Anda di halaman 1dari 23

PERAN PEMUDA

DALAM KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI
BENCANA GEMPABUMI
25 April 2018
21.00 – 23.00 WIB
(Online Whatsapp)

oleh Riskyana Wulandari, S.Psi, M.Si (Han)


Masih ingat dengan gempa
yang dirasakan oleh
warga Jakarta pada
23 Januari 2018 lalu?
Gempa berkekuatan 6,1 SR yang berpusat di Reaksi-reaksi seperti ini justru dapat
Lebak, Banten, dirasakan oleh warga Jakarta membahayakan diri sendiri dan orang lain,
selama lebih dari 2 menit pada 23 Januari 2018 karena:
(detiknews, 23 Januari 2018). • berlari saat guncangan gempa dapat
menyebabkan sso kesulitan
Dari kejadian ini muncul berbagai reaksi, antara mempertahankan keseimbangan diri dan
lain: berakibat jatuh;
• berlarian keluar pada saat gempa masih • berisiko tertimpa benda jatuh atau
berlangsung, reruntuhan;
• terburu-buru pada saat evakuasi melalui • update status tidak pada waktunya dapat
tangga darurat bagi yang berada di gedung mengganggu ketertiban evakuasi dan
tingkat, membahayakan keselamatan jiwa orang lain;
• update status pada saat evakuasi • foto/video tanpa diikuti penjelasan konkret
berlangsung, dan mengenai kejadian dapat berisiko
• mengambil foto/video tanpa menimbulkan salah persepsi publik.
penjelasan/konfirmasi kejadian.
Seakan tidak cukup sampai di situ,
• malamnya banyak beredar broadcast message
hoax mengenai adanya gempa susulan pada
tanggal, jam dan magnitude tertentu lengkap
dengan foto yang seakan meyakinkan.
• juga informasi resmi pemerintah yang diedit
dan dipelintir bahwa akan terjadi gempa
susulan.
Kedua informasi di atas adalah hoax, yang
sayangnya banyak diunggah ulang tanpa
memastikan kebenarannya dari akun/ instansi
resmi terkait.

“Iptek saat ini belum mampu


memprediksi kapan, dimana dan
seberapa besar kekuatan gempa yang
akan terjadi,” Sutopo Purwo Nugroho – Humas BNPB
(Tempo.co, 23 Januari 2018).
Apa yang bisa kita
lakukan sebagai
pemuda untuk
menghadapi bencana?
Pemuda (youth)
• Pengertian
– Seseorang yang berada pada usia 15 s.d. 35 tahun (UNESCO)
– WNI yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan
berusia 16 s.d. 30 tahun (UU No.40 Tahun 2009)
• Populasi pemuda di Indonesia mencapai 63,36 juta (24,27%) dari
total populasi 262 juta (BPS, 2017)
• Indonesia memiliki populasi pemuda yang besar dan dapat
dimanfaatkan menjadi aktor kebencanaan dan agen perubahan.
• Namun ketika terjadi bencana, pemuda dilihat sebagai korban
atau objek dari kebijakan (pelibatan secara parsial).
• Padahal hingga tahun 2035 nanti, Indonesia didominasi oleh
penduduk usia produktif, yaitu 15 s.d. 64 tahun (BPS, 2017),
yang berarti pemuda termasuk di dalamnya.
Berdasarkan review literatur
• UNISDR, 2000: pemuda memiliki peran
penting dalam merespon bencana dan
dapat menjadi pilihan investasi bagi upaya
kesiapsiagaan.
• Plan International, 2011: pemuda harus
dilibatkan secara aktif dalam PRB
(Pengurangan Risiko Bencana), karena
keterlibatan pemuda dalam PRB dapat
meningkatkan kapasitas masyarakat
menghadapi bencana.
• Spalton, 2012: pemuda mampu
mengadvokasi dan menjadi penggerak
perubahan dan mendorong ketangguhan
dalam masyarakat.
• Berdasarkan survey APJII (2017), pemuda Sumber: APJII (2017)

juga merupakan pengguna internet


terbanyak, yaitu 49,52% dari 143,26 juta
penduduk Indonesia yang menggunakan
internet.
• Sedangkan terkait layanan yang sering
diakses oleh pengguna internet adalah:
– Media chatting (89,35%)
– Media sosial (87,13%)
Sumber: APJII (2017)
– Search engine (74,84%)
• Berdasarkan fakta tsb, apa yang bisa
dilakukan oleh anak muda melalui media Sumber: APJII (2017)
sosial untuk dunia kebencanaan?
Kini kita tahu dan sepakat
bahwa pemuda memiliki
potensi besar, lalu apa
strateginya untuk
mendukung kesiapsiagaan
menghadapi bencana?
① Meningkatkan kesiapsiagaan diri
Kesiapsiagaan (preparedness) adalah Pembelajaran dari hasil penelitian dan
pengetahuan dan kapasitas yang survey di Jepang (Great Hansin
dikembangkan oleh pemerintah, organisasi Earthquake 1995) menunjukkan bahwa
profesional dalam tanggap darurat dan penyebab terbesar selamatnya korban
pemulihan, komunitas, dan individu untuk bencana adalah kesiapsiagaan diri
secara efektif mengantisipasi, merespon, sendiri.
dan memulihkan diri dari potensi dampak
suatu bahaya (UNISDR, 2009).
Hal ini berarti, untuk mengurangi risiko
Kesiapsiagaan bertujuan (Twigg, 2015): bencana maka dimulai dengan
meningkatkan kapasitas diri kita
1. Membantu masyarakat menghindari
masing-masing mengenai bagaimana
ancaman bencana, dan
cara mengantisipasi, merespon dan
2. Memaksimalkan perencanaan sumber memulihkan diri dari bencana yang ada
daya dan mekanisme yang ada agar di sekitar.
memperoleh bantuan yang cukup.
KESIAPSIAGAAN DIRI
SENDIRI: 34,9%

DUKUNGAN
KELUARGA: 31,9%

DUKUNGAN TEMAN/
TETANGGA: 28,1%
DUKUNGAN ORANG
SEKITAR: 2,6%

DUKUNGAN TIM
PENOLONG: 1,7%

LAIN-LAIN: 0,9%

Sumber: Paparan HKB (Hari Kesiapsiagaan Bencana) oleh Ir. Bernardus


Wisnu Widjaja - BNPB, bersama dengan UNOCHA (25 April 2018)
Ketika kita telah meningkatkan kesiapsiagaan Ingat, bahwa bencana seperti gempabumi
diri dan tahu bagaimana cara bertindak belum dapat diprediksi dan dapat muncul
secara tepat menghadapi bencana maka kita secara tiba-tiba tanpa adanya tanda-tanda
juga dapat mendukung kesiapsiagaan orang- sama sekali (Coppola, 2010).
orang yang berada di sekitar kita, yaitu:
• keluarga, Oleh karena itu kita sebagai pemuda dan
• teman/tetangga, masyarakat harus memperkuat kesiapsiagaan.
• orang sekitar, dan Hal ini dikarenakan masyarakat adalah yang
• yang berkebutuhan khusus (penyandang pertama kali merasakan dampak gempa bumi
disabilitas). secara langsung sekaligus yang dapat
melakukan tindakan respon pertama di
lapangan (Malakar, 2013).
Bagaimana cara meningkatkan
kesiapsiagaan?
1) Ketahui risiko bencana yang ada di sekitar
kita (potensi, riwayat kronologis, besaran
kekuatan, dampak) karena karakteristik
bencana pada setiap tempat dapat
berbeda.
2) Cari tahu apa yang harus dilakukan
sebelum, saat dan sesudah terjadi
bencana.
3) Menyiapkan tas siaga (copy surat
berharga, makanan siap santap, dll).
4) Mencatat nomor telepon darurat.
5) Berlatih cara merespon/berlindung dari
bencana bersama keluarga.
Lebih lanjut mengenai kesiapsiagaan, silahkan
klik: https://siaga.bnpb.go.id/hkb/
② Mengantisipasi berita hoax bencana
Bagaimana cara kita mengantisipasi
berita/pesan hoax seperti yang kita ulas di awal? • Periksa fakta
• Hati-hati dengan judul provokatif – Perhatikan dari mana berita berasal
– Berita hoax seringkali menggunakan dan siapa sumbernya. Pada kasus
judul sensasional yang provokatif. broadcast message whatsapp
Isinya pun bisa diambil dari berita pastikan sumbernya resmi dan
media resmi namun diubah agar tepercaya sebelum dibagikan kepada
menimbulkan persepsi sesuai yang yang lain.
dikehendaki si pembuat hoax. • Cek keaslian foto
• Cermati alamat situs – Manfaatkan mesin pencari Google
– Cermati alamat situs apakah berasal untuk mengecek keaslian foto, yaitu
dari institusi resmi atau menggunakan dengan drag-and-drop gambar ke
domain blog? Jika misalnya, kolom pencarian Google Images.
menggunakan domain blog tanpa
referensi/rujukan maka informasi- (Sumber: https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-
nya bisa dibilang meragukan. mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media)
③ Mendukung metode alternatif populer dalam penyebaran
informasi dan edukasi tentang kebencanaan
Selain melalui program pendidikan/pelatihan, Posting atau repost informasi terkait
berita maupun pengumuman dari pihak resmi, kita kebencanaan dari sumber resmi dan terpercaya
juga dapat menggunakan metode-metode alternatif • 87,13% dari total populasi penduduk
yang populer lainnya untuk menyebarkan informasi pengguna internet di Indonesia mengakses
dan edukasi tentang kebencanaan. media sosial (APJII, 2017).
• Dengan posting atau repost data dan
informasi resmi yang dikeluarkan oleh BNPB
dan BMKG via media sosial maka kita
membantu menangkal hoax dan juga
mengenalkan kedua instansi ini sebagai
sumber resmi dalam penyebaran informasi
dan data terkait kebencanaan.

Sumber: APJII (2017)


Blogging atau vlogging terkait isu kebencanaan Berpartisipasi dalam komunitas/forum/organisasi
• Artikel dan video menjadi sarana edukasi yang relawan penanggulangan bencana
banyak diakses melalui internet. • Pemuda dapat melibatkan diri dalam forum
• Hal ini bisa dimanfaatkan pemuda yang kebencanaan yang ada, baik pada tingkat
mempunyai bakat dalam menulis di blog nasional maupun internasional seperti WCDRR
maupun membuat vlog dengan tetap – World Conference on Disaster Risk
mencantumkan sumber rujukan. Reduction.

Sumber: APJII (2017)

Keterlibatan IYDRR dalam WCDRR


Menyelenggarakan kegiatan kesiapsiagaan bagi
masyarakat
• Pemuda yang tergabung dalam forum
kebencanaan diharapkan mengaplikasikan
ilmunya untuk masyarakat.
• Seperti IYDRR yang menyelenggarakan Karang
Taruna Siaga Bencana pada Januari 2018 lalu.
Kegiatan ini berupa wokrshop dan simulasi
penanganan kebakaran permukiman yang
Keterlibatan IYDRR dalam melibatkan stakeholder terkait.
penanganan pengungsi Rohingya

• Bagi pemuda, semangat untuk membantu


sesama seharusnya tidak menjadi penghalang
untuk berpartisipasi dalam kerelawanan,
bahkan yang bersifat lintas negara sekalipun.

Keterlibatan IYDRR dalam ketangguhan


masyarakat & karang taruna Kel. CBU, Jaktim
Membuat film dokumenter terkait isu
• Tidak hanya masyarakat, pemuda juga kebencanaan
dapat berperan dalam peningkatan • Baru-baru ini telah muncul film dokumenter
kesiapsiagaan bencana di sekolah- berbasis riset tentang penanggulangan
sekolah. bencana di Kepulauan Mentawai.
• Film berjudul REPDEMAN ini adalah proyek
independen dan swadaya yang digagas oleh
anak bangsa Indonesia.

Keterlibatan IYDRR dalam Sekolah Siaga Bencana bersama KMPLHK Ranita


Mengembangkan sarana permainan edukatif terkait kebencanaan
• PREDIKT Team dan Ecofun mengembangkan alat permainan edukatif terkait
kebencanaan untuk mengedukasi masyarakat dan anak-anak.
• Sumber:
https://www.predikt.id/ dan http://ecofun.id/
Berpartisipasi dalam riset kebencanaan
• Indonesia memiliki jumlah korban jiwa
akibat bencana alam yang tinggi namun
publikasi ilmiahnya masih rendah.
• Para pemuda terus berupaya untuk
berkontribusi dalam riset kebencanaan di
Indonesia melalui forum young scientist
dan konferensi
internasional.

Keterlibatan IYDRR dalam IHRR


Conference, Durham Univ, 2017
Kesimpulan
1. Indonesia memiliki populasi pemuda yang besar dan berpotensi menjadi
aktor kebencanaan dan agen perubahan apabila mendapatkan
peningkatan kapasitas yang tepat.
2. Pemuda dapat berperan dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana
melalui:
– Meningkatan kesiapsiagaan diri,
– Mengantisipasi berita hoax bencana, dan
– Mendukung metode alternatif populer dalam penyebaran informasi dan edukasi
tentang kebencanaan (melalui media sosial, blog/vlog, komunitas relawan, program
kegiatan, film, permainan edukatif, maupun forum riset kebencanaan).
Kita hidup di Indonesia yang
dianugrahi kekayaan alam
melimpah namun juga memiliki
berbagai risiko bencana. Jadi
pilihannya ada pada kita apa yang
akan dilakukan, diam atau
mengurangi risiko bencana?
Kita siap
untuk
selamat!
#HKB26APRIL

oleh Riskyana Wulandari, S.Psi, M.Si (Han)

Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai