31
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
Se
sa
rS
um
ate
ra
~7 cm/tahun
al., 1998). Karena bentuk geometri Sumatera dan Di sebelah utara, Zona Sesar Sumatera
Jawa, penunjaman berarah normal terhadap berakhir pada kompleks sesar Laut Andaman.
Pulau Jawa dan berarah miring terhadap Pulau Namun di ujung selatan, karena observasi
Sumatera (Gambar 1). Kemiringan penunjaman lapangan menunjukkan pergeseran yang sangat
di sepanjang Sumatera dapat dihubungkan kecil di ujung selatan Pulau Sumatera
dengan adanya suatu zona sesar geser mendatar (Pramumijoyo & Sebrier, 1991), kemudian
menganan yang memanjang sepanjang pulau diasumsikan bahwa sesar terputus di Selat
yang disebut sebagai Zona Sesar Sumatera. Sesar Sunda. Atau dengan kata lain, pergeseran
ini mengakomodasi komponen menganan dari mencapai nilai 0 di Selat Sunda. Sifat alami dari
konvergensi miring tersebut. Kemiringan ujung Sesar Sumatera dan Sesar Mentawai di
penunjaman ini juga mengakibatkan tarikan Selat Sunda menjadi fokus dalam tulisan ini.
(stretching) yang cukup besar di sepanjang Perkembangan tektonik daerah busur muka di
Sumatera (McCaffrey, 1991). Pergerakan sebelah selatan Selat Sunda dibahas untuk
sepanjang Sesar Sumatera ini bervariasi dari 45- menjelaskan keberadaan ujung selatan kedua
60 cm/tahun di utara Sumatera hingga hanya 1 zona sesar tersebut.
cm/tahun di Selat Sunda (Pramumijoyo & Studi terusan zona Sesar Sumatera di daerah
Sebrier, 1991; Sieh & Natawidjaja, 2000). busur muka dilakukan dengan menganalisa
Selain Sesar Sumatera, juga terbentuk Zona seismisitas, topografi dan gravitasi anomali
Sesar Mentawai yang juga merupakan zona sesar daerah busur muka Selat Sunda. Analisa
geser menganan, terletak di antara palung dan keseluruhan data tersebut digunakan untuk
Pulau Sumatera, memanjang di sepanjang menginterpretasikan gambaran struktur bawah
deretan pulau-pulau kecil di busur muka permukaan daerah penelitian ini. Pengetahuan
Sumatera (Diament et al., 1992).
32
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
A’
B’
0
C’
A 0
0
B
struktur bumi bagian dalam dapat memberi gempa terjadi terutama di Selat Sunda, namun
kejelasan proses tektonik di daerah penelitian ini. sangat sedikit kejadian di bagian selatan dari
Selat Sunda. Dari peta seismisitas, dibuat tiga
SEISMISITAS profil dari tiga kotak yang tampak pada Gambar
2. Profil seismik dibuat dengan memproyeksikan
Data catatan gempa bumi di ambil dari semua gempa dalam setiap kotaknya kepada satu
USGS/NEIC yang meliputi semua gempa yang garis yang memotong kotak tersebut di tengah-
terjadi di daerah penelitian antara tahun 1988- tengah. Profil-profil seismik tersebut (Gambar 3)
1998 dengan magnituda > 4. Sebelum dipetakan, menunjukkan kemiripan karakter sebaran gempa
data-data tersebut dipilih yang cukup baik di barat Sumatra dan selatan Jawa, sementara
(misalnya, tidak ada data kedalaman atau daerah busur muka Selat Sunda memiliki
magnituda yang kosong, magnitudanya tidak nol, karakter yang berbeda. Tampak adanya
dan kedalaman terhitung dengan baik). Gambar 2 kumpulan sumber gempa (cluster) dengan
menggambarkan seismisitas daerah penelitian kedalaman 0 – 100 km yang meliputi daerah
berikut mekanisma sumber gempanya (focal dengan lebar 200 km (tegak lurus palung). Di
mechanism). Satu hal yang menarik adalah tidak Sumatera, kumpulan itu dimulai dari jarak
adanya focal mechanism yang menunjukkan sekitar 150 km dari palung, sementara di Jawa
aktifitas ekstensi di daerah busur muka Selat kurang lebih 100 km dari palung. Kumpulan
Sunda ini. Namun, di daerah busur muka dekat sumber gempa dengan lebar yang sama juga
palung, terdapat celah (gap) seismik Ada banyak tampak di bawah busur muka Selat Sunda, ha-
33
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
C C’
P
B B’
P K
A A’
P
nya saja kedalaman sumber gempa mencapai 200 ANOMALI GRAVITASI DAN
km. Di tengah Selat Sunda terdapat Gunung
Krakatau yang sangat aktif. Harjono et al. (1991) TOPOGRAFI
mencatat sebagian gempa-gempa di bawah G. Data anomali gravitasi free-air diperoleh dari
Krakatau mempunyai ciri tektonik. Meski Sandwell dan Smith (1997) yang diturunkan dari
demikian, diperkirakan sebagian besar gempa- data altimetri ERS-1, Geosat dan Seasat yang
gempa tersebut di picu oleh keaktifan magma. memiliki resolusi 2 menit. Gambar 4
Hal yang juga sangat menarik adalah tidak menunjukkan gambaran regional anomali negatif
adanya kegiatan gempa di sekitar palung di di daerah palung dan busur muka. Tampak dalam
daerah busur muka Selat Sunda. Tidak adanya peta tersebut kecenderungan anomali negatif di
aktifitas kegempaan di dekat palung tersebut sepanjang palung dan daerah busur muka. Di
mungkin dapat dikaitkan dengan lemahnya sepanjang palung sebelah barat Sumatera,
struktur di daerah tersebut. anomali gravitasi mencapai -110 mgal sementara
34
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
C’
(mgal)
di sepanjang palung di selatan Jawa, anomali adalah bentuk garis palung yang sedikit
mencapai -190 mgal. Anomali di daerah melengkung ke dalam di busur muka Selat
cekungan busur muka juga menunjukkan Sunda.
karakteristik yang serupa, dimana anomali di
selatan Jawa (-50 mgal) lebih kecil daripada di PEMODELAN GRAVITASI
barat Sumatera (+50 mgal).
Di daerah busur muka Selat Sunda, terdapat Pemodelan anomali gravitasi dilakukan dalam
area beranomali negatif yang lebar. Daerah upaya memperkirakan kondisi struktur dalam
beranomali negatif ini cukup luas mencakup bawah permukaan daerah penelitian. Program
daerah dari Selat Sunda hingga ke batas palung. untuk menghitung model kedepan (forward)
Pada umumnya, anomali gravitasi yang rendah disusun berdasakan kode Fortran dari Blakely
berkorelasi dengan cekungan busur muka atau (1995). Program ini digunakan untuk
palung. Namun morfologi daerah busur muka menghitung tarikan gravitasi vertikal yang
Selat Sunda tidak menunjukkan adanya semacam diakibatkan oleh poligon dua dimensi. Lapisan
cekungan (Gambar 5). Topografi lantai samudera air laut diasumsikan homogen, sehingga yang
di daerah busur muka ini relatif datar tanpa ada bervariasi hanyalah anomali gravitasi yang
zona kompleks akresi seperti pada umumnya diakibatkan oleh struktur bawah permukaan.
terdapat di muka suatu zona penunjaman (prisma Pemodelan gravitasi sesungguhnya
akresi tampak jelas keberadaannya di lepas merupakan metode yang menghasilkan model
pantai Sumatera dan Jawa). Satu hal yang juga yang tidak unik. Akan dapat diperoleh beragam
menarik yang tampak dalam peta topografi ini
35
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
Kedalaman (m)
Gambar 5. Peta Topografi Dasar Laut (sumber: Smith & Sandwell, 1997)
36
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
37
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
memiliki pergerakan lateral. Oleh sebab itu, Sunda. Sebelum adanya ekstensi, diasumsikan
dapat dipastikan adanya zona ekstensi di busur bahwa struktur busur muka di sepanjang
muka Selat Sunda. Terdapat banyak bukti adanya Sumatera hingga Jawa seragam, terdapat
ekstensi dan juga struktur graben di daerah ini cekungan dan juga punggungan akresi yang
(Harjono et al., 1991; Gaedicke, et al., 2003, menerus (a). Kondisi tersebut mungkin terjadi
Kopp et al., 2002) sehingga sangat kecil jika arah konvergensi tegak lurus terhadap
keraguan akan adanya kelanjutan Sesar Sumatera palung. Arah pergerakan lempeng Indo-Australia
melintasi busur muka dan berakhir di palung. seperti yang tergambar (N30o – 45oE) mungkin
Berdasarkan pergerakan lempeng dan sesar terjadi saat Lempeng India belum menabrak
yang telah diketahui dan fitur-fitur lainnya yang Lempeng Eurasia (sebelum ~50 juta tahun lalu,
diperoleh dari penelitian ini, model pergerakan Zhu et al., 2005).
tektonik disusun untuk menjelaskan Konvergensi antara Lempeng India dan
kemungkinan perkembangan tektonik daerah Lempeng Eurasia menyebabkan perubahan
busur muka Selat Sunda. Anggapan bahwa Sesar pergerakan lempeng-lempeng di sekitarnya.
Sumatera terhenti di palung juga dapat berarti Salah satu perubahan yang diperkirakan akibat
bahwa Sesar Sumatera merupakan batas antara tumbukan tersebut adalah perubahan arah
daerah busur muka Sumatera dan Jawa. Bahkan konvergensi Lempeng Indo-Australia terhadap
selanjutnya, juga dapat dikatakan bahwa Sesar Lempeng Eurasia. Arah konvergensi menjadi
Sumatera merupakan batas lempeng mikro menyerong di busur muka Sumatera. Akibatnya,
Sumatera Barat. komponen lateral dari konvergensi mulai
Gambar 7 menunjukkan model ilustrasi menyebabkan adanya pergerakan di patahan
perkembangan tektonik daerah busur muka Selat Sumatera.
a b
c d
S.
Su
S.
m
M
ate
en
ta w
ra
ai
38
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
39
Handayani & Harjono / Jurnal Riset Geologi dan Pertambangan Jilid 18 No.2 (2008) 31-40.
40