Anda di halaman 1dari 47

USAHA KEGIATAN SEKOLAH (UKS)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan komunitas II
Dosen Pembimbing : Bapak Susan Irawan

Disusun oleh :
Kelas C (SGD) Kelompok 1

1. Cecep Abdul Rohim AK.1.16.009


2. Habib M Iqbal AK.1.16.023
3. Fahrul Hikmah R AK.1.16.019
4. Madaniawati Nurul Fitri AK.1.16.034
5. N. Aneu Nuraeni AK.1.16.040

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS)” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Komunitas II, serta untuk mengetahui dan memahami tentang
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyusun makalah ini dengan harapan dapat memberikan
informasi yang bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Kritik dan saran sangat
dibutuhkan untuk menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada
makalah ini.

Bandung, Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Manfaat Penulisan 2
BAB II Tinjauan Teori

2.1 Konsep Teori UKS 3


2.2 Model-Model UKS 20
2.3 Kebijakan UKS 26
2.4 Promosi Kesehatan pada UKS 28
2.5 Asuhan Keperawatan pada Tatanan Sekolah 35
BAB III Pembahasan

3.1 Kasus 38
3.2 Asuhan keperawatan kasus 38
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 42
4.2 Saran 42
Daftar Pustaka 43

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak merupakan manusia kecil yang memiliki potensi yang harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama
dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu
terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan, mereka seolah-olah tidak
pernah berhenti bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, dan
memiliki rasa ingin tahu secara alamiah. Anak merupakan makhluk sosial,
unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian pendek, dan memiliki
masa yang paling potensial untuk belajar, maka dari itu upaya pendidikan
untuk kesehatan anak melalui Unit Kesehatan Sekolah (UKS) yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan Puskesmas sangat penting karena akan sangat
membantu anak dalam tumbuh kembangnya ke masa depan. Anak yang sehat
merupakan akar dari pertumbuhan generasi muda yang kuat dan unggul untuk
mengisi pembangunan suatu Negara. Faktor yang kondusif untuk kesehatan
anak ke masa depan adalah dengan upaya pendidikan kesehatan anak sejak
dini (Sujiono, 2009).
Pendidikan merupakan pengaruh lingkungan atas anak untuk
menghasilkan perubahan-perubahan yang tetap atau permanen didalam
kebiasaan tingkah laku, pikiran dan sikap seseorang anak. Kualitas pendidikan
untuk anak berkaitan erat dengan sumber daya manusia yang berkualitas pula.
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah yang memiliki jasmani dan
rohani yang sehat. Upaya pengembangan sumber daya manusia yang
berkualitas dan sehat antara lain dengan melaksanakan Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) (Sujiono, 2009).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dari makalah ini
adalah:
1. Apakah konsep teori UKS ?
2. Apa saja model-model UKS ?
3. Apa saja kebijakan UKS ?
4. Bagaimana promosi kesehatan pada UKS ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan teori dan kasus dalam tatanan sekolah ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan ditulisnya makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami konsep usaha kesehatan sekolah (UKS).

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat ditulisnya makalah ini adalah sebagai sumber pembelajaran bagi
mahasiswa dan mahasiswa dapat memahami konsep tentang usaha kesehatan
sekolah (UKS).

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori UKS


A. Definisi
Hidup sehat seperti yang didefinisikan oleh badan kesehatan
perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World Health Organization (WHO)
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Sedangkan kesehatan
jiwa adalah keadaan yang memungkinkan perkembangan fisik, mental,
intelektual, emosional, dan sosial yang optimal dari seseorang. Dalam
Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan
ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan
hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang
secara harmonis dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas.
Menurut Sumantri (2007), peserta didik itu harus sehat dan orang
tua memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang
bergizi, sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS).
Dalam proses belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi
pada head, heart dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai
dan keterampilan. Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health)
sehingga peserta didik memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah usaha untuk membina dan
mengembangkan kebiasaan dan perilaku hidup sehat pada peserta didik
usia sekolah yang dilakukan secara menyeluruh (komprehensif) dan
terpadu (integrative) melalui program pendidikan dan penyuluhan
kesehatan. UKS adalah bagian dari usaha kesehatan pokok yang sesuai

3
beban tugas puskesmas yang di tujukan kepada sekolah-sekolah Untuk
optimalisasi program UKS perlu ditingkatkan peran serta peserta didik
sebagai subjek dan bukan hanya objek. Dengan UKS ini diharapkan
mampu menanamkan sikap dan perilaku hidup sehat pada dirinya sendiri
dan mampu menolong orang lain. Dari pengertian ini maka UKS dikenal
pula dengan child to child programe. Program dari anak, oleh anak, dan
untuk anak untuk menciptakan anak yang berkualitas.

B. Ruang Lingkup kegiatan UKS


Kegiatan utama usaha kesehatan sekolah di sebut dengan trias uks, yang
terdiri
dari :
1. Pendidikan kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
3. Pembinaan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat

Dengan demikian trias uks perpaduan antara pendidikan dengan upaya


pelayanan keseahatan. Pendidikan kesehatan merupakan upaya pendidikan
kesehatan yang di laksanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Pelayanan
kesehatan merupakan upaya kesehatan untuk meningkatkan derajat
kesehatan peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat,
yang pada akhirnya dapat mningkatkan produktivitas belajar dan
berprestasi belajar. Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah yang sehat
merupakan gabungan antara upaya pendidikan dan upaya kesehatan untuk
dapat diterapkan dalam lingkungan sekolah dan kehidupan seharihari
peserta didik.

C. Tujuan UKS
Secara umum UKS bertujuan meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih

4
dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik. Selain itu juga menciptakan
lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan
perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan
manusia Indonesia berkualitas. Sedangkan secara khusus tujuan UKS
adalah menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat,
meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku
masyarakat sekolah yang sehat dan mandiri. Di samping itu juga
meningkatkan peran serta peserta didik dalam usaha peningkatan
kesehatan di sekolah dan rumah tangga serta lingkungan masyarakat,
meningkatkan keteramplan hidup sehat agar mampu melindungi diri dari
pengaruh buruk lingkungan.

D. Sasaran UKS
Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari tingkat
pendidikan:
1. Sekolah taman kanak-kanak
2. Pendidikan dasar
3. Pendidikan menengah
4. Pendidikan agama
5. Pendidikan kejuruan
6. Pendidikan khusus(sekolah luar biasa)
Untuk sekolah dasar pendidikan sekolah dasar di prioritaskan kelas I,
III, dan kelas VI. Alasannya adalah kelas I, merupakan fase penyusuaian
dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasan orang tua,
kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar
karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Di
samping itu kelas satu adalah yang lebih baik untuk di berika imunisasi
ulangan. Pada kelas I ini di lakukan penjaringan untuk mendeteksi
kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga
mempermudah pengawasan untuk jenjang selanjutnya. Kelas III, di
laksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan hasil

5
pelaksanaan uks di kelas satu dahulu dan langkah-langkah selanjutnya
yang akan di lakukan dalam program pembinaan uks. Kelas VI, dalam
rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan
selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan
kesehatan yang cukup.
Untuk belajar dengan efektif peserta didik sebagai sasaran UKS
memerlukan kesehatan yang baik. Kesehatan menunjukkan keadaan yang
sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan bagi peserta didik
merupakan sangat menentukan keberhasilan belajarnya di sekolah, karena
dengan kesehatan itu peserta didik dapat mengikuti pembelajaran secara
terus menerus. Kalau peserta didik tidak sehat bagaimana bisa belajar
dengan baik. Oleh karena itu kita mencermati konsep yang dikemukakan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bahwa salah satu indikator
kualitas sumber daya manusia itu adalah kesehatan, bukan hanya
pendidikan. Ada tiga kualitas sumber daya manusia, yaitu pendidikan yang
berkaitan dengan berapa lama mengikuti pendidikan, kesehatan yang
berkaitan sumber daya manusianya, dan ekonomi yang berkaitan dengan
daya beli. Untuk tingkat ekonomi Indonesia masih berada pada urutan atau
ranking yang sangat rendah yaitu 108 pada tahun 2008, dibandingkan
dengan negara-negara tetangga. Kemajuan ekonomi suatu bangsa biasanya
berkorelasi dengan tingkat kesehatan masyarakatnya. Semakin maju
perekonomiannya, maka bangsa itu semakin baik pula tingkat
kesehatannya. Oleh karena itu, jika tingkat ekonomi masih berada di
urutan yang rendah, maka tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya
belum sesuai dengan harapan. Begitu pula dengan sumber daya
manusianya yang diharapkan berkualitas masih memerlukan proses dan
usaha yang lebih keras lagi.

6
E. Kegiatan UKS
Nemir mengelompokkan usaha kesehatan sekolah menjadi 3 kegiatan
pokok, yaitu:
1. Pendidikan kesehatan sekolah
a. Kegiatan intra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan kesehatan
yang merupakan bagian dari kurikulum sekolah, dapat berupa mata
pelajaran yang berdiri sendiri seperti mata pelajaran ilmu kesehatan
atau disisipkan dalam ilmu-ilmu laen seperti olah raga dan
kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya.
b. Kegiatan ekstra kurikuler, maksudnya adalah pendidikan
kesehatan yang di masukan dalam kegiatan-kegiatan
ekstarakulikuler dalam rangka menanamkan prilaku sehat peserta
didik.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berupa :
1) Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan :
 Higiene personal yang meliputi pemeliharaan gigi, dan mulut,
kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga dan sebagainya.
 Lomba poster sehat
 Perlombaan kebersihan kelas
2. Pemeliharaan kesehatan sekolah
Pemeliharaan kesehatan sekolah, di maksudkan untuk memelihara,
meningkatkan, dan menemukan secara dini gangguan kesehatan yag
mungkin terjadi terhadap peserta didik maupun gurunya. Pemeliharaan
kesehatan di sekolah di lakukan oleh petugas puskesmas yang
merupakan tim yang di bentuk di bawah coordinator UKS yang terdiri
dari dokter, perawat, juru imunisasi dan sebagainya. Dan untuk
koordinasi untuk tingkat kecamatan di bentuk tim Pembina usaha
kesehatan sekolah (TPUKS). Kegitan-kegiatan yang di lakukan adalah:
 Pemeriksaan kesehatan, yang meliputi gigi dan mulut, mata
telingan dan tenggorokan, kulit dan rambut dsb
 Pemeriksaan perkembangan kecerdasan

7
 Pemberian imunisasi
 Penemuan kasus-kasus dini yang mungkin terjadi
 Pengobatan sederhana
 Pertolongan pertama
 Rujukan bila menemukan kasus yang tidak dapat di tanggulangi di
sekolah termasuk juga adalah pemeliharaan dan pemeriksaan
kesehatan guru.

F. Peran Sekolah Dalam Meningkatkan UKS


Pada era globalisasi ini banyak tantangan bagi peserta didik yang
dapat mengancam kesehatan fisik dan jiwanya. Tidak sedikit anak yang
menunjukkan perilaku tidak sehat, seperti lebih suka mengkonsumsi
makanan tidak sehat yang tinggi lemak, gula, garam, rendah serat,
meningkatkan risiko hipertensi, diabetes melitus dan obesitas, dan
sebagainya. Apalagi sebelum makan tidak mencuci tangan terlebih dahulu,
sehingga memungkinkan masukkan bibit penyakit ke dalam tubuh. Selain
itu meningkatnya perokok pemula, usia muda, atau usia peserta didik
sekolah sehingga risikonya akan mengakibatkan penyakit degeneratif.
Perilaku tidak sehat lainnya yang mengkhawatirkan adalah melakukan
pergaulan bebas, sehingga terjerumus ke dalam penyakit masyarakat
seperti penggunaan narkoba atau tindakan kriminal. Apalagi perilaku tidak
sehat ini, disebabkan lingkungan yang tidak sehat, seperti kurang
bersihnya rumah, sekolah, atau lingkungan masyarakatnya.
Tantangan lain tentang perilaku tidak sehat muncul dari diri peserta
didik sendiri. Aktifitas fisik mereka kurang bergerak, olahraga pun kurang,
malas sehingga tidak bergairah baik di rumah maupun atau di sekolah.
Peserta didik pun cenderung lebih menyukai dan banyak menonton
televisi, bermain videogames, dan play station, sehingga mengakibatkan
fisiknya kurang bugar. Akibatnya mereka rentan mengalami
sakit dan beresiko terhadap berbagai penyakit degeneratif di usia dini.
Untuk itu diperlukan fasilitas dan program pendidikan jasmani atau olah

8
raga memadai dan terprogram dengan baik, di sekolah dan di lingkungan
masyarakat sekitar. Hal ini sangat mendukung dan memungkinkan peserta
didik untuk bergerak, berkreasi, dan berolah raga dengan bebas,
menyenangkan dan bermanfaat bagi kesehatan dan kebugaran fisiknya.
Kesehatan fisik peserta didik berkorelasi positif terhadap kematangan
emosi sosialnya. Guru atau orang tua perlu memberikan bekal yang
penting bagi peserta didik yaitu menciptakan kematangan emosi-sosialnya
agar dapat berhasil dalam menghadapi segala macam tantangan, termasuk
tantangan untuk berhasil secara akademik. Peserta didik pun akan mampu
mengendalikan stress yang dialaminya, karena jika stress tidak
dikendalikan akan menyebabkan timbulnya berbagai penyakit dan akan
menjadi kendala untuk keberhasilan belajarnya.
Untuk menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengancam
kesehatan fisik dan jiwanya tersebut sekolah memilkki peran yang penting
untuk menciptakan dan meningkatkan kesehatan peserta didik. Upaya
yang dilakukan antara lain dengan menciptakan lingkungan “Sekolah
Sehat” (Health Promoting School/HPS) melalui UKS. Konsep inilah yang
oleh Badan Kesehatan Dunia WHO disebut HPS (Health Promoting
Schools) atau Sekolah Promosi Kesehatan sehingga “a health setting for
living, learning and working” dengan tujuan (goal) “Help School Become
Health Promoting Schools.” Program UKS ini hendaknya dilaksanakan
dengan baik sehingga sekolah menjadi tempat yang dapat meningkatkan
atau mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya. Menurut WHO
(Depkes, 2008) ada enam ciri utama sekolah yang dapat mempromosikan
atau meningkatkan kesehatan, yaitu :
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah, yaitu peserta didik, orang tua, dan para tokoh masyarakat
maupun organisasi-organisasi di masyarakat.
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan aman,
meliputi sanitasi dan air yang cukup, bebas dari segala macam bentuk
kekerasan, bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan zat-zat

9
berbahaya, suasana yang mempedulikan pola asuh, rasa hormat dan
percaya. Diciptakannya pekarangan sekolah yang aman, adanya
dukungan masyarakat sepenuhnya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dengan mengembangkan
kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta didik
yang positif terhadap kesehatan, serta dapat mengembangkan berbagai
keterampailan hidup yang mendukung kesehatan fisik, mental dan
sosial. Selain itu, memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan
untuk guru maupun orang tua.
4. Memberikan akses (kesempatan) untuk dilaksanakannya pelayanan
kesehatan di sekolah, yaitu penyaringan, diagnose dini, pemantauan
dan perkembangan, imunisasi, serta pengobatan sederhana. Selain itu,
mengadakan kerja sama dengan puskesmas setempat, dan mengadakan
program-program makanan begizi dengan memperhatikan „keamanan‟
makanan.
5. Menerapkan kebijakan-kebijakan dan upaya-upaya di sekolah untuk
mempromosikan atau meningkatkan kesehatan, yaitu kebijakan yang
didukung oleh seluruh staf sekolah termasuk mewujudkan proses
pembelajaran yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang
sehat bagi seluruh masyarakat sekolah. Kebijakan berikutnya
memberikan pelayanan yang ada untuk seluruh peserta didik. Terakhir.
kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan
narkotika termasuk alkohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan.
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan cara memperhatikan masalah kesehatan yang
terjadi di masyarakat. Cara lainnya berpartisipasi dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan masyarakat.

Upaya mengembangkan “Sekolah Sehat” (Health Promoting


School/HPS) melalui program UKS perlu disosialisasikan dan dilakukan

10
dengan baik. melalui pelayanan kesehatan (yankes) yang didukung secara
mantap dan memadai oleh sektor terkait lainnya, seperti partisipasi
masyarakat, dunia usaha, dan media massa. Sekolah sebagai tempat
berlangsungnya proses pembelajaran harus menjadi HPS, yaitu sekolah
yang dapat meningkatkan derajat kesehatan warga sekolahnya. Upaya ini
dilakukan karena sekolah memiliki lingkungan kehidupan yang
mencerminkan hidup sehat. Selain itu, mengupayakan pelayanan
kesehatan yang optimal, sehingga terjamin berlangsungnya proses
pembelajaran dengan baik dan terciptanya kondisi yang mendukung
tercapainya kemampuan peserta didik untuk beperilaku hidup sehat.
Semua upaya ini akan tercapai bila sekolah dan lingkungan dibina dan
dikembangkan. Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilakukan melalui
pemeliharaan sarana fisik dan lingkungan sekolah, melakukan pengadaan
sarana sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan
sehat, melakukan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah yang
mengandung lingkungan besih dan sehat, dan melakukan penataan
halaman, pekarangan, apotik hidup dan pasar sekolah yang aman.

Upaya lain yang dilakukan dalam pembinaan lingkungan sekolah


sehat dan promosi gaya hidup sehat melalui pendekatan life skills
education atau pendidikan kecakapan hidup. Setiap individu akan
mengalami kehidupan yang sehat fisik dan mentalnya apabila dapat
menuntaskan tugas-tugas perkembangan sesuai dengan usianya. Implikasi
tugas perkembangan ini terhadap pendidikan adalah bahwa dalam
penyelenggaraan pendidikan perlu disusun struktur kurikulum yang
muatannya dapat memfasilitasi perkembangan kesehatan sebagai suatu
kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup adalah kecakapan yang
diperlukan untuk hidup. Yang meliputi pengetahuan, mental, fisik, sosial,
dan lingkungan untuk mengembangkan dirinya secara menyeluruh untuk
bertahan hidup dalam berbagai keadaan dengan berhasil, produktif,
bahagia, dan bermartabat. WHO atau World Health Organization)

11
mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan
untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan
seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam
kehidupan secara lebih efektif. Selain itu, dapat membantu seseorang
menarik keputusan yang tepat, berkomunikasi secara efektif, dan
membangun keterampilan mengelola diri sendiri yang dapat membantu
mereka mencapai hidup yang sehat dan produktif. Sedangkan UNICEF
memberikan definisi tentang kecakapan hidup yang merujuk pada
kecakapan psikososial dan interpersonal yang dapat membantu orang
untuk mengambil keputusan yang tepat, berkomunikasi secara effektif,
memecahkan masalah, mengatur diri sendiri, dan mengembangkan sikap
hidup sehat dan produktif.

Pendidikan kecakapan hidup didasarkan atas konsep bahwa peserta


didik perlu learning to be (belajar untuk menjadi), learning to learn
(belajar untuk belajar) atau learning to know (belajar untuk mengetahui),
learning to live with others (belajar untuk hidup bersama), dan learning to
do (belajar untuk melakukan). Berdasarkan konsep ini, kecakapan hidup
terbagi atas empat kategori yaitu kecakapan hidup (personal learning to
be), kecakapan hidup social (learning live with others), kecakapan hidup
akademik (learning to learn/ learning to know), dan kecakapan hidup
vokasional (learning to do).

Kecakapan personal (personal skill), meliputi kecakapan dalam


memahami diri (self awareness skill) dan kecakapan berfikir (thinking
skill). Bagi peserta didik mempraktekkan kecakapan personal penting
untuk membangun rasa percaya diri, mengembangkan akhlak yang mulia,
mengembangkan potensi, dan menanamkan kasih sayang dan rasa hormat
kepada orang lain. Kecakapan sosial (social skill), meliputi kecakapan
berkomunikasi (communication skill) dan kecakapan bekerja sama
(collaboration skill). Mempraktekkan kecakapan sosial penting untuk
membantu peserta didik mengembangkan hubungan yang positif, secara

12
konstruktif mengelola emosi dan meningkatkan partisipasi dalam kegiatan
yang menguntungkan masyarakat. Kecakapan akademik (academic skill)
atau kecakapan intelektual. Mempraktekkan kecakapan akademik penting
untuk membantu peserta didik memperoleh kecakapan ilmiah, teknologi
dan analitis yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan dalam lembaga
pendidikan formal dan tempat kerja. Kecakapan vokasional (vocational
skill) atau kemampuan kejuruan terbagi atas kecakapan vokasional dasar
(basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational
skill). Mempraktekkan kecakapan vokasional penting untuk membekali
peserta didik dengan kecakapan teknis dan sikap yang dituntut oleh
perusahaan atau lembaga yang menyediakan lapangan kerja.

Keempat jenis kecakapan hidup itu menghasilkan individu yang


memiliki kesehatan jasmani dan rokhani, lahir atau bathin yang diperlukan
untuk bertahan dalam lingkungan apa pun. Peserta didik memiliki
kemampuan untuk memanfaatan semua sumber daya secara optimal,
sehingga akan meningkatkan kualitas pendidikan dan kualitas hidupnya.
Kecakapan hidup yang diperoleh oleh peserta didik melalui proses belajar
bukan terjadi begitu saja, dapat dipraktekkan oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-harinya dengan diberi contohnya oleh guru, orang tua
dan anggota masyakarat. Kecakapan hidup membantu peserta didik secara
positif dan adaptif mengatasi situasi dan tuntutan hidup sehari-hari. Untuk
itu sekolah mengembangan kecakapan hidup peserta didik antara lain
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat, bekerja sama dengan
masyarakat menyediakan berbagai keperluan sekolah menciptakan dan
meningkatkan kesehatan peserta didiknya, baik fisik maupun non fisik.

G. Kebijakan Dalam Peningkatan Implementasi


Untuk mendukung peningkatan proses pembelajaran yang lebih
baik, maka program peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan

13
sekolah sehat akan terus dilaksanakan. Sehingga dapat terbentuk peserta
didik yang sehat dan bugar serta sekolah yang memenuhi standar sekolah
sehat. Cara yang dilakukan adalah mengoptimalkan berbagai upaya
pengembangan sekolah sehat antara lain dilakukan upaya peningkatan
kemampuan profesionalisme guru dan tenaga pendidik melalui berbagai
pelatihan, bimbingan dan penyuluhan, serta upaya-upaya sosialisasi dan
implementasi di bidang UKS, pendidikan kesehatan, pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan jasmani dan kebugaran jasmani.
Mengefektifkan pengkajian dan pengembangan pendidikan antara lain
dengan lebih memfokuskan upaya pengkajian dalam rangka meningkatkan
kemampuan hidup sehat, melaksanakan evaluasi yang sesuai dengan upaya
peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah sehat.
Mengintensifkan pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi antara lain dengan memantapkan pengembangan program dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan melaksanakan pengkajian
dan pengembangan bidang pengukuran, standarisasi, evaluasi dalam
rangka upaya peningkatan kualitas jasmani dan pengembangan sekolah
sehat. Meningkatkan kegiatan analisis kajian kesegaran jasmani,
pendidikan jasmani dan pendidikan rekreasi yang dapat bermanfaat
langsung bagi peserta didik, tenaga kependikan dan masyarakat serta
menunjang peningkatan mutu pendidikan.

H. Cara Melaksanakan Pendidikan Kesehatan di Sekolah


Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan, yaitu memiliki
pengetahuan tentang isu kesehatan, memiliki nilai dan sikap positif
terhadap prinsip hidup sehat, memiliki keterampilan dalam pemeliharaan,
pertolongan dan perawatan kesehatan, memiliki kebiasaan hidup sehat,
mampu menularkan perilaku hidup sehat, peserta didik tumbuh kembang
secara harmonis, menerapkan prinsip-prinsip pencegahan penyakit,
memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar, memiliki
kesegaran jasmani dan kesehatan yang optimal Tujuan pendidikan

14
kesehatan tersebut akan tercapai dengan melakukan berbagai cara
pelaksanaannya.
Cara melaksanakan pendidikan kesehatan di sekolah dilakukan
melalui penyajian dan penanaman kebiasaan. Cara penyajian pendidikan
lebih menekankan peran aktif peserta didik melalui kegiatan ceramah,
diskusi, demonstrasi, pembimbingan, permainan, dan penugasan. Cara
penanaman kebiasaan dilakukan melalui penugasan untuk melalukan cara
hidup sehat sehari-hari dan pengamatan terus menerus oleh guru dan
kepala sekolah. Keberhasilan pendidikan kesehatan ditentukan dengan
adanya keteladanan dan dorongan dari kepala sekolah, guru, pegawai
sekolah, dan orang tua. Keberhasilan itu juga ditentukan adanya hubungan
guru dengan orang tua peserta didik, apa yang diberikan oleh guru di
sekolah hendaknya juga didukung oleh orang tua di rumah.
Materi pendidikan kesehatan yang diajarkan di sekolah berbeda-
beda disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Materi pendidikan itu
antara lain demam berdarah, flu burung, pelayanan gizi, kesehatan gigi dan
mulut, pengelolaan sampah, pengelolaan tinja, sarana pembuangan limbah,
pengelolaan air bersih, penyediaan air bersih, air dan sanitasinya,
pegenalan pada penyakit menular dan pencegahannya. Khusureproduksi,
bahaya rokok dan deteksi dini penyalahgunaan narkotika, obat terlarang,
minuman keras, dan bahan-bahan yang berbahaya serta zat adiktif
(NAPZA) dan HIV/AIDS.
UKS dilaksanakan mulai dari TK/RA sampai SLTA/MA, serta
dilaksanakan secara berjenjang dari sekolah/madrasah sampai pusat secara
terkoordinasi baik antara sekolah dengan Tim Pembina, Tim Pembina
UKS di bawahnya dengan yang di atasnya maupun antar sesama Tim
Pembina UKS yang sejajar. Kegiatan UKS di lingkungan sekolah meliputi
beberapa kegiatan, yang pertama adalah rapat koordinasi baik di tingkat
pusat, propinsi, kabupaten serta tim Pembina. Semua dilakukan dengan
mengundang para anggota tim Pembina UKS baik dari bidang kesehatan
dalam negeri maupun dari pendidikan nasional. Kedua, memberikan

15
bantuan peningkatan kualitas kesehatan madrasah, kemudian orientasi
dokter kecil untuk MI, dan kader kesehatan
remaja untuk MTs dan MA. Pembinaan UKS oleh TPUKS (Tim Pembina
UKS) masih rendah dan belum merata. Pendidikan kesehatan berbasis
kesehatan dengan program usaha kesehatan sekolah atau pelaksanaan
sekolah sehat ini, diharapkan menjadi bagian dari pelaksanaan pendidikan,
bukan hanya di madrasah tetapi juga di sekolah.

I. Landasan Hukum UKS


Sebagai suatu kegiatan yang diselenggarakan melalui kerjasama lintas
sektoral, landasan hukum Usaha Kesehatan Sekolah adalah:
1. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
2. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
3. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
5. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
6. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2011 tentang Peran Gubernur
selaku Wakil Pemerintah Pusat
7. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 1/U/SKB/2003, Nomor:
1067/Menkes/ SKB/VII/2003, Nomor: MA/230 A/2003, Nomor: 26
Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan
Pengembangan UKS
8. SKB Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri
Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor: 2/P/SKB/2003; Nomor:
1068/Menkes/ SKB/VII/2003; 5 Nomor: MA/230 B/2003; Nomor:

16
4415-404 Tahun 2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Tim Pembina UKS
Pusat
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 1 Tahun 2012
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

J. Alasan Mendasar Perlunya UKS


Berikut ini akan dijelaskan alasan mendasar mengapa UKS itu amat
diperlukan
a. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang beresiko terkena
berbagai macam penyakit yang dapat mengganggu status
kesehatannnya.
b. Anak usia sekolah merupakan kelompok anak terbesar, sehingga
sasarannya sangat tepat.
c. Pada anak usia sekolah penting ditanamkan pemahaman mendasar
tentang apa itu kesehatan, khususnya perilaku untuk selalu hidup
bersih dan sehat.
d. Kesehatan juga turut menentukan prestasi yang dicapai oleh anak
didik.
e. Sekolah merupakan institusi yang bersifat formal sehingga mudah
diorganisasikan di bidang kesehatan.
f. Promosi kesehatan melalui anak-anak sekolah akan efisien dan efektif
dalam kaitannya menanamkan.

K. Keperawatan Kesehatan di Sekolah


Perawat sebagai salah satu komponen bangsa di bidang kesehatan
mempunyai tanggung jawab untuk mewujudkan pendekatan paradigma
sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak pembuahan
sampai usia lanjut.

17
Tujuan perawat kesehatan di sekolah adalah untuk secara aktif
mengidentifikasi faktor-faktor yang ada pada siswa sebagai usaha
pencegahan bagi peserta didik agar selalu siap belajar. Menurut Brietly,
fungsi perawat sekolah ada tiga, yaitu memberikan pelayanan dan
meningkatkan kesehatan individu dan memberikan pendidikan kesehatan
kepada semua populasi yang ada di sekolah, memberi kontribusi untuk
mempertahankan dan memperbaiki lingkungan fisik dan sosial sekolah
serta menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.
Pelayanan kesehatan di sekolah meliputi „
a. Basic care, meminimalkan komplain dan memberikan pelayanan yang
pertama kepada peserta didik sesuai dengan health records.
b. Primary Care, memberikan pelayanan dan follow up pada kasus akut
dan kronis yang terjadi pada peserta didik serta melakukan
pendokumentasian.
c. Physical Examination, pengkajian kesehatan secara menyeluruh pada
peserta didik.
d. Screening, penilaian terhadap penglihatan, pendengaran, keadaan
tulang belakang, dan kondisi lain.
e. Specialized care, memberikan pelayanan kesehatan khusus kepada
orang yang memiliki keterbatasan.
Karakteristik perawat sekolah antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai aplikasi pengetahuan keperawatan yang ditujukan pada siklus
kehidupan manusia umumnya serta pada anak dan remaja khususnya.
b. Mengutamakan pada health promotion, health maintenance, dan
disease prevention.
c. Merupakan praktik keperawatan non klinis, yaitu di sekolah, rumah,
komunitas.
d. Praktik mandiri dan merupakan pelayanan kesehatan profesional di
sekolah.

18
e. Penerima pelayanannya adalah individu, orang tua, kelompok, dan
yang ada disekitarnya.
f. Berpraktik sepanjang waktu dan episodik tanpa batasan jam sekolah.
g. Selama praktik selalu profesional, menggunakan prinsip manajemen,
berkolaborasi, dengan disiplin ilmu lain, dan berkolaborasi denga
tempat pelayanan kesehatan.
Sementara itu, peran perawat sekolah secara langsung adalah mendidik
siswa mencegah masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul dan
melakukan intervensi sebagai upaya kuratif atau memodifikasi masalah
kesehatan yang terjadi di sekolah dan menggunakan metode pencegahan
dengan tiga tahap, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

L. Peran Perawat Kesehatan Sekolah


Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah, perawat mempunyai
peran :
a. Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, analisis data, serta
perumusan dan prioritas masalah.
b. Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama Tim Pembina Usaha
Kesehatan di Sekolah (TPUKS)
c. Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan yang
disusun
d. Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
e. Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.
Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas di
puskesmas menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau dapat juga
ditunjuk sebagai seorang koodinator UKS di tingkat puskesmas. Bila
perawat kesehatan ditunjuk sebagai koordinasi maka pengelolaan
pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya atau paling tidak ikut
terlibat dalam tim pengelola UKS.

19
Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dilakukan secara langsung
(melalui kesehatan yang bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung
sewaktu melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perseorangan.

M. Fungsi Perawat Sekolah


a. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah.
b. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah.
c. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain

2.2 Model-model UKS


1. Penyuluhan Kesehatan
Penyelenggaraan penyuluhan kesehatan secara integrasi dengan
semua pihak sesuai kebutuhan. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan praktis dalam rangka pemutusan rantai penularan penyakit,
upaya pemeliharaan kesehatan pribadi siswa / guru yang ditekankan pada
upaya pembentukan perilaku hidup besih dan sehat, maupun lingkungan
fisik sekolah untuk mendukung terciptanya suasana yang sehat dalam
proses pembelajaran. Contoh kegiatan: Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN), pemberantasan kecacingan, pencegahan terhadap penyalahgunaan
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif)
2. Imunisasi
Setiap tahun Imunisasi dilakukan pada bulan november yang
dikenal sebagai bulan imunisasi asan sekolah (BIAS). Tujuan pemberian
imunisasi adalah untuk memberikan perlindungan jangka panjang terhadap
penyakit difteri dan tetanus dengan imunisasi Difteri Tetanus Toxoid (DT)

20
dan Tetanus Toxoid (TT). Semua anak SD/MI kelas I menerima imunisasi
DT, siswa kelas VI menerima imunisasi TT.
3. Dokter Kecil
Adalah peserta didik yang ikut melaksanakan sebagian usaha
pelayanan kesehatan serta berperan aktif dalam kegiatan kesehatan yang
diselenggarakan di sekolah. Peserta didik yang dapat menjadi dokter kecil
telah menduduki kelas IV, V, berprestasi di kelas, berwatak pemimpin,
bertanggungjawab, bersih, berperilaku sehat serta telah mendapat pelatihan
dari petugas puskesmas / Tim Pembina UKS. Kegiatan yang dilakukan
dokter kecil diantaranya:
a. Mengamati kebersihan dan kesehatan pribadi
b. Mengenali penyakit secara awal
c. Pengobatan sederhana
d. Menimbang dan mengukur tinggi badan
e. Memeriksa ketajaman penglihatan
f. Memeriksa kebersihan gigi
g. Dll
4. P3K dan P3P
Kegiatan yang dilakukan pada PP adalah melakukan pengobatan
sederhana dan PP baik pada penyakit, kecelakaan dan penanganan diare.
5. Penjaringan Kesehatan
Penjaringan kesehatan dilakukan bagi siswa kelas I yang baru
masuk dan hasilnya akan dimanfaatkan untuk perencanaan, pemantauan
dan evaluasi kegiatan UKS. Inti dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui
secara dini masalah-masalah kesehatan anak sekolah, antara lain status gizi
anak, kesehatan indra penglihatan dan pendengaran yang merupakan
faktor penting bagi anak dalam proses pembelajaran.
Penjaringan kesehatan dilakukan secara bertahap pada siswa
sekolah yang baru masuk yaitu:

21
a. Tahap awal penjaringan dilakukan di sekolah oleh guru di bantu dokter
kecil : pengenalan gejala sederhana, baik melalui pengamatan maupun
wawancara dengan siswa dan orangtua mereka.
b. Tahap berikutnya dilakukan oleh tenaga paramedis dengan prosedur
cara pengamatan.
c. Tahap ketiga penjaringan kesehatan dilakukan oleh dokter dan akan
jelas memisahkan kasus yang telah diseteksi pada tahap pertama dan
kedua untuk menetapkan tindak lanjut penanganan kasus.
6. Pemeriksaan Berkala
Pemeriksaan berkala dilakukan oleh petugs kesehatan, guru UKS,
dokter kecil kepad seluruh siswa dan guru setiap 6 bulan, untuk
memantau, memellihara serta meningkatkan status kesehatan mereka.
Kegiatan yang dilakukan berupa penimbangan BB, pengukuran
TB, pemeriksaan ketajaman penglihatan dan pendengaran oleh guru UKS
dengan dokter kecil, pemeriksaan kesehatan oleh petugas kesehatan.
7. Pengawasan Warung Sekolah
Untuk terselengggaranya warung sekolah/kantin yang sehat
tentunya harus didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan mengenai gizi,
kebersihan dll, pembinaan ini dilakukan oleh tenaga kesehtan dan sekolah:
guru UKS dan dokter kecil.
8. Dana Sehat
Dana sehat / dana UKS adalah dana yang diperuntukkan untuk
kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan UKS. Komponen pokok
dari dana UKS adalah hal yang berhubungan dengan dana tersebut dan
pengelolaannya.
a. Dana
Yang dimaksud dana disini adalah uang atau barang yang diterima
atau dikumpulkan oleh Tim Pelaksana UKS baik dari peserta didik,
komite sekolah, pemerintah maupun dari masyarakat untuk
pelaksanaan program UKS di sekolah.
b. Pengelola

22
Pada organisasi Tim Pelaksana UKS harus ada bendahara yang
bertugas melakukan pembukuan/pengelolaan dana UKS yang
dicatat/dibukukan dalam buku khusus untuk pendanaan UKS
c. Pengelolaan dana UKS
Dana yang diperoleh dan digunakan oleh Tim Pelaksana UKS
harus dikelola dengan baik. Untuk keperluan tersebut maka harus
ditetapkan bendahara (guru atau anggota Komite sekolah) untuk
menyiapkan pembukuan yang meliputi pencatatan alihan dana dan
barang, bagaimana cara pertanggungjawabannya dan pelaporannya.
9. Memantau Kesegaran Jasmani
Kesegaran jasmani adalah kondisi jasmani yang bersangkut paut
dengan kemampuan dan kesanggupannya berfungsi dalam pekerjaan
secara optimal dan efisisen.
Untuk mengetahui dan menilai tingkat kesegaran jasmani
seseorang dapat dilakukan dengan melasanakan pengukuran dengan tes
kesegaran jasmani. Dengan memakai instrumen Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia.
TKJI untuk kelompok umur 6 – 9 tahun adalah :
a. Lari 30 meter (mengukur kecepatan)
b. Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan
dan bahu)
c. Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)
d. Loncat tegak (mengukur tenaga explosif)
e. Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru)

TKJI untuk kelompok umur 10 – 12 tahun adalah :

a. Lari 40 meter (mengukur kecepatan)


b. Gantung siku tekuk (mengukur kekuatan dan ketahanan otot lengan
dan bahu)
c. Baring duduk 30 detik (mengukur kekuatan dan ketahanan otot perut)
d. Loncat tegak (mengukur tenaga explosif)

23
e. Lari 600 meter (mengukur daya tahan jantung paru)
10. UKGS
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah pelayanan kesehatan gigi yang
dikerjakan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari tiga macam pelayanan:
a. UKGS Tahap I: pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan
mengadakan kegiatan menggosok gigi masal minimal untuk kelas
I,II,III dibimbing guru dengan memakai pasta gigi mengandugn
fluoride minimal sekali sebulan.
b. UKGS Tahap II: UKGS tahap I ditambah penjaringan kesehatan gigi
dan mulut untuk kelas I diikuti pencabutan gigi sulung yang sudah
waktunya tanggal. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit
oleh guru, pelayanan medik dasar atas permintaan dan rujukan bagi
yang memerlukan
c. UKGS Tahap III : UKGS tahap II ditambah pelayanan medik dasar
pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas I,III,V dan VI

1. Pendidikan Kesehatan di Sekolah (Health Education in School)


Pendidikan kesehatan di Sekolah dasar dapat dilakukan berupa
kegiatan intrakurikuler, kegiatan ekstrakurikuler dan penyuluhan
kesehatan dari petugas kesehatan Puskesmas. Maksud dari kegiatan
intrakurikuler yaitu pendidikan kesehatan merupakan bagian dari
kurikulum sekolah, dapat berupa mata pelajaran yang berdiri sendiri
seperti mata pelajaran ilmu kesehatan atau disisipkan dalam ilmu–ilmu
lain seperti olah raga dan kesehatan, ilmu pengetahuan alam dan
sebagainya.
Kegiatan ekstrakurikuler disini adalah pendidikan kesehatan
dimasukkan dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dalam rangka
menanamkan perilaku sehat peserta didik. Penyuluhan kesehatan dari
petugas puskesmas yang berkaitan dengan higiene personal yang meliputi
pemeliharaan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga,
lomba poster sehat dan perlombaan kebersihan kelas.

24
Hal-hal yang diberikan pada pendidikan kesehatan antara lain;
kebersihan perorangan dan lingkungan; pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular; gizi; pencegahan kecelakaan (keamanan) dan PPPK;
perawatan orang sakit di rumah; mengenal dan tahu cara memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada (Rumah Sakit, Dokter, dan Puskesmas);
mengetahui dan mempunyai daya tangkal terhadap akibat penyalahgunaan
narkotika, obat-obat/zat berbahaya.

2. Pelayanan Kesehatan Sekolah (School Health Service)


Pelayanan kesehatan sekolah untuk tingkat Sekolah Dasar,
dimaksudkan untuk memelihara, meningkatkan dan menemukan secara
dini gangguan kesehatan yang mungkin terjadi terhadap peserta didik dan
lingkungannya. Pelayanan kesehatan di sekolah dilakukan oleh petugas
puskesmas yang merupakan tim yang dibentuk di bawah seorang
koordinator usaha kesehatan sekolah yang terdiri dari dokter, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya.
Layanan program UKS dilakukan sebagai bentuk kegiatan
pelaksanaan program UKS. Layanan yang diberikan biasanya berkaitan
dengan gangguan kesehatan ringan dan layanan yang sifatnya promotif
atau memberikan informasi dan pengetahuan pada siswa tentang arti
penting kesehatan melalui pembelajaran di sekolah. Pelaksanaan layanan
juga dibuktikan dengan adanya jadwal piket pada sekolah. Bila sekolah
dirasa tidak mampu memberikan layanan, langsung memberikan rujukan
ke Puskesmas. Jadi dalam hal ini yang memberikan layanan UKS tidak
hanya guru pembina UKS atau kader sekolah, akan tetapi juga petugas
kesehatan lainnya baik dari Puskesmas maupun rumah sakit.

3. Pembinaan Lingkungan Sekolah yang Sehat


Pembinaan lingkungan sekolah bertujuan untuk mewujudkan
lingkungan sehat di sekolah/madrasah yang memungkinkan setiap warga
sekolah/madrasah mencapai derajat kesehatan setinggi-tingginya dalam

25
rangka mendukung tercapainya proses belajar yang maksimal bagi setiap
peserta didik. Lingkungan sekolah/madrasah dibedakan menjadi dua yaitu
lingkungan fisik dan nonfisik, lingkungan fisik meliputi; konstruksi ruang
dan bangunan; sarana air bersih dan sanitasi; halaman; pencahayaan,
ventilasi, kebisingan; kepadatan kelas, jarak papan tulis, meja/kursi; vektor
penyakit; kantin/warung sekolah. Sedangkan lingkungan nonfisik meliput
perilaku masyarakat sekolah/madrasah, antara lain; Perilaku tidak
merokok; Perilaku membuang sampah pada tempatnya; Perilaku mencuci
tangan menggunakan sabung dan air bersih mengalir; Perilaku memilih
makanan jajanan yang sehat (Pedoman Pembinaan UKS, 2012).

2.3 Kebijakan UKS

Kebijakan UKS dari pemerintah pusat berdasarkan pedoman pembinaan


dan pengembangan UKS terdiri dari dua kebijakan, yaitu kebijakan umum
dan kebijakan khusus.

a. Kebijakan Umum
Kebijakan umum yang dimaksud adalah keijakan pelaksanaan dalam
rangka memberikan landasan dan pedoman pembinaan dan pengembangan
UKS untuk dilaksanakan secara terpadu, merata, menyeluruh, berhasil
guna, dan berdayaguna. Kebijakan umum adalah sebagai berikut:
1. Kesinambungan program UKS dari Pendidikan Anak Usia Dini sampai
tingkat SMA. Dengan sasaran cakupan anak umur 5-9 tahun baik anak
yang normal maupun berlainan yang berada di sekolah dan luar
sekolah, meliputi kegiatan:
a) TK/RA
b) SD/MI/Paket A setara SD SLTP/MTs/Paket B setara SMP
c) SMA/SMK/MA/Paket C setara SMA, 4) Sanggar Kegiatan
Belajar/PKBM
2. Segala upaya peningkatan dan pengembangan kesehatan warga
sekolah dan masyarakat lingkungan sekolah agar diupayakan melalui

26
jalur Tim Pembina UKS Pusat dan Tim Pembina UKS di daerah secara
berjenjang (one gate policy)
3. Pembinaan dan pengembangan UKS dilaksanakan secara Lintas
Program dan Lintas Sektor melalui kegiatan yang terpadu dan
berkesinambungan
4. Upaya pendidikan kesehatan diselenggarakan melalui kegiatan
kurikuler dan ekstrakurikuler
5. Upaya pelayanan kesehatan dilakukan secara menyeluruh baik yang
meliputi upaya promotif (peningkatan kesehatan), preventif
(pencegahan), dan kuratif (pengobatan) maupun (pemulihan), namun
lebih diutamakan pada upaya promotif dan preventif yang dilakukan
secara terpadu dibawah koordinasi dan bimbingan teknis langsung dari
Puskesmas
6. Upaya peningkatan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan dan
pelayanan kesehatan serta UKS secara keseluruhan, dengan
memberdayakan sumber daya yang ada dan meningkatkan peran serta
masyarakat
7. Tugas dan fungsi TP UKS pusat dan daerah disesuaikan pula dengan
peraturan perundangan yang berlaku
8. Optimalisasi program UKS pada setiap jenis dan jenjang pendidikan
9. Penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan UKS dilakukan
dengan peran aktif pemerintah (pusat dan daerah), komite sekolah dan
masyarakat.
Sedangkan kebijakan pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
a) Pemberdayaan kabupaten/kota dalam perencanaan terpadu (lintas
program/lintas sektor), terkait operasional, serta tindak lanjut
b) Meninjau kembali program lama dan menyesuaikan dengan
kebutuhan saat ini termasuk mempertimbangkan adanya peraturan
perundang-undangan yang baru.

27
c) Mengupayakan program UKS yang integrated (lintas
program/lintas sektor).
d) Pemberdayaan masyarakat, dunia usaha dan LSM di dalam
pengembangan program UKS

Meningkatkan dan memantapkan program UKS melalui:

a) Workshop/Rapat Kerja/Rapat Koordinasi.


b) Pengembangan dan Akselerasi Program UKS.
c) Kemitraan.
d) Melengkapi sarana dan prasarana UKS yang memadai
e) Meningkatkan peran Sekretariat TP UKS lebih berdaya guna dan
berhasil guna
f) Memfungsikan secara optimal peranan lembaga-lembaga
pendidikan baik pada pendidikan formal maupun non formal
g) Meningkatkan dan mensosialisasikan program UKS ke instansi
terkait di pusat, provinsi, kabupaten/kota dan
legislatif.(Kemendikbud Direktorat Jenderal Pendidikan, 2012)

2.4 Promosi kesehatan pada UKS


A. Arti Promosi Kesehatan Sekolah
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk
menciptakan sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama
1. Penciptaan lingkungan sekolah yang sehat,
2. Pemeliharaan dan pelayanan di sekolah,
3. Upaya pendidikan yang berkesinambungan.
Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS. Sebagai
suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan kedudukan
strategis dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan
dalam jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 25.409.200

28
jiwa dan sebanyak 25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar.
Untuk kelompok umur 13-15 thn berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak
10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Dari segi populasi, promosi kesehatan di sekolah dapat menjangkau 2 jenis
populasi, yaitu populasi anak sekolah dan masyarakat umum/keluarga.
Apabila promosi kesehatan ditujukan pada usia sampai dengan 12 tahun
saja, yang berjumlah sekitar 25 juta, maka mereka akan mampu
menyebarluaskan informasi kesehatan kepada hamper 100 juta populasi
masyarakat umum yang terpajan promosi kesehatan.
Sekolah mendukung pertumbuhan dan perkembangan alamiah seorang
anak, sebab di sekolah seorang anak dapat mempelajari berbagai
pengetahuan termasuk kesehatan. Promosi kesehatan di sekolah membantu
meningkatkan kesehatan siswa, guru, karyawan, keluarga serta masyarakat
sekitar, sehingga proses belajar mengajar berlangsung lebih produktif.
Dalam promosi kesehatan sekolah, keluarga anak sekolah dapat
dipandang sebagai 2 aspek yaitu
1. sebagai pendukung keberhasilan program promosi kesehatan di
sekolah (support side)
2. sebagai pihak yang juga memperoleh manfaat atas berlangsungnya
promosi kesehatan di sekolah itu sendiri (impact side)
Pada segi pendukung keberhasilan, promosi kesehatan di sekolah
seringkali akan lebih berhasil jika mendapat dukungan yang memadai dari
keluarga si murid. Hal terkait dengan intensitas hubungan antara anak dan
keluarga, dimana sebagian besar waktu berinteraksi dengan keluaraga
lebih banyak. Pada segi pihak yang turut memperoleh manfaat, peran
orang tua yang memadai, hangat, membantu serta berpartisipasi aktif akan
lebih menjamin keberhasilan program promosi kesehatan. Sebagai contoh
bila di sekolah dilakukan kampanya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
kemudian dirumah orang tua juga menyediakan fasilitas CTPS, maka
perilaku anak akan lebih lestari (sustainable). Bentuk dukungan orang tua

29
ini meyakinkan bahwa tindakan cuci tangan pakai sabun merupakan
tindakan yang benar, baik di sekolah maupun di rumah.

B. Strategi Promosi Kesehatan Sekolah


WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di sekolah yaitu:
a. Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di sekolah sangat
ditentukan oleh dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan
kepentingan kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan masyarakat
sekolah. Guna mendapatkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak
terkait tersebut perlu dilakukan upaya-upaya advokasi untuk
menyadarkan akan arti penting program kesehatan sekolah. Advokasi
lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang akan menentukan
kebijakan program, termasuk kebijakan yang terkait dana untuk
kegiatan
b. Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait sangat bermanfaat
bagi jalannya programpromosi kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini
berbagai pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman tentang
keberhasilan dan kekurangan program, tentang cara menggunakan
berbagai sumber daya yang ada, serta memaksimalkan investasi dalam
pemanfaatan untuk melakukan promosi kesehatan.
c. Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi kesehatan di sekolah
harus dapat dilaksanakan secara optimal. Untuk itu berbagai sektor
terkait harus diyakini dapat memberikan dukungan untuk memperkuat
program promosi kesehatan di sekolah. Dukungan berbagai sektor ini
dapat terkait dalam rangka penyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi program promosi kesehatan sekolah.

30
d. Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik pemerintah, LSM
maupun usaha swasta akan sangat mendukung pelaksanaan program
promosi kesehatan sekolah. Disamping itu, dengan kemitraan akan
dapat mendorong mobilisasi guna meningkatkan status kesehatan di
sekolah.
e. Penelitian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari pengembangan
dan penilaian program promosi kesehatan. Bagi sektor terkait,
penelitian merupakan akses untuk masuk dalam mengembangkan
promosi kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun regional,
disamping untuk melakukan evaluasi peningkatan PHBS siswa
sekolah.

C. Ciri Sekolah Promosi Kesehatan


Menurut WHO terdapat enam ciri-ciri utama dari suatu sekolah untuk
dapat menjadi sekolah yang mempromosikan/meningkatkan kesehatan,
yaitu :
1. Melibatkan semua pihak yang berkaitan dengan masalah kesehatan
sekolah yaitu peserta didik, orangtua dan para tokoh masyarakat
maupun organisasi-organisasi di masyarakat
2. Berusaha keras untuk menciptakan lingkungan sehat dan aman,
meliputi :
a. Sanitasi dan air yang cukup
b. Bebas dari segala macam bentuk kekerasan
c. Bebas dari pengaruh negatif dan penyalahgunaan yang berbahaya
d. Suasana yang memperdulikan pola asuh, rasa hormat dan saling
percaya
e. Pekarangan sekolah yang aman
f. Dukungan masyarakat yang sepenuhnya

31
3. Memberikan pendidikan kesehatan sekolah dengan :
a. Kurikulum yang mampu meningkatkan sikap dan perilaku peserta
didik yang positif terhadap kesehatan serta dapat mengembangkan
berbagai ketrampilan hidup yang mendukung kesehatan fisik,
mental dan sosial
b. Memperhatikan pentingnya pendidikan dan pelatihan untuk guru
maupun orangtua
4. Memberikan akses untuk di laksanakannya pelayanan kesehatan di
sekolah, yaitu :
a. Penjaringan, diagnosa dini, imunisasi serta pengobatan sederhana
b. Kerjasama dengan Puskesmas setempat
c. Adanya program-program makanan bergizi dengan memperhatikan
“keamanan” makanan
5. Menerapkan kebijakan dan upaya di sekolah untuk mempromosikan
dan meningkatkan kesehatan, yaitu :
a. Kebijakan yang di dukung oleh staf sekolah termasuk mewujudkan
proses belajar
b. mengajar yang dapat menciptakan lingkungan psikososial yang
sehat bagi seluruh
c. masyarakat sekolah
d. Kebijakan-kebijakan dalam memberikan pelayanan yang adil untuk
seluruh siswa
e. Kebijakan-kebijakan dalam penggunaan rokok, penyalahgunaan
narkoba termasuk alcohol serta pencegahan segala bentuk
kekerasan/pelecehan
6. Bekerja keras untuk ikut atau berperan serta meningkatkan kesehatan
masyarakat, dengan :
a. Memperhatikan adanya masalah kesehatan masyarakat yang terjadi
b. Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan kesehatan masyarakat.
Untuk itulah sekolah harus menjadi suatu “tempat” yang dapat
meningkatkan/mempromosikan derajat kesehatan peserta didiknya.

32
Konsep inilah yang oleh Organisasi Kesehatan Dunia di sebut dengan
menciptakan “Health Promotion School” atau sekolah promosi kesehatan.
Dapat dikatakan program Usaha Kesehatan Sekolah dilaksanakan dengan
baik pada sekolah tersebut.
Pada dasarnya, setiapnya sekolah memiliki kemampuan dan kebutuhan
yang berbeda-beda sesuai situasi dan kondisinya masing-masing dalam
mewujudkan “Sekolah Promosi Kesehatan”. Namun yang terpenting
adalah bagaimana ia dapat menggunakan “kekuatan organisasinya” secara
optimal untuk dapat meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah.

D. Permasalahan Program Promosi Kesehatan Sekolah


Beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pembinaan dan
pengembangan program promosi kesehatan di sekolah ialah :
1. Perilaku hidup bersih dan sehat belum mencapai pada tingkat yang
diharapkan, disamping itu ancaman sakit terhadap murid sekolah
masih cukup tinggi dengan adanya penyakit endermis dan kekurangan
gizi.
2. Masalah kesehatan anak usia sekolah yang masih banyak terjadi di
Indonesia antara lain :
 Sanitasi dasar yang memenuhi syarat kesehatan seperti jamban
sehat dan air bersih
 Meningkatnya pecandu narkoba dan remaja yang merokok
 Kesehatan reproduksi remaja
3. Peningkatan sumberdaya manusia
 Kurangnya guru yang menangani program promosi kesehatan di
sekolah
 Kader kesehatan sekolah perlu dilatih dalam bidang pendidikan
dan pelayanan kesehatan
4. Terbatasnya sarana dan prasarana program promosi kesehatan di
sekolah
5. Pencatatan dan pelaporan yang masih lemah

33
6. Kurang lancarnya koordinasi, informasi, sinkronisasi dan sosialisasi
7. Dukungan kelembagaan dan program terutama dalam hal perlunya
institusi yang jelas menangani program kesehatan di sekolah dan
pentingnya penetapan standar pelayanan minimum.

E. Jenis Kegiatan Program Promosi Kesehatan di Sekolah


Beberapa jenis kegiatan yang dapat di lakukan pada Program Promosi
Kesehatan Sekolah, adalah:
1. Penyuluhan kelompok di kelas
2. Penyuluhan perorangan (penyuluhan antar teman/peer group
education)
3. Pemutaran film/video
4. Penyuluhan dengan media panggung boneka
5. Penyuluhan dengan metode demonstrasi
6. Pemasangan poster, Pembagian leaflet
7. Kunjungan/wisata pendidikan
8. Kunjungan rumah
9. Lomba kebersihan kelas, Lomba kebersihan perorangan/murid
10. Lomba membuat poster, Lomba menggambar lingkungan sehat
11. Lomba cepat tepat
12. Kegiatan pemeliharaan dan membersihkan jamban sekolah
13. Penyuluhan terhadap warung sekolah, pedagang sekitar sekolah
14. Kegiatan penghijauan di sekitar sumber air
15. Pelatihan guru UKS
16. Pelatihan siswa/kader UKS
17. Pembangunan sarana air bersih, sanitasi dan fasilitas cuci tangan
termasuk pendidikan menjaga kebersihan jamban sekolah
18. Pendidikan pemakaian dan pemeliharaan jamban sekolah
19. Penggalakan cuci tangan dengan sabun
20. Pendidikan tentang hubungan air minum, jamban, praktek kesehatan
individu, dan kesehatan masyarakat

34
21. Program pemberantasan kecacingan
22. Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
23. Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
24. Kampanye, “Sungai Bersih, Sungai Kita Semua”
25. Pengembangan tanggung jawab murid, guru dan pihak-pihak lain yang
terlibat di sekolah, mencakup:
26. Pengorganisasian murid untuk pembagian tugas harian, pembagian
tugas guru pembina dan Komite Sekolah
27. Meningkatkan peranan murid dalam mempengaruhi keluarganya.

2.5 Asuhan Keperawatan Pada Tatanan Sekolah


Asuhan keperawatan anak sekolah adalah salah satu specialisasi dari
keperawatan komunitas atau Comunity Health Nursing (CHN) tujuannya
meningkatkan kesehatan masyarakat sekolah dengan keperawatan sebagai
salurannya. Asuhan keperawatan sekolah pada umumnya sama dengan
asuhan keperawatan pada sasaran lainnya, yaitu :
1. Pengkajian ditujukan kepada :
a) Lingkungan sekolah mulai dari :
 Lingkungan Fisik (Halaman, kebun sekolah, bangunan sekolah :
meja, papan tulis, kursi, lantai, kebersihan, ventilasi,
penerangan, kebisingan, papan tuilis, kepadatan), Sumber air
minum, Pembuangan Air Limbah (PAL), Jamban Keluarga,
Tempat cucu tangan, kebersihan kamar mandi dan
penampungan air, pembuangan sampah, pagar sekolah, dan lain-
lain.
 Lingkungan Psikologis : hubungan guru dengan murid baik baik
formal maupun non formal terutama kenyamanan dalam beljar.
 Lingkungan Sosial : hubungan dosen dengan orang tua murid,
Persatuan Orang Tua Murid dan Guru (POMG) dan masyarakat
sekitar.
b) Keadaan/pelaksanaan UKS, dokter/perawat kecil.

35
c) Pengetahuan anak sekolah tentang kesehatan (PHBS) dan
pelaksanaan PHBS
d) Kondisi kesehatan/fisik anak sekolah terutama screening test (BB,
TB, tenggorokan, telinga/pendengaran, mata/penglihatan).

2. Diagnosa Keperawatan yang Dapat Dirumuskan pada Anak Sekolah


a. Defisiensi aktivitas pengalihan anak sekolah yaitu penurunan
stimulasi dan atau minat/keinginan untuk rekreasi atau melakukan
aktivitas bermain faktor yang berhubungan lingkungan sekolah
yang sempit/fasilitas yang tidak mendukung/kurang sumber daya.
b. Gaya hidup monoton anak sekolah yaitu menyatakan suatu
kebiasaan hidup yang dicirikan dengan tingkat aktivitas yang
rendah berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
keuntungan latihan fisik.
c. Perilaku kesehatan anak sekolah cenderung beresiko faktor yang
berhubungan merolok/mimun alkohol, stress menghadapi tugas
atau ujian/kurang dukungan dan lain-lain.
d. Ketidak efektifan pemeliharaan kesehatan anak sekolah faktor yang
berhubungan kurang ketrampilan motorik kasar/motorik/halus atau
ketidak cukupan sumber daya.
e. Kesiapan meningkatkan status imunisasi anak sekolah batasan
karakteristik menunjukkan keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi/mengekspresikan keinginan untuk meningkatkan status
imunisasi.
f. Ketidak efektifan perlindungan pada anak sekolah faktor yang
berhubungan penyalahgunaan zat/obat-obatan.
g. Ketidak efektifan manajemen kesehatan masyrakat sekolah faktor
yang berhubungan kurang pengetahuan/kurang dukungan
sosial/ketidakcukupan petunjuk untuk bertindak.

36
3. Rencana Asuhan Keperawatan Anak Sekolah
Rencana asuhan keperawatan anak sekolah dibuat berdasarkan
masalah kesehatan/diagnosa keperawatan yang ditemukan, tetapi pada
umumnya dilakukan tindakan berikut ini :
a. Promosi Kesehatan tentang PHBS
b. Pelaksanaan Screening Test
c. Imunisasi DT/TT
d. Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
e. Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Pelatihan dokter/perawat kecil
g. Pelaksanaan UKS di sekolah setiap hari oleh guru UKS dan
dokter/perawat kecil.
h. Dan lain-lain

37
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Perawat A , seorang perawat komunitas yang bertanggung jawab pada
program UKS di wilayah binaan puskesmas. Perawat A telah melakukan
pengkajian pada SD negeri 1, hasil dari pengkajian jumlah siswa sebanyak
227 siswa, dengan status gizi overweight (18,5%) , konjungtiva anemis
(16,7%), kebiasaan sarapan (67,8%), karies (48,6%), kuku kotor (31,6%),
injury pada saat olahraga (49,8%), pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi
(50%). Di SDN ini belum mempunyai kader kesehatan sekolah. Dari hasil data
tersebut, perawat A aka melakukan intervensi keperawatan dan promosi
kesehatan sesuai dengan model UKS, sehingga dapat mewujudkan healthy
school.

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus


A. Analisa Data
Data Masalah
DS : - Kurangnya program dalam
DO : pelayanan UKS
1. Perawat A telah melakukan
pengkajian pada SD negeri 1,
hasil dari pengkajian jumlah
siswa sebanyak 227 siswa,
dengan status giji overweight
(18,5%) , konjungtiva anemis
(16,7%), kebiasaan sarapan
(67,8%), karies (48,6%), kuku
kotor (31,6%), injury pada saat
olahraga (49,8%), pengetahuan
terhadap kesehatan reproduksi

38
(50%).
2. Di SDN ini belum mempunyai
kader kesehatan sekolah.

B. Diagnosa Keperawatan
Kurangnya program pelayanan UKS b.d belum tersedianya kader
kesehatan sekolah.

39
C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Sasaran Rencana Kegiatan Hari/Tanggal Tempat
o Keperawatan
1 Kurangnya Setelah dilakukan tindakan Pihak sekolah yang 1. Pihak pimpinan sekolah mengajak dan Rabu, Ruang
program keperawatan selama 1 bulan, terdiri dari guru. berdiskusi dengan guru, komite sekolah 20 Maret 2019 Serbaguna
pelayanan diharapkan : dan tim pelaksana atau pembina UKS SDN 1
UKS b.d - Terbentuknya kader tentang :
belum kesehatan di sekolah. a. Maksud dan tujuan penerapan program
tersedianya - Terbentuknya program UKS seperti penerapan PHBS
kader pelayanan UKS sehingga disekolah.
kesehatan masalah- masalah kesehatan b. Meminta masukan tentang penerapan
sekolah siswa disekolah dapat program UKS di sekolah, antisipasi
teratasi. kendala sekaligus alternatif solusi.
- Pengelola/ Kader mengetahui c. Menetapkan penanggungjawab
program yang sebaiknya ada program UKS di sekolah dan
di UKS. mekanisme pengawasannya.
- Pihak sekolah yang terdiri d. Pimpinan sekolah membentuk kader
dari guru dan murid dari kalangan guru.
mengetahui tentang PHBS. e. Pelatihan dokter cilik.
2. Menjalin kerjasama lintas program dan
lintas sektoral dengan memperhatikan

40
kebijaksanaan operasional yang telah
ditentukan, seperti pelayanan kesehatan di
sekolah kepada peserta didik dan
masyarakat sekolah lainnya dan
bekerjasama dengan tim pembina UKS
kecamatan dan masyarakat disekitar
sekolah.
3. Penyuluhan tentang program UKS bagi
guru.
4. Supervisi oleh pihak puskesmas
pelaksanaan program UKS.

41
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Usaha kesehatan sekolah (UKS) adalah salah satu upaya membina dan
mengembangkan kebiasaan hidup yang sehat yang di lakukan secara terpadu
melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah. Perguruan
agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan
pemeliharaan kesehatan di lingkungan sekolah. Hidup sehat seperti yang
didefinisikan oleh badan kesehatan perserikatan bangsa-bangsa (PBB) World
Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Dalam Undang Undang Nomor 23 Tahun 1992 pasal 45 tentang Kesehatan
ditegaskan bahwa ”Kesehatan Sekolah” diselenggarakan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga
peserta didik dapat belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis dan
optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang
berkualitas.
Menurut Sumantri, M. (2007) peserta didik itu harus sehat dan orang tua
memperhatikan lingkungan yang sehat dan makan makanan yang bergizi,
sehingga akan tercapai manusia soleh, berilmu dan sehat (SIS). Dalam proses
belajar dan pembelajaran materi pembelajaran berorientasi pada head, heart
dan hand, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap/nilai dan keterampilan.
Namun masih diperlukan faktor kesehatan (health) sehingga peserta didik
memiliki 4 H (head, heart, hand dan health).

4.2 Saran
Saat ini fungsi UKS di sekolah terutama sekolah dasar belumlah
maksimal.diharapkan dengan adanya pengetahuan tentang UKS agar mampu
menciptakan pribadi siswa yang sehat sehingga siswa dapat mengoptimalkan
proses belajar mereka.

42
Daftar Pustaka

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Mancana Jaya Cemerlang.

Effendy, Nasrul. (1998). dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat, editor,


Yasmin Asih - Ed 2 – Jakarta : EGC

Mubarak, Wahid Iqbal & Chayatin, Nurul. 2009. ilmu kesehatan masyarakat :
teori dan aplikasi, Jakarta : Salemba Medika

Sumantri, M. 2007. Pendidikan Wanita. Dalam Ali, M., Ibrahim, R.,


Sukmadinata, N.S. dan Rasjidin, W. (Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan:
Handbook.. Bandung: Pedagogiana Press (Halaman 1175 – 1186).

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.
Jakarta: PT Mancana Jaya Cemerlang

Departemen Kesehatan. 2008. Pedoman Pelatihan Kader Kesehatan di Sekolah.


Jakarta

Herawati, Neni FS. 2012. Buku Panduan Praktikum Keperawatan Komunitas I.


Banjarbaru: PSIK FK UNLAM

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia. Keputusan Bersama Menteri


Pendidikan Nasional, Menteri Kesehatan, Menteri Agama, dan Menteri Dalam
Negeri Republik Indonesia No. 1/U/SKB/2003, No. 1067/MENKES/VII/2000,
No. MA/230 A/2003, No. 26 Tahun 2003 Tentang Pembinaan dan Pengembangan
Usaha Kesehatan Sekolah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.


Pedoman Pelaksanaan UKS di Sekolah, 2012.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.


2012. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan
SekolahKementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pedoman pelaksanaan UKS di
sekolah. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

43
Efendi F, Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

44

Anda mungkin juga menyukai