Anda di halaman 1dari 4

Dzikir Setelah Shalat

rumaysho.com/1997-dzikir-setelah-shalat.html

October 13, 2011

Dzikir sesudah atau setelah shalat adalah di antara dzikir yang mesti kita amalkan. Seusai shalat
tidak langsung bubar, namun hendaknya kita merutinkan beristighfar dan bacaan dzikir lainnya.

Dzikir akan menguatkan seorang muslim dalam ibadah, hati akan terasa tenang dan mudah
mendapatkan pertolongan Allah.

[1]
(3x) ‫ﻪ‬ َ
َ ‫ﺳﺘ َﻐِْﻔُﺮ اﻟﻠ‬
ْ ‫أ‬

ْ ِ َ ‫ﺠﻼ‬ َ
ِ ‫ل وَاﻹ ِﻛ َْﺮام‬ َ ْ ‫ﺖ ﻳ َﺎ ذ َا اﻟ‬
َ ْ ‫ ﺗ َﺒ َﺎَرﻛ‬،‫م‬
ُ َ ‫ﻚ اﻟ ﺴ ﻼ‬
َ ْ ‫ﻣﻨ‬ َ ْ ‫ا َﻟﻠﻬُﻢ أﻧ‬
ُ َ ‫ﺖ اﻟ ﺴ ﻼ‬
ِ َ ‫ و‬،‫م‬

Astagh-firullah 3x

Allahumma antas salaam wa minkas salaam tabaarokta yaa dzal jalaali wal ikrom.

Artinya:
“Aku minta ampun kepada Allah,” (3x).

“Ya Allah, Engkau pemberi keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai
Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”

Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika selesai dari shalatnya beliau beristighfar
sebanyak tiga kali dan membaca dzikir di atas. Al Auza’i menyatakan bahwa bacaan istighfar
adalah astaghfirullah, astaghfirullah. [1]

[2]
َ ِ ‫ ا َﻟﻠﻬﻢ ﻻ َ ﻣﺎﻧ ِﻊ ﻟ‬،‫ﺷﻲٍء ﻗَﺪﻳﺮ‬
‫ﻲ‬
َ ِ ‫ﻣﻌْﻄ‬ ُ َ ‫ وَﻻ‬،‫ﺖ‬َ ْ ‫ﻤﺎ أﻋ ْﻄ َﻴ‬ َ َ َ ُ ُِْ ْ َ ‫ﻤﺪ ُ وَﻫُﻮَ ﻋ َﻠ َﻰ ﻛ ُﻞ‬ َ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
ْ ‫ﺤ‬ ُ َ ‫ﻚ وَﻟ‬
ُ ْ ‫ﻤﻠ‬
ُ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
ُ َ ‫ ﻟ‬،‫ﻪ‬
ُ َ‫ﻚ ﻟ‬
َ ْ ‫ﺷﺮِﻳ‬
َ َ ‫ﺣﺪ َه ُ ﻻ‬
ْ َ‫ﻪ و‬ َ ‫إ ِﻟ َـ‬
ُ ‫ﻪ إ ِﻻ اﻟﻠ‬
‫ﺠﺪ‬َ ْ ‫ﻚ اﻟ‬
َ ْ ‫ﻣﻨ‬
ِ ‫ﺠﺪ‬ َ ْ ‫ وَﻻ َ ﻳ َﻨ َْﻔﻊُ ذ َا اﻟ‬،‫ﺖ‬
َ ْ‫ﻣﻨ َﻌ‬
َ ‫ﻤﺎ‬َ ِ‫ﻟ‬

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in
qodiir.

Allahumma laa maani’a limaa a’thoyta wa laa mu’thiya limaa mana’ta wa laa yanfa’u dzal jaddi
minkal jaddu.

1/4
Artinya:
“Tiada Rabb yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-
Nya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang
mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Engkau cegah. Tidak
berguna kekayaan dan kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya yang
menyelamatkan dari siksaan). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.”[2]

[3]

َ ‫ ﻻ َ إ ِﻟ َـ‬،ِ‫ل وَﻻ َ ﻗُﻮة َ إ ِﻻ ﺑ ِﺎﻟﻠﻪ‬


‫ﻪ إ ِﻻ‬ َ ْ ‫ﺣﻮ‬َ َ ‫ ﻻ‬.‫ﻲٍء ﻗَﺪ ِﻳ ُْﺮ‬
ْ ‫ﺷ‬ َ ‫ﻤﺪ ُ وَﻫُﻮَ ﻋ َﻠ َﻰ ﻛ ُﻞ‬ ْ ‫ﺤ‬ َ ْ ‫ﻪ اﻟ‬ُ َ ‫ﻚ وَﻟ‬
ُ ْ ‫ﻤﻠ‬
ُ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
ُ َ ‫ ﻟ‬،‫ﻪ‬ُ َ‫ﻟ‬
َ ْ‫ﻦ وَﻟ َﻮْ ﻛ َﺮِه َ اﻟ ْﻜ َﺎﻓُِﺮو‬
‫ن‬ ُ َ‫ﻦ ﻟ‬
َ ْ ‫ﻪ اﻟ ﺪﻳ‬ َ ْ ‫ﺼﻴ‬
ِ ِ ‫ﺨﻠ‬
ْ ‫ﻣ‬
ُ ‫ﻪ‬ َ ‫ ﻻ َ إ ِﻟ َـ‬،‫ﻦ‬
ُ ‫ﻪ إ ِﻻ اﻟﻠ‬ ُ ‫ﺴ‬ َ ْ ‫ﻪ اﻟﺜﻨ َﺎُء اﻟ‬
َ ‫ﺤ‬ ُ َ ‫ﻞ وَﻟ‬ُ ‫ﻀ‬ْ ‫ﻪ اﻟ َْﻔ‬ ُ َ ‫ﺔ وَﻟ‬ُ ‫ﻤ‬ ُ َ ‫ ﻟ‬،ُ ‫ وَﻻ َ ﻧ َﻌْﺒ ُﺪ ُ إ ِﻻ إ ِﻳﺎه‬،‫ﻪ‬
َ ْ ‫ﻪ اﻟﻨ ﻌ‬ ُ ‫اﻟﻠ‬

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in
qodiir.

Laa hawla wa laa quwwata illa billah. Laa ilaha illallah wa laa na’budu illa iyyaah. Lahun ni’mah wa
lahul fadhlu wa lahuts tsanaaul hasan.

Laa ilaha illallah mukhlishiina lahud diin wa law karihal kaafiruun.

Artinya:
“Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Bagi-Nya kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan
kekuatan kecuali (dengan pertolongan) Allah. Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah.
Kami tidak menyembah kecuali kepada-Nya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik.
Tiada Rabb (yang hak disembah) kecuali Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya,
sekalipun orang-orang kafir sama benci.”

Faedah: Dikatakan oleh ‘Abdullah bin Zubair, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca
tahlil (laa ilaha illallah) di akhir shalat.[4]

[4]
(× 33) ِ‫ن اﻟﻠﻪ‬
َ ‫ﺤﺎ‬
َ ْ ‫ﺳﺒ‬
ُ

(× 33) ِ‫ﻤﺪ ُ ﻟ ِﻠﻪ‬ َ ْ ‫ا َﻟ‬


ْ ‫ﺤ‬

(× 33) ‫ﻪ أ َﻛ ْﺒ َُﺮ‬
ُ ‫ا َﻟﻠ‬

‫ﻲٍء ﻗَﺪ ِﻳ ُْﺮ‬ َ ‫ﻤﺪ ُ وَﻫُﻮَ ﻋ َﻠ َﻰ ﻛ ُﻞ‬


ْ ‫ﺷ‬ َ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
ْ ‫ﺤ‬ ُ َ ‫ﻚ وَﻟ‬
ُ ْ ‫ﻤﻠ‬
ُ ْ ‫ﻪ اﻟ‬
ُ َ ‫ ﻟ‬،‫ﻪ‬
ُ َ‫ﻚ ﻟ‬
َ ْ ‫ﺷﺮِﻳ‬
َ َ ‫ﺣﺪ َه ُ ﻻ‬
ْ َ‫ﻪ و‬ َ ‫إ ِﻟ َـ‬
ُ ‫ﻪ إ ِﻻ اﻟﻠ‬

Subhanallah (33x)

Al hamdulillah (33x)

Allahu akbar (33 x)


2/4
Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah. Lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in
qodiir.

Artinya:
“Maha Suci Allah (33 x), segala puji bagi Allah (33 x), Allah Maha Besar (33 x). Tidak ada Rabb
(yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya
kerajaan. Bagi-Nya pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Faedah: Siapa yang membaca dzikir di atas, maka dosa-dosanya diampuni walau sebanyak buih
di lautan.[5] Kata Imam Nawawi rahimahullah, tekstual hadits menunjukkan bahwa bacaan
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu akbar, masing-masing dibaca 33 kali secara terpisah.[6]

[5]
Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat (fardhu).

Faedah: Siapa membaca ayat Kursi setiap selesai shalat, tidak ada yang menghalanginya masuk
surga selain kematian.[7]

[6]
Membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas setiap selesai shalat (fardhu).

Faedah: Tiga surat ini disebut mu’awwidzot.[8]

[7]
ً ‫ﻣﺘ ََﻘﺒﻼ‬ َ َ ‫ وَﻋ‬،‫ وَرِْزﻗًﺎ ﻃ َﻴﺒ ًﺎ‬،‫ﻤﺎ ﻧ َﺎﻓِﻌًﺎ‬
ُ ً ‫ﻤﻼ‬ ً ْ ‫ﻋﻠ‬ َ ُ ‫ﺳﺄ َﻟ‬
ِ ‫ﻚ‬ َ ‫ا َﻟﻠﻬﻢ إﻧ‬
ْ ‫ﻲأ‬
ْ ِ ُ

Allahumma inni as-aluka ‘ilman naafi’a, wa rizqon thoyyiba, wa ‘amalan mutaqobbala

Artinya:
“Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang lain),
rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan ganjaran yang baik).”
(Dibaca setelah salam dari shalat Shubuh)[9]

Semoga bisa diamalkan.

[1] HR. Muslim no. 591.

[2] HR. Bukhari no. 844 dan Muslim no. 593.

[4] HR. Muslim no. 594.

3/4
[5] HR. Muslim no. 597.

[6] Lihat Syarh Shahih Muslim, 5: 84.

[7] HR. An-Nasai dalam Al Kubro 9: 44. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban,
sebagaimana disebut oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram.

[8] HR. Abu Daud no. 1523 dan An-Nasai no. 1337. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
sanad hadits ini hasan.

[9] HR. Ibnu Majah no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini shahih.

Referensi:
Hish-nul Muslim min Adzkar Al Kitab was Sunnah, Syaikh Sa’ad bin Wahf Al Qohthoni

Tash-hih Syarh Hish-nul Muslim min Adzkar Al Kitab was Sunnah , Majdi bin ‘Abdul Wahab Al
Ahmad, terbitan Maktabah Al Malik Fahd Al Wathoniyah, cetakan keempat, 1430 H

Bagian dari Buku Dzikir Pagi Petang karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal

Direvisi ulang 10 Jumadats Tsaniyyah 1436 H

Artikel Rumaysho.Com

4/4

Anda mungkin juga menyukai