajaman penglihatan.

Saraf III, IV, dan VI. : Gangguan saraf okulomotorius : sewaktu melakukan
konvergensi penglihatan menjadi kabur karena tidak mampu
mempertahankan kontraksi otot- otot bola mata.
Saraf V : Pada klien dengan penyakit Parkinson umumnya ditemukan
perubahan pada otot wajah. Adanya keterbatasan otot wajah
menyebabkan ekspresi wajah klien mengalami penurunan , saat
bicara wajah seperti topeng (sering mengedipkan mata).

Saraf VII : Persepsi pengecapan dalam batas normal.

Saraf VIII : Adanya tuli konduktif dan tuli persepsi yang berhubungan dengan
proses senilis dan penurunan aliran darah regional.

Saraf IX dan X : Ditemukan kesulitan menelan dalam menelan makanan.

Saraf XI : Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Saraf XII : Lidah simetris, tidak ditemukan deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi. Indra pengecapan normal.

Sistem Motorik

 Inspeksi umum, ditemukan perubahan pada gaya berjalan, tremor secara


umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan. Klien sering
mengalami rigiditas deserebrasi.
 Tonus otot ditemukan meningkat.
 Keseimbangan dan koordinasi, ditemukan mengalami gangguan karena
adanya kelemahan otot, kelelahan, perubahan pada gaya berjalan, tremor
secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan.

Pemeriksaan Refleks

Terdapat kehilangan refleks postural, apabila klien mencoba untuk berdiri, klien
akan berdiri dengan kepala cenderung kedepan dan berjalan dengan gaya berjalan
seperti didorong. Kesulitan dalam berputar dan hilangnya keseimbangan (salah
satunya kedepan atau kebelakang) dapat menimbulkan sering jatuh.
Sistem Sensorik

Sesuai berlanjutnya usia Klien dengan penyakit Parkinson mengalami penurunan


terhadap sensasi sensorik secara progresif. Penurunan sensorik yang ada
merupakan hasil dari neuropati.

B4 (Bladder)

Penurunan refleks kandung kemih perifer dihubungkan dengan disfungsi kognitif


dan persepsi klien secara umum. Klien mungkin mengalami inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan ketidakmampuan untuk
menggunakan urinal karena kerusakan kontrol motorik dan postural. Selama
periode ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.

Nocturia dan pollakiuria adalah gejala umum mikturisi pada pasien dengan
parkinson disease (PD). Nocturia dikaitkan dengan depresi, kecemasan, masalah
tidur, dan tingkat keparahan PD. Pollakiuria dikaitkan dengan kecemasan dan
keparahan PD. Pasien pria lebih rentan terhadap sisa urin dan pollakiuria Menurut
riset yang dilakukan oleh Zhang LM (2015), menggunakan regresi logistik biner,
korelasi bivariat, dan Chi-square dan t-tes, dari 91 pasien, disfungsi urin terjadi
pada 55,0%, di antaranya, 49,5% menderita nokturia, 47,3% dengan polakiuria.
Pasien dengan sisa urine, 79,3% memiliki volume sisa urin <50 ml. Sisa urin
hadir di 44,4% pasien dengan nokturia, 46,5% dari pasien dengan polakiuria, dan
80,0% pasien dengan disuria. Lebih banyak pria daripada wanita yang memiliki
sisa urin (35,2% pria vs 13,3% wanita; P = 0,002).

B5 (Bowel)

Pemenuhan nutrisi berkurang yang berhubungan dengan asupan nutrisi kurang


karena kelemahan fisik umum, kelelahan otot dan adanya tremor menyeluruh.
Klien sering mengalami konstipasi karena penurunan aktivitas.
Menurut riset yang dilakukan oleh Mischley (2018) 1053 individu dengan yang
dilaporkan sendiri PD idiopatik yang tersedia untuk analisis. Makanan yang
terkait dengan tingkat penurunan perkembangan PD termasuk sayuran segar, buah
segar, kacang-kacangan dan biji-bijian, ikan nonfried, minyak zaitun, anggur,
minyak kelapa, rempah segar, dan rempah-rempah (P <0 05). Makanan yang
terkait dengan perkembangan PD lebih cepat termasuk buah-buahan dan sayuran
kalengan, diet dan soda nondiet, makanan yang digoreng, daging sapi, es krim,
yogurt, dan keju (P <0 05). Suplemen gizi koenzim Q10 dan minyak ikan
dikaitkan dengan penurunan perkembangan PD (P = 0 026 dan P = 0 019, resp.),
dan suplementasi zat besi dikaitkan dengan perkembangan lebih cepat (P = 0 022)

B6 ( Bone)

Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kelelahan otot, tremor


secara umum pada seluruh otot dan kaku pada seluruh gerakan menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Adanya gangguan keseimbangan dan koordinasi dalam melakukan pergerakan


karena perubahan pada gaya berjalan dan kaku pada seluruh gerakan memberikan
risiko pada trauma fisik bila melakukan aktivitas.

Intervensi Terbaru ( Evidance best)

Penyakit parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif yang bersifat progesif


yang mengenai gerakan atau kontrol terhadap gerakan. Penyakit ini sering terjadi
pada individu berusia lebih dari 60 tahun.Etiologi penyakit parkinson diduga
disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Karena harapan hidup
secara keseluruhan meningkat, maka jumlah orang dengan penyakit parkinson
akan meningkat di masa depan.Terapi dari penyakit parkinson dapat
menggunakan dengan terapi farmakologi maupun terapi nonfarmakologi.
Menurut riset yang dilakukan oleh Gunawan dkk (2017) Terapi farmakologi
dapat menggunakan levodopa, monoamine oxidase-b inhibitor, dopamin agonis,
antikolinergik dan amantadine, sedangkan terapi nonfarmakologi dapat
menggunakan metode terapi stem sel. Stem sel merupakan sel induk yang
mempunyai dua karakteristik penting yaitu mampu melakukan self-renewing
melalui pembelahan sel serta dapat diinduksi menjadi sel dengan fungsi
spesifik.Terapi stem sel pada penyakit parkinson bertujuan untuk mengganti sel
dopaminergik yang rusak.

Parkinson Disease adalah penyakit neurodegeneratif sindrom karena gangguan


pada ganglia basalis akibat tidak adanya pengiriman dopamin dari substansia
nigra ke globus palidus atau neostriatum yang ditandai dengan adanya resting
tremor, bradikinesia, dan instabilitas postural yang menyebabkan gangguan
keseimbangan. Menurut riset yang dilakukan oleh Muawanah (2018) penelitian
experiment dengan desain penelitian pre and post test. Sampel penelitian terdiri
dari 10 orang yang memenuhi kriteria inklusi dari 1 kelompok perlakuan. Hasil
analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi didapatkan p=0.002 hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat peningkatan keseimbangan pada penderita parkinson
desease.

Menurut riset yang dilakukan oleh Dallapiazza (2018) Secara keseluruhan, vim
bilateral DBS menunjukkan peningkatan lebih dalam pengurangan tremor karena
kedua ekstremitas atas diobati (kisaran, 66% -78%).

Menurut rist yang dilakukan oleh Swann dkk (2018) menunjukkan kelayakan
‘adaptive deep brain stimulation’ pada dua pasien dengan penyakit Parkinson.
Dalam pengujian di klinik jangka pendek, penghematan energi cukup besar (38%
-45%), dan efikasi terapeutik dipertahankan. Ini adalah demonstrasi pertama DBS
adaptif pada penyakit Parkinson menggunakan perangkat yang ditanam
sepenuhnya dan penginderaan saraf.
Menurut riset yang dilakukan oleh Crosley (2018) Stimulasi otak dalam (DBS)
adalah perawatan bedah yang mengubah hidup. Lebih dari 150.000 pasien di
seluruh dunia telah diobati dengan DBS, terutama untuk penyakit Parkinson dan
tremor refrakter medis dan dystonia. Namun, penggunaan DBS baru-baru ini
berkembang melampaui gangguan gerakan tradisional untuk memasukkan
pengobatan gangguan obsesif kompulsif, epilepsi, dan penyakit neurologis dan
psikologis lainnya.

Menurut riset yang dilakukan oleh Sighn (2016) menyadari fenomena gairah
kortikal ini dengan aktivasi DBS untuk memastikan pemulihan yang tepat waktu
dan lengkap dari anestesi umum.

Ada beberapa kemajuan terapi non-invasif untuk orang dengan PD sejak uji klinis
levodopa pertama pada tahun 1961 dimana aktivitas fisik dan olahraga dapat
berdampak fisiologis sebagai sarana untuk mencegah PD atau mempertahankan
fungsionalitas orang dengan PD. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh LaHue dkk (2015), Fang X dkk (2018) dan Mantri S dkk (2017)

Anda mungkin juga menyukai