Dampak Isolasi Reproduksi Terhadap Mutas
Dampak Isolasi Reproduksi Terhadap Mutas
Disusun oleh:
Kelompok 14
Aufa Aulia Kanza (140410120019)
Clarisa Dity Andari (140410120031)
Tiffany Hanik Lestari (140410120042)
Adela Hani Faiza (140410120052)
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2015
A. Mekanisme spesiasi
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi
sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur,
sedikit demi sedikit perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung
pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan
kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang
luas akan mengalami spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan
kepunahan suatu jenis, jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi (Pujari,
2015).
Spesiasi terjadi disebabkan oleh adanya isolasi geografi, reproduksi, dan lain-lain. Syarat
terjadinya spesiasi adalah adanya relung atau niche yang kosong, adanya keanekaragaman suatu
kelompok organisme, dan adanya perubahan lingkungan. Secara biologi, spesiasi terjadi oleh
adanya isolasi reproduksi, dimana isolasi reproduksi merupakan kemmapuan makhluk hidup
untuk saling mengawini satu sama lain, tetapi tidak dengan anggota spesies lainnya. Isolasi
reproduksi ini berperan dalam mengisolasi sebelum perkawinan (premating isolation/prezygotic
barrier) dan isolasi setelah perkawinan (postmating isolation/postzigotic barrier) (Maridi, 2012).
Dua pengaruh utama spesiasi yang paling penting yaitu (Pujari, 2015):
1. Isolasi Geografis
Sebagian besar para ahli biologi berpendapat bahwa faktor awal yang mempengaruhi
spesiasi adalah pemisahan geografi, karena selama populasi dari spesies yang sama masih
berhubungan secara langsung atau tidak, genflow masih dapat terjadi. Namun, jika terbentuk
hambatan bagi penyebaran spesies (sebab-sebab geografis) maka, tidak akan ada pertukaran
susunan gen dalam sistem populasi dan evolusi akan berlangsung sendiri-sendiri. Semakin lama
kedua populasi tersebut akan semakin berbeda karena telah mengalami evolusi dengan caranya
sendiri. Sejalan dengan waktu pemisahan geografi dari sistem populasi akan mengalami
penyimpangan, sebabnya adalah sebagai berikut:
a. Kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen permulaan yang
berbeda. Jadi, jika dua populasi memiliki potensi genetik yang berbeda sejak awal
pemisahannya, sudah barang tentu akan menempuh jalan yang berbeda.
b. Mutasi terjadi secara acak. Pemisahan dalam dua sistem populasi tersebut mungkin
disebabkan adanya mutasi.
c. Pengaruh tekanan seleksi alam sekeliling setelah mereka menempati posisi pemisahan
yang berbeda.
d. Pergeseran susunan gen (genetic drift). Ini berpeluang bagi terbentuknya koloni baru.
2. Isolasi Reproduksi
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan gene
flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah
kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama
sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi geografis di atas dapat dikatakan
sebagai faktor luar (ekstrinsik) yang menjadi penyebab terjadinya spesiasi. Selanjutnya, dalam
rentang waktu yang lama akan terjadi mekanisme isolasi intrinsik, dimana sifat-sifat yang
dimiliki oleh populasi tersebut dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah
inbreeding jika kedua populasi itu berkumpul lagi setelah batas pemisahannya sudah tidak ada.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa spesiasi dimulai dengan adanya penghambat (barrier)
luar yang menjadikan dua sistem populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat
yang berbeda). Namun keadaan ini belum sempurna sampai populasi ini mengalami proses
intrinsik yang menjaga supaya mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah
meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama). Mekanisme isolasi
intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi sesudah
perkawinan.
a. Isolasi waktu, misalnya adalah kuda. Kuda jaman eosen yaitu Eohippus - Mesohippus -
Meryhippus - Pliohippus - Equus. Dari jaman eosin hingga sekarang seorang ahli
palaentolog menduga telah terjadi 150 ribu kali mutasi yang menguntungkan untuk setiap
gen kuda. Dengan demikian terdapat cukup banyak perbedaan antara nenek moyang kuda
dengan kuda yang kita kenal sekarang. Oleh sebab itu kuda-kuda tersebut dinyatakan
berbeda spesies.
b. Isolasi geografis Burung Fringilidae yang mungkin terbawa badai dari pantai Equador ke
Kepulauan Galapagos. Karena pulas-pulau itu cukup jauh jaraknya maka perkawinan
populasi satu pulau dengan pulau lainnya sangat jarang terjadi. Akibat penumpukan
mutasi yang berbeda selama ratusan tahun menyebabkan kumpulan gen yang jauh
berbeda pada tiap-tiap pulaunya. Dengan demikian populasi burung di tiap-tiap pulau di
Kepulauan Galapagos menjadi spesies yang terpisah.
c. Domestikasi hewan ternak yang dijinakkan dari hewan liar dan tanaman budi daya dari
tumbuhan liar adalah contoh domestikasi. Domestikasi memindahkan makhluk-makhluk
tersebut dari habitat aslinya ke dalam lingkungan yang diciptakan manusia. Hal ini
mengakibatkan muncul jenis hewan dan tumbuhan yang memiliki sifat menyimpang dari
sifat aslinya.
d. Mutasi kromosom adalah peristiwa terjadinya spesies baru secara cepat.
Kata evolusi mempunyai arti suatu proses perubahan atau perkembangan secara secara
bertahap atau perlahan-lahan. Dalam pengertian biologi, evolusi berarti perubahan yang progresif
artinya suatu perubahan yang berlangsung sedikit demi sedikit dan memakan waktu yang lama
dan perubahannya menuju ke arah semakin kompleksnya struktur dan fungsi makhluk dan
semakin banyak ragam jenis yang ada. Selain itu, evolusi juga bisa mengarah perubahan yang
regresif, dimana makhluk hidup cenderung menuju ke arah kepunahan yang terjadi bukan hanya
karena semakin mundurnya struktur dan fungsi tetapi dapat juga karena perkembangan struktur
yang melebihi porsinya. Pada teori neodarwinisme dijelaskan bahwa seleksi alam bukanlah
sebab utama terjadinya evolusi organik, seleksi alam hanyalah sebagai faktor yang mengukuhkan
varian-varian yang sesuai yang diperoleh dari peristiwa rekombinasi gen dan mutasi gen yang
menyebabkan variasi makhluk hidup. Mekanisme isolasi menurut Futuyama (1986) dalam
bukunya Evolutionary Biologi adalah karakteristik biologi yang menyebabkan spesies simpatrik
tetap bertahan, misalnya mempertahankan gene pool yang terbatas yang meliputi pencegahan
interbreeding (pembiakan dengan spesies yang berbeda) melalui isolasi geografi, isolasi habitat,
isolasi musim, isolasi reproduksi dan mechanical isolation. Selain mencegah interbreeding, juga
mengurangi keberhasilan persilangan melalui isolasi gamet dan isolasi zigot. Peranan isolasi
dalam mekanisme evolusi yaitu (Ardiansyah, 2015):
1. Premating isolation dapat menyebabkan variasi genetik, hal ini terjadi karena populasi
yang semula continue dipisahkan oleh sebab-sebab geografis, iklim, habitat yang
menyebabkan hambatan bagi penyebaran spesies, maka sistem populasi yang terpisah ini
tidak mungkin terjadi perkawinan (interbreeding). Hal ini menyebabkan tidak terjadi
pertukaran susunan gen mereka dan sistem evolusi mereka selanjutnya akan terpisah.
Sistem evolusi yang berbeda dalam waktu yang relatif lama tejadi perbedaan spesies yang
menyebabkan perubahan susunan genetik, apabila pemisahan tercapai maka akan
menghasilkan spesies yang benar-benar berbeda. Terdapat tiga alasan mengapa sistem
populasi yang terpisah geografis akan mengalami penyimpanan sejalan dengan waktu:
a. Pertama, terdapat kemungkinan yang sangat besar bahwa kedua sistem populasi
yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen permulaan yang berbeda, sebab
pembagian suatu sistem populasi menjadi dua bagian yang terpisah belum tentu
membagi ke dalam dua populasi yang sama secara genetis. Jadi, kalau dua
populasi mencapai potensi genetis yang berbeda sejak saat pemisahannya, evolusi
mendatang sudah tentu akan mengalami jalan yang berbeda saat pemisahannya,
evolusi mendatang sudah tentu akan melalui jalan yang berbeda.
b. Kedua, populasi yang terpisah itu akan mengalami kejadian-kejadian mutasi yang
berbeda. Mutasi terjadi secara sebaran (random), dan terdapat dua kemungkinan
besar bahwa beberapa mutasi yang terjadi di dalam satu bagian dari populasi yang
terpisah, sedangkan pada bagian lain mutasi tidak terjadi atau sebaliknya.
c. Ketiga, penyimpangan pada populasi yang terpisah itu, terjadi juga karena adanya
tekanan seleksi dari sekeliling yang berbeda-beda sebab mereka menempati
keadaan yang berbeda-beda. Kemungkinan bahwa kedua tempat mempunyai
keadaan keliling yang sama adalah kecil.
2. Postmating isolation dapat menyebakan evolusi retrogresif. Kepunahan adalah kematian
ras atau spesies. Kepunahan terjadi bila suatu spesies tidak lagi mampu mereproduksi.
Kebanyakan kepunahan diperkirakan disebabkan oleh perubahan lingkungan yang
mempengaruhi spesies dalam dua cara:
a. Spesies mungkin tidak mampu beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah dan
mati tanpa keturunan.
b. Spesies dapat beradaptasi tetapi dalam prosesnya mungkin berkembang menjadi
spesies baru yang berbeda.
Hal-hal yang mencegah perkawinan antarspesies disebut mekanisme isolasi (Mayr, 1970).
Klasifikasi mekanisme pengisolasi menurut adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
Dari materi yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa dari kedua jenis isolasi
reproduksi, yaitu pre-mating dan post-mating, isolasi yang lebih berpengaruh terhadap terjadinya
mutasi dan evolusi adalah isolasi pre-mating. Hal ini disebabkan karena pada saat pre-mating
terdapat spesies baru yang terisolasi, sehingga terjadinya perkawinan di lokasi yang baru dan
menyebabkan munculnya gen baru serta adanya spesiasi. Jika suatu individu terisolasi pada suatu
daerah, maka individu tersebut akan menyesuaikan diri hingga terjadinya perubahan genetik.
Sedangkan pada isolasi post-mating, terjadi perkawinan antara individu, namun menghasilkan
keturunan yang steril bahkan tidak bias terjadi kelahiran karena keturunan yang letal, sehingga
sulit untuk melihat proses evolusi dalam isolasi tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, Mubin. 2015. Evolusi Populasi. Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah.
Palembang.
Erik, P. P., dan T. Taher. Spesiasi. 2011. Makalah. Pendidikan Biologi PPsUM. Malang.
Gavrilets, S. & C. R. B. Boake. 1998. On the Evolution of Premating Isolation after a Founder
Event. The American Naturalist 152 (5): 706-716.
Maridi. 2012. Spesiasi. Pendidikan Biologi FKIP UNS. Surakarta.
Mayr, E. 1970. Populations, Species, and Evolution: An Abridgment of Animal Species and
Evolution. Harvard University Press. Cambridge.
Pujari, Saritha. 2015. Classification of Reproductive Isolating Mechanisms: Pre-mating and
Post-mating Mechanism. http://www.yourarticlelibrary.com/reproduction/classifica
tion-of-reproductive-isolating-mechanisms-pre-mating-and-post-mating-mechanism-
biology/27229/. (Diakses pada 31 Maret 2014, pukul 9:24 WIB).