KONSEP TEORI
1. Anatomi & Fisiologi
1
tulang belakang atau medulla spinalis. Di antara dua tulang punggung
dapat ditemui celah yang disebut foramen intervertebrale.
a. Ligamen dan otot
Untuk memperkuat dan menunjang tugas tulang belakang
dalam menyangga berat badan, maka tulang belakang di perkuat oleh
otot dan ligament, antara lain : Ligament:
1) Ligament Intersegmental (menghubungkan seluruh panjang
tulang belakang dari ujung ke ujung):
a) Ligament Longitudinalis Anterior
b) Ligament Longitudinalis Posterior
c) Ligament praspinosum
2) Ligament Intrasegmental (Menghubungkan satu ruas tulang
belakang ke ruas yang berdekatan)
a) Ligamentum Intertransversum
b) Ligamentum flavum
c) Ligamentum Interspinosum
3) Ligamentum-ligamentum yang memperkuat hubungan di antara
tulang occipitalis dengan vertebra CI dengan C2, dan
ligamentum sacroilliaca di antara tulang sacrum dengan tulang
pinggul Otot-otot:
a) Otot-otot dinding perut
b) Otot-otot extensor tulang punggung
c) Otot gluteus maximus
d) Otot Flexor paha ( illopsoas )
e) Otot hamstrings
2
Tulang vertebrae terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang
servikal, 12 buah tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah
tulang sacral. Tulang servikal, torakal dan lumbal masih tetap
dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sacral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu
tulang sakrum dan koksigeus. Diskus intervertebrale merupakan
penghubung antara dua korpus vertebrae. Sistem otot ligamentum
membentuk jajaran barisan (aligment) tulang belakang dan
memungkinkan mobilitas vertebrae.
3
bawah dari prosesus transverses terdapat fasies artikularis
vertebrae dengan vertebrae yang lainnya. Arah permukaan facet
joint mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah dengan
permukaan facet joint.
4
Ligamentum spinalis berjalan longitudinal sepanjang tulang
vertebrae. Ligamentum ini berfungsi membatasi gerak pada arah
tertentu dan mencegah robekan. Diskus intervebralis dikelilingi
oleh ligamentum anterior dan ligamnetum posterior. Ligamentum
longitudinal anterior berjalan di bagian anterior corpus vertebrae,
besar dan kuat, berfungsi sebagai alat pelengkap penguat antara
vertebrae yang satu dengan yang lainnya. ligamentum longitudinal
posterior berjalan di bagian posterior corpus vertebrae, yang juga
turut memebntuk permukaan anterior kanalis spinalis. Ligamentum
tersebut melekat sepanjang kolumna vertebralis, sampai di daerah
lumbal yaitu setinggi L 1, secara progresif mengecil, maka ketika
mencapai L 5 sacrum ligamentum tersebut tinggal sebagian
lebarnya, yang secara fungsional potensiil mengalami kerusakan.
Ligamentum yang mengecil ini secara fisiologis merupakan titik
lemah dimana gaya statistik bekerja dan dimana gerakan spinal
yang terbesar terjadi, disitulah mudah terjadi cidera kinetik.
5
2. Definisi
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah
lumbasakral dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai
penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2010)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual maupun
potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien dengan nyeri adalah
bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya
pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan
pengobatan medis walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba
dan dapat menjadi kronik pada masalah kehidupan seperti
fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan
regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada
tulang belakang (Brunner, 2012).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai
masalah pada muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral
akut,ketidakmampuan ligamen lumbosacral,kelemahan
otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter vertebra
dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang
biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau
tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
6
3. Etiologi
a. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan
sekunder.
1) Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
2) Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis, stenosis spinal, osteoartritis.
b. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
c. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
d. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
e. Kegemukan.
f. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
g. Keseleo.
3) Terlalu lama pada getaran.
h. Gaya berjalan.
i. Merokok.
j. Duduk terlalu lama.
k. Kurang latihan (oleh raga).
l. Depresi /stress.
m. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
7
c. Nyeri.
1) Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
2) Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
3) Nyeri otot dalam.
4) Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
5) Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
6) Nyeri pada pertengahan bokong.
7) Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
5. Epidemiologi
World Health Organization (WHO) tahun 2011, melaporkan
bahwa sekitar 80% orang yang menderita LBP. Low Back Pain
menjadi perhatian dan dianggap sebagai salah satu masalah yang
cukup besar karena mempengaruhi sektor industri sehingga
berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi negara terutama di
negara barat (Dagenais, 2008). Kasus LBP pada usia 18-56 tahun
terdapat lebih dari 500.000 di Amerika, persentase LBP mengalami
kenaikan sebanyak 59% dalam kurun waktu 5 tahun. Sekitar 80%-
90% kasus LBP dapat sembu dengan spontan dalam waktu sekitar 2
minggu (Wheeler, 2013).
Kasus nyeri yang paling banyak ditemui di rumah sakit adalah
Nyeri Punggung Bawah (NPB) atau Low Back Pain (LBP) (Bull,
2007). Jumlah penderita LBP di rumah sakit daerah Jakarta,
Yogyakarta dan Semarang sekitar 5,4% sampai 5,8 % dan frekuensi
meningkat pada usia 45-65 tahun (Lubis, 2003). Data Perhimpunan
Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI) tahun 2002, terdapat
4.456 orang mengalami nyeri, ditemukan sekitar 819 orang (35,86%)
mengeluhkan nyeri punggung bawah, sedangkan sekitar 1.598 orang
menderita nyeri kepala, sehingga dapat disimpulkan bahwa LBP
menempati peringkat kedua dalam kasus nyeri.
8
6. Patofisiologi
a. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah
adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian
fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis,
fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor
yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi).
Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan,
dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan
substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri.,
hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan
untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah
satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat
adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini
menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik
picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri.
Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan
akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber
nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit
dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi
nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi
menyebabkan hiperalgesia.
b. Mekanisme Nyeri Neurepatik Pada LBP
Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau
disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf.
Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa
penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus
Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan
artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya
penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya.
9
7. Diagnosa Medik
a. Sinar X vertebra ; mungkin memperlihatkan adanya fraktur,
dislokasi, infeksi, osteoartritis atau scoliosis.
b. Computed tomografhy ( CT ) : berguna untuk mengetahui penyakit
yangmendasari seperti adanya lesi jaringan lunak tersembunyi
disekitar kolumna vertebralis dan masalah diskus intervertebralis.
c. Ultrasonography : dapat membantu mendiagnosa penyempitan
kanalis spinalis.
d. Magneting resonance imaging ( MRI ) : memungkinkan visualisasi
sifat dan lokasi patologi tulang belakang.
e. Meilogram dan discogram : untuk mengetahui diskus yang
mengalami degenerasi atau protrusi diskus.
f. Venogram efidural : Digunakan untuk mengkaji penyakit diskus
lumbalis dengan memperlihatkan adanya pergeseran vena efidural.
g. Elektromiogram (EMG) : digunakan untuk mengevaluasi penyakit
serabut syaraf tulang belakang ( Radikulopati )
8. Penatalaksanan
a. Penatalaksanaan Keperawatan.
Informasi dan edukasi.
Pada NPB akut: Imobilisasi (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas
termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi
tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung
kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur,
modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional,
pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas
10
b. Medis
1) Formakoterapi
a) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid)
untuk nyeri radikuler
b) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin)
antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau
sangat diperlukan)
2) Invasif non bedah
a) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
b) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik
punggung bawah yang intractable)
3) Bedah
HNP, indikasi operasi :
a) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
b) Defisit neurologik memburuk.
c) Sindroma kauda.
d) Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
e) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.
11
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan
dalam berjalan.
2. Eliminasi
Gejala: mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
3. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah
pekerjaan, finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang
terdekat
4. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania,
nyeri tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri
(sensori)
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk
dengan adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat
defekasi, mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak
ada hentinya atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara
interminten; nyeri menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau
bahu/lengan; kaku pada leher (servikal). Terdengar adanya suara
“krek” saat nyeri baru timbul/saat trauma atau merasa “punggung
patah”, keterbatasan untuk mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang
terkena, perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-
pincang, pinggang terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri
pada palpasi.
6. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
7. Penyuluhan dan pembelajaran
8. Gejala: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
12
Pertimbangan : DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
b. Diagnosa Keperawatn
1. Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskuloskeletal dan
system syaraf vaskuler
2. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal,
kekakuan sendi atau kontraktur
13
frekwensi jantung - Kontrol lingkungan
Perubahan yang dapat
frekwensi mempengaruhi nyeri
pernapasan seperti suhu ruangan,
Laporan isyarat pencahayaan dan
Diaforesis kebisingan
Perilaku distraksi - Kurangi faktor
(mis,berjaIan presipitasi nyeri Pilih
mondar-mandir dan lakukan
mencari orang lain penanganan nyeri
dan atau aktivitas (farmakologi, non
lain, aktivitas farmakologi dan inter
yang berulang) personal)
Mengekspresikan - Kaji tipe dan sumber
perilaku (mis, nyeri untuk
gelisah, merengek, menentukan intervensi
menangis) - Ajarkan tentang teknik
Masker wajah non farmakologi
(mis, mata kurang - Berikan anaIgetik
bercahaya, tampak untuk mengurangi
kacau, gerakan nyeri
mata berpencar - Evaluasi keefektifan
atau tetap pada kontrol nyeri
satu fokus - Tingkatkan istirahat
meringis) - Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
Sikap melindungi
dan tindakan nyeri
area nyeri Fokus
tidak berhasil Monitor
menyempit (mis,
penerimaan pasien
gangguan
tentang manajemen
persepsi nyeri,
nyeri
hambatan proses
berfikir,
penurunan Analgesic
interaksi dengan Administration
- Tentukan lokasi,
orang dan
karakteristik, kualitas,
lingkungan)
dan derajat nyeri
Indikasi nyeri
sebelum pemberian
yang dapat
obat
diamati
- Cek instruksi dokter
Perubahan posisi tentang jenis obat,
untuk
dosis, dan frekuensi
menghindari nyeri
- Cek riwayat alergi
Sikap tubuh Pilih analgesik yang
melindungi diperlukan atau
Dilatasi pupil kombinasi dari
Melaporkan nyeri analgesik ketika
secara verbal pemberian lebih dari
14
Gangguan tidur satu
- Tentukan pilihan
Faktor Yang analgesik tergantung
Berhubungan : tipe dan beratnya nyeri
Agen cedera (mis, - Tentukan analgesik
biologis, zat pilihan, rute
kimia, fisik, pemberian, dan dosis
psikologis) optimal
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
15
aktivitas lain kemampuan - Kaji kemampuan
sebagai pengganti berpindah pasien dalam mobilisasi
pergerakan Memperagakan Latih pasien dalam
(mis.,meningkatka penggunaan alat pemenuhan kebutuhan
n perhatian pada Bantu untuk ADLs secara mandiri
aktivitas orang mobilisasi (walker) sesuai kemampuan
lain, - Dampingi dan Bantu
mengendalikan pasien saat mobilisasi
perilaku, focus dan bantu penuhi
pada kebutuhan ADLs
ketunadayaan/akti pasien.
vitas sebelum - Berikan alat bantu jika
sakit) klien memerlukan.
Dispnea setelah - Ajarkan pasien
beraktivitas bagaimana merubah
Perubahan cara posisi dan berikan
berjalan bantuan jika
Gerakan bergetar diperlukan.
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik halus
Keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik kasar
Keterbatasan
rentang
pergerakan sendi
Tremor akibat
pergerakan
Ketidakstabilan
postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak
terkoordinasi
Faktor Yang
Berhubungan :
Intoleransi
aktivitas
Perubahan
metabolisme
16
selular
Ansietas
Indeks masa tubuh
diatas perentil ke
75 sesuai usia
Gangguan kognitif
Konstraktur
Kepercayaan
budaya tentang
aktivitas sesuai
usia
Fisik tidak bugar
Penurunan
ketahanan tubuh
Penurunan kendali
otot
Penurunan massa
otot
Malnutrisi
Gangguan
muskuloskeletal
Gangguan
neuromuskular,
Nyeri
Agens obat
Penurunan
kekuatan otot
Kurang
pengetahuan
tentang aktvitas
fisik
Keadaan mood
depresif
Keterlambatan
perkembangan
Ketidaknyamanan
Disuse, Kaku
sendi
Kurang dukungan
Iingkungan (mis,
fisik atau sosiaI)
Keterbatasan
ketahanan
kardiovaskular
Kerusakan
integritas struktur
17
tulang
Program
pembatasan gerak
Keengganan
memulai
pergerakan
Gaya hidup
monoton
Gangguan sensori
perseptual
c. Evaluasi
1) Karakteristik nyeri
2) Pengontrolan nyeri dari klien dengan teknik distraksi relaksasi
3) Peningkatan TTV yang mengindikasikan nyeri
4) Pendapat klien mengenai nyeri yang dirasakn
C. DAFTAR PUSTAKA
Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2009. Buku
Ajar Anatomi Umum. FK UNHAS
Brunner and Suddarth. (2000). Medical Surgical Nursing. Philadelphia: JB
Lippincot Company.
Harsono,(2005). Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Harsono. (2000). Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi 1. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Judith M. Wilkinson.(2007). Buku saku diagnosis keperawatan dengan
intervensi NIC dan kriteria hasil NOC ed. 7. Jakarta : EGC
Muttaqin, Arief. (2013). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan
sistem persarafan. Jakarta : EGC
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
18