1
Buat buka puasa belum ada cemilan...yg ada cuma singkong rebus ...bosen klu gitu gitu
aja..kubuat kroket..dipa...selengkapnya
siti muryani
Bahan-bahan
20 porsi
1. 500 gr singkong kukus
2. 50 gr keju oles/margarin
3. 4 batang seledri
11.
12.
13. Siapkan bahan
14.
15.
16.
17. Campur semua bahan..kecuali tepung roti dan putih telur..uleni hingga kalis/bisa
dibentuk..
18.
19.
20.
21. Bentuk...
22.
23.
24.
25. Oleskan ke putih telur
26.
27.
28.
29. Gulingkan ke putih telur
30.
31.
32.
33. Goreng hingga kecoklatan...
34.
35.
36.
37. Siap dihidangkan..dgn mayones, saos sambal atau lombok
Bahan-bahan
1. 1 cup stik Ubi jalar. (cara buat nanti liat dibawah)
2. 7 sdm kacang tanah goreng
3. 6 cabe merah keriting
4. 6 bawang merah
5. 3 bawang putih
6. 1/2 tomat merah.. (dikit sj, kalau banyak biasanya jd berair kuramg kriuk ubinya)
7. 1/2 ruas jari terasi
8. 1 sdt gula merah
9. secukupnya garam
10. secukupnya gula pasir
11. secukupnya margarin
Langkah
1. Buat stik Ubi jalar caranya, kupas Ubi, potong tipis2. Lalu iris ukuran korek api. Cuci
dibawah air mgalir sampai banyak keluar getahnya tanda air berwarna putih (cuci pakai
saringan dibawah air mngalir) kalau sdh mulai bening air cucinya tiriskan Ubi hingga
benar2 tiris 30menit-1jam Lalu Goreng hingga kuning kecoklatan.. simpan di toples biar
kriuk tahan lama. Ambil secukupnya saat dibutuhkan.
2. Uleg cabe, bawang merah, tomat, terasi dan gula merah
3. Panaskan wajan. Cairkan margarin. Tumis bumbu halus tambahkan daun jeruk dan gula
pasir. Masak hingga berubah wrna. Sambel keliatan berkaramel.
4. Masukkan Ubi dan kacang Goreng. Adum cepat.. jangan gosong. Beri garam.. tes rasa
cicipi.. hidangkan..
Bahkan, kadang media secara khusus meminta orang tersebut untuk menulis topik-topik tertentu
untuk hari-hari tertentu pula. Karena itulah, misalnya, kita mengenal nama Kwik Kian Gie untuk
masalah ekonomi, Rhenald Kasali untuk pemasaran dan periklanan, nama Ignas Kleden untuk
bidang sosial, nama Mulya Lubis untuk bidang hukum atau nama HS. Dillon untuk bidang
pertanian. Juga, misalnya Al Chaidar jika berkaitan dengan NII atau Emerson Yuntho jika
berkaitan dengan masalah-masalah korupsi.
Tentu saja mereka ini tidak langsung menjadi penulis opini.Mereka juga belajar, melalui banyak
tahap. Tetapi, yang jelas mereka memiliki kompetensi yang membuat masyarakat mengakui,
mereka memang layak untuk menulis soal atau masalah yang mereka tulis tersebut.
Antara Opini dan Kolom
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka, Opini disebutkan sebagai
pendapat; pikiran, atau pendirian,
Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar
pendapat, tetapi pendapat ilmiah. Pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan dengan berdasar
dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih popular. Karena itulah, untuk menulis
opini juga dibutuhkan riset. Riset merupakan penguat dari argumentasi penulis untuk
menekankan gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk artikel.
Adapun kolom adalah opini yang lebih cair dalam gaya bahasanya. Penulis kolom biasanya
tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang ditulisnya, tapi juga
memiliki style gaya-. Itu sebabnya disebut kolomnis
Bagaimana Menjadi Penulis Opini:
Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk menulis opini dibutuhkan:
1.Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu
2.Ide dan Gagasan
3.Argumentasi gagasan
4.Teknik Penulisan Opini
5. Pengetahuan bahasa
6. Pengetahuan Tentang Media Massa.
Kita uraikan satu persatu:
1. Pengetahuan Bidang/Masalah Tertentu.
Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan
kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu
masyarakat akan percaya akan seluk beluk tanaman yang ditulisnya daripada yang menulis
seorang sarjana hukum.
Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, juga terutama untuk legitimasi diri seorang
penulis di depan publik.
2. Ide dan Gagasan
Ide merupakan barang termahal yang dimiliki penulis -apa pun dan siapa penulis itu. Ide bisa
tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini.
Karena ide bisa muncul di mana pun, maka seorang penulis biasanya langsung menulis ide-ide
yang didapatnya begitu ide itu muncul. Ide itulah yang kemudian dikembangkannya begitu ia
memiliki waktu untuk menulis. Misalnya, di sini, seorang penulis membaca atau mendapati
kenyataan tentang makin sedikitnya para mahasiswa tertarik dan ikut pada kegiatan-kegiatan
kampus. Penulis opini kemudian mendapat ide: membandingkan fenomena ini dengan lima atau
sepuluh tahun sebelumnya dan kemudian menganalisa sebab musabahnya.
3. Argumentasi Gagasan
Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang menulis
bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang dimilikinya).
Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui kadar keilmuan seorang
penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin
memperkuat gagasan yang ditulisnya.
4. Teknik Penulisan Opini
Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media
massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang
komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca
tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.
5. Pengetahuan Bahasa
Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa. Penulis
opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti
masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti.
Jika pun penulis opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari padanan dalam
bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah khawatir untuk menampilkan idiom-idiom
bahasa daerah jika dipandang menarik. Nasehat untuk ini: JANGAN SEKALI-KALI
MENGANGGAP PEMBACA SAMA TAHUNYA SEPERTI KITA. Beberapa kata yang tidak
efektif bisa dipangkas untuk menghasilkan tulisan yang padat. Kata-kata itu, misalnya, oleh,
adalah, itu, tersebut dll.
Kendati tiga bagian di atas merupakan hal penting untuk menulis opini, sesungguhnya tetap saja
diperlukan panduan agar tiga hal itu menjadi kesatuan yang enak untuk dibaca juga menulisnya.
Untuk ini dibutuhkan apa yang disebut OUTLINE. Outline adalah semacam alur yang dibuat
dengan mencantumkan segala hal yang direncanakan akan dituangkan pada sebuah opini.
Outline ini juga untuk mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak lupa pada hal-hal yang
sejak awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya adalah pointer-pointer.
Contohnya, seorang penulis opini akan membuat tulisan tentang persoalan hilangnya sejumlah
mahasiswa yang diduga direkrut NII.
Ia menulis pointer-nya sebagai berikut:
1.Fakta banyaknya pengaduan orangtua yang kehilangan anaknya Peg
Pengakuan para mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dll
2. bukan kejadian pertamakali Batang tubuh
-data penelitian berbagai lembaga tentang aktivitas NII
-data Departemen Agama dll tentang NII
-Bagaimana perekrutannya, di mana, siapa saja sasarannya.
-apa yang harus dilakukan orang tua/lingkungan/perguruan tinggi dll
yang sudah dilakukan pemerintah
-yang belum dilakukan pemerintah
3. saran-saran dan kesimpulan Penutup
Bisakah Saya Menulis Opini dan Dimuat di Koran?
Pasti bisa! Tidak ada penulis opini yang langsung terkenal. Semua dari bawah. Salah satu cara
belajar yang baik: membaca opini-opini dari penulis terkenal. Pelajari kalimat dan bagaimana
sang penulis mengungkapkan buah pikirannya. ****
*Redaktur Pelaksana Majalah Tempo
Email: baskoro@tempo.co.id