Anda di halaman 1dari 18

A.

KONSEP TEORI
1. Anatomi & Fisiologi

Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang


membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang
punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung membentuk bagian
sacral, dan 4 tulang membentuk tulang ekor (coccyx). Tiga bagian di
atasnya terdiri dari 24 tulang yang dibagi menjadi 7 tulang cervical
(leher), 12 tulang thorax (thoraks atau dada) dan, 5 tulang lumbal
Sebuah tulang punggung terdiri atas dua bagian yakni bagian
anterior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebrae, dan bagian
posterior yang terdiri dari arcus vertebrae. Arcus vertebrae dibentuk
oleh dua "kaki" atau pediculus dan dua lamina, serta didukung oleh
penonjolan atau procesus yakni procesus articularis, procesus
transversus, dan procesus spinosus. Procesus tersebut membentuk
lubang yang disebut foramen vertebrale. Ketika tulang punggung
disusun, foramen ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum

1
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung
dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
a. Ligamen dan otot
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang
dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh
otot dan ligament, antara lain : Ligament:
1) Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang
tulang belakang dari ujung ke ujung):
a) Ligament Longitudinalis Anterior
b) Ligament Longitudinalis Posterior
c) Ligament praspinosum
2) Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang
belakang ke ruas yang berdekatan)
a) Ligamentum Intertransversum
b) Ligamentum flavum
c) Ligamentum Interspinosum
3) Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara
tulang occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan
ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang
pinggul Otot-otot:
a) Otot-otot dinding perut
b) Otot-otot extensor tulang punggung
c) Otot gluteus maximus
d) Otot Flexor paha ( illopsoas )
e) Otot hamstrings

2
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang
servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu
tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupakan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum
membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan
memungkinkan mobilitas vertebrae.

Fungsi kolumna vertebralis adalah menopang tubuh


manusia dalam posisi tegak, yang secara mekanik sebenarnya
melawan pengaruh gaya gravitasi agar tubuh secara seimbang dan
tetap tegak. Vertebra servikal, torakal, lumbal bila diperhatikan
satu dengan yang lainnya ada perbedaan dalam ukuran dan bentuk,
tetapi bila ditinjau lebih lanjut tulang tersebut mempunyai bentuk
yang sama.

Korpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar karena


mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Prosesus
transverses terletak pada ke dua sisi korpus vertebra, merupakan
tempat melekatnya otot-otot punggung. Sedikit ke arah atas dan

3
bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet
joint mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan
permukaan facet joint.

Pada daerah lumbal facet letak pada bidang vertical sagital


memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan
posterior. Pada sikap lordosis lumbalis (hiperekstensi lubal) kedua
facet saling mendekat sehingga gerakan kalateral, obique dan
berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi kedepan
(lordosis dikurangi) kedua facet saling menjauh sehingga
memungkinkan gerakan ke lateral berputar. Bagian lain dari
vertebrae, adalah “lamina” dan “predikel” yang membentuk arkus
tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis.

Prosesus spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra


yang bila diraba terasa sebagai tonjolan, berfungsi tempat
melekatnya otot-otot punggung. Diantara dua buah buah tulang
vertebrae terdapat diskusi intervertebralis yang berfungsi sebagai
bentalan atau “shock absorbers” bila vertebra bergerak Diskus
intervertebralis terdiri dari annulus fibrosus yaitu masa fibroelastik
yang membungkus nucleus pulposus, suatu cairan gel kolloid yang
mengandung mukopolisakarida.

Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon


yang diisi air yang diletakkan diantara ke dua telapak tangan. Bila
suatu tekanan kompresi yang merata bekerja pada vertebrae maka
tekanan itu akan disalurkan secara merata ke seluruh diskus
intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain,
nucleus polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih
dominan pada sudut sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi
pada berbagai macam gerakan vertebra seperti fleksi, ekstensi,
laterofleksi.

4
Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang
vertebrae. Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah
tertentu dan mencegah robekan. Diskus intervebralis dikelilingi
oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior. Ligamentum
longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae,
besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara
vertebrae yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal
posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga
turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum
tersebut melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah
lumbal yaitu setinggi L 1, secara progresif mengecil, maka ketika
mencapai L 5 sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian
lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.
Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik
lemah dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal
yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera kinetik.

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan


fungsi gerakannya. Otot yang berfungsi mempertahankan posisi
tubuh tetap tegak dan secara aktif mengekstensikan vertebrae
lumbalis adalah : M. quadraus lumborum, M. sacrospinalis, M.
intertransversarii dan M. interspinalis. Otot fleksor lumbalis adalah
muskulus abdominalis mencakup : M. obliqus eksternus
abdominis, M. internus abdominis, M. transversalis abdominis dan
M. rectus abdominis, M. psoas mayor dan M. psoas minor. Otot
latero fleksi lumbalis adalah M. quadratus lumborum, M. psoas
mayor dan minor, kelompok M. abdominis dan M.
intertransversarii. Jadi dengan melihat fungsi otot di atas otot
punggung di bawah berfungsi menggerakkan punggung bawah
dan membantu mempertahankan posisi tubuh berdiri.

5
2. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2010)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun
potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya
pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba
dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti
fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan
regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada
tulang belakang (Brunner, 2012).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai
masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral
akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan
otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra
dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang
biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau
tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.

6
3. Etiologi
a. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan
sekunder.
1) Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
2) Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis, stenosis spinal, osteoartritis.
b. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
c. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
d. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
e. Kegemukan.
f. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
g. Keseleo.
3) Terlalu lama pada getaran.
h. Gaya berjalan.
i. Merokok.
j. Duduk terlalu lama.
k. Kurang latihan (oleh raga).
l. Depresi /stress.
m. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).

4. Tanda Dan Gejala


a. Perubahan dalam gaya berjalan.
1) Berjalan terasa kaku.
2) Tidak bias memutar punggung.
3) Pincang.
b. Persyarafan
1) Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien
merasakan sensasi pada kedua anggota badan,tetapi mengalami
sensasi yang lebih kuat pada daerah yang tidak dirangsang.
2) Tidak terkontrol BAB dan BAB

7
c. Nyeri.
1) Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
2) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
3) Nyeri otot dalam.
4) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
5) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
6) Nyeri pada pertengahan bokong.
7) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.

5. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2011, melaporkan
bahwa sekitar 80% orang yang menderita LBP. Low Back Pain
menjadi perhatian dan dianggap sebagai salah satu masalah yang
cukup besar karena mempengaruhi sektor industri sehingga
berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi negara terutama di
negara barat (Dagenais, 2008). Kasus LBP pada usia 18-56 tahun
terdapat lebih dari 500.000 di Amerika, persentase LBP mengalami
kenaikan sebanyak 59% dalam kurun waktu 5 tahun. Sekitar 80%-
90% kasus LBP dapat sembu dengan spontan dalam waktu sekitar 2
minggu (Wheeler, 2013).
Kasus nyeri yang paling banyak ditemui di rumah sakit adalah
Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) (Bull,
2007). Jumlah penderita LBP di rumah sakit daerah Jakarta,
Yogyakarta dan Semarang sekitar 5,4% sampai 5,8 % dan frekuensi
meningkat pada usia 45-65 tahun (Lubis, 2003). Data Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2002, terdapat
4.456 orang mengalami nyeri, ditemukan sekitar 819 orang (35,86%)
mengeluhkan nyeri punggung bawah, sedangkan sekitar 1.598 orang
menderita nyeri kepala, sehingga dapat disimpulkan bahwa LBP
menempati peringkat kedua dalam kasus nyeri.

8
6. Patofisiologi
a. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah
adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian
fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis,
fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor
yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi).
Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan,
dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan
substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri.,
hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan
untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah
satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik
picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan
akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber
nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit
dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi
nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi
menyebabkan hiperalgesia.
b. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau
disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf.
Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa
penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan
artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya
penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.

9
7. Diagnosa Medik
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,
dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang
mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati )

8. Penatalaksanan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi.
Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas
termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas

10
b. Medis
1) Formakoterapi
a) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
untuk nyeri radikuler
b) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin)
antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
2) Invasif non bedah
a) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
b) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable)
3) Bedah
HNP, indikasi operasi :
a) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
b) Defisit neurologik memburuk.
c) Sindroma kauda.
d) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
e) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


a. Pengkajian
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat,
duduk, mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan
papan/matras waktu tidur, penurunan rentang gerak dari ekstrimiter
pada salah satu bagian tubuh, tidak mampu melakukan aktivitas
yang biasanya dilakukan.

11
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan
dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala: mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
3. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
4. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania,
nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri
(sensori)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat
defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak
ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara
“krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang
terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-
pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri
pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
7. Penyuluhan dan pembelajaran
8. Gejala: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif

12
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.

b. Diagnosa Keperawatn
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf vaskuler
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan


Hasil

Nyeri Akut NOC NIC


 Pain Level, Pain Pain Management
Definisi : control Comfort level - Lakukan pengkajian
Pengalaman sensori nyeri secara
dan emosional yang Kriteria Hasil : komprehensif
tidak menyenangkan  Mampu mengontrol termasuk lokasi,
yang muncul akibat nyeri (tahu penyebab karakteristik, durasi
kerusakan jaringan nyeri, mampu frekuensi, kualitas dan
yang aktual atau menggunakan tehnik faktor presipitasi
potensial atau nonfarmakologi - Observasi reaksi
digambarkan dalam untuk mengurangi nonverbal dan
hal kerusakan nyeri, mencari ketidaknyamanan
sedemikian rupa bantuan) - Gunakan teknik
(International  Melaporkan bahwa komunikasi terapeutik
Association for the nyeri berkurang untuk mengetahui
study of Pain): awitan dengan pengalaman nyeri
yang tiba-tiba atau menggunakan pasien
lambat dan intensitas manajemen nyeri - Kaji kultur yang
ringan hingga berat  Mampu mengenali mempengaruhi respon
dengan akhir yang nyeri (skala, nyeri
dapat diantisipasi atau intensitas, frekuensi - Evaluasi pengalaman
diprediksi dan dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
berlangsung <6 bulan  Menyatakan rasa - Evaluasi bersama
nyaman setelah nyeri pasien dan tim
Batasan berkurang kesehatan lain tentang
Karakteristik : ketidakefektifan
 Perubahan selera kontrol nyeri masa
makan Iampau
 Perubahan - Bantu pasierl dan
tekanan darah keluarga untuk
 Perubahan mencari dan
menemukan dukungan

13
frekwensi jantung - Kontrol lingkungan
 Perubahan yang dapat
frekwensi mempengaruhi nyeri
pernapasan seperti suhu ruangan,
 Laporan isyarat pencahayaan dan
 Diaforesis kebisingan
 Perilaku distraksi - Kurangi faktor
(mis,berjaIan presipitasi nyeri Pilih
mondar-mandir dan lakukan
mencari orang lain penanganan nyeri
dan atau aktivitas (farmakologi, non
lain, aktivitas farmakologi dan inter
yang berulang) personal)
 Mengekspresikan - Kaji tipe dan sumber
perilaku (mis, nyeri untuk
gelisah, merengek, menentukan intervensi
menangis) - Ajarkan tentang teknik
 Masker wajah non farmakologi
(mis, mata kurang - Berikan anaIgetik
bercahaya, tampak untuk mengurangi
kacau, gerakan nyeri
mata berpencar - Evaluasi keefektifan
atau tetap pada kontrol nyeri
satu fokus - Tingkatkan istirahat
meringis) - Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
 Sikap melindungi
dan tindakan nyeri
area nyeri Fokus
tidak berhasil Monitor
menyempit (mis,
penerimaan pasien
gangguan
tentang manajemen
persepsi nyeri,
nyeri
hambatan proses
berfikir,
penurunan Analgesic
interaksi dengan Administration
- Tentukan lokasi,
orang dan
karakteristik, kualitas,
lingkungan)
dan derajat nyeri
 Indikasi nyeri
sebelum pemberian
yang dapat
obat
diamati
- Cek instruksi dokter
 Perubahan posisi tentang jenis obat,
untuk
dosis, dan frekuensi
menghindari nyeri
- Cek riwayat alergi
 Sikap tubuh Pilih analgesik yang
melindungi diperlukan atau
 Dilatasi pupil kombinasi dari
 Melaporkan nyeri analgesik ketika
secara verbal pemberian lebih dari

14
 Gangguan tidur satu
- Tentukan pilihan
Faktor Yang analgesik tergantung
Berhubungan : tipe dan beratnya nyeri
 Agen cedera (mis, - Tentukan analgesik
biologis, zat pilihan, rute
kimia, fisik, pemberian, dan dosis
psikologis) optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala

Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

Hambatan mobilitas NOC NIC


fisik Exercise therapy :
 Joint Movement : ambulation
Definisi : Keterbatasan Active - Monitoring vital sign
pada pergerakan fisik  Mobility level sebelum/sesudah
tubuh atau satu atau  Self care : ADLs latihan dan lihat respon
lebih ekstremitas  Transfer performance pasien saat latihan
secara mandiri dan - Konsultasikan dengan
terarah. Kriteria Hasil: terapi fisik tentang
rencana ambulasi
Batasan  Klien meningkat sesuai dengan
Karakteristik : dalam aktivitas fisik kebutuhan
 Mengerti tujuan dan - Bantu klien untuk
 Penurunan waktu peningkatan menggunakan tongkat
reaksi mobilitas saat berjalan dan cegah
 Kesulitan  Memverbalisasikan terhadap cedera
membolak-balik perasaan dalam - Ajarkan pasien atau
posisi meningkatkan tenaga kesehatan lain
tentang teknik ambulasi
 Melakukan kekuatan dan

15
aktivitas lain kemampuan - Kaji kemampuan
sebagai pengganti berpindah pasien dalam mobilisasi
pergerakan  Memperagakan Latih pasien dalam
(mis.,meningkatka penggunaan alat pemenuhan kebutuhan
n perhatian pada  Bantu untuk ADLs secara mandiri
aktivitas orang mobilisasi (walker) sesuai kemampuan
lain, - Dampingi dan Bantu
mengendalikan pasien saat mobilisasi
perilaku, focus dan bantu penuhi
pada kebutuhan ADLs
ketunadayaan/akti pasien.
vitas sebelum - Berikan alat bantu jika
sakit) klien memerlukan.
 Dispnea setelah - Ajarkan pasien
beraktivitas bagaimana merubah
 Perubahan cara posisi dan berikan
berjalan bantuan jika
 Gerakan bergetar diperlukan.
 Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik halus
 Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik kasar
 Keterbatasan
rentang
pergerakan sendi
 Tremor akibat
pergerakan
 Ketidakstabilan
postur
 Pergerakan lambat
 Pergerakan tidak
terkoordinasi

Faktor Yang
Berhubungan :

 Intoleransi
aktivitas
 Perubahan
metabolisme

16
selular
 Ansietas
 Indeks masa tubuh
diatas perentil ke
75 sesuai usia
 Gangguan kognitif
 Konstraktur
 Kepercayaan
budaya tentang
aktivitas sesuai
usia
 Fisik tidak bugar
 Penurunan
ketahanan tubuh
 Penurunan kendali
otot
 Penurunan massa
otot
 Malnutrisi
 Gangguan
muskuloskeletal
 Gangguan
neuromuskular,
Nyeri
 Agens obat
 Penurunan
kekuatan otot
 Kurang
pengetahuan
tentang aktvitas
fisik
 Keadaan mood
depresif
 Keterlambatan
perkembangan
 Ketidaknyamanan
 Disuse, Kaku
sendi
 Kurang dukungan
Iingkungan (mis,
fisik atau sosiaI)
 Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskular
 Kerusakan
integritas struktur

17
tulang
 Program
pembatasan gerak
 Keengganan
memulai
pergerakan
 Gaya hidup
monoton
 Gangguan sensori
perseptual

c. Evaluasi
1) Karakteristik nyeri
2) Pengontrolan nyeri dari klien dengan teknik distraksi relaksasi
3) Peningkatan TTV yang mengindikasikan nyeri
4) Pendapat klien mengenai nyeri yang dirasakn

C. DAFTAR PUSTAKA
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku
Ajar Anatomi Umum. FK UNHAS
Brunner and Suddarth. (2000). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB
Lippincot Company.
Harsono,(2005). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Harsono. (2000). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Judith M. Wilkinson.(2007). Buku saku diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persarafan. Jakarta : EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.

18

Anda mungkin juga menyukai