I,
MENYAYAN
GI
BUKAN BERARTI
DIKUASAI
Teknologi, Menyayangi Bukan Berarti Dikuasai
“Eh, hah? Iya Yah, Rido lupa, ini lagi main hand phone.” Rido
langsung bergegas mematikan lampu kamar dan TV, kemudian
membuka tirai jendela kamarnya. Matahari benar tepat
menjatuhkan cahayanya ke wajah dan mata Rido, membuatnya
menyipitkan mata dan menggeliat.
“Wah, kalau ayah gak ngerti main beginian,” pernyataan itu diikuti
senyum khas ayah dan sedikit tawa malu-malunya, “dari pada main
itu terus, bagaiman kalau ayah ceritakan sesuatu, mau?”, “memang
cerita apa yah?” Ayah merangkul Rido dan mulai mengisahkan
kehidupan masa kecilnya.
“Do, dulu itu masih susah yang namanya listrik. Waktu Ayah masih
kecil, Ayah kalau belajar malem pasti pakek lilin, gak kaya sekarang,
ada lampu.”
“Iya gitu yah? Terus di jalan gelap dong?” rasa penasaran Rido mulai
tumbuh.
“Iya Do, gelap. Dulu jalan di kampung Ayah masih diterangi oleh
obor, itu juga tidak sepanjang jalan.” Ayah menatap wajah Rido
yang terlihat tengah membayangkan ceritanya.
“Do, dulu itu tidak ada HP, Ayah juga gak pernah main kaya Rido
ini.” Rido langsung mengarahkan pandangannya pada Ayah, “Terus
Ayah main apa di rumah?”
1#
ACTIVI
TY
“Betul do! Itu semua barang-barang yang dulu di zaman bapak dan
sekarang sudah berubah jadi lebih canggih.”
“Ya, justru di situ seninya do, orang dulu jadi lebih tau kerja keras.
Kalau nyuci baju, dulu Ayah membersihkan baju dengan tangan,
kemudian di peras, lalu jemur. Beda kaya sekarang, tinggal pencet
tombol.”
“Tapi kan yah, justru lebih enak sekarang.” Rido merasa tidak mau
kalah dengan pendapat Ayahnya.
“Wah, Ade Ririh habis bantu mamah masak ya?” Ayah langsung
memeluk Ririh yang diikuti anggukan malu-malu Ririh sebagai
tanda bahwa Ia sudah membantu Mamah memasak, “Pintear nih
jagoan kecilnya Ayah!”
“De Ririh hebat, Aa mau coba ah masakan De Ririh, tapi kayanya
keasinan deh. Huek!” Rido menggoda Ririh sambil memencet pipi
adiknya itu.
“Itu berarti, kita sekarang harus lebih banyak bersyukur dengan rajin
ibadah dan menjauhi malas-malasan. Gimana? Rido bisa?” tantang
Ayah pada Rido.
Dang dut dang dut dang dut! Terdengar suara musik tetangga di
samping rumah. Pak Tarno memang terkenal engan kecintaannya
terhadap music dangdut. Rido yang masih kekenyangan itu
langsung menatap ke arah Ayah, “Tuh yah, gara-gara teknologi juga
Pak Tarno jadi nyetel dangdutnya kenceng kaya gitu!”, Ayah
menatap Rido dengan tenang, ”Eit! Jangan marah seperti itu dong
do, harus sabar.” Jawab ayah sambil menepuk punggung Rido. “Ya
habisnya kan dangdut itu gak gaul yah, Rido gak suka sama
dangdut!” sahut Rido pada Ayahnya. “tenang Rido, Kita harus saling
menghargai, sekarang ayo ikut Ayah, kita ngomong baik-baik ke
Pak Tarno.”
Salah satu hobi masyarakat modern saat ini ialah
mendengarkan musik, baik melalui komputer
maupun dvd player yang biasanya dibantu dengan
pengeras suara seperti speaker. Uniknya, mereka,
yang bisa saja tetangga kita sendiri, suka menyetel
musik dengan keras hingga terdengar oleh
lingkungan di sekitarnya. Jika genre musiknya
sesuai dengan selera kita, tentu tak akan
menimbulkan banyak masalah. Tetapi bagaimana
4#
jika musik yang terdengar tidaklah sesuai dengan
A
C selera kita. Musik dangdut misalnya. Bagaimana
T
I
kalian menyikapi hal ini? Apakah diperlukan sikap
V bertoleransi sehingga tidak menimbulkan konflik?
I
T
Y
5#
ACTIVIT
Y
Saat ini perangkat teknologi berbasis listrik di
rumah sudah menjadi kebutuhan yang sangat
penting karena selain lebih praktis, perangkat
teknologi tersebut dapat membantu kegiatan kita
berjalan lebih efisien dan cepat. Jika kamu bisa
membuat suatu teknologi digital, coba bayangkan
dan gambarkan barang apa yang ingin kamu buat
untuk rumahmu!
ACTIVIT
Y
6#