Anda di halaman 1dari 7

Nama : PUTRI BALQIS QATRUN NADA

NIM : PO7142111710024

A. Sistem rujukan
Sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis, proaktif, pragmatif dan
koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang
paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun
agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes
RI, 2006).
1. Pengantar
a. Program sistem rujukan sudah mulai diperkenalkan oleh pemerintah sejak tahun
1976 untuk memperbaiki pelayanan obstetri atau kebidanan, terutama bagi
kelompok risiko tinggi.
b. Harapannya adalah dalam sistem ini pelayanan akan menjadi lebih efisien,
efektif, affordoble dan mudah diakses oleh mayoritas masyarakat.
c. Tetapi pelayanan ini bukan hanya sekedar aktivitas dalam sistem rujukan, tetapi
juga mencakup pelatihan dan penelitian.
d. Program sistem rujukan ibu dan bayi baru lahir yang terbaru juga digulirkan oleh
program EMAS, yaitu suatu program penyelamatan ibu dan bayi baru lahir yang
tujuannya adalah percepatan mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir.
Sistem rujukan dalam program EMAS ini akan dibahas secara lebih luas dan
tersendiri pada bagian akhir dari bab ini.
2. Pengertian dan hal-hal berkaitan dengan sistem rujukan:
a. Definisi sistem rujukan menurut UU Nomor 44 tahun 2009. Sistem rujukan
merupakan penyelenggaraan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, struktur dan
fungsional terhadap suatu penyakit, masalah kesehatan ataupun permasalahan
kesehatan.
b. Pinisi rujukan menurut Muchtar (1977). Rujukan adalah suatu pelimpahan
tanggung jawab balik atas kasus atau masalah Kebidanan yang timbul baik secara
vertikal ( satu unit ke Unit yang lebih lengkap atau rumah saki)t untuk horizontal
dari bagian yang lain dalam satu unit.
c. Pengertian lain dari sistem rujukan adalah sistem yang dikelola secara strategis
pragmatis gerak aktif dan koordinatif untuk menjalin pemerataan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang paripurna dan komprehensif bagi
masyarakat yang membutuhkannya terutama bagi ibu dan bayi baru lahir
dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar
dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui
peningkatan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir di wilayah mereka berada.
d. Berkaitan dengan pengertian sistem rujukan di atas dalam rujukan terjadi antara
lain :
1) Penyerahan tanggung jawab timbal balik mengenai perawatan penderita
dari suatu unit kesehatan secara vertikal dan horizontal pada unit
kesehatan yang lebih mampu.
2) Penyaluran pengetahuan dan keterampilan dari unit kesehatan yang lebih
mampu pada unit kesehatan yang lebih kecil.
3) Pengiriman bahan untuk pemeriksaan laboratorium dan unit kesehatan
yang kecil pada unit kesehatan yang lebih mampu dan pengiriman hasil
kembali pada unit kesehatan yang mengirimnya.
3. Tujuan rujukan
a. Memberikan pelayanan kesehatan pada penderita dengan tepat dan cepat.
b. Menggunakan fasilitas kesehatan seefisien mungkin.
c. Mengadakan pembagian tugas pelayanan kesehatan pada unit unit kesehatan
sesuai dengan lokasi dan kemampuan unit-unit tersebut.
4. Syarat-syarat agar sistem rujukan berfungsi secara tepat.
Syarat-syarat tertentu harus dipenuhi sebelum sistem rujukan dapat berfungsi secara
tepat seperti :
a. Kesadaran masyarakat dalam masalah kesehatan
b. Petugas kesehatan harus memiliki pengetahuan yang adekuat dalam strategi
pendekatan resiko dan sistem rujukan.
c. Setiap unit obstetric harus memiliki peralatan yang tepat.
d. Komunikasi dan transportasi yang mudah harus tersedia.
5. Jenis-jenis rujukan
a. Rujukan medis:
1) Rujukan pasien
2) Rujukan pengetahuan
3) Rujukan laboratorium atau bahan pemeriksaan
b. Rujukan kesehatan
1) Rujukan ilmu pengetahuan teknologi dan keterampilan misalnya
pengiriman dokter ahli terutama ahli bedah Kebidanan dan kandungan
penyakit dalam dan dokter anak dari RSU provinsi ke RSU Kabupaten
2) Pengiriman asisten ahli senior ke RS kabupaten yang belum ada dokter
ahli dalam jangka waktu tertentu
3) Pengiriman tenaga kesehatan dari puskesmas, RSU kabupaten ke RS
provinsi.
4) Alih pengetahuan dan keterampilan di bidang klinik, manajemen dan
pengoperasian peralatan.
c. Rujukan manajemen
1) Pengiriman informasi
2) Obat, biaya, tenaga, peralatan.
3) Permintaan bantuan: survei epidemologi, mengatasi wabah (KLB).
6. Persiapan rujukan
a. Bicarakan dengan suami/orangtua/keluarga mengenai keadaan pasien dan
mengapa diperlukan rujukan.
b. Diskusikan:
1) Siapa yang akan menemani pasien.
2) Tempat rujukan yang lebih disukai.
3) Sarana transportasi yang akan digunakan.
4) Biaya atau jaminan kesehatan nasional.
7. Masalah-masalah perlu adanya rujukan, antara lain :
a. Sampai saat ini, pelayanan kesehatan di indonesia belum dapat merata sampai ke
pelosok-pelosok, baik gedung, alat dan ahlinya berpusat di kota besar.
b. Mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit daerah masih perlu ditingkatkan, baik
alat maupun ahlinya.
c. Rumah sakit tertentu mendapat arus penderita terlalu banyak. Tetapi rumah sakit
lain kurang penderitanya.
d. Adanya pengelolaan penderita yang kurang tepat, sering menimbulkan kematian
penderita:
1) Mungkin karena terlambat mengirim penderita le unit yang lebih mampu
2) Mungkin karena salah diagnosa di unit kesehatan yang lebih kecil
3) Mungkin karena memang penderita tidak mau dikirim ke unit kesehatan yang
lebih mampu.
8. Kondisi risiko tinggi yang perlu dirujuk
Apabila terdapat risiko tinggi di fasilitas kesehatan dasar, maka petugas kesehatan
diharapkan mematuhi untuk segera merujuk, yakni bila didapatkan 1 atau lebih
penyulit sebagai berikut:
a. Riwayat bedah sesar
b. Perdarahan per vagina
c. Persalinan kurang bulan
d. Ketuban pecah dengan mekonium kental
e. Ketuban pecah lama
f. Ketuban pecah pada kehamilan kurang bulan
g. Ikterus
h. Anemia berat
i. Tanda gejala infeksi
j. Pre eklamsia/hipertensi dalam kehamilan.
k. Tinggi fundus uteri 40 cm atau lebih
l. Gawat janin
m. Primipara fase aktif, palpasi kepala 5/5
n. Presentasi bukan belakang kepala
o. Presentasi majemuk
p. Kehamilan gamelli
q. Tali pusat menumbung
r. Syok
9. Proses rujukan kasus kebidanan
1. Pengantar
a. Di dalam suatu perujukan kasus obstetrik/kebidanan, dijumpai adanya suatu
proses dari mulai ditemui kasus sampai pada pengiriman kasus tersebut ke
instansi yang dirujuk
b. Proses ini umumnya mulai dari penemuan kasus, pemeriksaan, penegakan
diagnosa, observasi sampai penentuan bahwa kasus ini memerlukan tindakan
ataupun penanganan yang tidak dapat atau kurang sempurna dilakukan di
instansi perujuk dan diputuskan untuk dirujuk.
2. Beberapa pengaruh proses rujukan
Proses ini juga banyak dipengaruhi oleh berbagai hal sebagai berikut:
a. Ketenagaan : baik kualitas maupun kuantitas
b. Peralatan : meliputi peralatan diagnostik, obat-obatan maupun peralatan untuk
tindakan atau perawatan.
c. Sistem : termasuk sistem/manajemen kebidanan instansi perujuk.
3. Seluk beluk proses rujukan
Tindakan terakhir dari proses ini adalah pengiriman kasus dengan disertai surat
pengantar dan sebaiknya juga diantar oleh petugas medis/paramedis
( bidan/perawat ) yang mengetahui seluk beluk kasus ini.
4. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam merujuk kasus kegawatdaruratan
kebidanan
a. Hal utama yang harus diperhatikan bidan/perawat kebidanan dalam rujukan
kegawatan kebidanan adalah pada pengenalan segera kondisi
kegawatdaruratan dan stabilitasi kondisi penderita yang meliputi oksigenasi,
terapi cairan dan medikamentosa
b. Upaya rujukan sangat dipengaruhi oleh jarak asal rujukan ke tempat rujukan,
fasilitas memadai dan kerjasama yang baik antara perujuk dan penerima
rujukan.
c. Pada kasus ibu hamil risiko tinggi lakukan rujukan bila terdapat salah satu
penyulit atau lebig dari hal-hal sebagai berikut : riwayat bedah seksio
caesarea, perdarahan pervagina, persalinan kurang bulan, dll.

B. Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP


Menurut Thomas (1994 cit. Musliwatun, dkk, 2009), dokumentasi adalah catatan penting
interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan tentang hasil
pemeriksaan, prosedur tindaka, pengobatan pada pasien, pendidikan pasien, dan respon
pasien terhadap semua asuhan yang telah diberikan.
Pendokumentasi atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dalam metode
SOAP. Dengan metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah
Analysis/Assessment dan P adalah Planing. Merupakan catatan yang bersifat sederhana,
jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran
penatalaksanaan manajemen kebidanan.
a. S (Data Subjektif)
Data subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
helen varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut
pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang
dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung
dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang
akan disusun.
b. O (Data Objektif)
Data objektif (O) merupakan pendekomentasian manajemen kebidanan menurut
helen varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui
hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan
lab/pemeriksaan diagnostik lain.
c. A (Assessment)
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpratasi (kesimpula) dari data
subjektif dan objektif. Dalam pendekomentasian manajemen kebidanan, karena
keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahn, dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menurut bidan untuk
sering melakuakn analisis data yang dinamis tersebut dalam rangka mengikuti
perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan/tindakan
yang tepat.
d. P (Planning)
Adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan
disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini
bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin
dan mempertahankan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan
mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai
kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Namun P dalam
pendokumentasian implementasi dan evaluasi. Dengan kata lain P dalam SOAP
meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney
langkah kelima, keenam, dan ketujuh.
C. Pendokumentasian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
Manajemen/asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberiakan
pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah
kelahiran. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan
asuhan yang adekuat dan terstandar pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat
bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah dilahirka.
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, adalah
terlaksanakannya asuhan segera/rutin pada bayi baru lahir pada bayi baru lahir termasuk
melakukan pengkajian, membuat diagnosis, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
bayi, mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial, tindakan segera serta
merencanakan asuhan.
D. Dokumentasi asuhan kebidanan pada neonatus
1. Langkah 1. pengkajian data
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk
mengevaluasi keadaan bayi baru lahir.
 Pengkajian segera setelah lahir
 Pengkajian keadaan fisik
2. Langkah 2. Interpretasi data
Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi
berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
3. Langkah 3. Identifikasi diagnosis atau masalah potensial.
Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi
berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi.
4. Langkah 4. Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter/atau ada hal yang
perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain
sesuai kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak segera bernapas spontan dalam 30
detik segera lakukan resusitasi.
5. Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah
sebelumnya.
6. Langkah 6. Melaksanakan perencanaan
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman.
7. Langkah 7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi kembali proses
manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
tetapi belum efektif.

Sumber :

Maryunani, Anik. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media.

Maryunani, Anik. 2016. Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan Edisi kedua. Jakarta:
Trans Info Media.

Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai