Indonesia S-1
PERTEMUAN KE-1
A. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang akan dicapai yaitu mahasiswa mampu menjelaskan dunia
penulisan media massa dan ruang lingkup penulisan kreatif.
https://www.youtube.com/watch?v=MTVWpRHbvOc
1. Apa yang membedakan orang yang berpikir dengan orang yang berpikir kreatif?
3. Dimana kita dapat melihat hasil tulisan kreatif seseorang yang umumnya singkat
dan berisi tentang curahan hati seseorang?
Pendahuluan
Ketika kita membahas tentang dunia menulis kreatif. Maka hal pertama
yang harus kita pahami dan kita bahas adalah apa itu berpikir kreatif dalam dunia
kreatifitas? Ada dua kata yang perlu kita urai didalam menulis kreatif. Apa itu
menulis? Dan apa itu kreatif? Menulis adalah sebuah proses berpikir, karena
menulis adalah menyampaikan gagasan kepada orang lain. Bagus atau tidaknya
tulisan kita, menarik atau tidaknya tulisan kita, penting atau tidaknya tulisan kita,
akan tergantung pada kreativitas kita. Lalu, apa itu berpikir kreatif? Apa itu kreatif?
Kalau kita lihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreatif adalah kemampuan
Penulisan Kreatif 1
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
untuk menciptakan atau daya cipta terkait dengan daya cipta. Kalau berpikir kreatif
berarti daya cipta yang bersumber dari pikiran, karena membangun dunia kreatif itu
akan bermula dari pikiran, apa yang membedakan antara orang yang berpikir
dengan orang yang berpikir kreatif? Betul bahwa semua orang memang berpikir,
tetapi tidak semua orang bisa berpikir kreatif. Apa ciri-ciri orang yang berpikir kreatif
itu? Bisa dilihat, pertama, dia berpikir tidak biasa. Berpikir tidak seperti kebanyakan
orang. Dalam konteks dunia kreativitas menulis sastra misalnya, dia mampu
menulis puisi misalnya tidak seperti puisi yang telah ada, menulis novel tidak seperti
novel yang pernah ditulis oleh orang lain. Orang yang berpikir kreatif itu adalah ia
berpikir terbuka, tidak tertutup. Terbuka artinya dia menerima, dan mencari, dan
menggali berbagai kemungkinan yang bisa diolah menjadi karya tulis atau karya
sastra. Dengan begitu, pikirannya akan luas dan tidak sempit. Tidak dibatasi oleh
definisi-definisi tertentu yang justru membuat karya atau tulisan yang akan dia buat
menjadi tidak berkembang. Yang berikutnya adalah orang yang berpikir kreatif itu
akan selalu berpikir tajam.
Apa itu berpikir tajam? Berpikir kritis terhadap realitas sosial yang ia lihat,
ia alami di dalam lingkungannya. Dengan begitu, ia tidak hanya memindahkan
realitas yang ada di sekelilingnya ke dalam tulisan begitu saja, tetapi telah melalui
pikiran kritis, pikiran yang tajam untuk menemukan substansi apa yang ingin ia
sampaikan di dalam tulisannya. Seorang sastrawan Perancis, Albert Camus
menyebut bahwa kreativitas adalah pemberontakan, artinya seseorang yang masuk
ke dalam dunia kreativitas adalah masuk ke dalam dunia pemberontakan. Di mana
dia harus memberontak dari dunia kemapanan, dari pikiran-pikiran yang sempit,
untuk memberontak keluar ke dalam pikiran-pikiran yang lebih luas. Pemberontakan
di sana akan menentukan apakah seseorang berani untuk masuk ke ruang-ruang
selama ini belum dirambah oleh penulis lain. Apakah setiap orang bisa masuk ke
dalam dunia kreativitas itu? Tentu saja bisa, karena kreativitas adalah potensi yang
ada di dalam diri setiap orang. Bagaimana cara menggali potensi itu? Salah satunya
adalah dengan cara menulis kreatif. Menulis kreatif memang selama ini berorientasi
kepada penulisan dalam dunia sastra, puisi, prosa, drama, tetapi bahkan kemudian
menulis kreatif bisa juga keluar dari konteks sastra, misalnya esai. Esai juga bisa
ditulis dengan cara-cara kreatif. Selain esai juga ada feature misalnya, atau dunia
jurnalistik juga hari ini sudah merambah ke dunia sastra itu. Ada istilah misalnya,
jurnalisme sastrawi, dan lain-lain. Bahkan hari ini menulis kreatif itu sudah semakin
luas ruangnya. Misalnya setiap orang harus menulis caption di dalam media sosial
misalnya. Atau orang menulis curahan hatinya untuk disampaikan kepada orang
lain. Artinya dunia menulis kreatif memang selalu dekat dengan dunia fiksi. Karena
Penulisan Kreatif 2
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
dunia fiksi adalah dunia yang luas yang bisa dimasuki oleh siapapun yang memiliki
daya cipta dan memiliki cara berpikir kreatif. Lalu bagaimana, kita bisa masuk ke
dalam dunia menulis kreatif? Apa saja persiapan-persiapan yang harus kita
lakukan?
https://www.canva.com/design/DAF9G7EjzrU/othQBm6_dfNTkT2ihko4cg/view?
utm_content=DAF9G7EjzrU&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=recording_
view
Kuis:
B. Uraian Materi
Apakah Anda pernah mendengar istilah “menulis kreatif”? Apa penafsiran Anda
tentang “menulis kreatif”? Apakah Anda memaknainya sebagai kegiatan menulis yang
melahirkan karya kreatif dan Indah? (1) Ada kegiatan yang dilakukan yakni menulis, (2) ada
hasil tulisan yang dilahirkan, (3) kegiatan menulis yang dilakukan bertujuan mengasah
keterampilan seseorang.
Jenny Newman (dalam Steven Earnshaw, 2014: 24) menjelaskan bahwa ketika MA
penulisan kreatif pertama di Inggris didirikan pada akhir 1960-an dan awal 70-an, banyak
cendikiawan dan akademis tradisional berpendapat bahwa tidak ada yang bisa mengajarkan
Penulisan Kreatif 3
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
proses yang misterius dan mempesona tentang kreativitas sastra, bahwa kursus semacam itu
memiliki tempat khusus di Universitas. Aksi keberatan mereka sebagian telah ditolak dan
harus dikatakan karena permintaan mahasiswa untuk kursus menulis kreatif yang
terakreditasi dari universitas yang kekurangan dana dan haus akan uang dari beberapa
donatur, karena bagaimanapun hingga sekarang mereka masih mengikuti kritik John Carey
dalam mempertahankan bahwa evaluasi karya seni adalah murni subjektif dan demikian
tidak dapat dikosongkan. Sedangkan Stephanie Vanderslice (dalam Steven Earnshaw, 2014:
37) menjelaskan bahwa Master Of Fine Arts atau MFA, penulisan kreatif adalah fenomena
Amerika yang berasal dari Universitas Lowa pada tahun 1930-an, sebagai jawaban atas
masalah isolasi geografis yang dihadapi para penulis yang bekerja di Amerika Serikat,
terutama yang tidak memiliki akses ke kota-kota besar. Masih salah satu program penulisan
pascasarjana paling tinggi di negara itu. MFA Lowa telah meluluskan sederetan penulis
terkenal, termasuk Flannery O’Connor, Philip Roth, Jane Smiley, dan Richard Bausch, dan
sebagainya. Tidak heran banyak dari lulusan ini menyebar ke seluruh negeri dan membentuk
program mereka sendiri sesuai dengan citra almamater mereka. Akibatnya, saat ini ada 109
program MFA di Amerika Serikat (Asosiasi Penulis dan Program Penulisan), dan banyak
lagi program PhD, program MA dengan menekankan penulisan kreatif dan program
penulisan sarjana. Itulah beberapa sejarah tentang penulisan kreatif, selanjutnya kita akan
membahas apa itu penulisan kreatif atau lebih tepatnya menulis kreatif.
Penulisan Kreatif 4
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
yang artinya mencipta, sedangkan kata creative yang kemudian diserap menjadi
Bahasa Indonesia “kreatif”. Jadi, menulis kreatif artinya tulisan berupa hasil ciptaan
seseorang yang tentu saja sifatnya baru. Karena, makna kata mencipta adalah
membuat sesuatu yang baru (yang sebelumnya belum pernah ada), maka karya
tulis kreatif itu haruslah bersifat baru. Sukirno (dalam Febriyanti, dkk, 2017)
menjelaskan bahwa menulis kreatif merupakan aktivitas menuangkan gagasan
secara tertulis atau karangan dalam teks.
Mahasiswa perlu mempelajari mata kuliah ini supaya dapat meghasilkan karya tulis
kreatif. Karya tulis kreatif bisa Anda temui di media massa, buku sastra, dsb. Mengapa?
karena artikel hasil penulisan kreatif itu sendiri adalah artikel yang produknya bisa dinikmati
oleh pembaca.
Mampu membuat karya tulis kreatif merupakan bentuk kebanggaan tersendiri dan
sebuah keharusan bagi mahasiswa. Mahasiswa merupakan kaum intelek yang diharapkan
dapat membawa perubahan. Mahasiswa memang harus kritis namun kritis yang dimaksud
disini adalah kritis yang positif atau membawa manfaat bagi masyarakat. Contohnya:
Seorang mahasiswa harus bisa menyuarakan aspirasi, harus selalu mengawal pemerintah
dalam mengambil keputusan atas suatu kebijakan. Sejarah mencatat bahwa dari tangan
mahasiswa lah reformasi itu tercipta. Berapa juta mahasisa yang turun ke jalan pada tahun
1998?
Suara mahasiswa selalu didengar. Maka itu mahasiswa harus berani
bersuara. Menyuarakan kebenaran untuk membangun sebuah bangsa yang
bermartabat dan sesuai dengan cita-cita luhur. Dalam era modern menyuarakan
aspirasi tidak harus turun ke jalan, mahasiswa dapat menulis karya yang dapat
dibaca oleh pihak terkait. Tak hanya dalam mengkritik pemerintah saja karya
tersebut dapat digunakan, mahasiswa juga bisa memberikan sindiran atau nasihat
kepada masyarakat atau pembaca dengan menulis suatu karya. Seperti cerpen
yang berjudul Robohnya Surau Kami karya AA Navis. Cerpen ini dinukil dari buku
kumpulan cerpen yang berjudul sama karya Ali Akbar Navis (1924-2003).
Terbit pertama kali di majalah Kisah pada 1955, cerpen ini bisa dibilang karya
paling fenomenal penerima SEA Write Award 1992, ceritanya bertujuan untuk
memberi teguran dan peringatan kepada orang-orang yang hanya
mementingkan dirinya sendiri dan orang suka menghasut atau menyebarkan
bualan untuk mempengaruhi orang lain.
Cerpen Robohnya Surau Kami menceritakan tentang kisah seorang kakek
penjaga surau yang rajin beribadah. Ia tinggal di surau dengan keikhlasan hatinya
dan izin dari masyarakat setempat. Kehidupan kakek ini agaknya monoton. Dia
hanya mengasah pisau, menerima imbalan, membersihkan dan merawat surau,
Penulisan Kreatif 5
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
beribadah di surau serta bekerja hanya untuk keperluannya sendiri. Dia tidak ngotot
bekerja karena dia hidup sendiri. Hasil kerjanya tidak untuk orang lain, apalagi untuk
anak dan istrinya yang tidak pernah terpikirkan olehnya, namun suatu ketika kakek
tersebut meninggal dengan cara yang tidak wajar. Kakek tersebut meninggal
dengan cara menggorok lehernya dengan pisau cukur. Hal itu terjadi karena
menerima sindiran dari seorang pembual yang bernama Ajo Sidi. Ia adalah seorang
yang selalu bekerja keras namun senang membual dengan membuat suatu bualan
menggunakan pelaku-pelaku yang memiliki kesamaan watak dengan orang sekitar
kampung tersebut, dan hal itulah menjadi pemikat dari cerita bualannya, sehingga
membuat orang yang mendengar bualannya menjadi terpikat dan terpengaruh
dengan bualan yang ia ceritakan. Itulah yang dirasakan oleh kakek garin yang taat
ibadah itu. Ajo Sidi mengatakan bahwa hidup tidak diridhoi Allah jika hanya
beribadah tapi meninggalkan amal kemasyarakatan.
Melalui cerpen tersebut, AA Navis menyampaikan pesan bahwa kita harus
memelihara, menjaga, dan jangan masa bodoh terhadap apa yang kita
miliki. Jangan cepat marah kalau ada orang yang mengejek atau menasehati kita
karena ada perbuatan kita yang kurang layak di hadapan orang lain. Jangan cepat
bangga akan perbuatan baik yang kita lakukan karena hal ini bisa saja baik di
hadapan manusia tetapi tetap kurang baik di hadapan Tuhan. Kita jangan terpesona
oleh gelar dan nama besar sebab hal itu dapat mencelakai diri pemakainya. Jangan
menyia-nyiakan apa yang kamu miliki dan mementingkan diri sendiri, seperti yang
disabdakan Tuhan dalam cerpen ini,”…Kesalahan engkau, karena engkau terlalu
mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat
bersembahyang, tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan
kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka itu kucar kacir selamanya. Inilah
kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis, padahal engkau di dunia berkaum,
bersaudara semuanya, tapi engkau tak memperdulikan mereka sedikitpun.”
(halaman16).
Penulisan Kreatif 6
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
Selain itu, Seno Gumira Adjidarma juga membuat cerpen yang berjudul Pelajaran
Mengarang. Cerpen in merupakan cerpen terbaik harian kompas 1993. Cerpen yang
pertama kali dimuat pada tahun 1992 ini mengandung konflik terpendam. Seperti karya-
karyanya yang lain, cerpen ini membahas isu sosial yang tidak jauh dari kehidupan nyata,
yaitu kehidupan anak seorang pelacur. Cerpen ini mengisahkan kehidupan sebuah
keluarga broken home. Diceritakan seorang anak pelacur yang bernama Sandra, yang
merupakan murid kelas V Sekolah Dasar, ia sangat membenci pelajaran mengarang yang
diberikan oleh guru Bahasa Indonesia yang bernama Bu Guru Tati.
Bu guru Tati memberikan tiga pilihan judul yang membuat Sandra harus benar-benar
mengarang, karena dalam kenyataannya dia memang tidak mengalami kejadian yang
sesuai dengan ketiga judul tersebut. Di sinilah konflik cerita bermulai, tokoh Sandra
membenci tokoh Bu Guru Tati. Sebab, Sandra tidak tahu harus menuliskan apa. Setelah ia
merenungi tentang kejadian yang dia alami dalam kesehariannya akhirnya ia hanya
menulis sepenggal kalimat yang berbunyi Ibuku Seorang Pelacur…
Berdasarkan dua cerpen di atas, dapat kita pahami bahwa menulis kreatif
membutuhkan keterampilan khusus untuk bisa membuat tulisan. Tulisan sastra bisa
menggunakan bahasa sastra. Tulisan populer bisa menggunakan bahasa populer. Penulis bisa
menyampaikan idenya melalui tulisan. Keterampilan dan ide tersebut dapat diperoleh dengan
belajar dan membaca referensi sebanyak mungkin.
Mata kuliah Menulis Kreatif ini mengajarkan mahasiswa untuk dapat menulis di
media massa. Menulis di media massa merupakan hal yang gampang tetapi susah. Dikatakan
gampang karena menulis kreatif bersumber dari kemampuan diri sendiri. Dikatakan susah
karena tidak semua tulisan bisa diterbitkan oleh redaksi. Apalagi pesaing untuk menulis di
media massa sangat banyak dan dari berbagai kalangan. Maka dari itu mahasiswa perlu
belajar sungguh-sungguh agar tulisannya dapat tembus dan dimuat di media massa.
Penulisan Kreatif 7
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
Mahasiswa merupakan kaum intelek. Usianya yang muda membuat ide- ide
yang disampaikan masih segar. Mahasiswa bisa memberikan solusi dari permasalahan
yang terjadi di masyarakat.
d. Honorarium
Penulisan Kreatif 8
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
b. Ekspresif
Penulis harus mampu menggugah pengalaman batin pembaca melalui ekspresi
penulis yang berkaitan dengan pengalaman dan pengetahuannya.
c. Apresiatif
Menekankan pada kesengajaan penulis dalam menyenangi dan menikmati ide
cerita yang akan disajikan dalam tulisan sehingga mampu menciptakan nilai baru
terhadap karya yang dihasilkan, termasuk nilai-nilai baru dalam kehidupan.
3. Jenis-jenis Artikel
Artikel merupakan rangkaian kata yang tertulis. Menurut KBBI, artikel adalah
karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau essai dsb. Artikel dibagi menjadi :
a. Artikel ilmiah yaitu artikel yang ditulis berdasarkan pengamatan dan menganut kaidah
penulisan ilmiah. Artikel ilmiah bisa berupa jurnal ilmiah, esai ilmiah dan
makalah.
b. Artikel pop yaitu artikel yang ditulis faktual dan dimuat di media massa. Artikel pop
bisa berupa berita, opini publik, editorial, esai populer, dan kolom.
c. Artikel sastra yaitu artikel yang ditulis dari hasil imajinasi pengarang. Artikel sastra
bisa berupa cerita pendek ataupun cerita bersambung.
4. Artikel Populer
Artikel populer yaitu artikel yang ditulis secara faktual dan dimuat di media massa.
Artikel populer menganut kaidah penulisan jurnalistik, seperti kebakuan bahasa,
pemilihan diksi, memperhatikan ejaan, menghindari penggunaan bahasa yang jarang
dipahami dan sebagainya. Meskipun artikel populer memiliki ciri dimuat di media massa,
tetapi tidak semua tulisan yang dimuat di media massa termasuk dalam kategori artikel
populer. Artikel yang dimuat di media massa yang bukan termasuk artikel populer yaitu
berita duka cita, informasi kehilangan, iklan, dan informasi lelang.
Pembaca artikel populer berasal dari berbagai suku bangsa dan budaya sehingga
penulis menghindari unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Selain itu
karena dimuat di media massa, penulis harus menghindari kesalahpahaman yang akan
menimbulkan kontroversi. Hal itu karena pembaca media massa merupakan masyarakat
yang berasal dari berbagai macam golongan. Artikel yang ditulis hendaknya bisa
dipahami oleh semua lapisan masyarakat. Untuk itu, penulis harus memperhatikan
kebutuhan halayak bukan
Penulisan Kreatif 9
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
kebutuhan kelompok. Contohnya, anak vespa menulis untuk komunitas vespa di media
massa, maka pembaca yang tidak tergabung dalam komunitas vespa sulit memahaminya.
Penulis hendaknya menggunakan kosa kata yang mudah dipahami. Untuk itu,
penulis harus menghindari penggunaan jargon/istilah khusus. Tidak semua pembaca
memahami jargon/istilah khusus. Contohnya, jargo di dunia perkeretaapian, jargon di
lingkup kesehatan, ataupun jargon yang dipakai pihak kepolisian.
Penulis dengan media massa memiliki hubungan erat yang saling membutuhkan.
Media massa, tanpa adanya artikel populer maka media tesebut tidak ada yang bisa dijual.
Orang membeli koran, majalah dsb karena hendak mendapatkan informasi terkini bukan
hanya sekadar kertas kosong. Honorarium yang diterima oleh penulis tidaklah sedikit
namun bervariatif. Tergantung dari besar redaksi dan wilayah pasar redaksi.
Meskipun honor yang diterima penulis dari redaksi masing-masing berbeda,
penulis harus tetap memiliki semangat menulis. Honor bagi penulis bukanlah yang utama.
Mampu menerbitkan artikel di media massa merupakan prestasi luar biasa. Hal itu karena
tulisan yang terbit sudah mengalami proses seleksi di meja redaksi. Redaksi setiap hari
menerima puluhan bahkan ratusan artikel dari para penulis. Namun, media hanya bisa
menampilkan 1-3 artikel setiap harinya. Itu sebabnya, penulis baru akan sulit sekali
menerbitkan karyanya di media massa. Penulis Penulis harus giat dan rajin mengirimkan
naskahnya agar dikenal oleh pihak redaksi.
Penulisan Kreatif 10
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
5. Karya Sastra
Teeuw (1987:22) menjelaskan secara etimologi kata sastra dipadankan dengan kata
literature (Inggris), literature (Jerman), literature (Prancis) yang semuanya berasal dari
kata litteratura (bahasa Latin). Kata litteratura merupakan terjemahan dari kata
grammatika (bahasa Yunani). Istilah litteratura berasal dari kata littera, sedangkan
grammatika berasal dari gramma yang keduanya memiliki arti huruf atau tulisan (letter).
Menurut asalnya, litteratura dipakai untuk tata bahasa dan puisi, seorang litterartus adalah
orang yang tahu dan memahami tata bahasa dan puisi. Orang yang tahu dan memahami
tata bahasa disebut juga dengan istilah letter (Prancis), geletterd (Belanda), dan man of
letters (Inggris). Selanjutnya literature dalam bahasa Barat modern mengacu pada makna
segala sesuatu yang tertulis. Dalam bahasa Jerman dikenal dua istilah yang berkaitan
dengan konsep literature. Pertama, istilah schrifftum yang berarti segala sesuatu yang
tertulis. Kedua, istilah dichtung yang dibatasi pada tulisan yang tidak langsung berkaitan
dengan kenyataan, tulisan yang bersifat rekaan, dan secara implisit atau pun eksplisit
dianggap mempunyai nilai estetik.
Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta, dari akar kata
sas- dalam kata kerja turunan yang bermakna “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk
atau intruksi”. Akhiran –tra pada umumnya merujuk pada pengertian “alat atau sarana”.
Oleh karena itu, dalam konsep ini, kata sastra dapat berarti “alat untuk mengajar, buku
petunjuk, buku instruksi atau pengajaran”. Misalnya, silpasastra “buku arsitektur”,
kamasastra berarti “buku petunjuk mengenai seni bercinta”. Selanjutnya, kata awal su-
berarti baik, sehingga kata susastra berarti buku petunjuk tentang kebaikan. Dalam konteks
ini, susastra dapat disejajarkan dengan istilah belles-lettres (Prancis), karya sastra yang
bernilai estetis (indah). Teeuw (1987:23) menjelaskan bahwa kata susastra tidak terdapat
dalam bahasa Sangsekerta dan Jawa Kuno, sehingga kata susastra dianggap merupakan
ciptaan masyarakat Jawa dan atau Melayu yang muncul masa sesudahnya.
Selain itu sastra menurut Semi (1988: 8) adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan
seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa
sebagai mediumnya. Wellek dan Warren (2001:11) juga mengemukakan salah satu batasan
yang pertama dari sastra yaitu segala sesuatu yang tertulis dan tercetak. Pembaca membaca
karya sastra untuk menghibur diri. Melalui karya sastra, penulis menyampaikan
imajinasinya melalui tulisan. Melalui tulisan itu pengarang membawa pembaca untuk
Penulisan Kreatif
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
Penulisan Kreatif
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
b. penyerapan, setelah topik ditentukan, penulis perlu mencari referensi yang menunjang
isi tulisannya.
c. metabolisme, mencerna atau memahami topik dan kerangka tulisan yang telah penulis
buat dengan referensi pendukung.
d. penuangan, penuangan merupakan langkah menulis pada tahap inti, yaitu penulis
menuangkan ide-ide dan pikirannya ke dalam sebuah tulisan.
e. revisi, langkah yang terakhir dalam proses menulis adalah merevisi, yakni membenahi
tulisan dari berbagi segi baik isi maupun tanda baca.
c. Menyiapkan salinan identitas seperti kartu tanda penduduk atau dokumen lain yang
masih berlaku;
d. Melampirkan surat pengantar kepada redaksi, seperti:
Hormat saya,
Misbah Priagung N.
Penulisan Kreatif
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
e. Mengirimkan naskah melalui melalui surel redaksi atau membuat akun pada portal
yang sudah disediakan. Surel redaksi biasanya dicantumkan di bagian bawah rubrik
opini di setiap surat kabar.
f. Apabila naskah yang dikirim adalah naskah sastra, Anda bisa mengirimkan naskah
tersebut melalui surel penerbit.
D. Referensi
AA Navis. 2007. Robohnya Surau Kami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Ahmadi, Mukhsin. 2015. Keterampilan Berbahasa dan Apresiasi Sastra. Malang: YA3
Ariani, N.K. 2017. Perempuan Berambut Api. Koran Kompas edisi 12 November
2017.
Ajidarma, S.G. 1995. Dilarang Nyanyi di Kamar Mandi. Jakarta: Subentra Citra
Pustaka.
Febriyanti AL, Harsiati T, Dermawan T. Pengembangan Instrumen Asesmen Menulis. J
Pendidik Teor Penelitian, dan Pengemb. 2017;2(10):1399–408.
Kompas Media Nusantara. 1993. Pelajaran Mengarang. Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara.
Rahardi, F. 2006. Panduan lengkap menulis artikel, feature, dan esai. Depok:
Kawan Pustaka.
Rosidi, I. 2009. Menulis Siapa Takut: Panduan bagi Penulis Pemula. Yogyakarta:
Kanisius.
Semi, M.A. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.
Suparno, dan Mohamad Y. 2007. Keterampilan Dasar Menulis. Cetakan
kelimabelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Steven Earnshaw. 2014. The Handbook of Creative Writing Second edition. CPI Group (UK)
Penulisan Kreatif
Universitas PGRI Sumatera Barat Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia S-1
https://sastraindonesiaku.wordpress.com/kajian.cerpen-pelajaran-mengarang/
Penulisan Kreatif