RESIKO JATUH
Disusun oleh:
Efilian Aprialiska
20184030086
B. Faktor Resiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa
stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:
1. Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ), pendengaran,
fungsi vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada
mata akan menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan
menimbulkan gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada
lansia yang diduga karpena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses
manua. Neuropati perifer dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu
fungsi proprioseptif ( Tinetti, 1992 ). Gangguan sensorik tersebut
menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia mengalami sensasi abnormal
pada saat dilakukan uji klinik.
2. Sistem saraf pusat ( SSP )
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input
sensorik. Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan
normal, sering diderita oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP
sehingga berespon tidak baik terhadap input sensorik ( Tinetti, 1992 ).
3. Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan
risiko jatuh.
4. Muskuloskeletal ( Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Kane, 1994; Campbell,
1987; Brocklehurs, 1987 ).
J. Pengkajian
a. Status fungsional
Untuk mengukur kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri diukur dengan:
KATZ INDEKS
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian mandi (
seperti punggung atau ekstremitas yang tidak
mampu ) atau mandi sendiri sepenuhnya
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh,
bantuan masuk dan keluar dari bak mandi,
serta tidak mandi sendiri
2 Berpakaian
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari, memakai
pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya
Sebagian
3 Ke Kamar Kecil
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genetalia sendiri
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot
4 Berpindah
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau
lebih perpindahan
5 Kontinen
Mandiri :
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total; penggunaan
kateter,pispot, enema dan pembalut (
pampers)
6 Makan
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri
Bergantung :
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral ( NGT )
Keterangan :
Beri tanda ( v ) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB ),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu fungsi tambahan.
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
5. Keseimbangan berdiri
a. Tidak kokoh (Goyah, tidak stabil) 0
b. Berdiri dengan kaki melebar (jarak antara kedua kaki > 4 inci) atau 1
menggunakan alat bantu (walker atau tongkat, pegangan sesuatu)
c. Berdiri tegak, jarak kaki berdekatan, tanpa alat bantu/pegangan 2
6. Subyek dalam posisi maksimum dengan kaki sedekat mungkin, kemudian
pemeriksa mendorong perlahan tulang dada subyek 3x dengan telapak tangan
a. Mulai terjatuh
b. Goyah/Sempoyongan, tapi dapat mengendalikan diri 0
c. Kokoh berdiri (stabil) 1
2
7. Berdiri dengan mata tertutup (dengan posisi seperti no. 6)
a. Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 0
b. Berdiri kokoh (stabil) 1
8. 8.1 Berbalik 360°
a. Tidak mampu melanjutkan langkah (berputar) 0
b. Dapat melanjutkan langkah (berputar) 1
8.2 Berbalik 360°
c. Tidak kokoh (goyah, sempoyongan) 0
d. Berdiri kokoh (stabil) 1
9. Duduk ke kursi
a. Tidak aman (kesalahan mempersepsikan jarak, langsung menjatuhkan diri ke 0
kursi)
b. Menggunakan kekuatan lengan atas, tidak secara perlahan 1
c. Aman, gerakan perlahan-lahan 2
TOTAL 16
Interpretasi
18 = resiko jatuh tinggi
19-23 = resiko jatuh sedang
≥24 = resiko jatuh rendah
K. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan ini untuk mencegah terjadinya jatuh berulang
dan menerapi komplikasi yang terjadi, mengembalikan fungsi AKS terbaik,
mengembalikan kepercayaan diri penderita.
Penatalaksanaan penderita jatuh dengan mengatasi atau meneliminasi
faktor risiko, penyebab jatuh dan menangani komplikasinya. Penatalaksanaan ini
harus terpadu dan membutuhkan kerja tim yang terdiri dari dokter (geriatrik,
neurologik, bedah ortopedi, rehabilitasi medik, psikiatrik, dll), sosiomedik,
arsitek dan keluarga penderita.
Penatalaksanaan bersifat individual, artinya berbeda untuk setiap kasus
karena perbedaan factor – factor yang bekerjasama mengakibatkan jatuh. Bila
penyebab merupakan penyakit akut penanganannya menjadi lebih mudah,
sederhanma, dan langsung bisa menghilangkan penyebab jatuh serta efektif.
Tetapi lebih banyak pasien jatuh karena kondisi kronik, multifaktorial sehingga
diperlukan terapi gabungan antara obat rehabilitasi, perbaikan lingkungan, dan
perbaikan kebiasaan lansia itu. Pada kasus lain intervensi diperlukan untuk
mencegah terjadinya jatuh ulangan, misalnya pembatasan bepergian / aktifitas
fisik, penggunaan alat bantu gerak.
Untuk penderita dengan kelemahan otot ekstremitas bawah dan
penurunan fungsional terapi difokuskan untuk meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot sehingga memperbaiki nfungsionalnya. Sayangnya sering terjadi
kesalahan, terapi rehabilitasi hanya diberikan sesaat sewaktu penderita
mengalami jatuh, padahal terapi ini diperlukan terus – menerus sampai terjadi
peningkatan kekuatan otot dan status fumgsional. Penelitian yang dilakukan
dalam waktu satu tahun di Amerika Serikat terhadap pasien jatuh umur lebih
dari 75 tahun, didapatkanpeningkatan kekuatan otot dan ketahanannya baru
terlihat nyata setelah menjalani terapi rehabilitasi 3 bulan, semakin lama lansia
melakukan latihan semakin baik kekuatannya.
Terapi untuk penderita dengan penurunan gait dan keseimbangan
difokuskan untuk mengatasi / mengeliminasi penyebabnya/faktor yang
mendasarinya. Penderita dimasukkan dalam program gait training, latihan
strengthening dan pemberian alat bantu jalan. Biasanya program rehabilitasi ini
dipimpin oleh fisioterapis. Program ini sangatmembantu penderita dengan
stroke, fraktur kolum femoris, arthritis, Parkinsonisme.
Penderita dengan dissines sindrom, terapi ditujukan pada penyakit
kardiovaskuler yang mendasari, menghentikan obat – obat yang menyebabkan
hipotensi postural seperti beta bloker, diuretik, anti depresan, dll.
Terapi yang tidak boleh dilupakan adalah memperbaiki lingkungan
rumah/ tempat kegiatan lansia seperti di pencegahan jatuh.
L. Asuhan Keperawatan
No. Dx. Kep. Tujuan Intervensi Rasional
1. 1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Kaji karakteristik nyeri Nyeri merupakan respon
keperawatan selama 2x24 jam Bantu klien dalam subjektif yang dapat dikaji
diharapkan nyeri hilang atau mengidentifikasi faktor dengan menggunakan skala
terkontrol dengan kriteria hasil: pencetus nyeri.
Ajarkan relaksasi: teknik terkait Nyeri mungkin dipengaruhi oleh
Klien tidak mengungkapkan
ketegangan otot rangka yang kecemasan atau peradangan
perasaan nyeri
dapat mengurangi intensitas pada sendi
Gerak tidak terbatas
nyeri Akan melancarkan peredaran
Aktivitas bisa sedikit meningkat
Tingkatkan pengetahuan darah sehingga kebutuhan
Skala nyeri 0 (dari 0-10)
tentang penyebab nyeri dan oksigen pada jaringan terpenuhi
Menunjukkan ekspresi rileks
hubungan dengan berapa lama dan mengurangi nyeri
nyeri akan berlangsung Pengetahuan tersebut
Anjurkan klien untuk tidak membantu mengurangi nyeri
meminum minuman seperti dan dapat membantu
alkohol, kafein atau meningkatkan kepatuhan klien
mengonsumsi obat-obatan terhadap rencana terapeutik
diuretik, tapi perbanyak minum Pemakaian alkohol, kafein, dan
air putih oba-obatan diuretik akan
menambah peningkatan kadar
asam urat dalam serum.
2. 2. Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan Kaji adanya faktor-faktor resiko Mengidentifikasi adanya faktor-
perawatan selama 2x24 jam injuri pada klien. faktor resiko yang mungkin akan
diharapkan cidera tidak terjadi Lakukan modifikasi lingkungan timbul
dengan kriteria hasil: agar lebih aman sesuai hasil Mengurangi risiko injuri akibat
pengkajian terhadap resiko injuri lingkungan yang tidak aman
Mengidentifikasi bahaya apa saja Monitor klien secara berkala Mencegah kecelakaan akibat
yang dapat meningkatkan terutama 2 hari pertama faktor-faktor resiko yang
kemungkinan cidera terutama kunjungan rumah mungkin terjadi dan dialami oleh
bahaya lingkungan Ajarkan klien dan keluarga klien
Mengidentifikasi tindakan tentang upaya pencegahan Mencegah komplikasi akibat
preventif atas bahaya tertentu cidera injuri dan mempertahankan
Melaporkan penggunaan cara keamanan
yang tepat dalam melindungi diri
dari cidera.
DAFTAR PUSTAKA
Gallo, Joseph. 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Nugroho, Wahjudi. 1995. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Tarwoto, Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
http://www.stikeskabmalang.wordpress.com/2009/09/19/pengkajian-dan-pencegahan-jatuh-
pada-lansia/
http://www.cita09060144.student.umm.ac.id/2010/02/05/peran-perawat-dalam-pemenuhan-
kebutuhan-keamanan-dan-keselamatan/