Anda di halaman 1dari 6

Ketertarikan yang besar terhadap sastra dan tulis menulis, sinema, serta seni rupa telah memicu saya

aktif bergabung dalam sejumlah komunitas sosial selama tujuh tahun berada di Medan.

1. Jejak Kata (2014)

Saat berkuliah di UIN Sumatera Utara, saya aktif selama satu tahun di Komunitas ini dan terlibat dalam
seluruh kegiatan sosial yang dilaksanakan. Kegiatannya mencakup kelas menulis hingga pelaksanaan
bagi-bagi kudapan untuk Jamaah melalui kegiatan Jum'at Mubarak setiap hari Jum'at. Pada masa awal
berdirinya, Mahasiswa yang terlibat hanya sebelas orang dan saya adalah satu-satunya mahasiswa baru
di antara semua mereka yang adalah senior jebolan majalah kampus.

2. Medan Membaca (2017-Kini)

Saya tumbuh besar dengan bacaan. Sebagai orang yang menyukai sastra dan buku, bergabung dengan
Komunitas baca terbesar di Medan (eks Goodreads Medan) ini merupakan gerbang awal saya terlibat
percakapan panjang dengan sesama penggila buku. Komunitas ini telah dengan langsung mengasah
kemampuan saya berkomunikasi dan berteman dengan banyak sekali orang perihal apa yang saya cintai
dengan sepenuh hati. Pada 2019 saat komunitas ini mulai diresmikan sebagai lembaga literasi, saya
diminta untuk jadi salah satu dari sembilan pengurus resminya. Tugas saya selama menjabat adalah
membuat topik tentang buku menjadi semakin dekat buat setiap orang melalui interaksi grup
Whatsapp. Hal ini berdampak besar terhadap keterikatan hubungan antar anggota komunitas. Saya
turut membantu menyiapkan sejumlah design untuk alat promosi kegiatan komunitas. Keaktifan saya
sebagai pengurus juga menguatkan pelaksaan kegiatan litersi luar ruangan seperti Pojok Baca dan
Booktalk rutin dilakukan dan diikuti oleh semakin banyak orang (meski berstatus sebagai kota besar,
Kegiatan literasi di medan pada tahun 2018 hingga awal 2020 masih sangat rendah).

3. Komunitas Kita-Kita Medan (2018-2019)

Bersama tujuh teman lain yang ikut membangun komunitas ini, kami rutin melaksakan aksi sosial berupa
pelatihan belajar blog dasar dengan tajuk Writing Blog Class. Pelaksanaan kegiatan gratis ini
memungkinkan banyak sekali orang belajar memahami platform blog dan berkomunitas (tembusannya
adalah komunitas Blogger Sumut) di mana anggotanya dapat senantiasa berinteraksi dan terus berbagi
ilmu seputar penguatan persona digital. Kegiatan yang kami lakukan memungkinkan semua orang
memiliki kesempatan untuk berkembang sebab persyaratan keikut-sertaannya tidak terbatas pada umur
maupun kelas sosial. Di komunitas ini, cikal bakal pengetahuan saya tentang dunia event tumbuh dan
Klub Film Sesinema terbentuk.

4. Sesinema (2019-Kini)

Kemunculan komunitas film ini adalah satu letupan baik bagi penyuka film/sinema kota Medan. Sebagai
founder komunitas, sedari awal saya sudah membayangkan komunitas ini akan jadi salah satu wadah
hidup bagi penyuka film. Bekerja sama dengan Alliance Francaise Medan dan meminjam ruang
pertemuan mereka, saya dan teman-teman menggelar sejumlah sesi nonton dan diskusi film dengan
tajuk Sesinema Screening & Movie Discussion. Hampir seluruh sesi yang kami gelar full house dan
beberapanya sampai diliput media. Keberhasilan menjalin kerjasama yang baik dengan Alliance
Francaise Medan (AF Medan) telah memungkinkan sejumlah festival film International yang rutin digelar
mereka dikunjungi oleh banyak orang dari berbagai jenjang sebab jadi terlihat dekat (tak terbatas untuk
kalangan khusus) dengan bantuan promosi yang juga dilakukan Sesinema. Satu momen terbaik yang
pernah diraih Sesinema adalah didaulat jadi mitra venue resmi festival Europe On Screen pada akhir
tahun 2019. Corona membuat seluruh kegiatan Sesinema setelahnya vakum.

5. Komunitas Wikimedia Medan

Aktif di komunitas ini memungkinkan saya aktif dalam sejumlah kegiatan pembebasan pengetahuan.
Selama bergabung, saya telah terlibat dalam sejumlah kegiatan Edit dan Proofreading digitalisasi naskah
kuno di Wikisource, dan Digitalisi koleksi Museum Uang Sumatera Utara yang seluruh datanya dapat
diakses orang banyak melalui internet.

6. Room C Art Gallery Community

Seorang teman beritahu saya soal Franky Pandana yang tengah buka pameran perupa Reza Pahlevi di
galeri seninya. Ia adalah seorang Seniman, Art Collector, dan Art Seller. Karyanya sendiri pernah di
tampilkan di Singapura hingga Tokyo. Obrolan yang nyambung bikin kami akrab dan saling terkesan,
hingga suatu hari, saya dianggapnya cocok untuk jadi bagian dari komunitas penikmat seni rupa yang
dikelolanya. Tak banyak orang yang datang ke galerinya. Ia seorang Tionghoa, dan isu ras di medan
masih sangat pekat. Geliat Seni rupa di Medan lambat, tak seperti di Jawa. Franky sendiri telah menutup
galerinya, Lembayung, dan ubah fungsi gedungnya jadi tempat kursus bernama Corpus. Room C sendiri
ada di satu ruang kecil di dalamnya yang memang dikhususkan untuk ruang pameran karya seniman
kenamaan Indonesia yang dekat dengannya. Sejak aktif bekerja di Event Organizer, saya ketemu dan
mudah membangun obrolan dengan orang baru. Kemampuan saya menjembatani satu talenta dengan
talenta yang lain secara tak langsung saya fungsikan di sini. Suatu hari, saya pertemukan Franky dengan
Titan Sadewo yang kemudian juga jadi teman dekatnya. Ia seorang penyair yang juga guru, tiap bulan
sejak agustus, Titan selalu bawa murid-muruidnya ke galeri. Belakangan, saya ajak franky yang menyukai
sastra (yang juga adalah sebuah seni) gabung ke ruangan obrol Book Club Indonesia di mana saya adalah
salah satu moderatornya. Hal ini bikin kami dapat bicarakan seni rupa dan kenalkan Room C ke lebih
banyak orang. Paling baru, Franky saya kenallkan ke teman saya Hardiansyah Taher yang aktif di
Wikimedia yang 28 November kemarin telah datang ke Room C untuk mendata dan mendokumentasi
(mendigitalisasi) karya Seni sehingga dapat dinikmati oleh masyarkat luas secara online. Saat waktu kami
cocok, Saya ketemu Franky, dan Titan bertemu untuk merekam video pembacaan puisi yang ditulis Titan
buat respon karya yang tengah dipajang di Room C untuk diunggah ke Instagram Room C.

Mapan Literasi Adalah Hak Seluruh Anak Bangsa (Divisi Pendidikan)

Saya selalu membayangkan hidup di negeri yang orang-orangnya bukan hanya memahami sastra sebagai
alur sebuah peristiwa/cerita, namun mengapresiasi keberadaannya secara utuh sehingga nilai-nilai luhur
yang terkandung di dalamnya tersampaikan dan dipahami dengan benar. Sebagai sebuah seni, sastra
mesti dipahami konteksnya dalam bingkai yang besar, bukan hanya sebagai roman.
Program apa yang akan kamu lakukan jika terpilih menjadi peserta Jelajah Budaya #3 1000 RUMAH
GADANG ! Jelaskan Sesuai Devisi Yang Kamu Pilih !!! *

Mapan Literasi Adalah Hak Seluruh Anak Bangsa (Divisi Pendidikan)

Latar Belakang Program

Sebagai sebuah seni, sastra adalah warisan kebudayaan. Saya selalu membayangkan hidup di
negeri yang orang-orangnya mengapresiasi keberadaan sastra secara utuh sehingga nilai-nilai
(estetika, moral, dan gagasan)yang terkandung di dalamnya dapat dipahami masyarakat dengan
benar, bukan hanya sekadar sebagai alur sebuah cerita yang dirangkum dan selesai begitu saja
(dianggap sebagai picisan dan hiburan belaka). Hal ini dipicu oleh keinginan untuk mewujudkan
Learning Society (Masyarakat Belajar), di mana semua pihak mempunyai kesadaran bahwa
semua orang memiliki pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang beragam sehingga
tidak ada pihak yang segan bertanya, tidak ada pihak yang menganggap dirinya paling tahu,
melainkan saling berbagi dan mau mendengarkan. Poin utamanya adalah belajar sepanjang
hayat.

Literasi merujuk pada kemampuan dan keterampilan kognitif seseorang dalam membaca,
menulis, berbicara, berhitung, dan menyelesaikan masalah (problem solving)yang dipengaruhi
oleh kompetensi di bidang akademik, konteks nasional, nilai budaya, dan juga pengalaman.
Secara spesifik, Dimensi literasi sastra mencakup pada pemberdayaan Masyarakat Baca untuk
mencintai Sastra agar nilai-nilainya terserap luas, yang didalamnya diperlukan keterampilan
berbahasa, menyimak, berbicara, membaca, hingga menulis (baik dalam bahasa ibu, bahasa
nasional, dan bahasa asing).

Pada Jelajah budaya ke #3 ini, Saya menggagas program untuk divisi pendidikan dengan tajuk
Literasi Sastra sebagai upaya penguatan pembelajaran kontekstual untuk membantu pembaca
sastra memahami konteks bacaan dan mampu memproyeksikan/mengaitkan situasi tersebut
dalam kehidupan sehari hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Adapun kegiatan yang
tercakup dalam program ini adalah sebagai berikut:

1. Membaca Kritis
Kita kerap dengar istilah berpikir kritis, namun kurang familiar dengan istilah membaca
kritis. Pada hakikatnya, kedua proses ini berjalan beriringan, sehingga perlu dipahami bahwa
perpikir kritis tak dapat dicapai bila seseorang tidak mampu membaca secara kritis.
Membaca kritis dapat dipahami sebagai kegiatan membaca dengan aktif, reflektif, hati-hati,
dan analitis. Ia bukan sekadar proses membaca lambat. Membaca kritis artinya pembaca
mampu menggambarkan isi  dan maksud tulisan dengan memeriksa struktur dan gaya
penulisan, bahasa yang digunakan, juga ide-ide yang disampaikan. Pada tahap ini, seorang
pembaca yang kritis akan aktif mengenali dan menganalisis tulisan mulai dari topik yang
disajikan, ide utama tulisan, gaya bahasa yang digunakan penulis, cara penulis membangun
argumen, data dan ilustrasi yang menjadi pendukung argumen, hingga respons emosi apa
yang berusaha dibangun oleh si penulis.

2. Mendiskusikan Bacaan
Merujuk pada kondisi masyarakat pembelajar di mana pihak mempunyai kesadaran bahwa
semua orang memiliki pengetahuan, pengalaman, serta keterampilan yang beragam, maka
upaya untuk mendiskusikan bacaan penting dilakukan, Diskusi adalah pertukaran pikiran,
gagasan dan pendapat antara dua orang atau lebih. Saat berdiskusi kita akan mendapat
tanggapan yang berbeda terhadap satu masalah dari masing-masing peserta diskusi. Dari
situlah kita menemukan berbagai ide dan gagasan baru yang dapat mengembangkan
wawasan kita tentang suatu hal.

3. Pelatihan Mendongeng
Kegiatan ini ditujukan sebagai upaya untuk meneruskan tradisi sastra lisan serta pelestarian
bahasa Ibu. Pelatihannya mencakup teknik menentukan gagasan, hingga teknik bercerita.

Sastra

Secara sederhana, Literasi dapat dipahami sebagai kemampuan dan keterampilans eseorang dalam
membaca, menulis, berbicara

Masyarakat belajar (learning society) adalah sebuah kondisi yang terjadi di masyarakat dengan ciri tiap
individu dalam masyarakat mempunyai rasa keingintahuan terhadap pengetahuan dan keterampilan
dengan melakukan discovery inquiry dan telah melakukannya sebagai praktik kultural yang berkaitan
dengan upaya memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi pengetahuan
dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan literasi sastra dengan penguatan masyarakat baca merupakan
hubungan resiprokal positif dan transformatif. Peran politik dalam kebijakan biaya produksi buku murah
dengan pencetakan karya sastra bermutu perlu diperhatikan. Demikian juga dengan perhatian
pemerintah lokal secara politis harus mengapresiasi dan mengakomodasi kelompok-kelompok belajar,
perpustakaan rakyat dan rumah baca, serta kelompok-kelompok diskusi sastra.

a walnya saya diajak untuk ikut menulis naskah cabaret oleh ketuanya, Kak Indri. Ini bikin saya serta
merta jadi bagian dari komunitas mereka sejak akhir tahun 2020. Pada Juni-Oktiber, saya didaulat
sebagai admin yang bertugas mengurusi relasi dengan sejumlah pihak yang sedang dan akan bekerja
sama dengan komunitas. Selama bertugas, saya telah berhasil membangun relasi awal dengan pihak
Coca-Cola yang digadangkan akan bekerja sama dengan Kampung Dongeng Sumatera Utara dalam
kegiatan Kemah Dongeng Anak. Di samping itu, saya juga terlibat dalam sejumlah kegiatan yang
membutuhkan skill menyusun Event di dalamnya.

Saya pribadi melihat gegar budaya sebagai sebuah keniscayaan yang akan dialami oleh semua orang.
Saya pribadi mengalaminya saat pindah ke Medan untuk berkuliah. Awalnya terasa menyenangkan, fase
ketika semuanya tampak baru dan modern (

Mengutif informasi yang rilis oleh Tirto.id, ada lima tahapan dalam gegar budaya yang secara langsung
telah pernah saya alami dulu saat pindah ke Medan untuk kuliah, yaitu: 1) Honeymoon

Anda mungkin juga menyukai