Anda di halaman 1dari 5

Langkah-langkah yang diperlukan dalam siklus pengembangan suatu sistem informasi untuk membangun

dan mengimplementasikan sistem informasi bisnis di suatu perusahaan.

Posted on September 25, 2012

Tugas-2 Take Home Sistem Informasi Manajemen

Mawardi Bagindo R48

Langkah-langkah yang diperlukan dalam siklus pengembangan suatu sistem informasi untuk membangun
dan mengimplementasikan sistem informasi bisnis di suatu perusahaan.

Pengembangan sistem informasi manajemen dilakukan melalui beberapa tahap, dimana masing-masing
langkah menghasilkan suatu yang lebih rinci dari tahap sebelumnya. Tahap awal dari pengembangan
sistem umumnya dimulai dengan mendeskripsikan kebutuhan pengguna dari sisi pendekatan sistem
rencana stratejik yang bersifat makro, diikuti dengan penjabaran rencana stratejik dan kebutuhan
organisasi jangka menengah dan jangka panjang. Masukan (input) utama yang dibutuhkan dalam tahap
ini mencakup:

• Kebutuhan stratejik organisasi

• Aspek legal pendukung organisasi

• Masukan kebutuhan dari pengguna

Secara garis besar ada enam tahap yang biasa dijadikan sebagai batu pijakan atau model dalam
melaksanakan aktivitas pengembangan sistem informasi, yaitu: perencanaan, analisis, desain, konstruksi,
implementasi, dan pascaimplementasi.

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini merupakan suatu rangkaian kegiatan sejak ide pertama yang melatarbelakangi pelaksanaan
pengembangan sistem tersebut dilontarkan. Dalam tahap perencanaan pengembangan sistem harus
mendapatkan perhatian yang sama besarnya dengan merencanakan proyek-proyek besar lainnya, seperti
perencanaan pengadaan perangkat jaringan teknologi informasi (TI), rencana membangun gedung
kantor 15 tingkat. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika proyek pengembangan sistem informasi
direncanakan secara matang, mencakup:

 Ruang lingkup proyek dapat ditentukan secara jelas dan tegas. Unit organisasi, kegiatan ataun
sistem yang mana yang akan dilibatkan dalam pengembangan ini dan unit mana yang tidak dilibatkan?
Informasi ini memberikan perkiraan awal besarnya sumber daya yang diperlukan.

 Dapat mengidentifikasi wilayah/area permasalahan potensial. Perencanaan akan menunjukkan


hal-hal yang mungkin bisa terjadi suatu kesalahan, sehingga hal-hal demikian dapat dicegah sejak awal.
 Dapat mengatur urutan kegiatan. Banyak sekali tugas-tugas terpisah dan harus berjalan secara
bersamaan/paralel yang diperlukan untuk pengembangan sistem. Tugas-tugas ini diatur dalam urutan
logis berdasarkan prioritas informasi dan kebutuhan untuk efisiensi.

 Tersedianya sarana pengendalian. Tingkat pengukuran kinerja harus dipertegas sejak awal.

2. Tahap Analisis

Ada dua aspek yang menjadi fokus tahap ini, yaitu aspek bisnis atau manajemen dan aspek teknologi.
Analisis aspek bisnis mempelajari karakteristik organisasi yang bersangkutan. Tujuan dilakukannya
langkah ini adalah untuk mengetahui posisi atau peranan teknologi informasi yang paling sesuai dan
relevan di organisasi dan mempelajari fungsi-fungsi manajemen dan aspek-aspek bisnis terkait yang akan
berpengaruh atau memiliki dampak tertentu terhadap proses desain, konstruksi, dan implementasi.

Selama tahap analisis, sistem analis terus bekerjasama dengan manajer, dan komite pengarah SIM
terlibat dalam titik-titik yang penting mencakup kegiatan sebagai berikut:

a. Menetapkan rencana penelitian sistem

b. Mengorganisasikan tim proyek

c. Mendefinisikan kebutuhan informasi

d. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem

e. Menyiapkan usulan rancangan sistem

f. Menyetujui atau menolak rancangan proyek pengembangan sistem

Keluaran dari proses analisis di kedua aspek ini adalah masalah-masalah penting yang harus segera
ditangani, analisis penyebab dan dampak permasalahan bagi organisasi, beberapa kemungkinan skenario
pemecahan masalah dengan kemungkinan dan dampak risiko serta potensinya, dan pilihan alternatif
solusi yang direkomendasikan.

3. Tahap Perancangan (Desain)

Pada tahap ini, tim teknologi informasi bekerja sama dengan tim bisnis atau manajemen melakukan
perancangan komponen-komponen sistem terkait. Tim teknologi informasi akan melakukan perancangan
teknis dari teknologi informasi yang akan dibangun, seperti sistem basis data, jaringan komputer, teknik
koversi data, metode migrasi sistem, dan sebagainya.

Sementara itu, secara paralel dan bersama-sama tim bisnis atau manajemen, dan tim teknologi informasi
akan melakukan perancangan terhadap komponen-komponen organisasi yang terkait, seperti: standard
operating procedures (SOP), struktur organisasi, kebijakan-kebijakan, teknik pelatihan, pendekatan SDM,
dan sebagainya. Langkah-langkah tahap rancangan sistem mencakup:
a. Menyiapkan detail rancangan sistem

b. Mengidentifikasi berbagai alternatif konfigurasi/rancang banun sistem

c. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem

d. Memilih konfigurasi terbaik

e. Menyiapkan usulan penerapan/aplikasi

f. Menyetujui atau menolak aplikasi sistem

4. Tahap Pembangunan Fisik/Konstruksi

Berdasarkan desain yang telah dibuat, konstruksi atau pengembangan sistem yang sesungguhnya (secara
fisik) dibangun. Tim teknis merupakan tulang punggung pelaksanaan tahap ini, mengingat semua hal
yang bersifat konseptual harus diwujudkan dalam suatu konstruksi teknologi informasi dalam skala yang
lebih detail.

Dari semua tahapan yang ada, tahap konstruksi inilah yang biasanya paling banyak melihatkan sumber
daya terbesar, terutama dalam hal penggunaan SDM, biaya, dan waktu. Pengendalian terhadap
manajemen proyek pada tahap konstruksi harus diperketat agar penggunaan sumber daya dapat efektif
dan efisien. Bagaimanapun, hal ini akan berdampak terhadap keberhasilan proyek sistem informasi yang
diselesaikan secara tepat waktu. Akhir dari tahap konstruksi biasanya berupa uji coba atas sistem
informasi yang baru dikembangkan.

5. Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahap yang paling kritis karena untuk pertarna kalinya sistem informasi
akan dipergunakan di dalam organisasi. Ada berbagai pendekatan untuk implementasi sistem yang baru
didesain. Pekerjaan utama dalam implementasi sistem biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Merencanakan waktu yang tepat untuk implementasi

b. Mengumumkan rencana implementasi

c. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras dan lunak

d. Menyiapkan database

e. Menyiapkan fasilitas fisik

f. Memberikan pelatihan dan workshop

g. Menyiapkan saat yang tepat untuk cutover (peralihan sistem)


h. Penggunaan sistem baru

Pemberian pelatihan (training) harus diberikan kepada semua pihak yang terlibat sebelum tahap
implementasi dimulai. Selain untuk mengurangi risiko kegagalan, pemberian pelatihan juga berguna
untuk menanamkan rasa memiliki terhadap sistem baru yang akan diterapkan. Dengan cara ini, seluruh
jajaran pengguna akan dengan mudah menerima sistem tersebut dan memeliharanya dengan baik di
masa-masa mendatang.

6. Tahap Pasca Implementasi

Pengembangan sistem informasi biasanya diakhiri setelah tahap implementasi dilakukan. Namun, ada
satu tahapan lagi yang harus dijaga dan diperhatikan oleh manajemen, yaitu tahap pasca implementasi.
Kegiatan yang dilakukan di tahap pasca implementasi adalah bagaimana pemeliharaan sistem akan
dikelola.

Seperti halnya sumber daya yang lain, sistem informasi akan mengalami perkembangan di kemudian
hari. Hal-hal seperti modifikasi sistem, berpedoman ke sistem lain, perubahan hak akses sistem,
penanganan terhadap fasilitas pada sistem yang rusak, merupakan contoh dari kasus-kasus yang
biasanya timbul dalam pemeliharaan sistem. Disinilah diperlukan dokumentasi yang memadai dan
pemindahan pengetahuan dari pihak penyusun sistem ke pengguna untuk menjamin terkelolanya
dengan baik proses-proses pemeliharaan sistem.

Dari perspektif manajemen, tahap pasca-implementasi adalah berupa suatu aktivitas di mana harus ada
personil atau divisi yang dapat melakukan perubahan atau modifikasi terhadap sistem informasi sejalan
dengan perubahan kebutuhan bisnis yang dinamis.

Bagaimana prototyping dapat digunakan sebagai suatu teknik yang efektif untuk meningkatkan proses
pembangunan sistem bagi end users dan bagi para spesialis sistem informasi.

Ada dua macam prototype yaitu :

1. Tipe pertama, prototype yang nantinya akan dikembangkan menjadi system operasional, bentuk
ini sering disebut sebagai evolutionary protoyipe.

2. Tipe kedua, prototype yang hanya akan menjadi cetak biru (blue print) dari system yang
dikembangkan, bentuk ini sering disebut sebagai throwaway prototype.

Manfaat digunakannya prototype adalah membuat pengembang system dan pemakai (user) mempunyai
ide tentang bagaimana bentuk akhir dari system akan bekerja.

Adapun kegiatan menghasilkan prototype disebut juga dengan prototyping. Prototyping merupakan
proses pengembangan suatu prototip secara cepat untuk digunakan terlebih dahulu dan ditingkatkan
terus menerus sampai didapatkan sistem yang utuh. Proses membangun sistem ini yaitu dengan
membuat prototype atau model awal, mencobanya , meningkatkannya dan mencobanya lagi dan
meningkatkannya dan seterusnya sampai didapatnya sistem yang lengkap disebut dengan proses iteratif
(iterative process) dari pengembangan sistem.

Hal yang positif baik bagi user maupun pengembang system seringkali sangat menyukai prototyping
karena :

1. Terjadi peningkatan kumunikasi antara user dengan pengembang system

2. Analis system dapat bekerja lebih baik dalam menentukan kebutuhan user

3. Peningkatan peran user pada pengembangan system

4. System dapat dikembangkan lebih cepat

5. Tahap implementasi menjadi lebih mudah, karena user sudah mengenali apa yang dapat
dihasilkan oleh system yang dikembangkan.

Hal-hal negatif yang terdapat dalam pemenfaatan prototyping antara lain :

1. Keinginan untuk cepat selesai, seringkali mengabaikan definisi masalah, evaluasi maupun
dokumentasi yang baik

2. User bisa berharap terlalu banyak dari system yang sedang dikembangkan

3. Prototype (tipe yang pertama) seringkali bekerja tidak efisien.

Ciri-ciri prototype yang baik adalah :

1. Beresiko tinggi. Problemnya tidak terstruktur dengan baik, perubahan-perubahan sering terjadi
sepanjang waktu, dan kebutuhan datanya tidak tentu.

2. Dialog User – Komputer. Tampilan layar sebagai sarana interaksi antara user dengan computer.

3. Banyak User. Kesepakatan untuk rancangan rinci sulit diperoleh tanpa ebuah bentuk yang dapat
diperlihatkan kepada user.

4. Ingin cepat selesai. User ingin segera melihat bagimana system bekerja

5. SIngkat. Sistem hanya dipakai untuk jangka waktu yang singkat saja.

6. Inovatif. Sistem adalah sesuatu yang sangat inovatif, me-manfaatkan teknologi perangkat keras
maupun perangkat lunak yang canggih (terbaru).

7. Berubah-ubah. Sistem memahami apa yang diinginkan oleh user Aplikasi yang tidak mempunyai
cirri-ciri seperti diatas, umumnya dapat dikembangkan dengan Daur Hidup Pengangmabnag Sistem
Tradisional (klasik)

Anda mungkin juga menyukai