Anda di halaman 1dari 5

MENULIS

ARTIKEL/OPINI
DI MEDIA MASSA
I. Pengantar
Mahasiswa adalah sebuah elemen masyarakat yang memiliki peran strategis
dalam setiap perubahan sosial di sebuah negara. Peran ini terutama didorong oleh
idealismenya dalam merespon dan menjawab dinamika perkembangan yang
terjadi dalam lingkup kemasyarakatan maupun kenegaraan. Melalui daya
kritisnya, mahasiswa cenderung menyoroti setiap ketidakberesan yang
berlawanan dengan visi perjuangannya, yakni menegakkan keadilan dan membela
pihak-pihak yang tertindas oleh sistem dan struktur yang menghisap.

Banyak cara dilakukan mahasiswa untuk mengekspresikan responnya terhadap


perkembangan yang terjadi di lingkungannya. Salah satunya adalah melalui
tulisan di media massa.

Mengapa di media massa? Karena media massa (pers) memiliki fungsi untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan kritis mahasiswa kepada khalayak
pembaca (publik), sehingga pemikiran-pemikiran tadi dapat tersosialisasikan.
Publikasi tadi dapat menggalang pembentukan opini publik. Dan, opini publik
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan/kebijakan pada level-level tertentu,
sesuai dengan gaung dan dampak dari ketajaman tulisan tadi.

Di sisi lain, keterampilan mahasiswa untuk menulis selain dapat berdampak


sosial, juga dapat berguna untuk dirinya sendiri. Kebiasaan menulis dapat melatih
mahasiswa untuk berpikir runtut, sistematis, dan mendokumentasikan gagasan
dan pemikirannya melalui tulisan. Sehingga, setiap gagasan yang mucul, tidak
hilang dengan sia-sia begitu saja.

II. Supporting Gagasan


1. Mengenali realitas sosial.
Untuk dapat menulis, mahasiswa tentunya harus terbiasa untuk dapat
mengenali realitas sosial di sekitarnya. Melalui pengenalan realitas ini, maka
mahasiswa akan terlatih untuk dapat menangkap gejala yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Gejala yang terjadi dalam masyarakat, selalu ditandai
oleh adanya gerak perubahan, baik perubahan ke arah perbaikan atau
sebaliknya perubahan ke arah kemunduran.
Bagaimana melakukan latihan untuk dapat mengenali realitas sosial?
Tentunya dengan banyak bergaul/berinteraksi dengan segala lapisan
masyarakat, mengenal dan mendengar denyut nadi kehidupan mereka,
membaca dan mengamati perkembangan informasi lewat media, dan

Swara Kampus 2
berdiskusi dengan pihak-pihak yang kompeten untuk mengulas perkembangan
realitas itu.

2. Analisis fakta.
Setelah terlatih untuk mengenal realitas sosial, tahap berikutnya adalah
berlatih untuk menganalisis fakta. Yakni, melihat hubungan antara suatu fakta
dengan fakta lainnya, kaitan sebab-akibat antara masing-masing fakta. Jika
ditemukan ada keterkaitan antara suatu fakta dengan fakta lainnya, perlu
dicari tahu apa makna keterkaitan itu, terutama bagi kepentingan publik.

Untuk itu, calon penulis perlu:

1. Mengamati fakta yang sedang aktual, yang jadi sorotan publik.


2. Mengikuti terus perkembangan, termasuk opini-opini yang ada
3. Kalau perlu, melakukan riset, mengumpulkan bahan-bahan dan mempelajarinya.
4. Menentukan gagasan utama Anda. Jadikan itu sebagai SELLING POINT anda.

Hal yang penting diperhatikan adalah kita menggunakan data, fakta, atau referensi lain
sebagai kekuatan argumentasi kita.

III. Persiapan penulisan.

1. Identifikasi Isu
Sebelum menulis, perlu ada langkah untuk mengidentifikasi isu yang akan
kita gali dan angkat menjadi topik tulisan. Apakah kita akan mengangkat isu
ekonomi, hukum, sosial, budaya, pokitik, seni, olahraga, kesehatan, dan lain-
lain.
2. Identifikasi persoalan
Setelah satu isu kita putuskan untuk kita angkat, misalnya isu di bidang
hukum, kemudian kita identifikasi semakin mengerucut dalam identifikasi
persoalan hukum yang terjadi secara aktual akhir-akhir ini. Pada tahap ini kita
mulai mengenali realitas hukum yang terjadi, dan mengkaitkan antara fakta
hukum yang satu dengan fakta yang lain.
3. Penentuan topik
Dari identifikasi persoalan tadi, selanjutnya kita coba rumuskan satu topik,
yang mencerminkan benang merah munculnya persoalan hukum tadi. Topik,
dengan demikian, mencerminkan problematik yang akan kita uraikan dalam
tulisan tadi.
4. Membuat out line
Dari topik yang sudah kita tentukan, kemudian kita membuat out line,

Swara Kampus 3
berupa sistematisasi identifikasi persoalan yang akan kita uraikan. Dalam out
line termuat, apa yang sebenarnya terjadi, siapa berkontribusi terhadap
terjadinya fenomena itu? Apa sebab femonena itu terjadi, mengapa hal itu
terjadi, apa akibat dari fenomena itu? Siapa yang yang paling
bertanggungjawab terhadap adanya fenomena itu? Apa alternatif solusi yang
dapat ditawarkan?

IV. Struktur penulisan

1. Judul.
Judul artikel haruslah yang mudah dipahami tetapi menarik pembaca, karena
pembaca pertama kali akan memutuskan membaca keseluruhan artikel atau tidak, dari
judul di atas.
2. Pengantar/lead
Mengantarkan problem yang akan dibahas dalam artikel, atau bisa juga pengalaman
penulis yang terkait dengan problem yang akan dibahas. Pengantar ini juga disebut
lead dalam tulisan. Sebagai sebuah artikel yang menarik, lead sebaiknya adalah
pembukaan paragraf yang menyentak, dan langsung mencerminkan penjelasan awal
dari judul artikel.
3. Isi/Body.
Membahas semua uraian persoalan, seperti yang tertuang dalam out line artikel, dan
penjabaran dari keseluruhan yang termaktub dalam pengantar artikel. Untuk
memperjelas identifikasi persoalan, sebaiknya diberi sub judul. Ini juga akan
mempermudah pembaca memahami pokok-pokok persoalan yang diangkat.
4. Kesimpulan
Kesimpulan adalah formulasi dari persoalan yang terkandung dalam artikel itu,
sekaligus jika ada, termuat alternatif solusi dari persoalan itu. Atau, minimal ada
harapan, imbauan, penekanan kritis dan warning bagi pihak-pihak yang terlibat dalam
persoalan itu. Agar, menjadikan artikel itu sebagai bahan refleksi atau bahan
perenungan dan pengambilan keputusan.
.
V. Take a break
Setelah tulisan selesai, penulis perlu membuat jeda sebentar untuk beberapa jam,
untyk memungkinkan penulis melihat (me-refresh) kesalahan, kekeliruan,
kejanggalan logika, dll, yang kemungkinan ada. Atau, akan menambah paragraf
untuk mempertajam tulisan.

Swara Kampus 4
VI. Pengelompokkan jenis-jenis artikel di Media

Bersifat eksploratif, yakni mengungkapkan fakta berdasarkan kajian penulisnya.


Misalnya, seseorang menuliskan uraian penemuan teknologi otomotif baru yang
irit BBM.
Bersifat eksplanatif, yakni menerangkan sebuah permasalahan agar dipahami oleh
pembaca. Misalnya, penjelasan mengenai tidak logisnnya rencana kenaikan BBM.
Bersifat deskriptif, yakni menggambarkan suatu permasalahan yang terjadi di
tengah masyarakat. Misalnya, menjelaskan fenomena kekerasan antarwarga
masyarakat.
Bersifat prediktif, yakni memprediksikan suatu permasalahan yang akan terjadi di
kemudian hari berdasarkan perhitungan penulisnya. Misalnya, memprediksikan
"kematian" Kota Jakarta sekian tahun mendatang bila kemacetan tidak segera
diatasi.
Bersifat preskriptif, yakni memberikan tuntunan atau pengetahuan kepada
pembacanya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, bagaimana caranya mengurus
paspor, KTP, atau SIM tanpa melalui perantara.

Swara Kampus 5

Anda mungkin juga menyukai