Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Iklan Rokok di indonesia sudah tidak asing lagi bagi Remaja, banyaknya

Iklan Rokok yang terpaparkan di hampir seluruh indonesia termaksud kota

palu,namun akhir-akhir ini telah muncul peraturan iklan rokok seperti iklan

rokok luar ruang (billboard) yang luasnya tidak boleh melebihi 73 meret

persegi. Iklan rokok juga tidak boleh di paparkan di Kawasan Tanpa Rokok

(KTR) atau di jalan protokol, paparan iklan juga harus di letakan sejajar bahu

jalan tidak boleh melintang, sedangkan di media cetak iklan rokok tidak boleh

di letakan di sampul depan dan belakang surat kabar.

Rokok biasanya di jual dalam kemasan berbentuk kotak atau dalam

kemasan kertas yang dengan mudah di masukan ke dalam saku celana, di tahun

tahun terakhir, kemasan rokok tersebut juga di sertai dengan pesan keseharan

dan gambar penyakit yang di timbulkan rokok, seperti kangker, serangan

jantung, gangguan kehamilan dan lainya (walaupun seperti itu pasan kesehatan

tersebut masih saja di abaikan).

Sejarah manusia yang merokok di dunia pertama kali adalah suku indian

di Amerika, untuk memuja dewa atau roh. Pada abat ke 16, setelah bangsa

Eropa menemukan benua Amerika, separuh penjelajah Eropa itu ikut mencoba-

coba merasakan rokok lalu Bangsa eropa membawa tembakau ke Eropa. Lalu

kebiasaan merokok mulai muncul di kalangan eropa. Namun berbeda dengan

1
suku indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa merokok hanya

menjadi kesenangan semata.

Rokok merupakan produk hasil olahan tembakau yang menarik untuk

didiskusikan karena terdapat pro dan kontra didalamnya khususnya jika

dipandang dari aspek kesehatan dan ekonomi. Dari aspek kesehatan, terdapat

golongan yang bependapat bahwa merokok berbahaya bagi kesehatan baik bagi

perokok aktif maupun pasif karena mengandung banyak zat beracun di

dalamnya. Menurut (Kemenkes 2013), sangan banyak artikel ilmiah yang

membuktikan ada hubungan sederhana antara pengguna rokok dengan

muncuknya banyak penyakit yang di timbulkan rokok seperti kanker, penyakit

jantung, gangguan kehamilan dan lainya. hal ini tdk di henrankan lagi karena

banyaknya zat berbahaya yang terkandung di dalam rokok yang lebih dari 4000

bahan kimia toksik dan 43 bahan penyebab kanker(karsinogenik)

Berdasarkan hasil Riset Ksesehatan dasar (RIKESDAS) 2018,data

perokok setiap hari di Indonesia terbanyak berada di Jawa Barat 32%,

sedangkan Sulawesi Tengah berada 30% di urutan ke 6 di Indonesia tidak

menutup kemungkinan Sulawesi Tengah jumlah perokoknya sedikit di ketahui

perbedaan hanya 2% (Rikesdas, 2018)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan

permasalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana dampak iklan rokok terhadap Remaja dan bagaimana tingkat

minat beli konsumen terhadap rokok.

2
C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui dampak terpaan iklan terhadap Remaja dan tingkat minat beli

Remaja terhadap rokok.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak

diantaranya

1. Bagi penulis diharapkan dapat memperdalam ilmu pemasaran khusunya

tentang periklanan dan perilaku masyarakat melalui kajian di lapangan.

2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan menjadi referensi untuk

pengembangan penelitian berikutnya khususnya yang berkaitan dengan

periklanan dan perilaku masyarakat.

3. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam

mengevaluasi peraturan iklan rokok dalam rangka pengendalian konsumsi

rokok. Bagi produsen rokok, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

acuan dalam mengevaluasi iklan yang sudah dilakukan dalam upayanya

menarik perhatian masyarakat.

4. Bagi Remaja sebagai informasi dan menambah pengetahuan masyarakat

tentang iklan bahaya rokok

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Iklan

Iklan dan pemberitaan memegang peran terpenting dalam tahap

pembangunan kesadaran (Kotler 2009). Iklan ditujukan untuk mempengaruhi

afeksi dan kognisi konsumen, perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan,

sikap, dan citra yang berkaitan dengan produk dan merek (Durianto, 2011).

Daya tarik Iklan merupakan sifat yang dimiliki seseorang yang dapat

menimbulkan rasa ketertarikan dirinya terhadap iklan yang ditayangkan

(Sukmawati, 2012).

Suatu merek dapat menjadi wahana ataupun sarana untuk bertemu

dengan orang lain, membangun relationship, dan menemukan orang-orang

yang memiliki satu minat dimana konsumen saling berinteraksi (Yuswohady,

2010). Komunitas semakin penting dalam bisnis, kita bisa melihatnya melalui

fenomena customercentric, di mana perusahaan memusatkan fokus pada

kebutuhan konsumen. Oleh sebab itu sebuah komunitas adalah penting karena

itu merupakan bagian dari konsumen. Menurut (Ferrinadewi 2008) Konsep

komunitas merek diciptakan 4 oleh perusahaan, didesain dan dikendalikan

untuk menjadi alat word of mouth yang efektif. Menurut penelitian

(Octaviasari 2011), dari suatu komunitas biasanya akan timbul suatu

komunikasi antar konsumen yang dapat membangun komunikasi horizontal

antarmereka secara otomatis tanpa keterlibatan pemilik merek. Biasanya yang

diperbincangkan secara antusias oleh konsumen itu merupakan suatu produk

4
yang nantinya akan berakibat pada peningkatan brand awareness yang

berujung pada penjualan.

Sebuah merek yang sudah dikenal dan dipahami oleh para konsumen,

harus membuat suatu event yang akan mengaktivasi brand sehingga

meningkatkan kesadaran untuk mencoba atau membeli. Salah satu bentuk

strategi adalah mempergunakan trend baru dengan mengaktivasi brand sebuah

perusahaan, yang disebut dengan brand activation. Menurut (Shimp, 2003),

brand activation adalah salah satu bentuk promosi merek yang mendekatkan

dan membangun interaksi merek dengan penggunaannya melalui aktivitas

pertandingan olahraga, hiburan, kebudayaan, sosial atau aktivitas publik yang

menarik perhatian lainnya. Aktivitas menarik pelanggan baru terdiri dari sub

aktivitas meningkatkan brand awareness, memperjelas identitas merek, dan

meyakinkan pelanggan bahwa produk/layanan yang ditawarkan memiliki nilai

yang tinggi (Soehadi, 2006).

Suatu perusahaan memiliki produk dengan awareness yang kuat maka

perusahaan tersebut dapat mempertahankan kelangsungan hidup merek

didalam persaingan yang ketat karena produk yang dimiliki perusahaan unik

dan memiliki nilai tambah bagi konsumennya. Brand awareness menjadi salah

satu faktor yang menentukan pencapaian keberhasilan suatu usaha, dengan

selalu diingatnya merek tersebut oleh konsumen. Upaya memenuhi kebutuhan

konsumen dalam pencapaian tingkat top of mind agar konsumen dapat

melakukan sikap terhadap merek bukanlah hal yang mudah, karena banyak

faktor yang mempengaruhinya.

5
Terpaan iklan yang semakin beragam baik melalui televisi, advertising,

baliho, spanduk hingga sampai ke benner menjadikan perhatian bagi

perusahaan untuk selalu melakukan propaganda promosi produk yang

dihasilkan kepada masyarakat untuk menumbuhkan rasa ingat akan merk

produknya.

Dampak efektif dari terpaan iklan yang berulang kali tersebut yaitu:

memperoleh perhatian dan pengalaman dari individu penerima yang terkena

terpaan pesan iklan tersebut, serta terbuka menerima pesan-pesan yang

disampaikannya. Terpaan media atau media exposure lebih lengkap dari pada

akses. Terpaan tidak hanya menyangkut apakah seseorang itu benar-benar

terbuka dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh media tersebut. Terpaan

merupakan kegiatan mendengar, melihat dan membaca pesan-pesan media

massa ataupun mempunyai pengalaman dan perhatian terhadap pesan tersebut

yang dapat terjadi pada individu maupun kelompok.

efek terpaan pesan iklan dapat diklasifikasikan menjadi tiga menurut

kadarnya, yakni dampak kognitif, 17 dampak afektif dan dampak behavioral.

Dampak Kognitif adalah Dampak yang timbul pada komunikan yang

menyebabkan dia menjadi tahu atau meningkatkan intelektualitasnya. Disini

pesan disampaikan komunikator ditujukan kepada pikiran konsumen. Dampak

afektif lebih tinggi kadarnya daripada kognitif. Disini tujuan komunikator

bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya yaitu

menimbulkan perasaan tertentu sedangkan dampak behavioral dampak yang

6
timbul pada komunikasn dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

Seperti perilaku membeli, tindakan sosial ( Effendi, 2009).

(Kotler, 2008) menyatakan bahwa terpaan iklan terjadi ketika sebuah

iklan mampu mempengaruhi audience untuk melakukan pembelian yang

berulang dan tentunya diharapkan prospek bagi perusahaan. Seberapa sering

iklan dapat dilihat, dibaca, dan didengar, dan seberapa besar intensitas

audience memahami pesan yang disampaikan dalam iklan, serta dan seberapa

lama durasi audience memperhatikan iklan, suatu iklan dilihat dan dibaca, ini

semua ditentukan oleh frekuensi dari terpaan iklan itu sendiri.

Meskipun hanya sekali orang memperhatikan iklan dan hanya sekilias

atau tidak harus seseorang memperhatikan iklan dari awal hingga akhir dan

berulang seseorang melihat suatu iklan, dia akan ingat merk produk (William

Wells, 2009). Hal ini diartikan meskipun semakin sering seseorang diterpa

sebuah iklan, maka belum tentu seseorang mengingat iklan tersebut, bahkan

sebaliknya meskipun dia hanya melihat 18 sekilas, tapi dia langsung sangat

mengenal merk produk yang ditampilkan melalui iklan tersebut.

B. Minat Beli

Minat merupakan salah satu aspek psikologis yang mempunyai pengaruh

cukup besar terhadap perilaku dan minat juga merupakan sumber motivasi

yang akan mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka

lakukan. Pemahamam terhadap perilaku konsumen tidak lepas dari minat

membeli, karena minat membeli merupakan salah satu tahap yang pada subyek

sebelum mengambil keputusan untuk membeli. Menurut (Kotler, 2009) minat

7
beli konsumen adalah sesuatu yang timbul setelah menerima rangsangan dari

produk yang dilihatnya, dari sana timbul ketertarikan untuk mencoba produk

tersebut sampai pada akhirnya timbul keinginan untuk membeli agar dapat

memilikinya.

Definisi yang hampir sama disampaikan (Durianto, 2011) bahwa minat

beli adalah keinginan untuk memiliki produk yang timbul apabila seseorang

konsumen sudah terpengaruh terhadap mutu dan kualitas suatu produk dan

informasi seputar produk (misal: harga, cara membeli, kelemahan dan

keunggulan produk dibandingkan produk lain).

Definisi minat beli yang dikemukakan (Kotler, 2009) dan (Durianto,

2011) menekankan bahwa minat beli konsumen terhadap suatu produk muncul

setelah adanya rangsangan dari produk itu sendiri dengan berbagai atributnya.

Menurut (Simamora, 2011), minat beli tidak hanya munculkarena dari atribut

produk itu sendiri tetapi juga berasal dari kebutuhan dan kemampuan

konsumen serta pengaruh orang lain. (Simamora, 2011) mengatakan bahwa

“minat beli (niat beli) terhadap suatu produk timbul karena adanya dasar

kepercayaan terhadap produk yang diiringi dengan kemampuan membeli.

Selain itu, niat beli terhadap suatu produk juga dapat terjadi dengan adanya

pengaruh dari orang lain yang dipercaya oleh calon konsumen. Niat beli juga

dapat timbul apabila seorang konsumen merasa sangat terpengaruh

terhadapberbagai informasi seputar produk yang diperoleh melalui iklan,

pengalaman orang lain yang menggunakannya, dan kebutuhan mendesak

terhadap produk”.

8
Menurut (Ing Wu dan Ling Chang, 2016) bahwa Konsumen yang

menunjukkan niat pembelian positif akan mengarah ke komitmen yang positif

(komitmen adalah keinginan konsumen untuk mempertahankan hubungan

penting dengan produsen dan akan meningkatkan kemungkinan perilaku

pembelian produk oleh konsumen).

Minat beli merupakan kecenderungan konsumen untuk membeli suatu

merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang

diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Assael,

2001).

Sedangkan definisi minat beli menurut (Thamrin, 2003) adalah

merupakan bagian dari komponen perilaku konsumen dalam sikap

mengkonsumsi, kecenderungan responden untuk bertindak sebelum keputusan

membeli benar - benar dilaksanakan.

Pengertian minat beli menurut (Durianto dan Liana, 2004) adalah minat

beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana konsumen untuk

membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk yang dibutuhkan

pada periode tertentu.

Menurut (Basrah dan Samsul, 2012) minat beli dapat diidentifikasi

melalui indikator-indikator sebagai berikut:

a. Awarness (kesadaran), yaitu timbulnya perhatian konsumen terhadap

suatu usaha pemasaran yang diberikan oleh pemasar.

b. Interest (Minat), yaitu munculnya minat beli konsumen tertarik

terhadap objek yang dikenalkan oleh suatu pemasar.

9
c. Desire (Keinginan), yaitu setelah merasa tertarik, timbul hasrat atau

keinginan untuk memiliki objek tersebut.

C. Pengertian Rokok

Rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus di dalam kertas

rokok yang digunakan dengan cara dibakar pada ujungnya. Rokok sendiri

meliputi kretek dan rokok putih yang berasal dari tanaman Nicotianatabacum,

Nicotianarustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang mengandung nikotin

dan tar dengan atau tanpa bahan. Rokok sendiri memiliki berbagai kandungan

kimia (Horax, 2017).

Rokok merupakan jenis barang yang mengandung zat adiktif. Zat adiktif

adalah zat atau obat yang memberikan ketagihan atau kecanduan bagi yang

memakainya dan dapat menimbulkan ketergantungan fisik yang kuat dan

ketergantungan psikologis yang panjang (drug dependence). Kecanduan adalah

suatu keadaan fisik maupun psikologis seseorang yang mengakibatkan badan

dan jiwa selalu memerlukan obat tersebut untuk dapat berfungsi normal. Jadi

orang yang mengalami kecanduan rokok, sulit untuk menghentikan kebiasaan

tersebut (Baridwan, 2017).

Sekitar 1 milyar laki-laki di dunia adalah perokok, 35% diantaranya dari

negara maju dan 50% lainnya dari negara berkembang. Rata-rata 435.000

penduduk di Amerika Serikat meninggal akibat penyakit penyakit terkait

kebiasaan merokok tiap tahunnya, menyebabkan 1 dari 5 kematian (Rahmadi,

2013).

10
Indonesia sebagai negara terbesar ketiga didunia dengan persentase

perokok berat terbanyak setelah Cina dan India. Bahkan Indonesia mendapat

penghargaan Asthray Award atau negara keranjang nikotin (Fatonah, 2016).

World Health Organization (WHO) mencatat saat ini 36% penduduk

Indonesia merokok, atau lebih dari 60 juta orang. WHO juga memperkirakan

jumlah perokok di Indonesia tahun 2025 akan meningkat menjadi 90 juta

orang, atau 45% dari jumlah populasi (Larasati, 2016).

Proporsi penduduk Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun yang

merokok cenderung meningkat, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) 2007 sebesar 34,2 persen, Riskesdas 2010 sebesar 34,7 persendan

Riskesdas 2013 menjadi 36,3 persen.Proporsi terbanyak perokok aktif setiap

hari pada umur 30-34 tahun sebesar 33,4 persen, umur 35-39 tahun 32,2

persen, sedangkan proporsi perokok setiap hari pada laki-laki lebih banyak di

bandingkan perokok perempuan (47,5% banding 1,1%) (Fatonah, 2016).

Perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi

penurunan dari 2007 ke 2013, cenderung meningkat dari 34,2 persen tahun

2007 menjadi 36,3 persen tahun 2013. 64,9 persen laki-laki dan 2,1 persen

perempuan masih menghisap rokok tahun 2013 (Riskesdas, 2013).

Menurut data WHO, lebih dari satu milyar orang di dunia menggunakan

dan menyebabkan kematian lebih dari 5 juta orang setiap tahunnya.

Diperkirakan sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat yang tinggal di

negara dengan berpenghasilan rendah dan menengah termasuk Indonesia

(Fatonah, 2016).

11
Berdasarkan jenis perokok dibedakan menjadi dua yaitu perokok aktif

dan perokok pasif. Perokok aktif adalah seseorang yang rutin menghisap rokok

setiap harinya, sementara perokok pasif sebenarnya bukanlah seorang perokok

melainkan orang yang berada didekat perokok, sehingga secara tidak langsung

asap yang dikeluarkan oleh perokok terhirup juga olehnya (Syamsuddin, 2014).

Seperti yang telah ita ketahui bahwa asap rokok memiliki Sifat yang berbahaya

bagi orang yang meng-hisapnya, karena asap rokok mengandung nikotin dan

tar yang dapat menyebabkan kecanduan dan dapat menyebabkan terjadinya

kanker paru-paru.

Dari penelitian telah diketahui bahwa orang yang berperan sebagai

perokok pasif (orang bukan perokok yang menghirup asap rokok) memiliki

resiko yang lebih besar mengalami gangguan kesehatan akibat rokok daripada

orang yang berperan sebagai perokok aktif (orang yang merokok), dan jika hal

tersebut dikaitkan dengan kondisi perokok yang tidak memperhatikan

kepentingan masyarakat sebagai perokok pasif, maka hal tersebut tentu akan

sangat membahayakan masyarakat yang berada pada lingkungan sekitar

perokok aktif, terutama apabila 4 terdapat anak-anak yang kemungkinan akan

mengalami gangguan pertumbuhan maupun gangguan kesehatan akibat

menghirup asap rokok (Fathurrahman, 2016).

Merokok merupakan faktor resiko terjadinya beberapa jenis penyakit,

baik lokal maupun sistemik salah satunya adalah penyakit ISPA. Tar, nikotin,

dan karbon monoksida merupakan tiga macam bahan kimia yang paling

berbahaya dalam asap rokok (Kusuma, 2017)

12
D. Remaja

Remaja merupakan masa peralihan di mana banyaknya masalah tekanan

dan pencarian jati diri, kemampuan remaja yang mengolah secarah instan dan

mengolah perkembangan yang belum optimal. Oleh karena itu efek dari nikotin

menjadi salah satu pelarian bagi remaja (Liem,2014)

Pada usia remaja sangatlah identik dengan masa pergaulan, pada masa ini

biasanya remaja mulai tidak tergantung pada keluarga sebaiknya lebih memilih

melakukan apa yang remaja inginkan (Durandt, 2015). Dilihat dari sisi biologis

perilaku yaitu suatu kegiatan atau aktifitas sebuah organisme yang saling

bersangkutan. Adanya perilaku dengan hidup sehat dengan tidak merokok,

merokok adalah kebiasaan buruk yang mengakibatkan berbagai macam

penyakit (Notoadmojo, 2014).

Masa remaja atau adolescence merupakan salah satu fase penting bagi

perkembangan pada tahap-tahap kehidupan selanjutnya. Berdasarkan sensus

penduduk tahun 2000, jumlah remaja di Indonesia adalah 62.594.200 jiwa atau

sekitar 30,41 % dari total seluruh penduduk Indonesia (Dirjen P2PL Kemenkes

RI, 2011).

Pada umumnya remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high

curiousity). Remaja cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu

dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain didorong

juga oleh keinginan menjadi seperti orang dewasa menyebabkan remaja ingin

mencoba melakukan apa yang sering dilakukan orang dewasa termasuk yang

berkaitan dengan masalah seksualitas (Azwar A, 2000).

13
Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia.

Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke

masa dewasa yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan

perubahan sosial. Di sebagian besar masyarakat dan budaya masa remaja pada

umumnya dimulai pada usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun

(Notoatdmojo, 2007).

Remaja masih berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.

Remaja memiliki kepribadian yang masih labil dan sedang dalam proses

mencari jati diri untuk membentuk karakter pemanen. Pedidikan pada usia

remaja menjadi momen yang penting dan menentukan karakter seseorang

setelah dewasa. Lingkungan pergaulan di seolah maupun di rumah mempunyai

peluang yang sama kuatnya dalam pengembangan karakter (Alwisol dalam

Mulyatiningsih, 2010).

Ada beberapa tahap perkembangan remaja, yakni meliputi :

Masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun) dan

masa remaja akhir (18- 21 tahun)

14
BAB III

DEFINISI KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variabel

1. Perilaku merokok

Merokok merupakan respon seseorang terhadap rangsangan dari

luar, oleh karena itu perilaku merokok terjadi karena adanya rangsamgan

dari luar, perilaku terjadi karena adanya perangsang dan kemudian di

respon organisme (Notoadmodjo 2010).

Perilaku merokok merupakan perilaku yang melibatkan proses

pembakaran tembakau lalu di hisap asapnya melalui filter rokok atau

pipa rokok (Sitepoe 2012).

Menurut (Sari 2012perilaku merokok adalah melakukan akrifitas

menghisap rokok asap rokok menggunakan filter atau pipa.

Perilaku merokok dapat juga disebut sebagai aktivitas subjek yang

berhubungan dengan perilaku merokoknya, yang diukur melalui, waktu

merokok, dan fungsi merokok dalam kehidupan sehari-hari (Komalasali,

2010).

2. Iklan Rokok

Jenis-jenis iklan rokok di media cetak, media luar ruang, dan

elektronik telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok.

Iklan rokok juga mempunyai tujuan mensponsori hiburan untuk menjual

rokok, dengan tujun untuk mengumpulkan kalangan remaja yang belum

15
merokok untuk mencoba merokok dn setelah mencoba merokok akan

terus berkelamjutan sampai ketagihan.

3. Minat Beli

Minat beli diperoleh melalui proses belajar dan proses pemikiran

yang membentuk persepsi. Minat beli menciptakan suatu motivasi

terhadap pikiran konsumen, yang pada akhirnya ketika konsumen harus

memenuhi kebutuhannya maka akan mengaktualisasikan apa yang ada di

dalam pikirannya. Minat beli berhubungan dengan perasaan dan emosi,

bila seseorang senang dan puas dalam membeli suatu produk maka hal

itu akan memperkuat minat belinya. minat beli merupakan tahap

kecenderungan konsumen untuk bertindak sebelum keputusan membeli

benar–benar dilaksanakan (Kinnear 2016).

4. Remaja Perokok

Remaja merokok untuk bersosialisai dengan teman sebaya supaya

diterima kedalam suatu kelompok atau komunitas. Perilaku merokok

pada remaja di indonesia dianggap sebagai perilaku yang wajar sehingga

tingkat penyebaran perilaku merokok setiap tahun mengalami

peningkatan, baik anak-anak, remaja maupun dewasa. Usia awal

merokok pada remaja semakin muda mulai umur 10-14 tahun menurut

kebiasaan merokok setiap hari meningkat dari tahun ketahun, pada tahun

2007 (17,5%) menjadi (18%) pada tahun 2013 data (Rikesdas,2013).

16
B. Pola Pikir

Perilaku
Iklan Minat Beli
Remaja

C. Definisi konsep

1. Perilaku

Perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan.

Kata lain, perilaku merupakan seluruh aktivitas seseorang yang dilakukan

sehari-hari.

2. Iklan

Iklan adalah pesan yang disampaikan kepada masyarakat melalui

bantuan media, iklan dapat dilakukan melalui bantuan media-media

publik, seperti radio, televisi, dan media cetak.

17
3. Minat Beli

Minat beli adalah perasaaan dan emosi yang terbentuk karena adanya

rangsangan setelah terdapat pengalaman atas suatu produk, dimana

pengalaman tersebut memberi rasa percaya dan kepuasan yang mendorong

minat seseorang untuk membeli produk tersebut.

4. Remaja

Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-

kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13

tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluh

tahun.

18
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode ini di lakukan dengan menggunakan Metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi berupaya untuk menangkap berbagai persoalan yang

ada di masyarakat dan mengungkap makna yang terkandung di dalamnya.

B. Lokasi dan waktu penelitian

a. Penelitian ini akan di lakukan di kelurahan Talise Kota Palu.

b. Penelitian ini akan di laksanakan pada bulan maret- 2019.

C. Informan

Informan dalam penelitian ini ada dua yaitu informan kunci dan informan

lainya.

1. Informan kuci

Kepala seksi Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Palu di harapkan

dapat memberikan iformasi perokok di kota palu dan tindakan apa saja

yang telah di lakukan untuk mengurangi perokok di Kota Palu.

2. Informan lainnya

a) Remaja yang merokok di Kelurahan Talise Kota Palu, dari

informan ini di harapkan akan memperoleh infomasi mengapa

ingin merokok dan apa alasanya untuk merokok.

b) Remaja yang tidak merokok di Kelurahan Talise Kota Palu,

informan ini di harapkan akan memberi alasan kenapa tidak ingin

merokok.

19
c) Penjual rokok di beberapa titik di Kelurahan Talise Kota palu,

informan ini di harapkan akan memberi informasi rokok apa saja

yang di gemari remaja di sekitarnya.

D. Teknik penentuan informan

Penentuan informan ini menggunakan dua teknik yaitu:

1. Purposif sampling merupakan penentuan informan oleh peneliti

dengan ciri tertentu sesuai tujuan penelitian sehingga mampu

memperoleh jawaban dari permasalahan peneliti.

2. Sampling snowball untuk mendapatkan seorang perokok hingga


perokok tersebut dapat menginformasikan perokok yang lainnya.

E. Pengumpulan, pengolahan, danpenyajian data.

1. Pengumpulan data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data terdapat dua jenis

yaitu:

Wawancara mendalam dan observasi lapangan. Wawancara

dilakukan secara langsung terhadap Remaja yang telah membeli rokok

sesuai dengan pedoman wawancara untuk mendapat kaninformasi terkait

minat beli rokok serta untuk mengetahui perilaku perokok di kelurahan

talise kota palu. Observasi yang dilakukan dengan cara melihat

secaralangsung remaja pembeli rokok yang ada di Kelurahan Talise,

sertamelihat teknik penjualan rokok di kelurahan Talise.

20
2. Pengolahan data

Datayang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi

dikompilasi berdasarkan indikator yang diteliti kemudian dianalisis

dengan teknik analisis domain. Selanjutnya proses analisis data dilakukan

secara bertahap menggunakan model milles dan huberman.

3. Penyajian data.

Data yang telah diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk narasi.

F. Jadwal Penelitian

Bulan
No Kegiatan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1 PengajuanJudul
Pengambilan Data
2
Awal
3 PenyusunanProposal
4 SeminarProposal
5 PerbaikanProposal
6 Penelitian
7 PenyusunanSkripsi
8 SeminarSkripsi
9 Perbaikan
10 wisudah

E. OrganisasiPenelitian

Pembimbing I : Sudirman, SKM., M.Kes

Pembimbing II : Ahmad Yani,SKM., M.Kes

Peneliti : Moh.Fikri

21
Andryanto, R. (2016). Pengaruh Kepercayaan, Persepsi Manfaat dan Persepsi

Kemudahan Penggunaan Terhadap Minat Beli di Toko Online (Studi Empiris yang

Dilakukan Pada OLX.co.id di Yogyakarta). Skripsi Sarjana Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakart

a. Yogyakarta

22

Anda mungkin juga menyukai