Kejahatan narkoba merupakan kejahatan international (International Crime), kejahatan yang terkoorganisir (Organize Crime), mempunyai jaringan yang luas, mempunyai dukungan dana yang besar dan sudah menggunakan teknologi yang canggih.. Yang dimaksud Narkotika dalam UU No. 22 /1997 adalah Tanaman Papever, Opium mentah, Opium masak, seperti Candu, Jicing, Jicingko, Opium obat, Morfina, Tanaman koka, Daun koka, Kokaina mentah, Ekgonina, Tnaman Ganja, Damar Ganja, Garam- garam atau turunannya dari morfina dan kokaina. Sehingga dapat disimpulkan, Narkotika adalah obat atau zat yang dapat menenangkan syaraf, mengakibatkan ketidaksadaran, atau pembiusan, menghilangkan rasa nyeri dan sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang, dapat menimbulkan efek stupor, serta dapat menimbulkan adiksi atau kecanduan, dan yang ditetapkan oleh Menteri kesehatan sebagai Narkotika (Mardani,2008) Sebenarnya Narkoba itu obat legal yang digukan dalam dunia kedokteran, namun dewasa ini Narkoba banyak disalahgunakan.Bahkan kalangan muda tidak sedikit yang menggunakan narkoba.Banyak dari mereka yang menggunakan Narkoba dengan alasan untuk kesenangan batin, namun sayangnya tidak banyak yang mengetahuai bahaya narkoba. Hingga kini penyebaran narkoba sudah hampir tak bisa dicegah.Mengingat hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang senang mencari mangsa didaerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan tempat-tempat perkumpulan genk. Tentu saja hal ini bisa membuat para orang tua, ormas, pemerintah khawatir akan penyebaran narkoba yang begitu merajarela. Upaya pemberantas narkoba pun sudah sering dilakukan, namun masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan remaja maupun dewasa, bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak yang terjerumus narkoba. Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah penyalahgunaan Narkoba pada anak-anak yaitu dari pendidikan keluarga. Orang tua diharapkan dapat mengawasi dan mendidik anaknya untuk selalu menjauhi Narkoba. 1. Jenis-jenis Narkoba Yang merupakan jenis-jenis Narkoba ialah : a. Opiatatau Opium (candu) : Merupakan golongan Narkotika alamiyang sering digunakan dengan cara dihisap (inhalasi). b. Morfin : Merupakan zat aktif (narkotika) yang diperoleh dari candu melalui pengolahan secara kimia. Umumnya candu mengandung 10% morfin. Cara pemakaiannya disuntik di bawah kulit, ke dalam otot atau pembuluh darah (intravena) c. Heroin : Merupakan golongan narkotika semisintetis yang dihasilkan atas pengolahan morfin secara kimiawi melalui 4 tahapan sehingga diperoleh heroin paling murni berkadar 80% hingga 99%. Heroin murni berbentuk bubuk putih sedangkan heroin tidak murni berwarna putih keabuan (street heroin). Zat ini sangat mudah menembus otak sehingga bereaksi lebih kuat dari pada morfin itu sendiri. Umumnya digunakan dengan cara disuntik atau dihisap. Timbul rasa kesibukan yang sangat cepat/rushing sensastion (± 30-60 detik) diikuti rasa menyenangkan seperti mimpi yang penuh kedamaian dan kepuasan atau ketenangan hati (euforia).Ingin selalu menyendiri untuk menikmatinya. d. Ganja : Berasal dari tanaman kanabis sativa dan kanabis indica. Pada tanaman ini terkandung 3 zat utama yaitu tetrahidrokanabinol, kanabinol dan kanabidiol. Cara penggunaannya dihisap dengan cara dipadatkan menyerupai rokok atau dengan menggunakan pipa rokok. e. LSD atau lysergic acid atau acid, trips, tabs : Termasuk sebagai golongan halusinogen (membuat khayalan) yang biasa diperoleh dalam bentuk kertas berukuran kotak kecil sebesar ¼ perangko dalam banyak warna dan gambar. Ada juga yang berbentuk pil atau kapsul. Cara menggunakannya dengan meletakkan LSD pada permukaan lidah dan bereaksi setelah 30-60 menit kemudian dan berakhir setelah 8-12 jam. f. Kokain : Mempunyai 2 bentuk yakni bentuk asam (kokain hidroklorida) dan bentuk basa (free base). Kokain asam berupa kristal putih, rasa sedikit pahit dan lebih mudah larut dibanding bentuk basa bebas yang tidak berbau dan rasanya pahit. Nama jalanan kadang disebut koka, coke, happy dust, snow, charlie, srepet, salju, putih. Disalahgunakan dengan cara menghirup yaitu membagi setumpuk kokain menjadi beberapa bagian berbaris lurus di atas permukaan kaca dan benda yang mempunyai permukaan datar. Kemudian dihirup dengan menggunakan penyedot atau gulungan kertas. Cara lain adalah dibakar bersama tembakau yang sering disebut cocopuff. Menghirup kokain berisiko luka pada sekitar lubang hidung bagian dalam. 2. Bahaya Narkoba Bahaya yang ditimbulkan akibat memakai Narkoba Menurut Efeknya : a. Halusinogen, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan bila dikonsumsi dalam sekian dosis tertentu dapat mengakibatkan seseorang menjadi berhalusinasi dengan melihat suatu hal/benda yang sebenarnya tidak ada / tidak nyata contohnya kokain & LSD b. Stimulan, efek dari narkoba ini bisa mengakibatkan kerja organ tubuh seperti jantung dan otak bekerja lebih cepat dari kerja biasanya sehingga mengakibatkan seseorang lebih bertenaga untuk sementara waktu , dan cenderung membuat seorang pengguna lebih senang dan gembira untuk sementara waktu c. Depresan, efek dari narkoba ini bisa menekan sistem syaraf pusat dan mengurangi aktivitas fungsional tubuh, sehingga pemakai merasa tenang bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tidak sadarkan diri. Contohnya putaw d. Adiktif, Seseorang yang sudah mengkonsumsi narkoba biasanya akan ingin dan ingin lagi karena zat tertentu dalam narkoba mengakibatkan seseorang cenderung bersifat pasif , karena secara tidak langsung narkoba memutuskan syaraf-syaraf dalam otak, contohnya ganja , heroin , putaw . Penggunaan zat adiktif berdampak serius pada remaja, menyebabkan 50% kematian pada remaja berusia 15-24 tahun. Penggunaan alkohol dan obat-obatan juga berkontribusi terhadap timbulnya penyerangan dan kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh remaja. Penggunaan zat adiktif merupakan akibat dari pengaruh lingkungan dan mewarisi sifat yang rentan. Walaupun tidak ada gen adiktif namun Herediter berperan pada ketergantungan obat-obatan. Sebagai contoh, anak-anak dari alkoholik berisiko tinggi untuk berkembang menjadi pecandu alkohol. Perubahan genetik juga mempengaruhi variasi dalam penyerapan obat-obatan, respon neuron, metabolisme dan ekskresi. Ketergantungan zat kimia melibatkan neuron yang memproduksi perilaku adiksi. Remaja menjadi rentan karena walaupun sistem otaknya telah berkembang namun area penilaian dan membuat keputusan kritis, kemampuan untuk menunda kepuasan tidak berkembang. Dampak lebih lanjut dari gangguan pusat penghargaan menghasilkan kontrol, gangguan dalam mencari kesenangan dan kecanduan zat adiksi. Pemahaman tentang ketergantungan obat-obatan dan zat adiktif pada remaja dipengaruhi oleh konstitusi dan faktor lingkungan seperti halnya pemilihan obat-obatan yang digunakan. Seluruh obat yang menimbulkan ketergantungan mengaktifkan pusat penghargaan di otakdi mana ditemukan terjadinya peningkatan dopamin pada nucleus accumbens. Kecepatan absorpsi ditentukan oleh metode yang digunakan saat menggunakan obat-obatan tersebut (dihisap, ditelan, atau disuntik) di mana mempengaruhi kecepatan absorpsi menuju otak. Alkohol merupakan zat yang paling sering digunakan dan disalahgunakan oleh para remaja. Kebanyakan anak sekolah menengah atas melaporkan telah pernah mencoba alkohol. Remaja yang minum minuman keras di usia sebelum 15 tahun berisiko empat kali lipat untuk menjadi pecandu alkohol dibandingkan mereka yang mencoba alkohol setelah berusia 21 tahun (Grant et al, 2006) tingginya tingkat penggunaan alkohol pada remaja berhubungan dengan tiga penyebab kematian paling umum pada remaja yaitu kematian akibat kecelakaan, pembunuhan dan bunuh diri. Alkohol adalah zat penenang yang mudah diakses karena legal bagi pembeli usia 21 tahun ke atas. Dampak alkohol pada remaja berbeda dengan orang dewasa. Remaja lebih rentan mengalami pengaruh alkohol pada hipokampus, area otak yang mempengaruhi daya ingat dan belajar sehingga berdampak terhadap fungsi akademik yang buruk. Remaja kurang sensitif terhadap efek sedatif alkohol dibandingkan orang dewasa dan respons sedatif yang melindungi tubuh dari keinginan melanjutkan minum dengan terjadinya pingsan atau tertidur tidak terjadi pada remaja. Remaja terbangun lebih lama sehingga memungkinkan untuk mereka meminum alkohol lebih banyak dan ini mengakibatkan gangguan kognitif atau kerusakan otak akibat keracunan alkohol (McNeely dan Blanchard, 2010) Pesta minuman keras (minum lima gelas alkohol atau lebih dalam sekali duduk) menjadi satu masalah bagi remaja terutama dalam kehidupan kampus. Minum-minuman keras di kampus memiliki budaya tersendiri, kemungkinan karena waktu kuliah yang tidak terstruktur, akses mudah untuk mendapatkan alkohol dan pengaruh kelompok yang diikuti dalam kehidupan kampus. Setiap tahun sejumlah mahasiswa meninggal akibat overdosis alkohol. Marijuana adalah obat terlarang yang paling sering disalahgunakan oleh remaja. Bahan utamanya mengandung tetrahydrocannabinol (THC) berakumulasi dalam tubuh dan jaringan otak dan dilepas secara perlahan-lahandari jaringan tubuh ke pembuluh darah. Hal ini membutuhkan waktu 30 hari atau lebih untuk dikeluarkan sehingga tes urin merupakan cara yang tepat untuk mendeteksi riwayat penyalahgunaan di masa lalu. Penyalahgunaan obat-obatan lainnya adalah kokain, ekstas, inhalasi, methamphetamine, zat stimulan dan halusinogen. Obat-obatan seperti kokain dan amphetamine targetnya adalah neuron reseptor dopamin di otak. Kerusakan pada neuron mempengaruhi perkembangan otak remaja untuk kehidupan pada area kontrol impuls dan kemampuan dalam menghargai. Efek lainnya adalah terjadinya penundaan dalam perkembangan fungsi ekskutif seperti perencanaan dan penyelesaian tugas-tugas, mencapai tujuan, seta respon emosional yang berlebihan dan tidak matang dalam menghadapi situasi. Makna pemakaian obat-obatan pada remaja sangat rumit. Motivasi remaja menggunakannya harus digali. Alasan penggunaannya mungkin sebagai suatu bentuk pembangkangan yang didukung oleh kelompok teman sebaya dan sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan selain itu juga sebagai usaha untuk menghindari perasaan yang rentan, menjadi korban dan mengisi kehampaan diri. Penggunaan secara berulang dan teratur dengan tujuan untuk hiburan dapat memicu timbulnya masalah ansietas dan depresi. Beberapa reamaja menggunakan zat adiktif untuk menurunkan ansietas terutama saat bersosialisasi. Remaja sering melaporkan harapan agar ada kedekatan yang memuaskan dengan cara berbagi pengalaman menggunakan obat-obatan dengan teman. Pengguna obat-obatan dapat menimbulkan ilusi kedekatan karena obat tersebut menurunkan kecemasan dan mereka bisa berbagi dalam penggunaannya. Beberapa remaja mengisi kekosongan akan kesepiannya dengan menggunakan obat-obatan dan sebaliknya merasa tertekan dengan keinginan bunuh diri. Obat-obatan bisa melumpuhkan dan menghambat proses kematangan diri yang sehat karena si pengguna menghindari proses perkembangan identitas sebagai seorang dewasa di dunia nyata. Teman sebaya, sifat genetik dan faktor kepribadian mempengaruhi penyalahgunaan tembakau pada remaja. Merokok pada mulanya dipandang remaja sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan dan tanpa dukungan kelompok atau penguatan oleh perokok dewasa, maka remaja cenderung tidak tertarik untuk memulai merokok. Remaja yang perokok akan mengalami kerusakan hipokampus yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan memori. Pada perokok, nikotin menyebabkan kerusakan dan hilangnya sel-sel tetapi pada remaja lebih berdampak lagi terhadap kondisi depresi dan menjadikannya kecanduan. Banyak hal yang harus dikerjakan terkait isu kesehatan ini, karena hanya 3% dari remaja yang mencoba berhenti merokok dapat berhasil berhenti total setelah 12 bulan. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kecenderungan remaja untuk merokok akan sangat membantu dalam mengembangkan program pencegahan. Perawat berada dalam posisi yang tepat dalam memberikan edukasi pada remaja tentang bahaya merokok terhadap kesehatan. B. TAHAPAN PENYALAHGUNAAN ZAT PADA REMAJA
TAHAPAN SUMBER FREKUENSI PERASAAN PERILAKU PERAWATAN
Keingintahu Tersedia Tidak pernah keingintahua Mengambil Pedoman an tapi tidak n risiko, antisipasi untuk digunakan memiliki mengembangka hasrat untuk n keterampilan diterima koping yang baik dan harga diri yang kuat, panduan yang jelas bagi keluarga tentang penggunaan obat-obatan dan alkohol, pendidikan tentang obat- obatan Mencoba- Ketrsediaa Penggunaan di Memberikan Berbohong, Pendidikan coba n di akhir pekan kesenangan, sedikit tentang obat- rumah, untuk tujuan konsekuensi perubahan obatan terlarang, dari teman rekreasi/hibura sedikit, perhatian saudara n belajar terhadap pesan tentang masyarakat, bagaimana mengurangi mudahnya ketersediaan untuk merasa obat; ketat, bahagia mentaati peraturan di rumah melakukan aktivitas alternatif untuk bebas dari obat- obatan Penggunaan membeli Berlanjut Kegembiraan Suasana hati Mengikuti secara rutin menggunakan disertai rasa yang kelompok pada bersalah berubah- swabantu pertengahan ubah, prestasi (kelompok minggu; di sekolah alkoholik tanpa keinginan buruk, bolos, nama) atau untuk teman (kelompok mendapatkan kelompok narkotik tanpa tinggi berubah nama)keterlibata n keluarga, konseling kesehatan jiwa Ketergantun Menjual Setiap hari Euforia tinggi Berbohong Program rawat gan obat- diikuti oleh patologis; inap yang psikologis obatan depresi, gagal di membutuhkan atau fisik untuk malu, rasa sekolah, keterlibatan mendukun bersalah dan bertengkar keluarga dan g munculnya dengan perawatan kebiasaan, pikiran bunuhkeluarga, setelahnya kemungku diri terlibat ninan masalah mencuri hukum atau karena melakukan masalah jam prostitusi malam, untuk bolos, mendapatk merusak, an obat mengutil, berkendaraan di bawah pebgaruh obat-obatan, mencuri, melakukan kekerasan Penggunaan Berbagai Sepanjang hari Jarang Penyimpanng Program rawat obat-obatan cara yang euphoria dan an, kegagalan inap yang untuk mungkin sulit berulang dan membutuhkan merasa mencapainya, gejala keterlibatan normal depresi yang psikologis keluarga dan kronis paranoid dan mempersiapkan agresif; perawatan sering setelah pulang overdosis, pandangan gelap, amnesia, batuk kronis, mudah lelah C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. KETIDAKEFEKTIFAN KOPING 2. HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL 3. RISIKO SINDROM PUTUS-ZAT AKUT 4. RISIKO PERILAKU KEKERASAN TERHADAP ORANG LAIN 5. RISIKO KEKERASAN TERHADAP DIRI SENDIRI