BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Malaria sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat terutama di
negara tropik sekaligus menjadi ancaman global bagi penduduk bumi (Pertama,
2015). Penyebaran malaria di dunia sangat luas yakni antara garis bujur 60° di utara
dan 40° di selatan yang meliputi lebih dari 107 negara yang beriklim tropis dan sub
tropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 miliar atau
beresiko terkena malaria. Pada tahun 2015, tingkat kejadian malaria adalah 91 per
1000 orang yang beresiko, dengan perkiraan 214 juta kasus dan 438 kematian, lebih
dari dua per tiga dari kematian ini terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun (World
besar kasus malaria pada tahun 2015 berada di Wilayah Afrika sebesar 90%, diikuti
oleh Wilayah Asia Tenggara sebesar 7% dan Wilayah Mediterania Timur sebesar
Indonesia, selain itu indonesia tercatat daerah endemis yang tinggi. Daerah endemis
tinggi dari 17,4% pada tahun 2011 menjadi 8,8% pada tahun 2015. Daerah endemis
sedang juga menurun dari 18,6% tahun 2011 menjadi 17% pada tahun 2015, serta
daerah endemis rendah menurun tajam dari 42,8% pada tahun 2011 menjadi 28,8%
pada tahun 2015. Sebaliknya daerah bebas malaria mengalami peningkatan dari
21,5% pada tahun 2011 menjadi 45,4% pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2016)
Kesehatan RI 2016 menyatakan bahwa pada tahun 2015 jumlah kasus positif
malaria sebanyak 0,85. Jika dilihat berdasarkan Provinsi, pada tahun 2015 tampak
bahwa wilayah timur Indonesia memiliki angka API tertinggi yaitu Papua (31,93),
Papua Barat (31,29), Nusa Tenggara Timur (7,04), Maluku (5,81), dan Maluku
Utara (2,77). Sedangkan provinsi dengan API terendah yaitu Jawa Barat, Banten,
DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Timur masing-masing sebesar 0,00. Dan di Sulawesi
Selatan sendiri berada dalam peringkat 25 dalam kasus malaria. API merupakan
jumlah kasus positif malaria per 1.000 penduduk dalam satu tahun (Kemenkes RI
2016)
Selatan tahun 2013 adalah 3,1 persen meningkat dibanding tahun 2007 (1,4%),
2013 adalah 8,1 persen. Lima Kabupaten/Kota dengan insiden dan prevalensi
(6,7% dan 15,3%), Kabupaten Tana Toraja (5,5% dan 20,3%), Kabupaten
Bulukumba (5,2% dan 12,1%), dan Kabupaten Luwu (5,2% dan 13,2%). Dari
pemerintah saat ini. Kegagalan pengobatan bahkan kematian dapat terjadi oleh
resistensi plasmodium (WHO, 2016). Salah satu upaya pencegahan yang bisa
dilakukan pada penyakit infeksi yang mematikan adalah pemberian vaksin, namun
hingga kini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah infeksi malaria,
sehingga vaksinasi bukanlah sarana pencegahan terbaik untuk saat ini, untuk
baru, salah satunya melalui eksplorasi senyawa aktif dari bahan alam berupa
dan menganjurkan orang-orang beriman agar mengambil manfaat dari mereka dan
berikut Surah Luqman ayat 10, tentang ciptaan Allah swt berupa tumbuhan-
mengandung senyawa metabolit sekunder yang beragam (Pohlit, et al., 2013). Salah
satunya adalah Kayu jawa (Lannea coromandelica Houtt.). Kayu jawa dalam
masyarakat Sulawesi Selatan dikenal dengan sebutan “tammate atau aju jawa”
merupakan tanaman yang biasanya dijadikan tanaman pagar, tanaman ini seringkali
ditemukan dipinggir jalan, selain itu kayu jawa juga merupakan salah satu tanaman
yang sering digunakan masyarakat dalam pengobatan adalah kulit batang. Kulit
diduga memiliki efek antiplasmodium adalah alkaloid (Lusiana, 2009) serta telah
terbukti bahwa fraksi dari esktrak kulit Kayu Jawa (Lannea coromandelica) larut
(Ihsan, 2017). Selain ekstrak juga telah ditemukan bahwa yang memiliki aktivitas
(Anacardiaceae) dengan IC50 3,4 µg/ml (Adams, et al., 2009). Hal inilah yang
B. Rumusan Masalah
1. Apa senyawa isolat yang dihasilkan dari isolasi frakasi kulit batang Kayu
1. Defenisi Operasional
secara in-vitro
Ruang lingkup penelitian ini meliputi isolasi fraksi kulit batang kayu jawa
5. Kajian Pustaka
1. Rahmadani, fitri. Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak Etanol 96% Kulit
mengemukakan bahwa ekstrak etanol 96% kulit batang Kayu Jawa (Lannea
aktivitas pada konsentrasi 500 μg/ml dengan diameter zona hambat 7.1 mm.
250 μg/ml, 125 μg/ml dengan diameter zona hambat berturut-turut adalah 8.5
pada konsentrasi 500 μg/ml dan 250 μg/ml, dengan diameter zona hambat
adalah 8.2 mm dan 7.3 mm. Dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa
menunjukkan aktivitas pada konsentrasi 500 μg/ml dan 250 μg/ml, dengan
diameter zona hambat adalah 8.5 mm dan 6.8 mm. Selain itu, dijelaskan juga
bahwa konsentrasi Hambat Minimum Ekstrak etanol 96% kulit batang Kayu
500 μg/ml, terhadap bakteri Escherichia coli adalah 125 μg/ml, terhadap
Pseudomonas aeruginosa adalah 250 μg/ml. Hal ini menjadi kajian pustaka
perkembangan bakteri.
Dalam penelitian saya, kayu jawa yang sering digunakan masyarakat dalam
terhadap plasmodium falciparum 3D7 dan menemukan isolat dari fraksi kulit
Dalam penelitian saya, dilakukan isolasi terhadap kulit batang kayu jawa,
penghambatan diatas 30%. Partisi dan Fraksi yang paling aktif sebagai
antiplasmodium adalah partisi larut heksan dan Fraksi F2 (dari 7 fraksi). Pada
Dengan diketahuinya Partisi larut heksan dari ekstrak kulit batang Kayu Jawa
menemukan isolat dari fraksi kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica
vitro.
mempunyai potensi yang paling kuat dibanding senyawa lainnya dan baru
lain yang belum diketahui. Oleh karena itu, senyawa tersebut sangat potensial
sehingga mendorong peneliti untuk menemukan isolat dari fraksi kulit batang
Jakarta Selatan. 2008. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengujian
antimalaria secara in vivo dan in vitro, salah satu metode secara in vitro adalah
Dijelaskan bahwa semua senyawa dinilai pada awalnya dalam satu atau lebih
model utama. Senyawa yang dianggap aktif oleh kriteria mapan dalam tes
skrining primer dipertimbangkan untuk evaluasi lebih lanjut dalam uji klinis
yang lebih ketat secara berturut-turut. Pada akhir setiap tahap pengujian,
Karena ada kebutuhan yang meningkat untuk obat antimalaria yang lebih baru
yang lebih sensitif dan ekonomis. Kajian ini merupakan update dari berbagai
metode skrining in vitro dan in vivo konvensional dan terbaru yang digunakan
Dalam penelitian saya, menggunakan salah satu metode secara in vitro yang
antimalaria baru melalui eksplorasi senyawa aktif dari bahan alam berupa
tanaman obat dalam hal ini kayu jawa (Lannea coromandelica Houtt.) yang
E. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui senyawa isolat yang dihasilkan dari isolasi fraksi kulit batang
F. Manfaat Penelitian
kepada masyarakat daerah sulawesi selatan terkait potensi kearifan lokal tanaman
obat yang tersebar di Indonesia yaitu pemanfaatan batang kayu jawa sebagai
antimalaria dan dapat memberikan informasi secara ilmiah kepada para bidang
kesehatan maupun para peneliti untuk dapat melakukan penemuan senyawa obat
baru dari kulit batang Kayu Jawa (Lannea coromandelica) sebagai antimalaria.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Klasifikasi Tumbuhan
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Diallypetalae
Ordo : Sapindales
Family : Anacardiaceae
Genus : Lannea
2. Nama Lokal
Tammate (Sulawesi), aju jawa (Bugis), kayu Cina, kayu Jawa, kedongdong
4. Nama Luar
jigar, kasmala, ghadi, kocha; (India): Mohin, Kiamil, jhingan; Nepal: Halonre, thulo
5. Uraian Tanaman
Kayu Jawa merupakan deciduous tree atau pohon gugur yang dapat tumbuh
sampai coklat tua, kasar, ada pengelupasan serpihan kecil yang tidak teratur, batang
dalam berserat berwarna merah atau merah muda gelap, dan memiliki eksudat yang
tunggal berwarna hijau kekuningan. Buah berbiji, panjang 12 mm, bulat telur,
kemerahan, dan agak keras. Tanaman ini berbunga dan berbuah dari bulan Januari
pekarangan yang dapat dimanfaatkan daun dan kulit batangnya dengan cara
ditumbuk ataupun direbus untuk mengobati luka luar, luka dalam, dan perawatan
paska persalinan (Rahayu, et al., 2006). Kulit batang dapat digunakan sebagai
astringen, mengobati sakit perut, lepra, ulcer, penyakit jantung, disentri, dan
sariawan. Kulit batang digunakan bersama dengan kulit batang Aegle mermelos,
impotensi. Kulit batang dapat dikunyah selama 2-3 hari untuk menyembuhkan
glossitis. Perebusan daun juga dianjurkan untuk pembengkakan dan nyeri lokal
(Wahid, 2009).
6. Kandungan Kimia
Malaria berasal dari kata Italia yaitu mal artinya buruk dan area artinya
udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah
Penyakit malaria ini dapat menyerang siapa saja terutama penduduk yang tinggal
di daerah dimana tempat tersebut merupakan tempat yang sesuai dengan kebutuhan
Plasmodium yang dapat dengan mudah dikenali dari gejala meriang (panas, dingin
dan menggigil) serta demam berkepanjangan. Penyakit ini menyerang manusia dan
juga sering ditemukan pada hewan berupa burung, kera, dan primata lainnya
(Achmadi, 2008).
yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi (vector borne desease).
Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh P. malariae, P. vivax, P. Ovale, dan
P. Falciparum. Pada tubuh manusia, parasit membelah diri dan bertambah banyak
di dalam hati dan kemudian menginfeksi sel darah merah (Depkes RI, 2008).
kembali (reemerging disease). Hal ini disebabkan oleh pemanasan global yang
terjadi karena polusi akibat ulah manusia yang menghasilkan emisi dan gas rumah
kaca, seperti CO2, CFC, CH3, NO, Perfluoro Carbon dan Carbon Tetra Fluoride
yang menyebabkan atmosfer bumi memanas dan merusak lapisan ozon, sehingga
radiasi matahari yang masuk ke bumi semakin banyak dan terjebak di lapisan bumi
karena terhalang oleh rumah kaca, sehingga temperatur bumi kian memanas dan
C. Uraian Plasmodium
disebabkan oleh genus ini dikenal sebagai malaria. Parasit ini senantiasa
mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya, yaitu vektor nyamuk dan inang
menjangkiti hewan lain, termasuk burung, reptilia, dan hewan pengerat (Achmadi,
2014).
Gambar.3. Plasmodium
Semua jenis plasmodium memiliki siklus hidup yang sama yaitu sebagian
di dalam tubuh manusia atau human (siklus aseksual) dan sebagian di tubuh
anopheles (siklus seksual) (Campbell et al. 1997, Arlan 2006, Tjay & Raharja 2007,
sporozoit yang siap ditulartkan ke manusia, terjadi di dalam tubuh nyamuk. Adapun
siklus seksual (sporogoni) dalam tubuh nyamuk sebagai berikut: (1) Siklus ini
(2) Gamet akan terbentuk dari gametosit jantan dan betina, sehingga fertilisasi
terjadi dalam saluran pencernaan nyamuk tersebut, kemudian terbentuk zigot. Zigot
adalah satusatunya tahapan diploid dalam siklus hidupnya. (3) Oocyts yang berasal
dari zigot berkembang dalam dinding perut nyamuk. Ribuan sporozoit berkembang
dalam oosista dan kemudian bermigrasi ke kelenjar lidah nyamuk tersebut. (4)
Nyamuk yang terinfeksi menyengat orang lain, menginfeksi korban dengan
pada tubuh manusia ada dua tahap, yaitu siklus hati (fase eritrosit) (5) Pada
siklus ini nyamuk betina yang terinfeksi parasit, menggigit manusia dan dengan
hati korban mengikuti peredaran darah. Merozoit akan berinteraksi dengan eritrosit
yang tidak terinfeksi. Invasi eritrosit oleh parasit malaria merupakan proses yang
untuk menembus sel darah merah korban. (6) Merozoit tumbuh dan membelah
secara aseksual sehingga menghasilkan banyak sekali merozoit baru, yang secara
dan menggigil secara periodik. Beberapa merozoit menginfeksi sel darah merah
timbulnya gejala klinis yang ditandai dengan demam. Masa inkubasi bervariasi
beriklim dingin, subtropik. Demam terjadi setiap 48 jam atau setiap hari ketiga,
pada waktu siang atau sore. Masa inkubasinya antara 12-17 hari dan salah satu
berat dan dapat menimbulkan komplikasi berupa malaria cerebral dan fatal.
Masa inkubasi malaria tropika ini sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri kepala,
pegal linu, demam tidak begitu nyata, serta kadang dapat menimbulkan gagal
ginjal.
c. Plasmodium ovale, masa inkubasi 12-17 hari, dengan gejala demam setiap 48
memberikan gejala demam setiap 72 jam. Malaria jenis ini umumnya terdapat
pada daerah gunung, dataran rendah pada daerah tropik. Biasanya berlangsung
tanpa gejala, dan ditemukan secara tidak sengaja. Namun malaria jenis ini
sering kambuh.
menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini masuk tubuh manusia
paling berbahaya dan memiliki tingkat komplikasi dan mortalitas malaria tertinggi
(Lusiana, 2009).
parasit ada gen yang resisten dan sensitif terhadap obat tertentu, sehingga gen yang
satu lebih dominan dari pada gen yang lain. Berdampak menimbulkan adanya galur
yang resisten dan sensitif. Teori kedua, gen mengalami mutasi dalam tubuh parasit
yang memungkinkan parasit tersebut menjadi resisten terhadap suatu obat dengan
cara in vivo dan in vitro. Cara in vivo dapat menunjukkan derajat resistensi parasit
yang dinyatakan dalam tiga tingkatan yakni RI (resistensi derajat 1), RII, dan RIII.
Cara in vitro hasilnya dinyatakan sebagai sensitifitas atau resistensi parasit, tanpa
adanya penjenjangan tingkatan. Kelebihan uji ini pada beberapa jenis obat dapat
mempelajari aktivitas intrinsik obat secara lebih hemat dan lebih cepat,
efektivitas obat dapat langsung diamati, memudahkan penapisan obat malaria baru,
Saat ini telah banyak senyawa antimalaria yang telah berhasil disintesis,
2003).
D. Pengobatan Antimalaria
Resistensi obat malaria adalah kemampuan dari parasit untuk terus hidup
meskipun telah diberikan pengobatan secara teratur baik dengan dosis standart
maupun dengan dosis yang lebih tinggi yang masih bisa ditolerir oleh pemakai obat.
Dalam konteks malaria dikenal Multidrug resistant (MDR) yaitu resistensi terhadap
lebih dari satu jenis obat antimalaria, yang sehari-hari dipakai dalam pengobatan
malaria. MDR merupakan fenomena resistensi Plasmodium terhadap obat
resistensi parasit terhadap obat-obatan yang ada merupakan salah satu penyebab
terutama adalah karena adanya mutasi pada gen-gen dari Plasmodium. Ada tiga
malaria, termasuk intensitas, drug pressure dan respon imun inang (Simamora,
2007).
in vitro mutasi gen pada parasit mempunyai hubungan dengan marker molekuler
pada uji klinis. Mutasinya multipel, sangat kompleks dan terjadi secara terus
Obat antimalaria dapat dikelompokkan menurut efek atau cara kerja obat
pada parasit stadium eritrositik. Beberapa mekanisme kerja dan target dari obat
malaria yang telah diteliti oleh peneliti-peneliti pendahulu, antara lain: (Simamora,
2007)
a. Gangguan pencernaan hemoglobin dalam lisosom vakuola makanan (food
interaksi dengan heme atau menghambat pembentukan hemozoin. Target baru obat
golongan ini adalah menghambat enzim plasmepsin dan enzim falcipain yang
berperan dalam pemecahan globin menjadi asamasam amino. Hemozoin dan asam
obat antimalaria sudah terjadi akan diikuti dengan resistensi terhadap obat
antimalaria yang lain. Tekanan obat yang terus menerus menyebabkan parasit akan
Dengan demikian parasit terhindar dari pengaruh obat. Hal inilah yang
Pada umumnya bila resistensi terhadap suatu obat antimalaria sudah terjadi
Tekanan obat yang terus menerus menyebabkan parasit akan memasuki jalur
parasit terhindar dari pengaruh obat. Hal inilah yang menyebabkan resistensi parasit
b. Meflokuin
yang MDR,dosis yang dianjurkan adalah 15–29 mg/kgbb, peroral, dosis tunggal
atau terbagi dalam 2 dosis tiap 12 jam. Obat ini tidak diberikan pada wanita hamil
dengan amplifikasi (yaitu duplikasi, bukan mutasi) pada Pfmdr yang mengkode
Reaksi yang ditimbulkan dari obat golongan antifolate sangat luas sehingga
merupakan kofaktor yang penting pada jalur folat. Ada dua jalur penting yang
(Qinghaosu Artemisinin)
bersifat skizontosida darah untuk P. falciparum dan P. vivax. Obat ini merupakan
obat tradisional Cina untuk penderita demam yang dibuat dari ekstrak tumbuhan
Artemesia annua (qinghao) yang sudah dipakai sejak ribuan tahun lalu. Qinghaosu
tidak diberikan pada wanita hamil karena efek toksik (Simamora, 2007).
bukan alkaloid atau amina seperti pada kuinin. Struktur molekul artemisin
mengandung jembatan peroksida, diyakini ampuh pada kerja obat dan dapat
menginduksi oksidatif stres. Obat artemisin diketahui bekerja secara spesifik pada
Pada prinsipnya adalah sebagai berikut: Kedalam sumur mikro yang terdiri
atas 96 sumur, 20 ml suspensi 10% eritrosit dengan parasitemia 1,0% dan DMSO
0,1% dimasukkan ke dalam setiap sumur yang telah berisi medium RPMI dengan
10% serum dan 0,1% DMSO yang mengandung beberapa macam dosis senyawa
yang diuji sehingga volume akhir 200 ml setiap sumur. Kemudian, semua sumur
yang telah terisi senyawa uji ditambah 20 ml suspensi parasit dengan 10% eritrosit
candle jar dan diinkubasi selama 18-24 jam tergantung umur parasit pada awal
inkubasi. Metode ini didasarkan pada bentuk cincin (trofozoit muda) yang setelah
24 jam akan berubah menjadi preschizon dan schizon. Evaluasi dilakukan setelah
inkubasi selama 24 jam. Setelah inkubasi selama 24 atau 48 jam, lempeng sumur
mikro dikeluarkan, suspensi bagian atas yang jernih dibuang, suspensi yang pekat
dibuat sediaan apus darah, sediaan dikeringkan pada suhu kamar, kemudian
kultur. Dengan mengetahui jumlah penggunaan isotop oleh parasit, akan diketahui
besarnya pertumbuhan parasit di dalam kultur. Setelah kultur diinkubasi 60 jam dan
RPMI dan serum yang mengandung isotop sebesar 0,25 mCi. Kultur dalam
sumuran dicampur agar homogen, kemudian dimasukkan ke dalam candle jar untuk
dikultur lagi selama 12 jam pada 37oC sehingga didapatkan masa inkubasi 72 jam.
dari metode schizont maturation test dan up take 3H-hipoksantin dianalisis dengan
c. Metode pLDH
Metode ini dikembangkan oleh Mackler dkk. dengan mengukur kadar laktat
diekspresikan dengan kadar tinggi pada stadium aseksual parasit malaria. LDH
(APAD), yang merupakan analog dari NAD. pLDH dapat digunakan untuk
mengukur antigen malaria yang berbeda dan dapat digunakan untuk mendeteksi
Lempeng ini ditempatkan ke dalam pembaca ELISA dan penurunan APAD diikuti
ekstingsi APADH adalah 366 nm). Pada titik akhir setiap sumuran diberikan 20 ml
selama 10 menit pada panjang gelombang 650 nm (K650 nm). Pada akhirnya,
penambahan 5% asam asetat. Data melalui metode pLDH ini dianalisis dengan
metode Log-Logit menggunakan SoftmaxTM Software (Molecular Devices) dengan
(Syamsuddin 2008).
pengujiannya adalah sebagai berikut: Hari ke-0: darah yang diambil dari mencit
mengandung 108 P. berghei eritrosit per ml. Sebanyak 0,2 ml suspensi ini
hewan coba. Dalam waktu 2-4 jam setelah infeksi, kelompok uji diberikan obat
dengan dosis tunggal secara i.p., subkutan (s.k.), i.v. atau oral. Pada hari ke-1-4, 24,
48 dan 72 jam setelah infeksi, terhadap kelompok uji diberikan lagi senyawa uji
dengan dosis dan pemberian yang sama dengan hari ke-0. Hari ke-0, 1, 2, 3,dan 4
1000 eritrosit dan dilakukan selama 4 hari berturut-turut. Data yang diperoleh
Untuk senyawa uji yang memperlihatkan efek yang baik pada primary 4-
day suppressive test dilakukan uji lanjutan dengan metoda secondary biological
assessment.
1) Dose ranging test. Metode ini digunakan untuk mencari ED50 dan ED90
tunggal 100 mg/kg selama 3 hari setelah infeksi secara s.k. Pada kelompok
kontrol diberikan pelarut. Setelah 12 jam, 24 jam, dan hari ke-33 dari ujung
ekor hewan uji diambil darah untuk pemeriksaan sediaan apus darah setiap
3) Prophylactic test. Pada uji ini mencit diberikan senyawa uji dengan dosis
100 mg/kg pada 72 jam, 48 jam, 24 jam, dan 0 jam pada waktu infeksi,
apus darah. Untuk semua uji dapat digunakan klorokuin sebagai kontrol
Metode ini digunakan untuk menguji antimalaria baru dengan target kerja
yang sama dengan obat antimalaria yang ada guna mengetahui adanya resistensi
F. Tinjauan Islam
yang diciptakan secara sia-sia, apa saja bentuknya itu selalu ada hikmah dan
tumbuhan yang terhampar di persada bumi sedemikian banyak dan bermanfaat lagi
berbeda-beda jenis rasa dan warna, namun keadaannya konsisten (Shihab 2009).
senang tiasa tumbuh di permukaan bumi hanya untuk kelangsungan hidup bagi
khalifah dimuka bumi, sedangkan tumbuhan adalah makhluk yang tidak pernah
mengharapkan balasan dari makhluk lain. Sebagaimana Firman Allah swt dalam
ش ْيءٍ فَأ َ ْخ َر ْجنَا َ ات ُك ِل َ اء َما ًء فَأ َ ْخ َر ْجنَا ِب ِه نَ َب ِ س َم َّ َو ُه َو الَّذِي أَ ْنزَ َل ِمنَ ال
انٌ ط ْل ِع َها قِ ْن َو
َ َض ًرا نُ ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبًّا ُمتَ َرا ِكبًا َو ِمنَ النَّ ْخ ِل ِم ْن ِ ِم ْنهُ خ
غي َْر ُمتَشَابِ ٍه َ الر َّمانَ ُم ْشتَبِ ًها َو ُّ الز ْيتُونَ َو َّ ب َو ٍ ت ِم ْن أَ ْعنَا ٍ ۗ دَانِيَةٌ َو َجنَّا
َت ِلقَ ْو ٍم يُؤْ ِمنُونٍ ظ ُروا ِإلَ ٰى ثَ َم ِر ِه ِإذَا أَثْ َم َر َو َي ْن ِع ِه ۚ ِإ َّن فِي ٰذَ ِل ُك ْم ََل َيا
ُ ا ْن
Terjemahnya:
"Dan dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan Maka kami keluarkan dari
tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. kami keluarkan dari
tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma
mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan
(Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak
serupa. perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan
(perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman"
(Q.S Al-An'am: 99).
Menurut Jamaluddin Mahran dalam bukunya Al-Qur’an Bertutur Tentang
Makanan & Obat-obatan, bahwa ayat ini menerangkan tentang kekuasaan Allah
yang menurunkan hujan dari awan, lantas mengeluarkan tumbuhan dari berbagai
yakni daun untuk menjadi piranti penghasil zat hijau yang penting untuk memasak
obat, maka Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk berobat ketika terkena
penyerahan tertinggi kepada Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk
yakin dengan kesembuhan yang datangnya hanya dari Allah SWT, sebab “Tidaklah
Muslim).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
terhadap uji penghambatan plasmodium falciparum 3D7 oleh isolat dari fraksi kulit
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
C. Pendekatan Penelitian
D. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit batang kayu jawa
(Lannea coromandelica).
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan analitik,
Lemari pengering dan alat untuk ekstraksi seperti toples, Gelas erlenmeyer, Corong
Kaca, Sentrifuge, Tabung Sentrifuge, Vacum rotary evaporator, Sendok Ekstrak,
Pipa kapiler, Kromatografi Cair Vakum, Chamber, Penggaris, Pensil, dan Gunting.
laminer air flow, lemari pendingin, candle jar, sentrifuge, tabung sentrifuge, botol
scot, labu erlenmeyer steril, kertas saring berukuran pori 0,22 μm, kaca preparat,
inkubator CO2, pipet pasteur, mikropipet, pipet volume, cawan petri, termometer,
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan adalah isolat dari ekstrak batang kulit kayu
jawa (Lannea coromandelica) dan untuk bahan-bahan lain yang digunakan adalah
F. Prosedur Kerja
1. Penyiapan sampel
a. Pengambilan sampel
Sampel berupa kulit batang tanaman kayu jawa Lannea coromandelica yang
diambil pada pagi hari pukul 9.00 pada bagian batang utama dengan ukuran tertentu
2. Metode Ekstraksi
Cara kerja dengan metode ini dimulai dengan kulit batang kayu jawa
dan dengan penutup toples. Dibiarkan sampel terendam selama ± 3 x 24 jam, lalu
corong yang telah disumbat kapas, dilakukan proses remaserasi sampel yang telah
3. Partisi
dengan n-heksan dan digerus lalu disentrifugasi hasil gerusan yang diperoleh
dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit. Dipisahkan antara ekstrak larut n-
heksan dengan ekstrak tidak larut n-heksan kemudian dilakukan berulang hingga
Heksan, dan partisi tidak larut n-Heksan dilarutkan dengan metanol. Kemudian
terendah dan terus meningkat. Kemudian diamati penampakan noda dibawah lampu
UV 254 nm dan 366 nm serta penampakan noda pada H2SO4 dengan cara
disemprotkan asam sulfat 10% pada lempeng kemudian dipanaskan dalam oven
hingga noda terbentuk. Pemilihan eluen didasarkan pada kepolaran dan prinsip Like
Disolves Like.
5. Fraksinasi
sebanyak 60 gram, lalu ditimbang ekstrak kayu jawa (Lannea coromandelica) yang
tidak larut n-hexan sebanyak 5 gram. Digerus ekstrak 5 gram dengan silika 5-10
gram, dan dimasukkan silika 50 gram ke dalam center glass sambil dimampatkan
dalam keadaan pompa vakum aktif. Dimasukkan ekstrak ditambah silika ke dalam
center glass dan dimampatkan. Dilapisi dengan kertas saring pada bagian atas,
kemudian dihubungkan dengan pompa vakum. Setelah itu ditambahkan pelarut atau
Diperoleh fraksi hasil dari kromatografi cair vakum, dilarutkan lalu ditotol
pada lempeng fraksi yang diperoleh, kemudian dielusi menggunakan eluen yang
sesuai. Setelah itu diamati dibawah lampu UV 366 nm dan 254 nm, dan didapatkan
fraksi terbaik. Digabungkan fraksi yang memiliki noda yang hampir sama atau
sama.
Hayati, E. K., Jannah, A. & Ningsih, R., 2012. Compound Identification and In Vivo
Antimalarial Activity Of Extract Ethyl Acetate Extract From Anting-Anting Plant (Acalypha
indica L.). Molekul Jurnal, 7(1), pp. 20-32.
Kusumaningrum, N. A., 2016. Skripsi Uji Aktivitas Antimalaria Daun Helianthus annus L.
dengan Ekstraksi Bertingkatterhadap Plasmodium falciparum secara In Vitro. Surabaya:
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Departemen Farmakognosi dan Fitokimia.
Lusiana, H., 2009. Skripsi Isolation and In Vitro Antiplasmodial Test of Alkaloid
Compounds from Albertisia papuana Becc. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Rahmadani, F., 2015. Skripsi Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang
Kayu Jawa (Lannea coromandelica) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, Helicobacter pylori, Pseudomonas. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Wahid, A., 2012. In Vitro Phytochemical and Biological Investigation of Plant Lannea
coromandelica (Famili: Anacardiaceae). s.l.:Thesis to Departemen Pharmacy East West
University.