MALNUTRISI
Oleh:
AGIETA SUNDARI
(113063J118001)
E. Pengertian Malnutrisi
Malnutrisi energy-protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Malnutrisi adalah keadaan terang gizi
yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam keadaan
sehari-hari sehingga tidak memenuhi dalam angka kecukupan gizi. (Depkes
RI, 1999).
F. Etiologi
1. Penyebab langsung:
a. Kurangnya asupan makanan: Kurangnya asupan makanan sendiri
dapat disebabkan oleh kurangnya jumlah makanan yang diberikan,
kurangnya kualitas makanan yang diberikan dan cara pemberian
makanan yang salah.
b. Adanya penyakit: Terutama penyakit infeksi, mempengaruhi jumlah
asupan makanan dan penggunaan nutrien oleh tubuh. Infeksi apapun
dapat memperburuk keadaan gizi, malnutrisi walaupun masih ringan
mempunyai pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.
2. Penyebab tidak langsung
a. Kurangnya ketahanan pangan keluarga: Keterbatasan keluarga untuk
menghasilkan atau mendapatkan makanan. Penyakit kemiskinan
malnutrisi merupakan problem bagi golongan bawah masyarakat
tersebut.
b. Kualitas perawatan ibu dan anak.
c. Buruknya pelayanan kesehatan.
d. Sanitasi lingkungan yang kurang.
e. Faktor Keadaan Penduduk
Dalam World Food Conference di Roma dikemukakan bahwa kepadatan
jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan tambahnya
persediaan bahan makanan setempat yang memadai merupakan sebab
utama krisis pangan. Ms. Lorent memperkirakan bahwa marasmus
terdapat dalam jumlah yang banyak jika suatu daerah terlalu padat
daerahnya dengan hygiene yang buruk.(Iskandar, 2002)
3. Patofisiologi
Sebenarnya malnutrisi merupakan suatu sindrom yang terjadi
akibat banyak faktor. Faktor-faktor ini dapat digolong-kan atas tiga faktor
penting yaitu : tubuh sendiri (host), agent (kuman penyebab), environment
(lingkungan). Memang faktor diet (makanan) memegang peranan penting
tetapi faktor lain ikut menentukan.
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mem-pergunakan karbohidrat, protein dan
lemak merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan; karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan
tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk
menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah
dapat terjadi kekurangan. Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah
beberapa jam dengan menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi
karbohidrat di hepar dan di ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah
jadi asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan
asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari
tubuh. Pada Malnutrisi, di dalam tubuh sudah tidak ada lagi cadangan
makanan untuk digunakan sebagai sumber energi. Sehingga tubuh akan
mengalami defisiensi nutrisi yang sangat berlebihan dan akan
mengakibatkan kematian.
4. Pathway
5. Klasifikasi
a. Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan
protein dalam makanan akan mengakibatkan kekurangan asam amino
essensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan
metabolisme terutama sebagai pertumbuhan dan perbaikan sel, makin
berkurangnya asam amino dalam serum menyebabkan berkurangnya
produksi albumin oleh hati. Kulit akan tampak bersisik dan kering
karena depigmentasi. Anak dapat mengalami gangguan pada mata
karena kekurangan vitamin A. Kekurangan mineral khususnya besi,
kalsium dan seng
b. Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekuranga
kalori dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan,
terutama lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua.
6. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala dari malnutrisi adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan dan kekurangan energy
b. Pusing
c. Sistem kekebalan tubuh yang rendah (yang mengakibatkan tubuh
kesulitan untuk melawan infeksi)
d. Kulit yang kering dan bersisik
e. Gusi bengkak dan berdarah
f. Gigi yang membusuk
g. Sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat
h. Berat badan kurang
i. Pertumbuhan yang lambat
j. Kelemahan pada otot
k. Perut kembung
l. Tulang yang mudah patah
m. Terdapat masalah pada fungsi organ tubuh
7. Komplikasi
a. Kwashiorkor; diare, infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang,
hipokalemi dan hipernatremi.
b. Marasmus; infeksi, tuberculosis, parasitosis, disentri, malnutrisi
kronik, gangguan tumbuh kembang.
8. Pencegahan
Beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
a. Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6
bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan
sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu
disapih setelah berumur 2 tahun.
b. Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya:
untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan,
sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.
c. Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar
di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
d. Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa
ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus
diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
e. Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera
berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula.
Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber
kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak.
Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya.
Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada
kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan
kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan
sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah
intelegensia di kemudian hari.
9. Penatalaksanaan
a. Diit tinggi kalori, protein, mineral, dan vitamin
b. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
c. Penanganan diare bila ada; cairan, antidiare, dan antibiotic
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen. Elektrolit,
Hb, Ht, transferin
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Keluhan Utama
b. Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak
pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan
terjadinya gangguan kekurangan gizi.
c. Riwayat Keperawatan Sekarang
d. Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,
hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola
kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,
kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data
fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam
waktu relatif lama).
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.
g. Pengkajian Fisik
Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan
rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga,
fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan,
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga
tentang penyakit klien dan lain-lain.Pengkajian secara umum
dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum
dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada,
abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan Marasmik-Kwashiorkor adalah
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas
dan tebal lipatan kulit). Tanda dan gejala yang mungkin didapatkan
adalah:
a. Penurunan ukuran antropometri
b. Perubahan rambut (defigmentasi, kusam, kering, halus, jarang dan
mudah dicabut)
c. Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema
palpebra
d. Tanda-tanda gangguan sistem pernapasan (batuk, sesak, ronchi,
retraksi otot intercostal)
e. Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bising usus dapat
meningkat bila terjadi diare.
f. Edema tungkai
g. Kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy pavement
dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,
fosa popliteal, lulut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium; albumin, creatinine dan nitrogen.
Elektrolit, Hb, Ht, transferrin
3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
b. Kekurangan volume cairan b/d penurunan asupan peroral dan
peningkatan kehilangan akibat diare.
c. Gangguan integritas kulit b/d tidak adanya kandungan makanan yang
cukup
d. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d asupan kalori dan
protein yang tidak adekuat dan proses penyakit kwashiokor dan
marasmus.
e. Kurangnya pengetahuan b/d tidak tahu memberikan intake nutrisi yang
adekuat pada anak
4. Intervensi Keperawatan