Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila: “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Ini adalah
kompromi antara gagasan negara Islam dan negara sekuler. Sejumlah agama di Indonesia
berpengaruh secara kolektif terhadap politik, ekonomi dan budaya. Menurut hasil Sensus
Penduduk Indonesia 2010, 87,18% dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah
pemeluk Islam (Nusantara merupakan negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia),
6,96% Protestan, 2,9% Katolik, 1,69% Hindu, 0,72% Buddha, 0,05% Konghucu, 0,13% agama
lainnya, dan 0,38% tidak terjawab atau tidak ditanyakan.
Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan
waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan
Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram, dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu yang
dibangun semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga abad ke
16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal sebagai zaman Hindu-Buddha
Nusantara, bertahan selama 16 abad penuh.
Agama Hindu di Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya di dunia. Sebagai contoh, Hindu
di Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu Dharma, tidak pernah menerapkan
sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa epos keagamaan Hindu Mahabharata (Pertempuran Besar
Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan Rama), menjadi tradisi penting para pengikut
Hindu di Indonesia, yang dinyatakan dalam bentuk wayang dan pertunjukan tari. Semua praktisi
agama Hindu Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang umum, kebanyakan adalah Lima
Keyakinan Panca Srada. Ini meliputi kepercayaan satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan di
dalam jiwa dan semangat, serta karma atau kepercayaan akan hukuman tindakan timbal balik.
Dibanding kepercayaan atas siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih
terkait dengan banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama
Hindu di sini lebih memusatkan pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan
kepercayaan.
Agama di Indonesia lainnya yang sudah diakui keberadaannya sejak lama adalah agama
Hindu. Tempat ibadah agama di Indonesia untuk agama hindu dinamakan Pura. Permulaan agama
hindu di Indonesia sudah dimulai sekitar 3000 tahun yang lalu. Untuk kitab sucinya, agama Hindu
memiliki kitab suci Weda, dan untuk hari rayanya terdapat 3 hari raya yaitu Hari Raya Nyepi, Hari
Raya Pagerwesi, dan Hari raya Sagerwesi.
3. Agama Kristen Protestan
Agama Kristen Protestan juga termasuk ke dalam agama yang diakui di Indonesia dan
memiliki jumlah penganut yang cukup banyak. Nama kitab suci yang digunakan oleh umat Kristen
protestan adalah Alkitab. Untuk tempat ibadahnya, umat Kristen protestan menggunakan Gereja.
Agama Kristen protestan memiliki hari-hari besar yaitu Hari Jumat Agung, Hari Natal, Hari
peringatan Yesus Kristus atau Isa Almasih, dan Hari paskah.
Pada abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau bukan ternyata ada
kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Kristen Katolik Roma di Sumatra Selatan.
Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis, yang kemudian diikuti bangsa
Spanyol yang berdagang rempah-rempah.
Banyak orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di
Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan 1547, pelopor
misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan membaptiskan beberapa ribu
penduduk setempat.
Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado dan
kawasan Minahasa, serta mencapai Flores dan Timor. Portugis dan Spanyol berperan menyebarkan
agama Kristen Katolik, namun hal tersebut tidak bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir
Spanyol dan Portugis dari Sulawesi Utara dan Maluku. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara,
untuk melindungi kedudukannya di Maluku.
Agama Katolik mulai berkembang di Jawa Tengah ketika Frans van Lith menetap
di Muntilan pada 1896 dan menyebarkan iman Katolik kepada rakyat setempat. Mulanya usahanya
tidak membawa hasil yang memuaskan, hingga tahun 1904 ketika empat kepala desa dari daerah
Kalibawang memintanya menjelaskan mengenai Katolik. Pada 15 Desember 1904, sebanyak 178
orang Jawa dibaptis di Semagung, Muntilan, Magelang.