Anda di halaman 1dari 11

Menulis Opini,

Menulis dengan Hati


Oleh : L.R. Baskoro,
Redaktur Utama Majalah Berita Mingguan TEMPO
Menulis Opini
 Menyebarluaskan gagasan; mentransfer gagasan ke ruang publik;
mempengaruhi publik  gagasannya diterima atau diperdebatkan 
Memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain.
 Mengasah otak, menajamkan pikiran, menantang munculnya ide-ide
baru, menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap untuk
diperdebatkan.
 Kegiatan menulis opini mestinya kegiatan yang dilakukan dengan hati,
dengan kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan dan kecintaan
menyumbangkan ilmu dan pengetahuan  kegiatan menyenangkan.
 Siapa pun sesungguhnya bisa dan mampu untuk menulis opini.
 Setiap orang yang memiliki pengetahuan, mampu
menulis, sesungguhnya ia bisa menulis opini.
 Manfaat: gagasan bisa menyebar, membuat orang dikenal, mendapat
honorarium
 Hampir semua surat kabar menyediakan rubrik opini dan
menyediakan honorarium untuk opini yang dimuat.
 Opini-opini beraneka ragam: sosial, politik, agama, pertanian,
perkebunan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya. Penulis
dengan latar belakang bidang yang dikuasainya, akan mendapat
tempat khusus di media massa jika ia menulis opini tentang bidang
yang dikuasainya tersebut.
 Kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis
topik-topik tertentu untuk hari-hari tertentu pula. Contoh: Satjipto
Raharjo (hukum dan ketertiban masyarakat), Ignas Kleden (sosial),
Mulya Lubis (hukum), HS. Dillon (pertanian).
 Mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini  belajar, melalui
banyak tahap  memiliki kompetensi yang membuat
masyarakat mengakui.
Antara Opini dan Kolom
 Menurut KBBI  Opini: ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”
 Opini: pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat,
tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan dengan
berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih popular.
 Untuk menulis opini dibutuhkan riset  penguat dari argumentasi penulis untuk
menekankan gagasannya. Opini ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”
 Kolom adalah opini yang ”lebih cair” dalam gaya bahasanya. Penulis kolom
biasanya tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang
ditulisnya, tapi juga memiliki style –gaya-. Itu sebabnya disebut ”kolomnis”
 Untuk menulis opini dibutuhkan:
1. Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu
2. Ide dan Gagasan
3. Argumentasi gagasan
4. Teknik Penulisan Opini
5. Pengetahuan bahasa
6. Pengetahuan Tentang Media Massa.
1. Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia
untuk diketengahkan kepada masyarakat. Pengetahuan bidang tertentu ini
sangat penting, juga terutama untuk ”legitimasi” diri seorang penulis di
depan publik.
2. Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis, apa pun dan siapa
penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak
pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Karena ide bisa muncul di mana
pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide yang
didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian
dikembangkannya begitu ia memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di sini,
seorang penulis membaca media tentang tinggi harga karet. Penulis opini
kemudian mendapat ide, membandingkan tingginya harga karet itu dengan
kenyataan sepuluh tahun terakhir dengan dengan menganalisa apa penyebab
naik –turunnya harga tersebut.
3. Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu
memang menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1
(pengetahuan bidang yang dimilikinya). Argumentasi penting karena di
sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini.
Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan
semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.

4. Teknik Penulisan Opini


Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah.
Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di
media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele,
dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang
tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.
5. Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada
penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar
untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga
bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Jika ingin
menampilkan istilah asing, cari padanan dalam bahasa Indonesia. Tak usah
khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang
menarik. JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA SAMA
TAHUNYA SEPERTI KITA.
6. Pengetahuan Media Massa
Pengetahuan tentang media massa merupakan hal penting yang perlu
diketahui. Dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa melihat,
apakah media itu memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti
penulis opini. Misalnya, Kompas dan Suara Pembaruan, cenderung untuk
memberi tempat kepada opini dalam bidang apa pun. Dengan pengetahuan
ini, penulis opini tahu, ke mana artikel yang dibuatnya itu akan dikirim.
Bagaimana Supaya Opini Dimuat di
Media Massa
 Ada peg/cantolan peristiwa
Seperti berita, opini pun memerlukan peg –cantolah peristiwa. Tujuan peg ini
adalah agar opini ini relevan dengan yang sedang terjadi atau dibicarakan
masyarakat. Semakin ada peg-nya maka, kemungkinan opininya dimuat akan
semakin besar. Peg ini bermacam-macam. Bisa peristiwa yang tidak diduga, atau
juga peristiwa yang sudah direncanakan pasti terjadi. Misalnya, menyambut
sepuluh tahun peristiwa swasembada beras, peringatan ulangtahun
lembaga/peristiwa tertentu, dll.
 Cari Angle Menarik
Jika peg itu sudah didapat, maka penulis tinggal mencari angle/sudut pandang:
dia akan menulis apa dan dari sudut pandang apa? Angle merupakan hal
penting yang menajamkan opini penulis satu dengan penulis lain. Nasehat
untuk ini: carilah angle yang paling berbeda, unik, dan mungkin orang tidak
terpikirkan. Tentang harga tanaman karet yang melonjak itu, misalnya, seorang
penulis opini, misalnya, bisa mengambil angle: ancaman bahaya apa yang
harusnya diwasdapai petani dengan tanaman mereka yang sudah berumur
sekian puluh tahun?
Kriteria umum untuk artikel Kompas
 Asli, bukan plagiasi, bukan saduran, bukan terjemahan, bukan sekadar kompilasi, bukan
rangkuman pendapat/buku orang lain .
 Belum pernah dimuat di media atau penerbitan lain, dan juga tidak dikirim bersamaan
ke media atau penerbitan lain.
 Topik yang diuraikan atau dibahas adalah sesuatu yang actual, relevan, dan menjadi
persoalan dalam masyarakat.
 Substansi yg dibahas menyangkut kepentingan umum, bukan kepentingan komuninas
tertentu (Kompas adalah media umum, bukan majalah vak/jurnal dr disiplin tertentu.
 Artikel mengandung hal baru yang belum pernah dikemukakan penulis lain, baik
informasinya, pandangan, pencerahan, pendekatan, saran, maupun solusinya.
 Uraiannya bisa membuka pemahaman atau pemaknaan baru maupun inspirasi atas
suatu masalah atau fenomena.
 Penyajian tidak berkepanjangan, dan menggunakan bahasa populer/luwes yang mudah
ditangkap oleh pembaca yang awam sekalipun.
 Panjang tulisan 3,5 halaman kuarto spasi ganda atau 700 kata atau 5000 karakter
(dengan spasi) ditulis dengan program Words.
 Artikel tidak boleh ditulis berdua atau lebih.
Artikel ditolak Desk Opini Kompas
1. Topik atau tema kurang aktual
2. Argumen dan pandangan bukan hal baru
3. Cara penyajian berkepanjangan
4. Cakupan terlalu mikro atau lokal
5. Pengungkapan dan redaksional kurang mendukung
6. Konteks kurang jelas
7. Bahasa terlalu ilmiah/akademis, kurang populer
8. Uraian Terlalu sumir
9. Gaya tulisan pidato/makalah/kuliah
10. Sumber kutipan kurang jelas
11. Terlalu banyak kutipan
12. Diskusi kurang berimbang
13. Alur uraian tidak runut
14. Uraian tidak membuka pencerahan baru
15. Uraian ditujukan kepada orang
16. Uraian terlalu datar
17. Alinea pengetikan panjang-panjang.
 Eksplorasi gagasan dan argumentasi
Inilah argumentasi yang harus dibangun dan dimiliki penulis untuk
menguatkan opininya. Untuk membangun argumentasi ini, penulis opini bisa
menyodorkan data atau contoh-contoh peristiwa. Contoh itu bisa dari
dalam negeri atau luar negeri.
 Tidak Menggurui
Isi tulisan opini mesti dihindarkan sejauh mungkin dari kesan menggurui,
juga mengesankan penulisnya ”menampilkan,” kepintarannya. Salah satu cara
agar tulisajn opini tidak menggurui, antara lain, jangan terlalu banyak
menampilkan kutipan atau sumber-sumber literatur. Lebih baik penulis
menampilkan contoh yang muncul sehari-hari dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami. Selain itu, syarat lainnya: baca ulang opini
tersebut berkali-kali.
 Bisakah Saya Menulis Opini dan Dimuat di Koran?
Bisa!
 Tidak ada penulis opini yang langsung terkenal. Semua dari bawah. Salah satu
cara belajar yang baik: membaca opini-opini dari penulis terkenal. Pelajari
kalimat dan bagaimana sang penulis mengungkapkan buah pikirannya.

Anda mungkin juga menyukai